Anda di halaman 1dari 17

PUTUSAN

Nomor 0935/Pdt.G/2007/PA.BL
BISMIILLAHIRRAHMANIRRAHIM
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Agama Negeri Tulungagung yang mengadili perkara-perkara
perdata dalam tingkat pertama telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam
perkara cerai talak antara,HILDA AYU PRATIWI BINTI RIADI umur 30 tahun,
agama Islam, pekerjaan manajer BUJR khalifa , tempat tinggal di jalan dhamar
wulan desa Tumpang kec.Talun Kab.Blitar, sebagai Penggugat ;
MELAWAN
ALVENDRA WIBISONO BIN SUBAGIO, umur 30 tahun, agama Islam, pekerjaan
Pengusaha susu peras, tempat tinggal terakhir di jalan kapten tendean desa
Mangunrejo Kec.Ngadiluwih Kab. Kediri, sebagai Tergugat ;
- Pengadilan Agama tersebut ;
- Telah membaca berkas perkara ;
- Telah mendengar keterangan dari Penggugat dan saksi-saksi dipersidangan;
-Telah mendengar keterangan dari Tergugat dan saksi-saksi dipersidangan
TENTANG DUDUK PERKARA
M enimbang bahwa Penggugat dengan surat gugatannya, tertanggal 2
Februari 2007 telah mengajukan Gugatan talak yang terdaftar di Pengadilan Agama
Tulungagung Nomor 0935/Pdt.G/2007/PA.BL dengan dalil-dalil sebagai berikut :
1. Bahwa pada tanggal 02 Februari 2000, Penggugat telah melangsungkan
pernikahan dengan Tergugat yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah
Kantor Urusan Agama kecamatan Talun kabupaten Blitar, sebagaimana dalam
Kutipan Akta Nikah Nomor 123/12/2000 tanggal 02 maret 2000;

2. Bahwa sebelum menikah Penggugat berstatus Perawan dan Tergugat berstatus


jejaka ;
3. Bahwa selama pernikahan tersebut Penggugat dan Tergugat telah
berhubungan suami istri dan sudah menpunyai anak perempuan bernama:
AHMAD HIRSUL , sekarang bersama orang tua penggugat;

4. Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan harmonis,


namun sejak bulan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah
sering terjadi perselisihan dan suami tidak menafkahi istri.

5. Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran tersebut sekitar bulan Januari


2007 saat Penggugat pulang dari Saudi arabia Bahwa selama pisah tersebut,
Penggugat dengan Tergugat sudah tidak pernah kumpul lagi layaknya suami
istri, padahal pihak keluarga telah berupaya mendamaikan, tetapi tidak
berhasil;

6. Bahwa atas sikap atau perbuatan Tergugat tersebut, Penggugat merasa sangat
menderita lahir batin dan oleh karenanya Penggugat tidak rela dan
berkesimpulan bahwa Tergugat adalah suami yang tidak bertanggungjawab;

7. Bahwa atas fakta kejadian sebagaimana tersebut diatas, Penggugat sebagai


istri sangat menderita lahir batin yang berkepanjangan, yang karenanya cukup
alasan bagi Penggugat untuk mengajukan Gugatan cerai terhadap Tergugat
berdasarkan atas alasan hukum sebagaimana di maksud dalam pasal 19 huruf
(f) Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1975 junncto pasal 116 huruf (f)
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia;

8. Bahwa Penggugat sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat


perkara ini;

Berdasarkan atas alasan/dalil-dalil diatas Penggugat mohon agar Ketua Pengadilan


Agama Tulungagung memeriksa dan mengadili perkara ini, selanjutnya menjatuhkan
putusan yang
amarnya berbunyi:
PRIMER :
1. Mengabulkan permohonan Penggugat.

2. Memberi izin kepada Tergugat untuk menjatuhkan talak satu raj'i terhadap
Penggugat di depan sidang Pengadilan Agama Blitar.

