Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KELOMPOK KHUSUS PADA IBU BERSALIN


RETENSIO PLASENTA

Disusun oleh:
1. Ica Herlina : 2126020158.P
2. Regi Vellia Putri : 2126040150.P
3. Delva Dianwari : 2126040149.P
4. Uli Hartanti : 2126040157.P
5. Afifah Eka Susanti : 2126040148.P
6. Rita Damayanti : 2126040149.P
7. Levia Yuniar E. : 2126040177.P
8. Yesi Rohinda : 2126040175.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI
SAKTI BENGULU TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena

dengankaruniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah” Retensio plasenta” untuk

mahasiswaProgram Studi D IV Kebidanan !akultas ilmu kesehatan uni"ersitas

kadiri makalah ini dimaksudkan sebagai tuntunan belajar bagi mahasiswa di

insitusi pendidikan kesehatan khususnya bidang kebidanan. Semoga dengan

adanya makalah ini bisa memberi banyak pengetahuan bagi pembaca khususnya

bagi penulis sendiri. Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini.

Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, terutama dari

seluruh akademika kebidanan dimanapun berada demi penyempurnaan edisi'edisi

berikutnya. akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak hingga

makalah ini dapat selesai.

Bengkulu, 3 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
A. Plasenta ........................................................................................
7
B. Retensio Plasenta..........................................................................
14
1. Pengertian ..............................................................................
14
2. Etiologi ..................................................................................
14
3. Patofisiologi ...........................................................................
16
4. Mafestasi Klinis .....................................................................
18
5. Diagnosis ...............................................................................
18
6. Sebab-sebab Plasenta belum lahir .........................................
19
7. Komplikasi .............................................................................
19
8. Pemeriksaan Penunjang .........................................................
20
9. Penatalaksanaan Retensio plasenta ........................................
21

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di

dalam rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta menyebabkan infeksi dan

perdarahan pasca melahirkan yang mengakibatkan kematian. Persalinan

terbagi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama ibu hamil akan mengalami

kontraksi, yang memicupembukaan pada leher rahim. Kemudian, ibu hamil

memasuki tahap kedua atau proses persalinan. Pada tahap ini, ibu mulai

mendorong bayi keluar setelah bayi lahir, plasenta akan keluar beberapa menit

setelah bayi dilahirkan. Proses keluarnya plasenta ini adalah tahap ketiga atau

tahap terakhir. Plasenta tidak keluar didalam rahim bahkan hingga lewat dari

30 menit.adalah organ yang terbentuk didalam rahim ketika masa kehamilan

dimulai. Organ ini berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin,

serta membuang limbah sisa metabolisme dari darah. Retensio plasenta dapat

menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor

satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data

kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia

adalah sebesar 43%, menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu

karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap

kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin,

perdarahan post partum dimana retensio plasenta salah satu 2 penyebabnya

dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan perdarahan yang hebat akan cepat

meninggal jikan tidak mendapat perawatan medis yang cepat (saifuddin,

2009).

5
Kuret atau kuretase, adalah suatu prosedur yang bertujuan untuk

mengeluarkan jaringan rahim. Kuret biasanya diawali dengan tindakan yang

dinamakan dilatasi, untuk melebarkan lever rahim (Serviks), sehingga

seringkali disebut sebagai dilatasi dan kuretase. Kuret dapat dilakukan dengan

metode pengerokan menggunakan alat berbahan logam ataupun metode isap

menggunakan alat khusus. Jaringan yang dikeluarkan dari rahim (Uterus)

melalui tindakan kuret adalah jaringan endometrium. Endometrium

merupakan jaringan berlendir yang membentuk dinding rahim bagian dalam.

Ketebalan endometrium akan mengalami perubahan selama siklus menstruasi

(varney,2009).

