Anda di halaman 1dari 16

Vol 24, No.

1 , April 2020

PERILAKU TIDAK PATUH ANAK USIA BATITA: STUDI DESKRIPTIF PADA


KELUARGA MISKIN
Devi Oktari Harvens, Linda Primana, Rini Hildayani
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
devi.oktari61@ui.ac.id

ABSTRAK. Perilaku tidak patuh seringkali ditampilkan anak di usia batita dan dapat menjadi
prediktor masalah perilaku pada anak. Perilaku tidak patuh merupakan suatu perilaku yang sengaja
ditunjukkan oleh anak untuk tidak melakukan tindakan yang diminta oleh orangtua atau figur otoritatif
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tidak patuh anak pada keluarga
miskin. Perilaku tidak patuh, yakni mengabaikan, menolak, atau menunjukkan kemarahan, dilihat
berdasarkan respon anak terhadap permintaan ibu dalam konteks merapikan mainan. Pendekatan
kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menggambarkan perilaku tidak patuh pada anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perilaku tidak patuh yang umum ditampilkan anak adalah
mengabaikan permintaan ibu.
Kata kunci: perilaku tidak patuh, batita, keluarga miskin

ABSTRACT. Noncompliant behavior is a child’s common response in toddlerhood and can be a


predictor of child’s behavior problem. Noncompliance is a behavior in which child purposely do not
meet parents’ or other authoritative figures’ demands. This study aims to discover children’s
noncompliance behavior, specifically in low income family. Noncompliant behavior, i.e. passive
noncompliance, overt resistance, or defiance, is assessed based on child’s response in clean up task
context. Quantitative and qualitative approach are used in this study to find the description of
noncompliance behavior in children. The result shows that the most common response from children
is ignoring mother’s direction.
Keywords: noncompliance behavior, toddlerhood, family in poor

PENDAHULUAN (Edward & Liu, 2002). Sebagai bentuk awal


Memiliki anak yang patuh dari regulasi diri, kepatuhan mulai berkembang
merupakan dambaan sebagian besar orangtua. ketika anak memasuki usia 12 hingga 18 bulan.
Kepatuhan anak menjadi salah satu isu Pada usia ini, anak mulai memiliki kesadaran
perkembangan yang mulai terjadi di usia batita terhadap kehadiran tuntutan sosial dan
(toddlerhood). Kepatuhan (compliance) dapat mengembangkan kemampuan untuk
didefinisikan sebagai kemampuan anak untuk memenuhi permintaan orangtua. Lebih lanjut,
menyesuaikan perilaku berdasarkan perintah anak berperilaku patuh hanya saat diawasi dan
atau keinginan pengasuh atau caregiver diarahkan oleh orangtua atau figur otoritas

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

33
Vol 24, No. 1 , April 2020
lainnya. Memasuki usia 24 bulan, anak 2012). Hal itu membuat anak menjadi lebih
memperoleh kontrol diri yang meliputi sering menghabiskan waktunya dengan
kemampuan untuk menunggu saat diminta dan melakukan kegiatan bermain. Lebih lanjut,
mulai mampu meregulasi perilakunya, bahkan anak menjadi lebih senang untuk
ketika tidak ada pengawasan dari orang lain. menggunakan berbagai macam alat permainan
Pada usia 36 bulan, anak mulai mampu untuk yang menarik perhatiannya saat bermain
meregulasi diri. Anak memiliki fleksibitas sebagai salah satu cara untuk memahami dunia
untuk memenuhi permintaan atau instruksi di sekitar dirinya.
yang berubah dari satu situasi ke situasi lain
Saat orangtua meminta anak untuk
(Feng, Hooper, & Jia, 2017; Kochanska, Coy,
merapikan mainan setelah selesai digunakan,
& Murray, 2001).
anak seringkali menolak permintaan tersebut,
Perilaku tidak patuh pada anak mulai bahkan tidak jarang anak menunjukkan
dapat terlihat ketika anak memasuki usia batita. kemarahan. Pada usia batita, anak cenderung
Pada usia ini, anak seringkali berkata “tidak” sulit untuk dapat memahami maksud dan
terhadap berbagai permintaan atau instruksi tujuan dari instruksi yang diberikan kepada
dari orangtua atau figur otoritas lainnya dirinya, termasuk saat diminta untuk
(Charlesworth, 2017). Orangtua terkadang merapikan mainan. Hal itu karena pada tahap
juga harus menghadapi kemarahan anak, usia batita, anak berada pada tahap
seperti merajuk, berteriak, memukul, hingga perkembangan kognitif praoperasional (pre-
menendang, sebagai bentuk penolakan anak operational stage). Pada tahap perkembangan
terhadap permintaan orangtua yang diberikan ini, anak memiliki keterbatasan cara berpikir
kepada anak. Hal itu membuat orangtua kerap yang bersifat egosentris. Egosentrisme adalah
melabel anak sebagai anak yang tidak patuh ketidakmampuan anak. untuk membedakan
(Maesyaroh, 2019; Niken, 2017; SayangiAnak, antara sudut pandang dirinya dan sudut
2016; Zulhaqqi, 2013). pandang orang lain. Hal itu membuat anak
cenderung berfokus pada sudut pandang yang
Memasuki tahap perkembangan usia
dimilikinya dalam berpikir dan membuat
batita, anak mulai menjadi sosok yang aktif
keputusan (Santrock, 2011).
untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya.
Keaktifan anak dalam mengeksplorasi tersebut Kecenderungan anak untuk menolak
ditunjang oleh perkembangan fisik-motorik permintaan orangtua juga terkait dengan
anak yang semakin matang di tahap keinginan anak untuk menjadi sosok yang
perkembangan ini (Newman & Newman, memiliki kemandirian dan kontrol terhadap