3. Membebankan perkara kepada Tergugat menurut hukum yang berlaku.

SUBSIDER :
Mohon putusan seadil-adilnya.
Bahwa, pada hari sidang yang telah ditetapkan Penggugat telah datang
menghadap ke muka sidang, sedangkan Tergugat hadir atas panggilan resmi dan patut
sesuai relas panggilan nomor 0935/Pdt.G/2007/PA.BL tanggal 14 Februari 2007
panggilannya dibacakan didalam sidang;
Bahwa, Mediasi tidak berhasil berdasarkan laporan Mediator yang diterima
Ketua Majelis;
Bahwa, Majelis Hakim telah menasehati Penggugat agar berpikir untuk tidak
bercerai dengan Tergugat, tetapi Penggugat tetap pada dalil-dalil gugatannya untuk
bercerai dengan Tergugat;
Bahwa, perkara ini tidak dapat dimediasi karena Penggugat tetap ingin bercerai
dengan Tergugat, selanjutnya dimulai pemeriksaan dengan membacakan surat
gugatan Penggugat yang maksud dan isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat;
Bahwa, untuk menguatkan dalil-dalil gugatan, Penggugat telah mengajukan alat-alat
bukti berupa :
A. Bukti Tertulis
1. Fotocopy whatsapp penggugat tidak di balas oleh tergugat
2. Visum
B. Saksi-Saksi

1. Fuad fajrus shobah, Umur 25 tahun, Agama Islam, Pekerjaan kuli


bangunan, alamat terakhir JL Diponegoro,Blitar, telah memberikan
keterangan dibawah sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa saksi pertama kenal dengan Penggugat dan Tergugat karena
saksi pertama adalah ibu penggugat, saksi kedua dari penggugat
adalah kakak ipar dan saksi tahu mereka adalah suami istri sah yang
menikah sekitar bulan Januari 2007;
- Bahwa saksi tahu setelah menikah mereka tinggal di rumah orangtua
Penggugat selama 7 tahun dan sudah punya seorang anak perempuan
bernama, Ahmad Hirsul, sekarang bersama Tergugat;
- Bahwa semula keadaan rumah tangganya berjalan harmonis, namun
sejak bulan Januari 2007 rumah tangga Penggugat dengan Tergugat
mulai goyah sering sering terjadi perselisihan dan pertengkaran;
- Bahwa saksi tahu rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak
harmonis, yang disebabkan penggugat tidak dinafkahi oleh
tergugat,Bahwa saksi tahu puncak perselisihan dan pertengakaran
tersebut terjadi sekitar bulan Januari 2007 ketika Penggugat pulang
dari Saudi Arabia dan mengetahui tergugat masih berhubungan dengan
wanita lain yang mengakibatkan Penggugat pulang kerumah orangtua
tergugat dan sudah tidak lagi kumpul dan berkomunikasi dengan
penggugat hingga terjadi perpisahan dengan Penggugat selama 1 tahun
5 bulan sampai sekarang.
- Bahwa saksi tahu, sejak saat itu antara Penggugat dan Tergugat sudah
tidak
pernah berhubungan lagi.
Bahwa untuk singkat dan lengkapnya uraian putusan ini ditunjuk pada berita acara
sidang yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari putusan ini.