Angka kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2012 SDKI kembali

kembali mencatat kenaikan angka kematian Ibu (AKI) yang signifikan , yakni

dari 228 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena

itu, pada tahun 2012 kementrian kesehatan meluncurkan program Expanding

Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka

kematian ibu dan neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi

dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar salah

satunya Jawa Barat. Dasar pemilihan provinsi tersebut dikarenakan 52,6% dari

jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari provinsi tersebut.

Sehingga dengan ini diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu

di Indonesia secara signifikan. (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

2014)

6
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Plasenta?


2. Apa itu Retensio Plasenta?
a. Apa Penertian Retensio Plasenta?
b. Bagaimana Etiologi Retensio Plasenta?
c. Bagaimana Patofisiologi Retensio Plasenta?
d. Bagaimana Manifestasi Klinis Retensio Plasenta?
e. Bagaimana mendiagnosis Retensio Plasenta?
f. Apa saja penyebab plasenta belum lahir?
g. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada Retensio Plasenta?
h. Apa Pemeriksaan penunjang yang Dibutuhkan untuk mendukung
diagnose Retensio Plasenta?
i. Bagaimana Penatalaksanaan Retensio Plasenta?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Plasenta?
2. Untuk mengetahui apa itu Retensio Plasenta?
a. Untuk mengetahui Penertian Retensio Plasenta?
b. Untuk mengetahui Etiologi Retensio Plasenta?
c. Untuk mengetahui Patofisiologi Retensio Plasenta?
d. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Retensio Plasenta?
e. Untuk mengetahui Bagaimana mendiagnosis Retensio Plasenta?
f. Untuk mengetahui penyebab plasenta belum lahir?
g. Untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi pada Retensio
Plasenta?
h. Untuk mengetahui Apa Pemeriksaan penunjang yang Dibutuhkan
untuk mendukung diagnose Retensio Plasenta?
i. Untuk mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Retensio Plasenta?
D. Manfaat Penulisan
Mafaat dari penyusunan makalah ini yaitu memberikan informasi kepada
mahasiswa tentang Retensio Plasenta beserta penanganannya, sehingga
memungkinkan mahasiswa mampu mengaplikasikannya pada pasien
dengan kasus Retensio Plasenta.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Plasenta

Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai

20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata rata 500 gr. Tali pusat

berhubungan langsung dengan plasenta biasanya ditengah keadaan ini disebut

insersio sentralis. Bilahubungan ini agak kepeinggir, disebut insersio lateralis,

dan bila dipinggir plasenta,disebut insersio marginalis. Kadang kadang tali

pusat berada diluar plasenta, danhubungan dengan plasenta melalui selaput

janin jika demikian disebut insersiovelamentosa.

Umumnya plasenta mulai terbentuk lengkap pada Kehamilan lebih kurang

16minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kapum uteri. Meskipun

ruangamnion membesar sehingga amnion tertekan kearah korion, namun

amnion hanyamenempel saja, tidak samapi melekat pada korion.

Letak plasenta umunya di depan atau belakang dinding uterus, agak ke

ataskearah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian

atas korpus uterilebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.

Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari

bagian janin, yaitu vili koriolesyang berasal dari korion, dan sebagian kecil

berasal dari bagian ibu yang bersal daridesidua basalis.

Darah ibu yang berada diruang interviller dari spiral arteri yang berada di

desidua basalis. Pada systole darah di semprotkan dengan tekanan 70-80

mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai

chorionic plate, pangkal darikotiledon kotiledon janin. Darah tersebut

8
membasahi semua villi korioles dan kembali perlahan lahan dengan tekanan 8

mmHg ke vena vena di desidua.

Ditempat tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena vena yang

lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir placenta di

beberapa tempatterdapat pula suatu ruang vena yang luas untuk menampung

darah yang berasal dariruang interviller diatas. Ruang ini di sebut sinus

marginalisDarah ibu yang mengalir diseluruh plasenta diperkirakan menaik

dari 300 mlmenit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml setiap menit pada

kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa villi korioles

mempunyai volume lebih kurang150-250 ml. permukaan semua villi korioles

diperkirakan seluas kurang 11 m2. Dengan demikian, pertukaran zat zat

makanan terjamin benar.