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

34
Vol 24, No. 1 , April 2020
dirinya. Dilihat berdasarkan teori disebut juga sebagai self-assertive (Braungart-
perkembangan psikososial yang dikemukakan Rieker, Garwood, & Stifter, 1997) –, anak
oleh Erik Erikson, anak pada usia batita berada menunjukkan penolakan terhadap permintaan
pada tahap perkembangan autonomy versus orangtua dengan memberikan alasan atau
shame and doubt. Pada tahap perkembangan melakukan negosiasi terhadap orangtua.
ini, anak mulai memiliki pandangan bahwa Bentuk perilaku tidak patuh tersebut
dirinya memiliki kendali atas dunia di merupakan perilaku yang masih dapat diterima
sekitarnya. Anak juga memiliki dorongan kuat karena mencerminkan perkembangan
untuk mencoba berbagai macam kegiatan, kemampuan sosial dan kemandirian anak. Pada
mengungkapkan keinginan, dan membuat perilaku defiance, anak menunjukkan
keputusan secara mandiri. Dalam penolakan dengan disertai ekspresi emosi
menunjukkan kemandirian dan kontrol diri secara negatif, seperti merajuk, menangis,
yang dimiliki, anak cenderung menggunakan berteriak, menendang, dan tindakan agresif
cara yang bersifat negatif (negativism), salah lainnya.
satunya ialah dengan berkata “tidak” terhadap
Kepatuhan anak di usia dini terhadap
berbagai macam permintaan atau instruksi dari
permintaan orangtua merupakan salah satu
orang lain (Charlesworth, 2017; Papalia &
tanda pencapaian perkembangan regulasi diri
Feldman, 2012).
anak secara emosi (Dennis, 2006). Hal itu
Perilaku tidak patuh atau dikarenakan untuk mematuhi permintaan
noncompliance merupakan perilaku yang orangtua, anak memerlukan kemampuan untuk
dengan sengaja ditunjukkan oleh anak, baik menginisiasi, menghentikan, atau
secara aktif atau pasif, untuk tidak melakukan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan
tindakan yang sesuai dengan permintaan standar yang dimiliki oleh orangtua
orangtua atau pun figur otoritas lainnya (Kalb (Kochanska, Coy, & Murray, 2001). Perilaku
& Loeber, 2003). Kochanska dan Aksan (1995) patuh anak dapat dibagi ke dalam dua bentuk,
menyebutkan bahwa terdapat tiga bentuk yakni committed compliance dan situational
perilaku tidak patuh yang ditampilkan oleh compliance. Committed compliance dapat
anak, yakni passive noncompliance, overt didefinisikan sebagai keinginan dan komitmen
resistance, dan defiance. Pada perilaku passive yang berasal dari dalam diri anak untuk
noncompliance, anak menunjukkan perilaku memenuhi permintaan orangtua. Perilaku
tidak patuh dengan mengabaikan permintaan patuh ini ditandai dengan semangat yang
orangtua. Pada perilaku overt resistance – ditampilkan dari dalam anak saat memenuhi

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

35
Vol 24, No. 1 , April 2020
permintaan orangtua. Situational compliance serta membuat anak berisiko memiliki perilaku
adalah perilaku kooperatif yang ditunjukkan bermasalah di tahap perkembangan berikutnya
anak terhadap permintaan orangtua, namun (Braungart-Rieker, Garwood, & Stifter, 1997).
perilaku tersebut tidak disertai dengan Selain itu, perilaku tidak patuh yang terus-
keinginan yang berasal dari dalam diri anak. menerus dibiarkan dapat meningkatkan
Hal itu terlihat dari kecenderungan perilaku kecenderungan anak untuk melakukan
patuh anak yang mudah goyah dan perlu tindakan agresif di kemudian hari. Studi yang
mendapatkan dukungan eksternal secara terus- dilakukan oleh Chen et al., (2002) menemukan
menerus (Kochanska & Aksan, 1995; bahwa perilaku tidak patuh yang ditunjukkan
Kochanska, Coy, & Murray, 2001; Kok et al., anak pada masa batita dapat meningkatkan
2013). perilaku agresif anak, baik secara verbal dan
fisik, di tahap perkembangan selanjutnya.
Kepatuhan yang ditampilkan anak
Lebih lanjut, perilaku tidak patuh yang disertai
dapat berdampak pada pencapaian akademik
tindakan kasar – mengamuk atau menendang
anak ketika memasuki usia sekolah. Studi yang
benda keras dan pecah belah – juga dapat
dilakukan oleh Caughy, Mills, dan Owen
berisiko menyebabkan luka fisik pada anak
(2018) menemukan bahwa kemampuan anak
akibat dari tindakan tersebut (Kalb & Loeber,
untuk mengikuti instruksi yang bersifat umum
2003).
dapat memprediksi kemampuan membaca dan
kemampuan matematis yang dimiliki anak. Perilaku tidak patuh pada umumnya
Kepatuhan anak juga dapat memberikan ditampilkan oleh anak, terlepas dari status
kesempatan yang lebih besar untuk sosial ekonomi keluarga anak. Meski
berinteraksi dengan orang lain dan dapat demikian, anak dari keluarga berpenghasilan
menunjang perkembangan psikososial anak rendah memiliki beragam faktor risiko yang
yang optimal. Anak yang mampu dapat menghambat perkembangan anak.
menyesuaikan perilaku sesuai dengan aturan Huanqing Qi dan Kaiser (2003) menyebutkan
yang berlaku saat bermain akan lebih popular tiga faktor risiko yang dimiliki oleh keluarga
dan lebih disukai oleh teman sebayanya (Elias dengan penghasilan yang rendah. Faktor risiko
& Berk, 2002, dalam Charlesworth, 2017). pertama terkait dengan karakteristik anak.
Faktor ini meliputi attachment security anak
Di sisi lain, penolakan yang terus-
yang rendah, tempramen anak yang cenderung
menerus ditunjukkan anak, jika dibiarkan,
negatif, kelahiran prematur, tingkat
dapat membuat anak mengalami kesulitan
kemampuan kognitif dan perkembangan
untuk mematuhi aturan dan tuntutan sosial,

