Nim : H041191030
Kelas :B
Mata Kuliah : Biologi Laut
1. Jelaskan adaptasi morfologi, fisiologi dan tingkah laku dari hewan reptil
(herpetofauna) yang hidup di laut!
a. Penyu
• Adaptasi morfologi
• Untuk mengatasi kehilangan air: kulit tersusun dari sisik yang
kedap air, cangkang telur umumnya dari selubung kulit yang agak
lunak dan kedap air.
• Tubuh dilindungi cangkang yang keras dari keratin. Pada penyu
belimbing karapaks tersusun dari tulang rawan kartilago.
• Adaptasi fisiologi
• Tulang karapaks dan plastron yang menyatu tidak dapat digerakkan
sehingga penyu bernapas dengan menggerakkan otot dorsal dan
ventral menyerupai diafragma
• Penyu juga dapat mengambil udara melalui kulit.
• Penyu mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar yang
berada di belakang matanya.
• Penyu Belimbing memiliki rangka yang lebih elastis dan struktur
tubuh yang lebih flexibel sehingga mampu menghadapi tekanan air
di kedalaman 1000 m.
• Adaptasi tingkah laku
• Tulang karapaks dan plastron yang menyatu tidak dapat digerakkan
sehingga penyu bernapas dengan menggerakkan otot dorsal dan
ventral menyerupai diafragma
• Penyu juga dapat mengambil udara melalui kulit.
• Penyu mengeluarkan kelebihan garam melalui kelenjar yang
berada di belakang matanya.
• Penyu Belimbing memiliki rangka yang lebih elastis dan struktur
tubuh yang lebih flexibel sehingga mampu menghadapi tekanan air
di kedalaman 1000 m.
b. Ular Laut
• Adaptasi Morfologi
• Ekor ular laut telah berevolusi dengan memiliki bentuk seperti
dayung untuk memudahkan berenang.
• Ular laut memiliki lubang hidung yang berada di atas kepalanya
sehingga dapat menghirup udara saat berada di bawah air.
• Adaptasi Fisiologi
• Memiliki kelenjar garam dibawah lidah untuk mengekskresikan
kelebihan garam
• Pada celah sisiknya terdapat kapiler darah yang mampu
memberikan suplai oksigen ketika beranda di dalam air.
• Adaptasi Tingkah Laku
• Ular laut akan naik ke permukaan untuk mendapatkan suplai udara.
3. Jelaskan kriteria apa saja yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat
dijadikan sebagai kawasan konservasi laut!
Penetapan kawasan konservasi perairan merupakan salah satu upaya untuk
melakukan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam. Jenis
kawasan konservasi perairan pesisir dan pulau-pulau kecil (KKP3K) dan kategori
berdasarkan maksud dan tujuan dari pembentukan kawasan konservasi yang
disesuaikan dengan kondisi sumberdaya ikan, kondisi sosial dan budaya dari
kawasan tersebut. Dan adapun beberapa undang-undang yang harus diperhatikan
sebelum membentuk kawasan konservasi laut. Selain itu juga perlu diperhatikan
tahapan-tahapan dalam pembuatan dan perencanaan kawasan konservasi. Tahapan
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu Apabila calon Kawasan Konservasi
Belum diakomodir dalam RZWP3K dan tahapan apabila calon kawasan
konservasi sudah diakomodir oleh RZWP3K yang resmi dan telah diperdakan.
Rincian dua kategori tahapan pembuatan kawasan konservasi perairan dapat
dijelaskan sebagai berikut : a) Apabila belum dicandangkan pada RZWP3K
Provinsi Setempat alurnya sebagai berikut : - Usulan Inisisasi, Inisiasi ini bisa
dilakukan oleh Masyarakat atau Pemerintah mapun kerjasama antara masyarakat
dan pemerintah untuk menyepakati dan menginisiasi perairan di derahnya
dijadikan kawasan konservasi perairan. - Identifikasi, Sebagai data pendukung
inisiasi untuk dapat dicadangkan oleh Gubernur maka diperlukan identifikasi
kondisi ekosistem, habitat, populasi makhluk hidup yang ada di perairan dan
sekitarnya (termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil) atau sering disebut kondisi
biofisik. Selain kondisi biofisik juga diperlukan idetifikasi konsisi social,
ekonomi, dan budaya masyarakat disekitar perairan yang akan dijadikan sebagai
calon kawasan konservasi perairan. - Pencadangan KKP dilakukan oleh Gubernur
berdasarkan inisiasi yang diajukan melalui Surat Keputusan Gubernur. Surat
Keputusan Gubernur juga dilampirkan peta lokasi pencadangan dan luasnya -
Pembuatan Rencana Pengelolaan dan Zonasi (RPZ) Kawasan Konservasi -
Penetapan menjadi Kawasan Konservasi, Penetapan dilakukan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan dengan dasar Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan Konservasi yang telah dibuat oleh Pokja RPZ KKP. b) Apabila sudah
dicandangkan pada RZWP3K Provinsi Setempat alurnya sebagai berikut : - Perda
RZWP3K, Pencadangan Kawasan Konservasi yang telah diakomodir didalam
dokumen RZWP3K yang telah disahkan melalui peraturan daerah maka Calon
Kawasan Konservasi tersebut langsung dapat dibuat dokumen Rencana
Pengelolaan dan Zonasi tanpa melaui tahap inisiasi. - Pembuatan Rencana
Pegelolaan dan Zonasi (RPZ) - Penetapan menjadi Kawasan Konservasi,
Penetapan dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dengan dasar
Dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi yang telah
dibuat oleh Pokja RPZ KKP
Kriteria yang harus dipenuhi suatu daerah agar dapat dijadikan kawasan
konservasi berdasarkan zonasi adalah:
a. Zona inti
• merupakan daerah pemijahan, pengasuhan dan/atau alur ruaya (migrasi) ikan;
• merupakan habitat biota perairan tertentu yang prioritas dan khas/endemik,
langka dan/atau kharismatik;
• mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya;
• mempunyai ciri khas ekosistem alami, dan mewakili keberadaan biota tertentu
yang masih asli;
• mempunyai kondisi perairan yang relatif masih asli dan tidak atau belum
diganggu manusia;
• mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-
jenis ikan tertentu untuk menunjang pengelolaan perikanan yang efektif dan
menjamin berlangsungnya proses bio-ekologis secara alami; dan
• mempunyai ciri khas sebagai sumber plasma nutfah bagi Kawasan Konservasi
Perairan.