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM


Menimbang, bahwa maskud dan tujuan Gugatan adalah sebagaimana tersebut
di atas.
Mengingat, bahwa dalam gugatannya Penggugat mendalilkan orang yang
tercatat sebagai penduduk Kabupaten Blitar, sehingga sesuai ketentuan Pasal 66 ayat
(3) dan Pasal 49 huruf (a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, secara hukum
perkara ini menjadi wewenang Peradilan Agama Blitar.
Menimbang, bahwa dalam perkembangannya, Penggugat mendalilkan telah
menikah dengan Tergugat pada tanggal 02 Februari 2000 dan ikatan perkawinan
tersebut tidak pernah putus hingga saat diajukannya perkara ini, dengan demikian
Penggugat mempunyai legal standing untuk mengajukan gugatan cerai talak ini.
Menimbang, bahwa untuk memenuhi maksud Pasal 130 HIR Majelis Hakim
telah berupaya melakukan perdamaian dengan cara menasehati Penggugat agar
kembali rukun dan melanjutkan hubungan suami isteri dengan Tergugat, akan tetapi
upaya perdamaian tersebut tidak berhasil.
Mengingat, bahwa gugatan Penggugat pada pokoknya meminta kepada
Pengadilan Agama Tulungagung agar memberi izin Tergugat untuk menjatukan talak
satu raj’i terhadap Penggugat dengan alasan bahwa rumah tangga Penggugat dan
Tergugat tidak harmonis, yang disebabkan pada saat Penggugat berbisnis di Surabaya
Tergugat sering keluar malam dan mabuk-mabukan yang mengakibatkan Tergugat
pulang kerumah orangtua tergugat atau sudah berpisah dengan Penggugat selama 1
tahun 3 bulan sampai sekarang.
Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan gugatan cerai talak ini dengan
alasan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116
huruf (f) Kompilasi Hukum Islam
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat hadir dalam persidangan dan
Tergugat telah mengakui semua dalil-dalil gugatan Penggugat.
Menimbang, bahwa dari gugatan Penggugat tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi pokok pemasalahan dalam perkara ini adalah apakah
perselisihan dan pertengkaran yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat
Dengan Tergugat berlangsung secara terus menerus, sehingga berakibat antara
Penggugat dengan Tergugat telah berpisah dan selama ini berpisah itu pula antara
Penggugat dengan Tergugat tidak pernah lagi komunikasi sebagaimana layaknya
suami istri serta telah diupayakan untuk damai oleh keluarga, namun tidak berhasil,
sehingga Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada harapan lagi untuk kembali rukun;
Menimbang, bahwa persidangan dihadiri Tergugat, namun karena perkara ini
menyangkut bidang perkawinan maka sesuai dengan azas yang terdapat dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 angka 4 huruf (e) yaitu perceraian
adalah sesuatu yang dimurkai Allah dan undang-undang perkawinan mempunyai
prinsip mempersulit perceraian karena begitu beratnya akibat penceraian yang terjadi
bagi bekas suami maupun bekas istri dan anak-anak serta untuk menghindari
kebohongan-kebohongan besar dalam hal penceraian, maka Majlis Hakim
berpendapat bahwa dalam penceraian tetap diwajibkan kepada Penggugat untuk
membuktikan dalil-dalil Gugatannya meskipun Tergugat dianggap telah mengakui
kebenaran dalil-dalil gugatagn Penggugat;
Menimbang, bahwa Penggugat telah menguatkan dalil gugatannya dengan
mengajukan bukti tertulis P1 dan P2 serta saksi 1 ;
Menimbang, bahwa bukti P1 (Visum) yang merupakan surat otentik dan telah
bermaterai cukup dan cocok dengan aslinya, isi bukti tersebut menjelaskan mengenai
kekerasan fisik yang terjadi kepada penggugat, sehingga bukti tersebut telah
memenuhi syarat formal dan materil, serta mempunyai kekuatan yang sempurna dan
mengikat;
Menimbang, bahwa bukti P2 (Chat Whatsapp) yang merupakan chat otentik
dan telah terbukti aslinya, isi bukti tersebut menjelaskan mengenai Tergugat telah
meng-iyakan dan melakukan sebuah tindakan yang diharamkan (Bermabuk-
mabukan) oleh allah sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat formal dan
materiil, serta mempunyai kekuatan yang sempurna dan mengikat;
Menimbang, bahwa saksi 1 Penggugat, sudah dewasa dan sudah disumpah,
sehingga
memenuhi syarat formal sebagaimana diatur dalam pasal 145 ayat (1) angka (3e)
HIR;
Menimbang, bahwa keterangan saksi 1 Penggugat mengenai dalil-dalil
gugatan Penggugat adalah fakta yang dilihat sendiri dari relavan dengan dalil yang
harus dibuktikan oleh Penggugat, oleh karena itu keterangan saksi tersebut telah
memenuhi syarat materiil sebagaimana telah diatur dalam Pasal 171 HIR, sehingga
keterangan saksi tersebut memiliki kekuatan pembuktian dan dapat diterima sebagai
alat bukti;
Menimbang, bahwa keterangan saksi 1 Penggugat bersesuaian oleh karena itu
keterangan saksi tersebut memenuhi Pasal 171 dan Pasal 172 HIR Jis. Pasal 76 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989, Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintahan
Nomor 9 tahun 1975 dan Pasal 134 Kompilasi Hukum Islam;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh Penggugat,
maka telah ditemukan fakta hukum sebagai berikut;
- Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang telah menikah
pada tanggal 02 Februari 2000
- Bahwa sejak bulan Januari 2007 rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat mulai goyah sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang
disebabkan pada saat Penggugat pulang dari Saudi Arabia Tergugat tidak
menafkahi penggugat ;