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

36
Vol 24, No. 1 , April 2020
bahasa serta kemampuan sosial yang rendah, dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif
interaksi dengan teman sebaya yang bersifat digunakan untuk melihat bentuk perilaku tidak
negatif, dan jenis kelamin anak. Faktor kedua patuh yang umum ditampilkan oleh subjek
terkait dengan karakteristik orangtua, yang penelitian dalam konteks merapikan mainan
meliputi tingkat stres orangtua, tingkat ditinjau berdasarkan Child Compliance Coding
pendidikan ibu, dukungan sosial yang rendah yang dikembangkan oleh Kochanska dan
dan terbatas, dan cara disiplin yang cenderung Aksan (2008). Pendekatan kualitatif digunakan
keras. Faktor ketiga berkaitan dengan faktor untuk melihat gambaran perilaku tidak patuh
sosial demografis. Faktor ini meliputi etnisitas, yang ditampilkan masing-masing subjek
kondisi keluarga yang tidak stabil, konflik penelitian saat diminta merapikan mainan.
dalam keluarga, dan kekerasan dalam
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini
kelompok atau komunitas. Huanqing Qi dan
termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif
Kaiser mengemukakan bahwa berbagai faktor
karena penelitian ini bertujuan untuk
risiko tersebut dapat meningkatkan
memperoleh gambaran mengenai suatu kondisi
kecenderungan terjadinya masalah perilaku
tertentu. Metode yang digunakan pada
pada anak.
penelitian ini adalah observasi non-partisipatif
Pada penelitian ini, peneliti berfokus (non-participant observation). Dalam
pada anak yang berasal dari keluarga observasi non-parsipatif, peneliti tidak terlibat
berpenghasilan rendah. Kelompok ini dipilih dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek
mengingat banyaknya faktor yang dapat penelitian. Selama observasi berlangsung,
menghambat pencapaian perkembangan anak peneliti berperan sebagai observer pasif.
secara optimal, termasuk perkembangan Observer bertugas mengamati serta
kepatuhan anak. Penelitian ini mendengarkan hal-hal yang terjadi dalam
bertujuan memperoleh gambaran perilaku kegiatan yang diobservasi dan menarik
tidak patuh yang umum muncul pada anak usia kesimpulan observasi tersebut (Kumar, 2011).
batita, khususnya pada anak yang berasal dari
b. Subjek Penelitian
keluarga miskin.
Penelitian ini dilakukan di salah satu
METODE PENELITIAN
perkampungan pemulung yang berada di
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
daerah Menteng Atas, Jakarta Selatan.
Dalam melakukan penelitian ini, Pemilihan sampel yang menjadi subjek
peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif penelitian dalam penelitian ini diperoleh

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

37
Vol 24, No. 1 , April 2020
dengan menggunakan teknik bola salju berlangsung. Peneliti kemudian memberikan
(snowball technique). lembar persetujuan (informed consent) kepada
ibu untuk ditandatangani. Peneliti selanjutnya
Sebanyak 8 pasang ibu-anak (6
meminta ibu untuk mengisi lembar data diri
pasang ibu-anak laki-laki dan 2 pasang ibu-
dan memberikan kesempatan kepada anak
anak perempuan) berpartisipasi dalam
yang menjadi subjek penelitian untuk bermain
penelitian ini. Rata-rata usia ibu adalah 32,63
dengan permainan yang disediakan. Setelah
tahun (SD = 12,05; rentang usia 22 hingga 61
lembar data diri selesai diisi, peneliti
tahun) dan rata-rata usia anak adalah 2 tahun
memberikan instruks kepada ibu. Setiap
(SD = 0,76; rentang usia 1 hingga 3 tahun).
pasangan ibu dan anak diminta untuk bermain
Seluruh ibu yang berpatisipasi dalam bersama dengan menggunakan alat permainan
penelitian ini bekerja sebagai ibu rumah tangga yang telah disiapkan oleh peneliti untuk
penuh waktu. Sebanyak 50% (n = 4) ibu menstandarisasi tugas. Alat permainan yang
merupakan tamatan SMP/Sederajat, sedangkan disiapkan antara lain tiga buah buku cerita, dua
sisanya tidak tamat sekolah (n = 1) dan tamatan set puzzle, 25 balok plastik, satu set peralatan
SMA/Sederajat (n = 3). Dari segi pendapat per bersih-bersih, satu set peralatan pertukangan,
bulan, seluruh subjek penelitian mengaku dan satu set peralatan memasak. Setelah waktu
memiliki pendapatan < Rp2.000.000, yang bermain habis yang ditandai dengan dua kali
mana jika dilihat berdasarkan Angka Garis ketukan, ibu diminta untuk memberikan
Kemiskinan di DKI Jakarta yakni sekitar instruksi kepada anak untuk merapikan seluruh
Rp3.300.000, maka seluruh subjek penelitian mainan ke dalam sebuah plastik yang telah
dapat dikategorikan sebagai keluarga miskin disediakan. Waktu yang diberikan pada tiap
(Ramli, 2019). anak untuk merapikan mainan adalah 10 menit.