b. Zona Perikanan Berkelanjutan
• memiliki nilai konservasi, tetapi dapat bertoleransi dengan pemanfaatan
budidaya ramah lingkungan dan penangkapan ikan dengan alat dan cara yang
ramah lingkungan;
• mempunyai karakteristik ekosistem yang memungkinkan untuk berbagai
pemanfaatan ramah lingkungan dan mendukung perikanan berkelanjutan;
• mempunyai keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya;
• mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk mendukung
kegiatan multifungsi dengan tidak merusak ekosistem aslinya;
• mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin pengelolaan budidaya ramah
lingkungan, perikanan tangkap berkelanjutan, dan kegiatan sosial ekonomi
dan budaya masyarakat; dan
• mempunyai karakteristik potensi dan keterwakilan biota perairan bernilai
ekonomi.
c. Zona Pemanfaatan
• mempunyai daya tarik pariwisata alam berupa biota perairan beserta ekosistem
perairan yang indah dan unik;
• mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensial dan daya
tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi;
• mempunyai karakter objek penelitian dan pendidikan yang mendukung
kepentingan konservasi; dan
• mempunyai kondisi perairan yang relatif masih baik untuk berbagai kegiatan
pemanfaatan dengan tidak merusak ekosistem aslinya.
d. Zona Lainnya
• Zona di luar Zona Inti, Zona Perikanan Berkelanjutan, dan Zona Pemanfaatan
yang karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagai zona tertentu.
• Zona tertentu dapat berupa zona perlindungan atau zona rehabilitasi.
Contohnya Zona khusus transplantasi karang atau zona perlindungan Kima.
software model simulasi yang mensimulasikan sistem yang layak untuk semua
bekerja berdasarkan 3 hal, yaitu simulasi, optimasi, dan analisa sensitifitas. Ketiga
sehingga didapat hasil yang optimal. Pembangkit listrik hybrid on grid di Pesisir
sebagai sumber energi listrik yang berasal dari panel surya, turbin angin dan
turbin gelombang air. laut terhubung jaringan PLN dengan total produksi
41.321.982 kWh/tahun.
dari laut adalah melalui konversi tenaga kinetik masa air laut menjadi tenaga
listrik.
3. Pembangkit listrik tenaga angin (PLTA)
harus pada daerah yang kecepatan anginnya konstan yaitu kecepatan angin yang
dibilang stabil jika dirata rata. Pada daerah pesisir pantai dan pegunungan
Konversi energi panas laut, menggunakan air laut untuk mengubah energi
dihasilkan oleh gelombang yang besar. Energi ini bisa diubah menjadi energi
gelombang laut yang nantinya digunakan untuk memutar turbin dari generator.
mengekplorasi sumber energi non konvesional dari laut. Energi arus laut sebagai
energi terbarukan adalah energi yang cukup potensial di wilayah pesisir terutama
ke pantai, air dalam tabung beton tersebut mendorong udara di bagian tabung
yang terletak di darat. Gerakan yang sebaliknya terjadi saat ombat surut. Gerakan
udara yang berbolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin yang
dipasang pada turbin sehingga turbin berputar hanya pada satu arah walaupun
arus udara.
(pasang) ataupun mengalir keluar (surut), yang terjadi hanya selama kurang lebih
10 jamper harinya.
gelombang, yang mana pembangkitan energi ini akan terjadi di lepas pantai yang
PLTU adalah pembangkit yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk
menghasilkan energi listrik. Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah
Generator yang seporos dengan turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari
uap panas/kering.