- Bahwa puncak perselisihan dan pertengkaran tersebut terjadi sekitar bulan
januari 2007 ketika Penggugat pulang dari surabaya dan KDRT yang
mengakibatkan Tergugat pulang kerumah orangtua dan sudah tidak lagi
kumpul dan berkomunikasi dengan Penggugat selama 1 tahun 3 bulan
sampai sekarang;
Menimbang, bahwa Penggugat dan petitum angka 2 menuntut agar Tergugat
diberi izin untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Penggugat akan dipertimbangkan
lebih lanjut;
Menimbang, bahwa menurut kententuan Pasl 39 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan menentukan, bahwa untuk melakukan perceraian
harus ada cukup alasan, dimana suami istri tidak akan dapat hidup rukun sebagai
suami istri dan pengadilan telah berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua
belah pihak. Selanjutnya dalam Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintahan Nomor 9
Tahun 1975 Jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam (KHI) menegaskan salah
satu alasan penceraian yaitu adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus
menerus antara suami istri dan tidak ada harapan lagi untuk kembali rukun;
Menimbang, bahwa dari kententuan pasal-pasal tersebut terdapat beberapa
unsur yang harus dipenuhi untuk terjadinya penceraian , baik cerai gugat maupun
cerai talak yaitu;
- Adanya alasan terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang terus
menerus;
- Perselisihan dan pertengkaran menyebabkan suami istri sudah tidak
ada harapan untuk kembali rukun;
- Mediasi tidak berhasil berdasarkan laporan Mediator yang diterima
Ketua Majelis;
- Pengadilan telah berupaya mendamaikan suami isteri akan tetapi tidak
berhasil;
Menimbang, bahwa unsur –unsur tersebut akan dipertimbangkan satu persatu
dengan mengaitkan fakta-fakta yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat, sehingga antara Penggugat dengan Tergugat dipandang telah memenuhi
unsur-unsur terjadinya suatu penceraian;
Menimbang. Bahwa terbukti, antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan
dan pertengkaran yang terus menerus yang disebabkan pada saat Penggugat pulang
dari Saudi Arabia Tergugat melakukan unsur KDRT dan telah lalai dengan
kewajibannya sebagai seorang suami dengan demikian unsur pertama telah terpenuhi.
Menimbang. Bahwa selanjutnya dari perselisihan dan pertengkaran tersebut antara
Penggugat dan Tergugat telah berpisah ranjang yang hingga sekarang selama 1 tahun
5 bulan berturut-turut dan selama berpisah itu pula antara Penggugat dan Tergugat
tidak pernah komunikasi lagi sebagai layaknya suami istri dan keluarga kedua belah
pihak telah berusaha menasehati agar kembali rukun membina rumah tangga, akan
tetapi upaya tersebut tidak berhasil, dengan demikian unsur kedua juga telah
terpenuhi.
Menimbang bahwa majelis hakim telah berupaya mendamaikan dengan menasehati
Penggugat agar rukun kembali dengan Tergugat dari awal persidangan dan pada
setiap persidangan sesuai ketentuan pasal 31 peraturan pemerintah nomor 9 Tahun
1975, namun upaya tersebut tidak berhasil, dengan demikian unsur ketiga juga telah
terpenuhi.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas Majelis
Hakim berkesimpulan, bahwa perselisihan dan pertengkaran yang terjadi antara
Penggugat dan Tergugat sudah sedemikian parah, sehingga rumah tangga menjadi
pecah (broken marriage) dan sudah tidak mungkin untuk dirukunkan kembali,
dipandang telah memenuhi unsur-unsur terjadinya perceraian sebagaimana ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan tersebut di atas.
Menimbang, bahwa terhadap perkara ini dapatditerapkan pula yurisprudensi
Mahkamah Agung RI Nomor 379/K/AG/1995 tanggal 26 Maret 1997 yang diabtraksi
hukumnya menyatakan “apabila suami istri terjadi perselisihan dan terjadi pisah
tempat, maka rumah tangga mereka telah pecah dan gugatan perceraian telah
memenuhi ketentuan pasal 19 huruf (f)peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Jo. Kompilasi Hukum Islam pasal 19 huruf (f)”.
Menimbang, bahwa secara sosiologis suatu perkawinan yang didalamnya sering
terjadi perselisihan dan pertengkaran akan sulit mewujudkan rumah tangga bahagia
yang penuh rahmah dan kasih sayang seperti yang diharapkan oleh pasangan suami
istri, justru sebaliknya akan menimbulkan kemudharatan dan perselisihan yang
berkepanjangan salah satu pihak dan kedua belah pihak. Hal tersebut sejalan dengan
pakar Hukum Islam dalam Kitab Madza Hurriyatuz Zaujaeni Fii atthalaq yang
diambil alih menjadi pertimbangan Majelis hakim dalam memutus perkara ini yang
menyatakan “ islam memilih perceraian ketika rumah tangga sudah dianggap
guncang / tidak harmonis dan tidak bermanfaat lagi nasib perdamaian dan hubungan
suami istri sudah hilang (tanpa ruh), sebab dengan meneruskan perkawinan berarti
menghukum salah satu istri atau suami dalam penjara yang berkepanjangan, hal
tersebut adalah suatu bentuk penganiayaan yang bertentangan dengan semangat
keadilan.
Menimbang, bahwa secara sosiologis pula, pemaksaan rukun terhadap suami-
isteri,akan menjadikan semakin buruknya keadaan, apalagi nyata-nyata Tergugat
telah pergi meninggalkan tempat tinggal bersama, hal ini sesuai dengan pendapat
ibnu sina yang dikutip oleh sayyid sabiq dalam kitab Fiqhus Sunnah jus II halaman
208 yang berbunyi sebagai berikut
Artinya: “ maka jika kedua belah pihak dipaksakan untuk tetap rukun sebagai suami
istri, niscaya keadaan akan bertambah buruk”.