c. Prosedur Penelitian Setelah seluruh mainan selesai dirapikan,


peneliti memberikan mainan bernilai Rp50.000
Setiap pasang subjek penelitian
sebagai tanda terima kasih atas partisipasi para
datang ke lokasi penelitian secara bergantian.
subjek penelitian.
Lokasi penelitian berada di tengah
perkampungan pemulung tempat mereka d. Teknik Pengumpulan Data

tinggal. Sesaat setelah subjek penelitian tiba, Peneliti menggunakan tugas


peneliti memberikan penjelasan singkat terkait merapikan mainan (cleanup task) yang
tujuan dan gambaran kegiatan yang akan dikembangkan oleh Kochanska dan Aksan
dilakukan selama proses penelitian (2008) untuk melihat perilaku yang

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

38
Vol 24, No. 1 , April 2020
ditunjukkan oleh anak sebagai respon terhadap Tabel 1. Contoh Indikator Perilaku
instruksi dari ibunya. Pada penelitian ini, Perilaku Bentuk Contoh
peneliti menggunakan metode observasi dalam Perilaku Indikator
Perilaku
mengumpulkan data. Observasi dilakukan Anak terlihat
dengan cara menonton video berisi rekaman senang saat
Committed
memasukkan
kegiatan bermain ibu-anak dan kegiatan anak Compliance
mainan ke
merapikan mainan. Terdapat dua jenis data dalam plastik
Anak berhenti
yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yakni Patuh
merapikan
data kualitatif dan data kuantitatif. Data mainan saat
Situational
ibu tidak
kualitatif diperoleh berdasarkan catatan tiap Compliance
memberikan
rater mengenai perilaku yang ditampilkan anak semangat
kepada anak
saat diminta untuk merapikan mainan oleh Anak terus
ibunya, sedangkan data kuantitatif berupa bermain
Passive meski telah
jumlah dari masing-masing bentuk perilaku Noncompliance diminta untuk
patuh tidaknya anak saat merapikan mainan. merapikan
mainan
Data kuantitatif diperoleh Anak berkata
“tidak”
berdasarkan koding perilaku yang mengacu Tidak Overt
dengan nada
Patuh Resistance
pada Child Compliance Coding. Pada bicara yang
normal
penelitian ini, koding dilakukan oleh tiga orang Anak
rater, termasuk peneliti. Dalam melakukan melempar
mainan saat
koding, peneliti membagi waktu observasi ke Defiance
diminta untuk
dalam 20 interval berdurasi 30 detik/interval. merapikan
mainan
Masing-masing rater melakukan koding Selanjutnya ketiga rater melakukan
perilaku dengan melihat respon anak terhadap diskusi untuk melakukan penentuan akhir dari
instruksi yang diberikan oleh ibu dalam tiap koding perilaku tiap segmen. Peneliti
interval tersebut, yakni committed compliance, kemudian melakukan penjumlahan
situational compliance, passive kemunculan respon dari masing-masing
noncompliance, overt resistance, atau bentuk perilaku.
defiance. Contoh indikator dari masing-masing
e. Teknik Analisis Data
bentuk perilaku patuh dan perilaku tidak patuh
dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Untuk melihat perbandingan skor
total perilaku patuh dan perilaku tidak patuh

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

39
Vol 24, No. 1 , April 2020
dari tiap subjek penelitian, peneliti melakukan 25
penjumlahan terhadap terhadap masing- 20

masing perilaku. Penjumlahan bentuk perilaku 15


10
committed compliance dan situational
5
compliance menghasilkan skor total perilaku
0
patuh, sedangkan penjumlahan bentuk perilaku I G RE H S RA D A
tidak patuh passive noncompliance, overt Patuh Tidak Patuh
resistance, dan defiance menghasilkan skor
Gambar 1. Grafik Perbandingan Skor
perilaku tidak patuh. Rentang skor total yang
Perilaku Patuh dan Perilaku Patuh tiap Subjek
dapat diperoleh tiap anak berkisar antara 0 Penelitian
hingga 20 untuk masing-masing perilaku patuh Berdasarkan grafik di atas, dapat
dan perilaku tidak patuh. dilihat bahwa empat subjek penelitian

Selanjutnya untuk melihat gambaran memiliki skor total perilaku tidak patuh yang

bentuk perilaku tidak patuh yang umum lebih tinggi dibandingkan dengan skor total

ditunjukkan oleh seluruh subjek penelitian ini, perilaku patuh. Keempat subjek ini dapat

peneliti melihat persentase dari kemunculan dikategorikan sebagai anak yang tidak patuh,

masing-masing bentuk perilaku tidak patuh. sedangkan keempat subjek lainnya dapat

Persentase kemunculan masing-masing bentuk dikategorikan sebagai anak yang patuh.

perilaku tidak patuh diperoleh dengan Untuk melihat gambaran bentuk


melakukan penghitungan sebagai berikut: perilaku tidak patuh yang umum ditampilkan

% Kemunculan Perilaku anak saat diminta merapikan mainan, peneliti

Jumlah perilaku tidak patuh melihat persentase kemunculan masing-


X 100
Total kemunculan perilaku masing bentuk perilaku tidak patuh. Persentase
kemunculan masing-masing bentuk perilaku
HASIL DAN PEMBAHASAN
tidak patuh dapat dilihat sebagai berikut:
Hasil
Tabel 2. Persentase Kemunculan Perilaku
Berdasarkan skor total perilaku patuh Tidak Patuh
dan skor total perilaku tidak patuh dari tiap Bentuk Perilaku Tidak
subjek penelitian, diperoleh grafik Patuh N %
Passive Noncompliance 41 56,16
perbandingan skor total perilaku patuh dan
Overt resistance 14 19,18
skor total perilaku tidak patuh sebagai berikut: Defiance 18 24,66
Total 73 100

