Anda di halaman 1dari 8

Pancasila Sebagai Pondasi Toleransi Agama di

Indonesia

Disusun Oleh:
Dana Mutia A. (1219215006)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI AKUNTANSI


UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah Ideologi dan Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia


sebagaimana yang termaktub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Sila
pertama dari Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang mempunya arti
kebebasan beragama sesuai keyakinan masing-masing. Lebih jelasnya mari kita lihat
pemaknaan MPR terhadap Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam ketetapan MPR
Nomor II/MPR/1978 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa di maknai sebagai berikut :

1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusian yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
5. Lalu MPR Nomor II/MPR/1978 diganti dengan TAP MPR No. I/MPR/2003.

Dengan demikian makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa berubah menjadi sebagai
berikut :

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa sesuai pemaknaan TAP MPR adalah Negara yang berasaskan nilai-nilai agama-
agama yang ada didalam negara Indonesia, mengakui agama-agama yang ada di
dalamnya, mewajibkan seluruh warganya untuk bertakwa dan melaksanakan
peribadatan sesuai dengan agamanya, mewajibkan warganya untuk hormat
menghormati dan menjaga kerukunan antar umat yang berbeda agama serta tidak
memaksakan suatu agama kepada warga lainnya.

Dalam konteks sila pertama, agama bukalah suatu kontradiktif yang harus
dihadap-hadapkan dengan negara, melainkan ia melebur menjadi kesatuan nilai-nilai.
Perspektif Islam umpamanya, pemerintahan ditilik dan dinilai dari segi fungsionalnya,
bukan dari norma formal eksistensinya negara islam atau bukan. Artinya, dalam
memahami kenegaraan, Islam dilihat sebagai sumber inspirasi-motivasi dan landasan
etik-moral. Dengan kata lain, ia tidak dibaca dari sudut doktrinalnya, tetapi ditangkap
dari spirit dan rohnya. Selama pemeluk agama dapat mengekspresiakan keagamaan,
maka konteks pemerintahannya tidak lagi menjadi pusat pemikirannya, membiarkan
setiap warga negara menjalankan ajaran agamanya tanpa upaya intervensi negara.
Dengan demikian, hubungan agama dan negara adalah hubungan yang saling
membutuhkan, di mana agama memberikan kerohanian dalam berbangsa dan
bernegara sedangkan negara menjamin kehidupan keagamaan.

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuh


kembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada, serta
menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan antarumat
beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadi konflik antarumat beragama, toleransi
harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat, dari tingkat anak-
anak, remaja, dewasa, hingga orang tua, baik pelajar, pegawai, birokrat maupun
mahasiswa.Lebih dari itu, prinsip-prinsip toleransi harus betul-betul bekerja mengatur
perikehidupan masyarakat secara efektif. Agama merupakan hak yang paling asasi
diantara hak asasi lainnya. Karena kebebasan beragama langsung bersumber dari
Tuhan. Untuk itu, sikap toleransi perlu ditumbuhkan dalam diri warga Negara
Indonesia. Untuk itu pembinaan toleransi antar umat beragama perlu diterapkan sejak
dini supaya generasi-generasi muda mampu menanamkan nilai-nilai toleransi sejak
dini pula.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pancasila sebagai pedoman umat beragama di Indonesia?
b. Bagaimana korelasi Pancasila dengan kehidupan umat beragama di Indonesia?
c. Bagaimana pengaruh pancasila dalam kehidupan toleransi di Indonesia?
C. Tujuan Makalah
a. Menjelaskan Pancasila sebagai pedoman umat beragama di Indonesia?
b. Menjelaskan korelasi Pancasila dengan kehidupan umat beragama di
Indonesia?
c. Menjelaskan pengaruh pancasila dalam kehidupan toleransi di Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila dan Nilai-nilai Kebangsaan