Perubahan perubahan terjadi pula pada jonjot jonjot selama kehamilan

berlangsung. Pada 24 minggu lapisan sinsitium dari villi tidak berubah, akan

tetapi darilapisan sititripoblas sel sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai

fagosit fagosit, dan pembuluh pembuluh darahnya menjadi lebih besar dan

lebih mendekati lapisan tropoblas. Pada kehamilan 36 minggu sebagian besar

sel sel tropoblas tidak ada lagi,akan tetapi antara sirkulasi ibu dan janin selalu

ada lapisan tropoblash. Lagi pula terjadi klasifikasi PD dalam jonjot jonjot dan

pembentukan fibrin dipermukaan dibeberapa jonjot. Kedua hal terakhir ini

mengakibatkan pertukaran zat zat makanan, zat asam, dansebagainya antara

ibu dan janin mulai terganggu.

Deposit fibrin ini dapat terjadi sepanjang masa kehamilan, sedangkan

banyaknya juga berbeda beda. Jika banyak, maka deposit ini dapat menutup

9
villi dan villi itukehilangan hubungan dengan darah ibu, lalu berdegenerasi.

Dengan demikian, timbullahinfark. Disamping itu, spiral arteries yang

member darah ke ruang interviller dapatmengadakan spasme oleh salah satu

sebab, sehingga darah mengalir perlahan lahansehingga timbul pembekuan

setempat. Dapat dimengerti bahwa villi di sekitar tempattersebut dapat

menglami proses degenerasi dengan deposit fibrin dan kalsifikasi. Timbul

pulalah dsini apa yang dinamakan infark. Peredaran darah antara uterus dan

plasentadewasa ini dapat di ukur secara dopler ultrasound hingga dapat

diperkirakankemungkiana adanya kelainan pada janin dengan mengukur flow

velocity wafeforms(FVM) bentuk kecepatan gelombang sirkulasi darah.

1) Fungsi plasenta pada janin :

a. Organ respirasi

Vaskularisasi yang luas didalam villi dan perjalanan darah ibu dalam

ruang intervilusyang relatif pelan memungkinkan pertukaran oksigen

dan CO2 antara darah ibu dan janin melalui difusi pasif. Pertukaran

diperkuat dengan saturasi dalam ruang intervilus sebesar 90 – 100%

dan PO2 sebesar 90 - 100 mmHg. Setelah kebutuhan plasenta

10
terpenuhi, eritrosit janin mengambil oksigen dengan saturasi 70% dan

PO2 30 – 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan

janin. CO2 melewati plasenta dengan difusi pasif. Ion Hidrogen,

bicarbonate dan asam laktat dapat menembus plasenta melalui difusi

sederhana sehinggastatus keseimbangan asam-basa antara ibu dan anak

sangat berkaitan erat. Oleh karenatransfer berlangsung perlahan, janin

dapat melakukan “buffer” pada kejadian penurunan pH,kecuali bila

asidosis maternal diperberat dengan dehidrasi atau ketoasidosis

sebagaimanayang terjadi pada partus lanjut dimana janin dapat

mengalami asidosis. Efisiensi pertukaranini tergantung pada pasokan

darah ibu melalui arteri spiralis dan fungsi plasenta. Bila pasokan

darah ibu terbatas seperti yang terjadi pada penyakit hipertensi dalam

kehamilan, penuaan plasenta sebelum saatnya , kehamilan postmatur,

hiperaktivitas uterus atau tekanantalipusat, maka ketoasidosis pada

janin dapat terjadi secara terpisah dari asidosis maternal.

11
b. Organ transfer nutrisi dan ekskresi

Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin

melalui metode transfer aktif yang melibatkan proses enzymatik.