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

40
Vol 24, No. 1 , April 2020
Tabel di atas menampilkan bentuk mainan oleh
ibunya.
perilaku tidak patuh yang umum ditampilkn
oleh para subjek penelitian saat diminta untuk Subjek
bernegosiasi
merapikan mainan oleh ibu. Berdasarkan tabel
dengan ibu dan
di atas, perilaku passive noncompliance Overt Resistance meminta ibu
untuk
merupakan bentuk perilaku tidak patuh yang
merapikan
umum ditampilkan oleh subjek penelitian mainan.
dengan nilai persentase sebesar 56,16%.
Subjek
Perilaku tidak patuh lainnya yang cukup umum cenderung
menolak
ditampilkan anak ialah defiance dengan besar
permintaan ibu
persentase yakni 24,66%. dengan
menunjukkan
Defiance
ekspresi emosi
Untuk memperoleh gambaran
negatif, yakni
perilaku tidak patuh yang ditunjukkan para merajuk,
menangis, dan
subjek penelitian secara lebih mendalam dan
G melemparkan
konkret, peneliti melakukan pencatatan hasil mainan.
observasi perilaku yang ditunjukkan oleh tiap
Subjek
subjek penelitian saat tugas merapikan mainan mengabaikan
permintaan ibu
berlangsung. Adapun rangkuman hasil
Passive dengan
pencatatan observasi dari tiap subjek disajikan Noncompliance memperhatikan
objek lain yang
dalam tabel sebagai berikut:
berada di
sekitar dirinya.
Tabel 3. Rangkuman Perilaku Tidak Patuh
tiap Subjek Penelitian Subjek
menunjukkan
Sub- Bentuk Contoh perilaku tidak
jek Perilaku Tidak Perilaku yang patuh dengan
Patuh Ditampilkan Overt Resistance
berkata “tidak”
dengan nada
Subjek bicara yang
cenderung normal
mengabaikan RE
dan terus Subjek
Passive melanjutkan melanjutkan
I
Noncompliance kegiatan kegiatan
bermain, Passive
bermain
walaupun telah Noncompliance
setelah ibu
diminta untuk memberikan
merapikan perintah untuk
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925

41
Vol 24, No. 1 , April 2020
merapikan lain, seperti
mainan. meminta untuk
dipeluk atau
Subjek menyusu
cenderung kepada ibu,
mengabaikan serta pergi
permintaan ibu menjauh
untuk setelah
merapikan diingatkan ibu
mainan dengan untuk
melanjutkan merapikan
kegiatan mainan.
bermain.
Passive Subjek juga Subjek secara
Noncompliance terlihat konsisten
mengalihkan melanjutkan
perhatian ibu kegiatan
H
dengan cara bermain meski
mengajak ibu telah diminta
untuk Passive untuk
mengobrol Noncompliance merapikan
mengenai mainan dan
mainan yang diberikan
seharusnya contoh oleh ibu
dirapihkan. RA untuk
melakukan hal
Subjek berkata tersebut.
“tidak”
Overt Resistance terhadap Subjek
permintaan merajuk dan
ibu. menangis saat
diingatkan
Defiance
Subjek terlihat kembali oleh
menunjukkan ibu untuk
penolakan merapikan
dengan berkata mainan
“tidak” saat
diminta untuk Subjek
Overt Resistance merapikan cenderung
mainan oleh mengabaikan
S ibu dan perintah dari
menyuruh ibu ibu untuk
untuk Passive merapikan
D
melakukan Noncompliance mainan dengan
tugas tersebut. cara
melanjutkan
Subjek kegiatan
Passive
cenderung bermain dan
Noncompliance
melakukan hal mengajak ibu
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925

42
Vol 24, No. 1 , April 2020

untuk ikut Dilihat berdasarkan persentase


bermain.
kemunculan perilaku, bentuk perilaku passive
Selain itu, anak
juga cenderung noncompliance menduduki urutan tertinggi
mengajak ibu
dan diikuti oleh perilaku defiance dan overt
untuk
membicarakan resistance secara berurutan.
hal lain yang
tidak berkaitan Passive noncompliance adalah
dengan tugas
merapikan perilaku tidak kooperatif dan tidak menerima
mainan. ekspektasi orangtua terhadap diri anak yang

Subjek sesekali ditunjukkan oleh anak dengan cara


terlihat mengabaikan instruksi atau permintaan
melemparkan
mainan sebagai orangtua (Kochanska & Aksan, 2008). Pada
Defiance
bentuk protes penelitian ini, bentuk perilaku passive
terhadap
permintaan noncompliance yang ditunjukkan oleh anak
ibu. antara lain terus melanjutkan kegiatan bermain,
Pembahasan
memperhatikan objek lain yang ada di sekitar
Hasil analisis skor perilaku
anak, mengajak ibu untuk membicarakan hal
patuh/tidak patuh anak berdasarkan Child
lain yang tidak terkait dengan tugas merapikan
Compliance Coding menunjukkan bahwa
mainan, meminta untuk disusui atau dipeluk
sebagian besar anak masih cenderung
oleh ibu, pergi menjauh dari mainan yang harus
menunjukkan perilaku tidak patuh saat
dirapihkan, dan mengajak ibu bermain.
diberikan tugas untuk merapikan mainan oleh
ibunya, meski anak memiliki kemampuan Defiance adalah perilaku menentang

untuk menampilkan perilaku yang diminta atau yang ditunjukkan oleh anak terhadap

diharapkan oleh orangtua. Lebih lanjut, permintaan orangtua, yang disertai dengan

penelitian ini menemukan bahwa sebagian kemarahan (Kochanska & Aksan, 2008).