Pancasila adalah perumusan silang politik dan kebudayaan. Pancasila


merepresentasikan nilai-nilai perjuangan keindonesiaan. Sebagai ideologi bangsa
pancasila menjadi titik kunci dalam menguraikan segala bentuk kerumitan
kebangsaan. Pancasila mesti melandasi setiap sendi dan elemen kehidupan berbangsa,
sebagai jiwa sekaligus raga, ia nafas dan nyawa bagi kebangsaan. Kelima sila dalam
pancasila adalah proses kehidupan berbangsa. Pada setiap sila terdapat untaian
rangkaian nilai-nilai kebangsaan sekaligus kebudayaan. Para leluhur bangsa
menjadikan pancasila sebagai kunci bagi kemajemukan budaya, suku, dan juga
agama. Sebagai sebuah ideologi pancasila pantas dibanggakan karena mewakili
seluruh konsepsi kebangsaan sebagai cita-cita mulia. Bahkan pancasila merupakan
sistem kebudayaan. Artinya, pancasila mestinya menjadi bagian dari laku budaya
setiap kehidupan berbangsa. Melalui hasil cipta karsa manusia terepresentasikan
dalam pelbagai kehidupan, baik budaya, politik, dan agama, pancasila mesti menjadi
kegiatan kebudayaan. Adapun nilai-nilai kebangsaan secara gamblang terdapat dalam
lima sila pancasila. Pada konsep ini, berfokus pada sila pertama yaitu “Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Pada sila ini bahwa Indonesia adalah negara berketuhanan.
Indonesia tidak dipimpin oleh satu agama atau golongan tertentu. Indonesia adalah
representasi nilai dari keragaman agama. Melalui sila pertama ini menegaskan bahwa
keragaman agama adalah kekuatan kebangsaan. Toleransi merupakan urat-urat
penting dalam membangun kebangsaan yang adidaya. Nilai dari sila pertama adalah
perwujudan penghargaan kepada agama-agama. Tidak ada agama satupun yang
menjadi hukum ataupun ideologi Negara. Semua agama telah membuat kesepakatan
budaya dan politik bahwa pancasila adalah satusatunya ideologi negara. Dengan
begitu Indonesia bukanlah negara agama namun negara pancasila. Agama dan negara
tidak bisa dikatakan sekuler di Indonesia, karena negara dan agama adalah kesatuan
nilai kebangsaan. Tidak pula menjadikan agama tertentu sebagai prinsip kebangsaan.
Namun semua agama membangun sebuah dialog kebangsaan yang tertuang dalam
pancasila. Sebagaimana sila pertama yang mendasarkan akar-akar berketuhanan
sebagai prinsip paling dasar kehidupan berbangsa. Dengan demikian maka Indonesia
adalah “negara beragama”, bukan negara agama.

B. Kerukunan Hidup Beragama


Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama.Kerukunan umat beragama bertujuan untuk
memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dala
pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah
kesejahteraan hidup dinegeri ini.Agama adalah salah satu hak asasi yang paling
mendasar pada diri seseorang dan tidak boleh terjadi ada pemaksaan agama seseorang
kepada orang lain dengan memberikan sesuatu, terlebih lagi dengan menjelek-
jelekkan agama yang lainnya. Jika bertany kepada setiap pemeluk agama tentang
ajaran kebaikan dalam agama yang dianutnya, sudah pasti jawabannya tidak satupun
dari ajaran-ajaran agama tersebut yang mengajarkan tentang keburukan dan
pertikaian,semuanya mengajarkan nilai-nilai keluhuran kebaikan manusia.Manusia
diajarkan untuk berbuat baik kepada sang Pencipta secara vertikal dan berbuat baik
kepada sesama manusia secara horizontal. Dalam hubungan tata kehidupan sesama
manusia nilai-nilai ajaran agama yang dianut masing-masing telah mengajarkannya
dan menjadi sesuatu yang penting artinya dalam pengembangan kehidupan beragama
untuk terciptanya kehidupan sosial yang aman dan harmonis, tentram, sekaligus
saling menghargai dan menghormati serta toleransi antar pemeluk agama. Dengan
dasari bahwa Pancasila secara resmi dan sah dalam ketatanegaraan kita akui sebagai
dasar negara, ideologi negara dan pandangan hidup bangsa, oleh karenanya sudah
pada tempatnyalah Pancasila dapat dijadikan sebagai paradigma dalam kehidupan
beragama. Dalam sila-sila yang terdapat Pancasila terutama pada sila yang pertama
”Ketuhanan Yang Maha Esa”, yang ianya meliputi sila-sila yang lain dibawahnya
memberikan dasar-dasar nilai yang hakiki dan fundamental untuk terciptanya bangsa
Indonesia agaa dapat hidup secara rukun dan damai berdampingan dalam kehidupan
beragama. Sebab-musabab timbulnya ketegangangan umat beragama, antarumat
beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari
berbagai aspek antara lain:
1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi
2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama
pihak lain
3. Minimnya rasa menghargai para pemeluk agama lain, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi
dalam kehidupan masyarakat
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antara umat
beragama dengan pemerintah, dan Kurangnya saling pengertian dalam
menghadapi masalah perbedaan pendapat.

Dalam menghadapi konflik agama yang terjadi di Indonesia dan sesuai prinsip-prinsip
kerukunan hidup beragama di Indonesia, kebijakan umum yang harus dilaksanakan
adalah sebagai berikut:

1. Kebebasan beragama tidak membenarkan menjadikan orang lain yang telah


menganut agama tertentu menjadi sasaran propaganda agama yang lain
2. Menggunakan bujukan berupa memberi uang, pakaian, makanan dan lainnya
supaya orang lain pindah agama adalah tidak dibenarkan.
3. Penyebaran pamflet, majalah, buletin dan buku-buku dari rumah ke rumah
umat beragama lain adalah terlarang.
4. Pendirian rumah ibadah harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat dan
dihindarkan timbulnya keresahan penganut agama lain karena mendirikan
rumah ibadah di daerah pemukiman yang tidak ada penganut agama tersebut.
Sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh
keimanan dan ketaqwaan, kerukunan yang dinamis antar dan antara umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara bersama-
sama makin memperkuat landasan spiritual, moral dan etika bagi
pembangunan nasional.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa bagi setiap penganut agama harus
menyadari dalam melaksanakan ibadah sesuai ajaran dan tuntunan agamanya masing-
masing harus dapat menahan dirinya dengan saling menjaga semangat kerukunan dan
kedamaian, saling menghormati satu sama lain, sebagaimana yang diutarakan Kabul
Budiyono,“.....dari para pemeluk masing-masing agama dan kepercayaan yang resmi,
diharapkan dapat menahan dirinya dengan jalan saling menjaga, saling menghormati
satu sama lain dengan cara memelihara dan membina kerukunan umat beragama,
sehingga dari kerukunan ini diharapkan dapat berkembang usaha bersama
menjalankan pembangunan dan kemajuan yang dibimbing oleh Ketuhanan Yang
Maha esa.“7