Nutrien yang komplek akan dipecah menjadikomponen sederhana

sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang pada

villichorialis janin. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi

pertumbuhan janin (90%), 10%sisanya diperoleh dari asam amino.

Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkatsetelah minggu ke

30. Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per

kilogram berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen

Dan lemak. Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar

jantung, belakang skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2

gram perhari sehingga pada kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin

berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya cadangan energi sebesar

21.000 KJ dan diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam regulasi

suhu tubuh janin pada hari-hari pertama setelah lahir. Pada bayi

preterm atau dismatur, cadangan energi lebih rendah sehingga akan

menimbulkan permasalahan. Lemak dalam bentuk asam lemak bebas

sulituntuk di transfer. Lemak yang mengalami proses transfer di

resintesa kedalam bentuk fosfatdan lemak lain dan disimpan dalam

jaringan lemak sampai minggu ke 30. Setelah itu, hepar janin

memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan mengambil alih fungsi

metabolisme.

c. Transfer obat

12
Transper obat melalui plasenta tidak berbeda dengan nutrien lain

pada umumnya.Kecepatan transfer dipengaruhi oleh kelarutan dari

molekul ion didalam lemak dan ketebalantrofoblas. Pada paruh kedua

kehamilan, trofoblas menjadi tipis dan area plasenta bertambahluas

sehingga transfer obat dapat berlangsung lebih mudah. Obat ilegal

(narkotika, cocain danmarihuana) yang dikonsumsi oleh ibu hamil

dapat melewati plasenta dan dapat mengganggu perkembangan janin.

Dampak dari hal ini sulit ditentukan oleh karena selain obat ilegal,

pasien biasanya juga adalah perokok atau peminum alkohol.

Pertumbuhan janin cenderungterhambat dan mengalami kelainan

kongenital tertentu, Seringkali mengakibatkan terjadinya persalinan

preterm dan anak yang dilahirkan dapat menunjukkan sindroma

withdrawal.

d. Fungsi endokrin plasenta

Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk

diantaranya hormon yanganalog dengan hormon hipotalamus dan

hipofisis serta hormon steroid. Sejumlah produk jugadihasilkan oleh

plasenta. Beberapa diantaranya adalah glikoprotein seperti

misalnyaPregnancy Associated Protein A B C dan D, Pregnancy

Specific Glycoprotein (SP1) danPlacental Protein 5 (PP5) . Peran dari

bahan ini dalam kehamilan masih belum jelas. Hormoneyang berperan

adalah:

 Diamin oksidase yang berfungsi menginaktifkan pressor amine,

 Oksitosinase yang berfungsi menetralisir oksitosin dan

13
 Pospolipase A2 yang mensintesa asam arakhidonat. Dari segi fungsi

hormonal, Plasentamenghasilkan hormon korionik gonadotropin,

korionik somatomammotropin (placentallactogen), korionik

tirotropin, estrogen dan progesteron. Fetal membrane pada

plasentadianggap sebagai protective barrier bagi janin terhadap zat-

zat berbahaya yang beredar dalam darah ibu. Substansi dengan berat

molekul lebih dari 500 daltondicegah memasuki darah janin.

Sebaliknya antibodi dan antigen dapat melewati plasenta darikedua

arah.Infeksi dalam kehamilan karena virus (rubella, chicken pox,

measke,mump, poliomielitis), bakteri (treponema pallidum, tbc)

atau protozoa (toksoplasma,malaria) dapat melewati plasenta dan

mengenai janin. Demikian juga dengan obat-obatan, dimana

sebagian besar obat-obatan yang dipakai dalam kehamilan

dapatmelewati barrier plasenta dan mungkin mempunyai efek yang

tidak baik terhadap janin.Janin dan plasenta mengandung penentu

antigen yang diturunkan dari bapak dan merupakan sesuatu yang

asing bagi ibu. Namun tidak terjadi reaksi penolakan dari ibu.