anak yang tergolong tidak patuh terhadap Contoh perilaku tersebut yang muncul dalam

permintaan atau instruksi ibu memiliki skor penelitian ini antara lain merajuk, menangis,

perilaku tidak patuh yang tinggi dibandingkan dan melempar barang. Bentuk perilaku tidak

dengan skor perilaku patuh. Hal itu patuh overt resistance adalah perilaku menolak

mencerminkan kecenderungan anak yang permintaan orangtua yang ditunjukkan oleh

dengan sengaja tidak memenuhi permintaan anak dengan jelas dan tidak disertai dengan

ibu. kesan melawan (non-aversive) (Kochanska &


Aksan, 2008). Pada penelitian ini, bentuk

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

43
Vol 24, No. 1 , April 2020
perilaku overt resistance diwujudkan dengan lainnya. Hal ini bertujuan untuk membantu
cara menyuruh ibu untuk merapikan mainan orangtua untuk mengembangkan kepatuhan
(“ibu aje”). Bentuk lainnya adalah dengan anak sejak usia dini serta mengurangi potensi
berkata “tidak” dengan nada bicara yang masalah perilaku yang akan terjadi di tahap
normal saat ibu meminta anak untuk merapikan perkembangan berikutnya, mengingat
mainan. banyaknya faktor risiko yang mengelilingi
anak dari keluarga miskin.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Terkait dengan metode penelitian,
peneliti menyarankan untuk memperbesar
Penelitian ini bertujuan memperoleh
jumlah sampel yang menjadi subjek penelitian.
gambaran perilaku tidak patuh yang umum
Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
muncul pada anak usia batita, khususnya pada
perilaku tidak patuh anak pada keluarga miskin
anak yang berasal dari keluarga miskin.
secara lebih komprehensif. Selain itu,
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
penelitian selanjutnya juga dapat melihat
disimpulkan bahwa sebagian anak masih
hubungan perilaku tidak patuh dengan variabel
cenderung menunjukkan perilaku tidak patuh
lain yang terkait dengan faktor risiko pada
terhadap permintaan ibu dalam konteks
keluarga miskin, sehingga dapat diperoleh
merapikan mainan. Dilihat dari bentuknya,
penjelasan mengenai variabel yang
perilaku passive noncompliance dan defiance
membentuk perilaku tidak patuh pada anak.
merupakan bentuk perilaku tidak patuh yang
paling umum dilakukan oleh anak saat diminta DISKUSI
untuk merapikan alat permainan setelah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kegiatan bermain berakhir. perilaku tidak patuh masih umum ditampilkan
oleh anak sebagai bentuk respon terhadap
Saran
permintaan ibu dalam konteks merapikan
Terdapat beberapa saran yang dapat mainan. Lebih lanjut, bentuk perilaku tidak
dikemukakan terkait dengan hasil penelitian. patuh yang umum ditampilkan anak adalah
Terkait dengan subjek penelitian, peneliti passive noncompliance dan defiance. Kedua
menyarankan untuk dilakukan sebuah program bentuk perilaku tidak patuh ini dapat dikatakan
intervensi yang dapat membantu orangtua, sebagai bentuk perilaku yang tidak terampil
khususnya ibu, dari keluarga miskin dalam (unskillful form). Hal itu karena pada kedua
menanggulangi ketidakpatuhan anak terhadap bentuk perilaku tidak patuh tersebut, anak
permintaan orangtua atau figur otoritas menunjukkan ketidakmampuan anak dirinya
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925

44
Vol 24, No. 1 , April 2020
dalam mengungkapkan keinginan dirinya. kemampuan anak dalam mengontrol dirinya
Lebih lanjut, kedua bentuk perilaku tidak patuh (Kopp, 1982, dalam Chen et al., 2002).
tersebut juga menunjukkan sikap permusuhan
Perilaku tidak patuh juga dapat
yang ditampilkan anak pada orangtua atau
menghambat perkembangan optimal anak
figur otoritas lainnya (Braungart-Rieker,
terkait dengan aspek psikososial. Perilaku
Garwood, & Stifter, 1997; Kuczynski &
tidak patuh anak dapat menurunkan
Kochanska, 1990).
kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam
Di sisi lain, bentuk perilaku tidak kegiatan terstruktur, seperti games, olahraga,
patuh overt resistance dapat dikatakan sebagai dan kegiatan outing dengan teman sebaya.
bentuk perilaku yang terampil (skillful form). Lebih lanjut, ketidakpatuhan anak dapat
Hal itu karena pada bentuk perilaku tidak patuh menyebabkan anak sulit untuk berinteraksi dan
ini, anak mampu mengungkapkan membentuk hubungan yang bersifat positif
keinginannya dengan baik dan tenang, tanpa dengan teman sebaya ataupun orang dewasa
disertai ekspresi emosi negatif, seperti lainnya (Kalb & Loeber, 2003).
merajuk, menangis, hingga mengamuk. Selain
Kondisi anak yang hidup dalam
itu, anak juga dapat menjelaskan dan
keluarga miskin dapat menjadi salah satu
memberikan alasan dari penolakan yang
faktor yang berpotensi menghambat
dikemukakannya (Braungart-Rieker,
perkembangan perilaku patuh anak. Pada
Garwood, & Stifter, 1997; Kuczynski &
penelitian ini, para ibu yang menjadi subjek
Kochanska, 1990).
partisipan cenderung kurang terlibat secara
Perilaku tidak patuh apabila terus aktif saat bermain dengan anak. Hal ini dapat
dibiarkan dapat berpotensi meningkatkan mengindikasikan interaksi ibu dan anak yang
potensi terjadinya masalah perilaku pada anak kurang berkualitas. Dalam studi yang
di tahap perkembangan berikutnya. dilakukan Hikmatunnisa (2015) ditemukan
Ketidakpatuhan anak merupakan salah satu bahwa ibu dan anak yang berasal dari keluarga
prediktor dari kecenderungan anak untuk dengan kategori miskin memiliki kualitas
menunjukkan perilaku agresif, baik secara interaksi yang rendah. De Falco (2014)
verbal maupun fisik, pada tahap perkembangan menjelaskan bahwa ibu yang memiliki status
anak selanjutnya (Chen et al., 2002). Hal itu ekonomi yang rendah umumnya cenderung
karena respon tidak patuh yang ditunjukkan memberikan pengasuhan yang bersifat
oleh anak terhadap permintaan orangtua inkosisten, menghukum, dan koersif. Hal itu
mengindikasikan kurang berkembangnya disebabkan oleh adanya tekanan emosi akibat