C. Nilai Pancasila dan Kerukunan


Agama adalah hak esensial setiap individu, negara kita mengakui dan menjamin
kebebasan hidup beragama yang ditegaskan didalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 29 sebagai berikut :1.Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa2.Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.Disamping itu juga kita memiliki Pancasilasebagai paradigma
dalam mengatur kehidupan beragama yang mana artinya nilai-nilai dasar pancasila
secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas
pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi nasional.Dewasa ini ensitifitas keagamaan sangat rawan menimbulkan
konflik antar umat beragamawilayah Negara Indonesia yang berpotensi memunculkan
terjadinya prahara sosial dan berbuntut ke masalah SARA, terutama bersumber pada
masalah agama. Kondisi ini mengindikasikan masih lemahnya pemahaman dan
penghayatan nilai-nilai kerukunan hidup beragama sebagaimana yang tertuang dalam
Pancasilasebagai paradigma dalam mengharmonisasi kehidupan beragama bangsa
Indonesia
.Bersesuaianvdengan pendapatvAsep Sahid Gatara FH, M.Si dkk,“Pancasila bersifat
integralistik karena mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan, seperti
adanya semangat kerjasama, gotong royong, memelihara persatuan dan kesatuan serta
musyawarah untuk mufakat”. Sebagai paradigma dalam pengembangan kerukunan
kehidupan antar umat beragama Pancasila memberikan dasar-dasar nilai yang
fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan
beragama dinegara Indonesia ini. Dalam pembukaan UUD 1945 tertuang dalam
pokok pikiran ke lima menyiratkan bahwa “Negara berdasarkan Ketuhanan yang
Maha Esa atas dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.” Berdasarkan pokok
pikiran tersebut jelaslah bahwa setiap orang secarapribadi berkewajiban untuk
menjalankan hak melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan yang dijamin
dan dilindungi oleh negara, disisi lain para pemeluk agama juga harus saling
menghargai secaraberkeadilan yang berbudayadalam menjalankan ibadahnya masing-
masing,yang pada hakekatnya merupakan penjelmaan dari penghayatan, pengamalan
Pancasila sebagai paradigma pengembangankerukunan antar umat beragama
BAB III
KESIMPULAN
Pasca reformasi beberapa waktu yang lalu kita saksikan dilayar kaca maupun
diberbagai media pemberitaan lainnya dibeberapa wilayah Negara kita telah dilanda
konflik horizontal yang menjurus kepada pertikaian pemahaman antar agama yang
radikal. Fakta ini mengindikasikan telah terjadi kemundu-ran bangsa Indonesia dalam
kehidupan beragama yang untolerancepadahal Pancasila telah memberikan dasar-
dasar nilai yang fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup secara damai dalam
kehidupan beragama dinegara Indonesia ini. Agama yang dianut boleh berbeda, tapi
perbedaan bukan membuat keretakan dan pertikaian antar umat beragama,melainkan
menjadi sumber kekuatan perekat pemersatu bangsa. Oleh Karena itu kehidupan
beragama di Indonesia harus dapat mewujudkan kerukunan hidup umat beragama
yang penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai
paradigma kerukunan hidup beragama.Kehidupan beragama seperti ini dapat menjadi
modal dasar yang amat berharga dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan dasar dalam mengakomudir
segenap kepentingan umat beragama di Indonesia.SaranDalam rangka untuk
menciptakan keharmonisan kehidupan antar penganut umat beragama yang amat
pluralistik di negara kita, maka pemahaman agama setiap penganut agama perlu
diluruskan jangan terjadi salah penapsiran tentang konsep agama baik untuk ritual
ibadah pribadi secara vertikal antara makhluk dan sang khalik, maupun dalam konteks
sosial yang bersinggungan dan bersentuhan dengan orang lain baik inter umat
beragama apakah lagi antar umat beragama.Sebagai bangsa yang multi etnis dan
agama, yang sejak awal didirikan negara ini dalam wadah negara kesatuan Republik
Indonesia dan Pancasila sebagai landasan Idiel serta UUD 1945 sebagailandasan
Konstitutional merupakankerangka acuan dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, maka setiap orang dituntutmematuhi aturan yang berlaku dalamtatanan
kenegaraan tersebut termasuk dalamkehidupan beragama harus diilhami oleh nilai-
nilai yang terdapat pada kelima silayang terdapat dalam Pancasila, sebagai sebuah
paradigma bagi masyarakat dalam menjalankan kehidupan beragama

Anda mungkin juga menyukai