Menimbang, bahwa mepertahankan perkawinan/rumah tangga Penggugat dengan


Tergugat yang sudah sedemikian rapuh adalah suatu hal yang sia-sia, karena akan
lebih banyak mafsadatnya dari pada maslahatnya bagi kedua belah pihak, oleh
karenanya Majelis Hakim berpendapat bahwa perceraian merupakan jalan terbaik
bagi Penggugat dan Tergugat agar keduanya terlepas dari penderitaan lahir dan batin
yang berkepanjangan, sebagaimana petunjuk syar’I di dalam Kitab Al-Fiqhiyatul
Islamiyah wa Adillatuhu Juz VII halaman 527 yang artinya : “Perceraian didasarkan
atas adanya pertengkaran yang tajam atau adanya madharat sebagai pemecahan atas
terjadinya persengketaan, sehingga dengan perceraian tersebut kehidupan perkawinan
tidak aakan merupakan neraka dan bencana”.
Menimbang, bahwa disamping itu, rumah tangga Penggugat dengan Tergugat yang
demikian sudah tidak sejalan lagi dengan tujuan perkawinan yang suci yakni untuk
membentuk rumahtangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah sebagaimana
dikehendaki dalam rumusan pasal 3 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Jo. Pasal 1
ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Thun 1974, tidak lagi dapat terwujud, dengan
demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat sudah dalam suasana yang tidak tentram, tidak terbina dengan baik, oleh
karena itu untukmenghindari madlarat yang lebih besar dalam hubungan keluarga,
maka perceraian merupakan pilihan yang dianggap lebih ringan madlaratnya. Hal ini
sejalan dengan qaidah fiqhiyah yang artinya : “ Apabila ada dua hal yang sama-sama
mengandung madlorot, maka harus dipili satu diantaranya yang lebih kecil
madlorotnya”.
Menimbang, bahwa memperhatikan pula keadaan rumah tangga Penggugat dengan
Tergugat sebagaimana tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat bahwa, perceraian
lebih maslahat dan memberi kepastian hokum daripada mengneruskan perkawinan,
bahkan meneruskan perkawinan dalam keadaan seperti tersebut di atas dikhawatirkan
akan mendatangkan madlarat yang lebih besar bagi Penggugat dan Tergugat,
sedangkan kemadlaratan harus dihapuskan sesuai dengan qaidah fiqhiyah yang
artinya : “Mencegah kerusakan/kemudlaratan harus didahulukan dari pada
mengambil suatu manfaat”.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas Majelis
Hakim berpendapat bahwa Penggugat partut dikabulkan:
Menimbang, bahwa tentang biaya sebagaimana dalam petitum angka tiga (3), Majelis
Hakim mempertimbangkan, bahwa perkara ini termasuk dalam lingkup bidang
perkawinan, maka sesuai ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 3
Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009,
maka biaya perkara dibebankan kepada Penggugat:
Mengingat, semua pasal dalam peraturan perundang-undangan dan hukum Islam
yang berkaitan dengan perkara ini:

MENGADILI
1. Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk
menghadap di muka sidang, tidak hadir;
2. Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek;
3. Memberi izin kepada Tergugat (ALVENDRA WIBISONO bin SUBAGIO)
untuk menjatuhkan talak satu raj’i terhadap Penggugat (HILDA AYU
PRATIWI binti RIYADI) didepan sidang Pengadilan Agama Blitar;
4. Membebankan kepada Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp
641.000,00 (enam ratus empat puluh satu ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis yang dilangsungkan


pada hari Senin tanggal 14 Mei 2007 masehi, oleh kami, sebagai Ketua Majelis, Dr.
SURIPTO,S.H.,M.H dan MOCH.ANANG,S.H.,M.H dan IBRAHIM,S.H,.M.H
Masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum pada hari itu juga, oleh Ketua Majelis tersebut dengan didapingi
oleh Hakim Anggota dan dibantu oleh FITRI RAMADANI.,S.H. sebagai Panitera
Pengganti serta dihadiri oleh Penggugat tanpa hadirnya Tergugat :

Ketua Majelis

Dr.SURIPTO.,S.H.,M.H

Hakim Anggota I Hakim Anggota II

MOCH. ANANG.,S.H.,M.H IBRAHIM.,S.H.,M.H

Panitera Pengganti

FITRI RAMADANI.,S.H.,M.H

Perincian Biaya Perkara :\


1. Pendaftaran ………………………………………………... Rp.
50.000,00
2. ATK …………………………………………...……. Rp.
50.000,00
3. Biaya Panggilan …………………………………………... Rp.
550.000,00
4. Materai ……………………………………………………. Rp.
6.000,00
5. Redaksi …………………………………………………… Rp.
5.000,00

Jumlah …………… Rp.


641.000,00
(enam ratus empat puluh satu
ribu rupiah)

Lanjutan VI
Agenda : Putusan
BERITA ACARA
Nomor: 0935 /Pdt.G/2007/PA.BL
(Lanjutan)
Pemeriksaan persidangan Pengadilan Agama di Blitar yang mengadili
perkara-perkara perdata pada tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari Senin 14
Mei 2007, dalam perkara antara :
Hilda Ayu Pratiwi Binti Priyadi, sebagai Penggugat.
Melawan
Alvendra Wibisono Bin Subagio, sebagai Tergugat.
Susunan Persidangan :
Sama seperti sidang yang lalu.
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum oleh ketua
majelis, para pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruangan persidangan.
Penggugat datang sendiri menghadap persidangan.
Tergugat datang sendiri menghadap persidangan.
Kemudian Majelis Hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang
berperkara dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berunding,akan tetapi
tidak berhasil.
Selanjutnya, Ketua Majelis menjelaskan bahwasanya pemeriksaan atas
perkara ini telah selesai,dan agenda sidang hari ini adalah putusan.
Kemudian sidang diskors untuk musyawarah Majelis Hakim dan pihak-pihak
dipersilakan keluar dari ruang sidang. Setelah bermusyawarah, Majelis Hakim lalu
menjatuhkan putusan. Skors kemudian dicabut dan para pihak dipanggil masuk ke
persidangan.
Selanjutnya Ketua Majelis membacakan putusan dalam sidang yang
dinyatakan terbuka untuk umum, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
MENGADILI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat;
2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughraa Tergugat (Alvendra Wibisono Bin
Subagio ) kepada Penggugat (Hilda Ayu Pratiwi Binti Riyadi );
3. Menetapkan hak hadhonah atas anak bernama Ahmad Hirsul berada pada
pengasuhan Penggugat selaku ibu kandungnya;
4. Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah anak kepada Penggugat
sebesar Rp. 2.000,000 (Dua Juta Rupiah) setiap bulan terhitung sejak putusan
ini berkekuatan hukum tetap sampai anak tersebut dewasa/umur 21 tahun;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah madhiyah kepada Penggugat
sebesar Rp. 1.000,000 (Satu Juta Rupiah) setiap bulan terhitung sejak putusan
ini berkekuatan hukum tetap;
6. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara ini
sebesar Rp. 641.000 (enam ratus empat puluh satu ribu rupiah);
Setelah putusan tersebut dibacakan oleh Ketua Majelis, kemudian sidang
dinyatakan ditutup.
Demikian berita acara persidangan inidibuat dan ditandatangani oleh Ketua
Majelis dan Panitera Pengganti.

Panitera Pengganti Ketua Majelis

Fitri Ramadani, S.H DR.Suripto.,S.H.,M.H

Anda mungkin juga menyukai