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

45
Vol 24, No. 1 , April 2020
pendapatan yang kecil dan latar belakang ditampilkan ibu saat memenuhi kebutuhan
kualitas pendidikan yang rendah. Selain itu, ibu anak, secara tidak langsung anak belajar untuk
dengan status sosial ekonomi rendah menjadi sosok yang patuh dalam memenuhi
cenderung menggunakan arahan singkat dan permintaan dan instruksi dari ibu. Kedua, anak
kalimat yang bersifat mengontrol saat yang memiliki hubungan emosi yang bersifat
berkomunikasi dengan anak (Gurko, 2018). aman (secure attachment) dengan ibu
Lebih lanjut, ibu yang berasal dari keluarga cenderung lebih mampu untuk meregulasi
miskin umumnya menggunakan cara yang emosi dan perilakunya, sehingga lebih mampu
mengganggu dan agresif terhadap anak saat untuk mematuhi aturan. Ketiga, hubungan
memberikan perintah kepada anak, seperti timbal balik yang bersifat positif yang terjadi
mengintervensi dan mengulang-ulang saat ibu dan anak berinteraksi membuat anak
permintaan tanpa memberikan kesempatan lebih cenderung mau untuk mematuhi
pada anak untuk menunjukkan respon patuh. permintaan ibu (Kok et al., 2013).
Hal itu berpotensi meningkatkan kemunculan
Penelitian ini dapat memberikan
perilaku tidak patuh yang ditampilkan oleh
gambaran mengenai bentuk perilaku tidak
anak (Grunzeweig et al., 2009).
patuh yang umum dilakukan oleh anak pada
Interaksi ibu dan anak merupakan usia batita, khususnya anak yang berasal dari
faktor berperan penting dalam perkembangan kelompok keluarga miskin. Meski demikian,
moral anak (Kok et al, 2013), termasuk dalam jumlah sampel yang kecil menjadi salah satu
perkembangan kepatuhan anak. Kochanska, kelemahan dari penelitian ini. Hal itu membuat
Aksan dan Carlson (2005) menjelaskan bahwa hasil penelitian terkait tingkat perilaku tidak
pengasuhan yang bersifat responsif serta patuh anak sulit untuk digeneralisasikan dalam
dukungan yang diberikan oleh orangtua selama populasi penelitian, yakni anak batita pada
berinteraksi dengan anak dapat membantu keluarga miskin.
mengembangkan kemampuan anak untuk
Terlepas dari keterbatasan yang
menaati peraturan secara sukarela.
dimiliki oleh penelitian ini, hasil penelitian ini

Kualitas interaksi ibu-anak dapat dapat memberikan kontribusi yang berarti

memengaruhi perilaku patuh anak melalui tiga dalam mengetahui gambaran perilaku tidak

cara. Pertama, respon ibu terhadap kebutuhan patuh pada anak batita, khususnya pada