Mekanisme yang pasti untuk menerangkan hal ini belum jelas, tapi

teori yang dikemukakan adalah bahwa : fibrinoid dan sialomusin

yang menutupi trophoblas menekan antigen trophoblas, hormon-

hormon plasenta, protein, steroid dan korionik gonadotropin

mungkin berperan dalam produksi sialomusin, lapisan

Nitabuchkemungkinan menginaktifkan antigen jaringan, hanya

sedikit sekali human leucpcyteantigen (HLA) pada permukaan

14
trophoblas, sehingga reaksinya kecilsekali, umumnyaterdapat

maternal-paternal immuno-incompatibility pada derajad tertentu,

sehingga ada blocking antibody yang dihasilkan ibu dan melindungi

janin dari reaksi penolakan.

B. Retensio Plasenta

1. Pengertian

Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum

lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest

placenta)merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim

yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum

hemorrhage) atau perdarahan post partumlambat (late postpartum

hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan.

Menurut Sarwono Prawirohardjo : Retensio plasenta adalah tertahannya

atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah

bayi lahir.

2. Etiologi

Penyebab dari retensio plasenta ini adalah

a. Plasenta sudah lepas tapi belum dilahirkan yang menghalangi

keluarnya plasenta disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk

melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi

lingkaran kontriksi pada bagian bawah uterus (ingkarserasio plasenta).

b. Plasenta belum lepas dari dinding uterus, hal ini dapat disebabkan oleh

beberapa hal yaitu:

15
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (Plasenta

adhesiva )yaitu, implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkankegagalan mekanisme separasi fisiologis.

2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapaisebagian lapisan miometrium, perlekatan plasenta

sebagian atau total padadinding uterus. Pada plasenta akreta vilii

chorialis menanamkan diri lebih dalamkedalam dinding rahim

daripada biasa adalah sampai kebatas atas lapisan ototrahim.

Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh

permukannyamelekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta

akreta yang parsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari

permukaannya lebih erat berhubungan dengandinding rahim dari

biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan precreta jarang

terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua,

misalnyadesisua yang terlalu tipis.

3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga

mencapai /melewati lapisan miometrium.

4) Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion yang menembus

lapisan miometrium hingga mencapai lapisan serosa dinding

uterus.

5) Plasenta inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum

uteri,disebabkan oleh kontriksi ostium uteri.

Namun ada beberapa factor predisposisi untuk terjadinya retensio

plasenta diantaranya beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta

16
yaitu: Grandemultipara, Kehamilan ganda, sehingga memerlukan

implantasi plasenta yang agak luas, Kasusinfertilitas, karena lapisan

endometriumnya tipis, Plasenta previa, karena dibagianishmus uterus

pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam,

Bekasoperasi pada uterus.

3. Patofisiologis

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi.

Kontraksi dan retraksiotot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir

persalinan. Sesudah berkontraksi,sel miometrium tidak relaksasi,

melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengankontraksi yang

berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan

kavumuteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan

mendadak uterus ini disertaimengecilnya daerah tempat perlekatan

plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta

yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dindinguterus. Tegangan

yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa

yanglonggar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu.

Pembuluh darahyang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto

miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini

menekan pembuluh darah dan retraksi otot inimengakibatkan pembuluh

darah terjepit serta perdarahan berhenti. Namun dapat jugaterjadi

perdarahan bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum

terlepasseluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa

menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah

17
hilang. Pengamatan terhadap persalinan kalatiga dengan menggunakan

pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru

tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal

dapatdibagi ke dalam 4 fase, yaitu:

 Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat

plasenta,namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.

 Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat

plasenta melekat(dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).

 Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan

pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang

terbentuk antara dinding uterusdengan plasenta. Terpisahnya plasenta

disebabkan oleh kekuatan antara plasentayang pasif dengan otot uterus

yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi

permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di

lapisanspongiosa.

 Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta

bergerak turun,daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah

kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa

perdarahan selama pemisahan plasenta lebihmerupakan akibat, bukan

sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukanoleh lamanya

fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala

tiga,89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat

implantasinya. Tanda-tandalepasnya plasenta adalah sering ada

pancaran darah yang mendadak, uterus menjadiglobuler dan

18
konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomenkarena

plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat

yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat

melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus

menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas

vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh

adanya tekanan inter abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam

posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara

spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk

menyempurnakan persalinan kalatinggi. Metode yang biasa dikerjakan

adalah dengan menekan dan mengklovasiuterus, bersamaan dengan

tarikan ringan pada tali pusat

4. Manifestasi klinis

Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir dalam 30 menit,

perdarahansegera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang

timbul yaitu tali pusat putusakibat retraksi berlebihan, inversi uteri akibat

tarikan, perdarahan lanjutan.Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta), gejala

yang selalu ada yaitu plasenta atausebagian selaput (mengandung

pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.Gejala yang

kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak

berkurang. Penilaian retensio plasenta harus dilakukan dengan benar

karena inimenentukan sikap pada saat bidan akan mengambil keputusan

untuk melakukan manual plasenta.

5. Diagnosis

19
Anamnesis: meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta

informasimengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas,

serta riwayat multipelfetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum

sekarang dimana plasenta tidak lepassecara spontan atau timbul

perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. Pada pemeriksaan pervaginam,

plasenta tidak ditemukan di dalam kanalisservikalis tetapi secara parsial

atau lengkap menempel di dalam uterus

6. Sebab-sebab plasenta belum lahir

a. Plasenta belum lepas dari dinding uterus

b. Plasenta sudah lepas, akantetapi belum dilahirkan : di sebabkan oleh

karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah

penanganan kala III

c. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta

d. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis

menembus desidua sampai miometrium sampai dibawah peritoneum

(plasenta akreta dan perkreta)

7. Komplikasi

Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya :

PerdarahanTerjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit

pelepasan hinggakontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat

membuat luka tidak menutup. Infeksi Karena sebagai benda mati yang

tertinggal didalam rahim meingkatkan pertumbuhan bakteri dibantu

dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta. Terjadi polip plasenta

sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan

20
nekrosis.Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma. Dengan

masuknya mutagen, perlukaanyang semula fisiologik dapat berubah

menjadi patologik (displastik-dikariotik) danakhirnya menjadi karsinoma

invasive, proses keganasan akan berjalan terus. Sel initampak abnormal

tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa

perubahanabnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari

serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun

kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan

abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubahmenjadi

kanker (Manuaba, IGB. 1998:300)

Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara manual selain

infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan trans!usi darah yang

dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps

sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan

plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menemus desidua dan

memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu

dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam

hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong

dan disertai dengan perdarahan. Bika disadari adanya plasenta akreta

sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan

dihentikandan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-

sisa dalam uterus.

8. Pemeriksaan penunjang

21
a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan

hematocrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah

leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya

meningkat.

b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin

time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (APTT) atau yang

sederhana dengan Flotting Time (FT) atau bleeding Time (BT). Ini

penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh !aktor

lain.

9. Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Apabila plasenta belum lahir 30 menit setelah anak lahir, harus

diusahakan untuk mengeluarkannya. Dapat di coba dulu prasat menurut

Crede. Tindakan ini sekarangtidak banyak dilakukan karena

memungkinkan terjadinya inversion uteri, tekanan yang kuat pada uterus

dapat juga menyebabkan perlukaan yang kuat pada otot uterus dan

rasanyeri yang keras dengan kemungkinan syok. Akan tetapi dengan

teknik yang sempurna hal ini dapat dihindari.

