Anda di halaman 1dari 2

1.

Sebenarnya jika ditilik dari berbagai contoh Laporan keuangan daerah yang dinilai
tidak wajar bukti data spesifik belum bisa ditemukan, tetapi jika asumsi ketepatan
pembayaran pajak pemerintah daerah yang harus sesuai dengan kewajiban
perpajakan maka ditemukan contoh kasus tersebut didaerah kabupaten maluku
tenggara yang mana pemerintahan desa sering membayar pajak tidak tepat waktu
sesuai buku kas dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintahan
desa dalam mengelola anggarannya baik untuk belanja barang dan jasa serta
pembangunan akan tetap menyisihkan uang setoran pajak ke pemerintahan
kabupaten akan tetapi proses penyetoran menunggu akhir batas waktu yang telah
ditetapkan, hal ini diduga karena peraturan daerah kabupaten maluku tenggara
tahun 2018 tentang pembayaran pajak daerah pasal 5 ayat 4 bahwa “pembayaran
pajak terutang ataupun yang dilakukan sekaligus paling lambat sesuai dengan batas
waktu yang ditentukan”
Asumsi yang terjadi ialah bahwa terdapat keleluasan atau kelonggaran pembayaran
pajak yang dapat dilakukan pada akhir batas waktunya, untuk ini terjadi
keterlambatan waktu pembayaran yang memungkinkan pembayarannya akan
terhitung masuk pada pembayaran pajak pada tahun berikutnya. Pemahaman yang
timbul akibatnya kurangnya narasi yang tegas lewat peraturan pemerintahan daerah
dalam hal ini kabupaten maluku tenggara ini harusnya diperbaiki agar kiranya
pembayaran pajak ditingkat terkecil daerah dapat berjalan optimal.
Belum lagi keacuhan yang ditimbulkan oleh asumsi-asumsi pemerintahan desa
terkait ketepatan penyetoran pajak sangat amat harus dihilangkan, Pemerintah
kabupaten maluku tenggara mempunyai tanggung jawab penuh atas perbaikan
kondisi ini. Namun, secara kasat mata diduga pucuk pimpinan dalam hal ini KPA
daerah seolah-olah membiarkan ini sehingga menjadi kebiasaan dan terasa wajar
diberlakukan oleh pemerintahan desa setempat. (sumber;
file:///C:/Users/user/Downloads/PERBUP%20MALRA%20NO.%2020%20TAHUN
%202018.pdf)
2. kenyataan bahwa Indonesia sebagai suatu negara yang secara aturan telah
memiliki berbagai macam Lembaga pengawasan keuangan negara, umumnya
terdapat dua Lembaga pengawas yaitu Lembaga internal dan eksternal. Pada tiap
tingkatan birokrasi pemerintah terdapat Satuan Pengawas Internal (SPI) yang
tergolong dalam Lembaga pengawas internal, lebih lanjut terdapat BPKP atau
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan juga Inspektur Jendral
Pembangunan. Lembaga pengawas eksternal meliputi DPR/D, Badan Pengawas
Keuangan (BPK) dan masayarakat.
Menjawab kondisi negara yang secara factual masih menduduki posisi cukup tinggi
dalam perihal korupsi keuangan yang dilansir oleh Transperency International ialah
karena fungsi pengawasan oleh kesemua Lembaga ini secara aturan dan
administrative memang telah dilaksanakan akan tetapi diduga pelaksanaan fungsi ini
telah mengesampingkan kepentingan hajat hidup orang banyak terhadap
kepentingan perseorangan yang dinormalisasikan lewat pembicaraan Bersama
diwarung-warung kopi alias diluar jam kerja pengawasan sehingga jika terdapat
temuan hal ini hanya berujung pada temuan administrative yang tak akan
ditindaklanjuti atau diusut lebih lanjut guna menjerat pelaku korupsi agar bisa
diberikan sanksi sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku.
Jika ditelusuri secara data yaitu Laporan keuangan baik ditingkat daerah maupun
Laporan keuangan negara maka timbul asumsi tata Kelola anggaran yang baik telah
dilakukan oleh pemerintah yang juga seiring dengan fungsi pengawasan yang
optimal oleh Lembaga pengawas, namun hal yang paling menggelitik secara
rasional ialah tingginya angka korupsi negara secara umum dan daerah secara
khusus yang seolah tak ada habisnya. Penegak hukum tidak akan bekerja jika tidak
ada data yang valid tentang korupsi, andai kata telah bekerja maka yang patut
dipertanyakan lebih lanjut adalah wajarkah sanksi yang diberikan? Apakah sanksi
tersebut telah sesuai? Apakah sanksi itu akan memberikan efek jera terhadap
koruptor? Dititik inilah hukum terasa tajam kebawah akan tetapi tumpul keatas. Inilah
potret negara indonesia hari ini.
(sumber; https://media.neliti.com/media/publications/222313-kendala-pengawasan-
keuangan-negara.pdf)

Anda mungkin juga menyukai