atau permintaan anak menjadi contoh bagi keluarga miskin. Hasil penelitian dapat

anak mengenai norma yang berlaku dalam membantu menjelaskan masalah terkait

hubungan sosial. Melalui respon yang kepatuhan yang menjadi salah satu isu

Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050


E-ISSN: 2502-6925

46
Vol 24, No. 1 , April 2020
perkembangan pada tahap perkembangan Feng, X., Hooper, E. G., & Jia, R. (2017). From
compliance to self‐regulation:
batita.
Development during early childhood.
Social Development, 26(4), 981-995.
DAFTAR PUSTAKA
Grunzeweig, N., Stack, D. M., Serbin, L. A.,
Braungart-Rieker, J., Garwood, M. M., & Ledingham, J., & Schwartzman, A. E.
Stifter, C. A. (1997). Compliance and (2009). Effects of maternal childhood
noncompliance: The roles of maternal aggression and social withdrawal on
control and child temperament. Journal maternal request strategies and child
of Applied Developmental Psychology, compliance and noncompliance. Journal
18(3), 411-428. of Applied Developmental Psychology,
Caughy, M. O., Mills, B., Brinkley, D., & 30(6), 724-737.
Owen, M. T. (2018). Behavioral Self‐ Gurko, K. L. (2018). Socioeconomic Status
Regulation, Early Academic Influence on Mothers’ Interactions with
Achievement, and the Effectiveness of Infants: Contributions to Early Infant
Urban Schools for Low‐Income Ethnic Development (Doctoral dissertation)
Minority Children. American journal of Retrieved from
community psychology, 61(3-4), 372- https://digitalcommons.usu.edu/etd/708
385. 0/
Charlesworth, R. (2017). Understanding child Hikmatunnisa, A. (2015) Hubungan antara
development (10th ed). Boston, MA: Interaksi Ibu-Anak dan Pola Attachment
Cengage Learning. (Studi pada Ibu-Anak Usia Toddler di
Chen, X., Chen, H., Wang, L., & Liu, M. Keluarga Miskin) (Undergraduate
(2002). Noncompliance and child- thesis). Retrieved from
rearing attitudes as predictors of http://lib.ui.ac.id/detail?id=20412466&l
aggressive behaviour: A longitudinal okasi=lokal
study in Chinese children. International Huaqing Qi, C., & Kaiser, A. P. (2003).
Journal of Behavioral Development, Behavior problems of preschool
26(3), 225-233. children from low-income families:
De Falco, S., Emer, A., Martini, L., Rigo, P., Review of the literature. Topics in early
Pruner, S., & Venuti, P. (2014). childhood special education, 23(4), 188-
Predictors of mother–child interaction 216.
quality and child attachment security in Kalb, L. M., & Loeber, R. (2003). Child
at-risk families. Frontiers in psychology, disobedience and noncompliance: A
5, 898. review. Pediatrics, 111(3), 641-652.
Dennis, T. (2006). Emotional self-regulation in Kochanska, G., & Aksan, N. (1995). Mother‐
preschoolers: the interplay of child child mutually positive affect, the
approach reactivity, parenting, and quality of child compliance to requests
control capacities. Developmental and prohibitions, and maternal control as
psychology, 42(1), 84. correlates of early internalization. Child
Edwards, C. P., & Liu, W. (2002). Parenting development, 66(1), 236-254.
toddler. In Bornstein, M. H. (Eds.), Kochanska, G., & Aksan, N. (2008). Child
Handbook of parenting: volume 1 Compliance/Parent Discipline Project.
children and parenting. Mahwah, NJ: Grazyna Kochanska Unpublished
Psychology Press.
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925

47
Vol 24, No. 1 , April 2020
Papers. Archives of Department of alasan-mengapa-anak-susah-diatur-saat-
Psychological and Brain Sciences, menginjak-usia-2-tahun?page=all
University of Iowa, Iowa City, IA.
Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2012).
Kochanska, G., Aksan, N. & Carlson, J. J. Experience human development (12th
(2005) Temperament, relationships, and ed). New York, NY: McGraw-Hill.
young children’s receptive cooperation
with their parents. Developmental Ramli, R. (2019, Juli 15). Standar Keluarga
Psychology, 41, 648–660. Miskin Jakarta: Pengeluaran Sebulan
Kurang dari RP3,3 Juta. iNews.id.
Kochanska, G., Coy, K. C., & Murray, K. T. Retrieved from https://www-inews-
(2001). The development of self‐ id.cdn.ampproject.org/v/s/www.inews.i
regulation in the first four years of life. d/amp/finance/makro/standar-keluarga-
Child development, 72(4), 1091-1111. miskin-jakarta-pengeluaran-sebulan-
kurang-dari-rp33-
Kok, R., Van IJzendoorn, M. H., Linting, M., juta?usqp=mq331AQEKAFwAQ%3D
Bakermans‐Kranenburg, M. J., Tharner, %3D&amp_js_v=0.1#
A., Luijk, M. P., ... & Tiemeier, H.
(2013). Attachment insecurity predicts Santrock, J. (2011). Child development (13th
child active resistance to parental ed.). New York, NY: McGraw-Hill
requests in a compliance task. Child: Humanities.
care, health and development, 39(2),
277-287. SayangiAnak. (2016, November 30). Anak
Usia 2-5 tahun Cenderung Keras
Kuczynski, L., & Kochanska, G. (1990). Kepala, Kenali Kelebihan dan Tips
Development of children's Menghadapi si Kecil yang Keras Kepala
noncompliance strategies from [Online forum article]. Retrieved from
toddlerhood to age 5. Developmental http://sayangianak.com/anak-usia-2-5-
Psychology, 26(3), 398. tahun-cenderung-keras-kepala-kenali-
kelebihan-dan-tips-menghadapi-si-
Kumar, R. (2011). Research Methodology: A kecil-yang-keras-kepala/
Step by Step Guide for Beginners (3rd
ed). New Delhi: SAGE Publications. Zulhaqqi, R. (2013, September 16). Mengatasi
Batita 2 Tahun yang Sulit Diatur [Online
Maesyaroh, F. (2019) Anak 3 Tahun Keras dan forum discussion]. Retrieved from
Sulit Diatur [Online forum post]. https://health.detik.com/konsultasi-
Retrieved from psikologi-anak-dan-remaja/d-
https://rumahbungamatahari.wordpress. 2359891/mengatasi-batita-2-tahun-
com/biro-psikologi-anak-dan- yang-sulit-diatur
keluarga/pernak-pernik-batita/anak-3-
tahun-keras-dan-sulit-diatur/
Newman, B. M., & Newman, P. R. (2012).
Development through life: A
th
psychosocial approach (12 ed).
Belmont, CA: Cengage Learning.
Niken, G. (2017, Februari 8). 4 Alasan
Mengapa Anak Susah Diatur Saat
Menginjak Usia 2 Tahun [Online forum
post]. Retrieved from
http://nakita.grid.id/read/0210246/-4-
Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang P-ISSN: 0853-8050
E-ISSN: 2502-6925

48

Anda mungkin juga menyukai