Salah satu cara untuk membantu pengeluaran plasenta adalah cara

brandt. Dengan salah satu tangan, penolong memegang tali pusat didekat

vulva. Tangan yang lain diletakkan didepan dinding perut di atas simfisis

sehingga permukaan palmar jari jari tanagan terletak dipermukaan depan

rahim, kira kira pada perbatasan segmen bawah dan badan rahim. Dengan

melakukan tekanan ke bawah ke atas belakang maka badan rahimakan

terangkat. Apabila plasenta telah lepas, maka tali pusat tidak tertarik ke

22
atas.Kemudian tekanan di atas simfisis di arahkan ke bawah belakang , kea

rah vulva. Padasaat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk

membantu mengeluarkan plasenta.Yang selalu tidak dapat dicegah ialah

bahwa plasenta selalu tidak dapat dilahirkan seluruhnya, melainkan

sebagian masih ketinggalan yang harus dikeluarkan dengan tangan.

Pengeluaran plasenta dengan tangan kini di anggap cara yang paling baik.

Denga tangan kiri menahan fundus uteri supaya fundus jangan naik ke

atas, tangan kanan dimasukkan ke dalam kavum uteri. Dengan mengikuti

tali pusat, tangan itu sampai pada plasenta dan mencari pinggir plasenta.

Kemudian jari jari tangan itu dimasukkan antara pinggir pplasenta dan

dinding uterus. Biasanya tanpa kesulitan plasenta sedikit demi sedikit

dapat dilepaskan dari dinding uterus untuk kemudian dilahirkan.

Banyak kesulitan dialami dalam pelepasan plasenta pada plasenta

akreta. Plasentahanya dapat dikeluarkan sepotong demi sepotong bahaya

perdarahan serta perforasi mengancam. Apabila berhubungan dengan

kesulitan kesulitan tersebut akhirnyadiagnosis plasenta ingkreta dibuat,

sebaiknya usaha untuk mengelurkan plasenta bimanual dihentikan, lalu

dilakukan histerektomi.

Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi terhalang untuk

dilahirkan karenalingkaran kontriksi (inkarserasio plasenta) tangan kiri

penolong dimasukkan ke dalamvagina dan kebagian bawah uterus denagn

dibantu oleh anastesia umum untuk melonggarkan kontriksi. Dengan

tangan tersebut sebagai petunjuk di masukkan cunamovum melalui

lingkaran kontriks untuk memegang plasenta, dan perlahan lahan

23
plasentasedikit sedikit demi sedikit di tarik ke bawah melalui tempat

sempit tersebut.

 Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan

kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid

(sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila

memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi

oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan

hasil pemeriksaan darah.

 Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer

laktat atau NaCl0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.

 Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil

lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. Jika

plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi

manual plasenta adalah: Perdarahan padakala tiga persalinan kurang

lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah

persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,

perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.

 Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat

dikeluarkan dengantang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa

plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan

kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit denganhati-hati

karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada

abortus.

24
 Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan

pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

 Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk

pencegahan infeksi sekunder.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Retensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta setelah bayi lahir selama

30menit, hal ini disebkan karena plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus

namun belum dilahirkan dan belum lepasnya plasenta karena kurangnya His.

Jika terjadi hal ini biasanya pasien akan mengeluh terjadinya perdarahan

setelah beberapa hari melahirkan,atau kurang lengkapnya plasenta saat

melahirkan, untuk penatalaksanaanya pasiendiberikan oksitosin, ataupun

dilakukan plasenta manual. Penanganan lebih dini akan mencegah terjadinya

komplikasi seperti polip plasenta dan keganasan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, Gary. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC.

http://khairul-anas.blogspot.com/2012/04/jenis-retensio-plasenta.html -
ixzz2PPF8Xso3

https://id.scribd.com/embeds/310249157/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono.2010.Pelayanan Kesehatan Maternal.Edisi 1. Jakarta.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rustam, Mochtar. 1998. SinopsisObstetri.Edisi 2.

Saifuddin AB. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: EGC. 2009.

Varney, Helen. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Vol 2. Jakarta :
EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai