Disusun oleh :
MAULANA RIAN KRISANDI,S.Kep.,Ns
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) ialah penyakit metabolik ditandai dengan hiperglikemia karena
kerja insulin, sekresi insulin atau keduanya (Purnamasari, 2014). Klien maupun penyedia
layanan kesehatan sering menyebut sebagai penyakit “gula tinggi” (Fain, 2014). Diabetes
mellitus (DM) sekarang menjadi ancaman yang cukup serius bagi penduduk didunia
khususnya DM tipe 2 (Depkes, 2008). Di Indonesia penderita diabetes mellitus (DM) banyak
dialami penduduk dengan usia dewasa. WHO menyebutkan Asia Tenggara mengalami
peningkatan tertinggi dibanding benua lainnya. Perkirakan WHO Indonesia pada tahun 2025
menempati peringkat 5 sedunia dengan penderita sebanyak 12,4 juta penduduk dengan
kenaikan 2 tingkat dibanding 1995 (Suyono, 2014).
Penyakit diabetes mellitus (DM) jika tidak dilakukan pencegahan dan penanganan yang
benar maka akan menimbulkan komplikasi seperti komplikasi makrovaskuler dan
mikrovaskuler. Sebelum diagnosa diabetes mellitus (DM) ditegakan, komplikasi DM sudah
dimulai sejak dini. Diantaranya seperti mengalami retinopati, gambaran abnormal EKG dan
timbul kaki iskemik atau denyut nadi tungkai tidak teraba karena adanya gangguan aliran
darah ke tungkai. Keadaan tersebut dikenal dengan Peripheral Arterial Disease (PAD) atau
penyakit arteri perifer (Tori & Purbianto, 2012).
PAOD (Perifer Arterial Occlusive Disease) atau bisa juga disebut PAD (Perifer Arterial
Disease) adalah penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan dari proses atherosklerosis
atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen menyempit (stenosis), atau dari pembentukan
trombus (biasanya terkait dengan faktor resiko yang menjadi dasar timbulnya
atherosklerosis). Ketika kondisi ini muncul maka akan terjadi peningkatan resistensi
pembuluh darah yang dapat menimbulkan penurunan tekanan perfusi ke area distal dan laju
darah. Studi menunjukkan bahwa kondisi atherosklerosis kronik pada tungkai bawah yang
menghasilkan lesi stenosis. Mekanisme dan proses hemodinamik yng terjadi pada PAOD
sangat mirip dengan yang terjadi pada penyakit arteri koroner.
Peripheral Arterial Disease (PAD) adalah penyakit yang terjadi di pembuluh darah
setelah keluar dari jantung atau aorta, termasuk arteri karotis, mesenterika, renalis dan semua
percabangan setelah melewati aorta iliaka ekstremitas bawah serta ekstremitas atas. PAD
lebih sering terjadi pada ekstremitas bawah. Penyebab utama dari penyakit ini adalah
arterosklerosis. Dalam patofisiologi mengubah bentuk struktur dan fungsi aorta yang normal.
Faktor resiko utama pada arterosklerosis adalah penyakit diabetes mellitus, kebiasaan
merokok, hipertensi dan peningkatan kadar lemak dalam darah (Anotono & Hamonangani,
2014; Hiatt, 2008; Black & Hawks, 2014).
Saat ini diperkirakan lebih 202 juta orang di dunia terkena PAD. Penduduk Amerika
sekitar 8-12 juta terkena Peripheral Arterial Disease dan meningkat seiring bertambahanya
usia karena terjadi kelemahan pada pembuluh darah. Di Amerika Serikat sebanyak 34.3% usia
diatas 40 tahun dan 14.5% diatas 70 tahun terkena PAD. Studi epidemiologi menunjukkan
bahwa prevalensi PAD sekitar 1,6 – 12% (Norgren, 2007).
Hasil yang diperoleh penelitian dari (AGATHA) A Global Atherothrombosis Assessment
oleh American Society of Cardiology tahun 2006, prevalensi PAD di Indonesia adalah 9,7%.
Indonesia ikut disertakan menjadi subyek penelitian multi negara oleh PAD-SEARCH, dan
mendapatkan hasil setiap satu juta orang Indonesia, 13.807 diantaranya terkena PAD.
Prevalensi penyakit arterosklerosis meningkat pada diabetes mellitus, hipertensi,
hiperkolesterolemia, dan perokok (Antono & Hamonangani, 2014). Individu dengan diabetes
berada pada resiko lebih besar untuk mengembangkan terjadinya PAD. Kegagalan upaya
pengendalian kadar glukosa darah dalam jangka panjang akan berdampak terhadap timbulnya
berbagai komplikasi baik mikrovaskuler maupun makrovaskuler. Proses komplikasi tersebut
bermula dari kegagalan pengontrolan glukosa dalam darah sehingga mengalami hiperglikemia
dalam jangka panjang (Vienna, 2012). American Diabetes Associattion merekomendasikan
skrinning PAD setiap 5 tahun pada pasien diabetes (Marso & Hiatt, 2006).
Sekitar 15-20% usia diatas 50 tahun memiliki resiko menderita PAD (Elfi, 2012).
Hubungan PAD dan usia menggambarkan lebih lamanya paparan faktor aterogenik dengan
disertai efek komulatif penuaan di pembuluh darah. Didalam proses penuaan yang secara
alami dapat mengakibatkan pembuluh darah orang tua lebih mudah mengalami aterosklerosis
dan berpotensi poliferasi sel, kerusakan DNA serta proses apoptosis. Jumlah NO (Nitrogen
Monoksida) dan respon vaskular pada NO menurun dengan seiring bertambah usia.
Penurunan NO mengakibatkan gangguan relaksasi pemuluh darah (Chouneiri et al, 2006;
Wang & Martin, 2012).
Pada pemeriksaan lanjutan pada kasus PAD atau PAOD yang dilakukan salah satu nya
adalah ARTERIOGRAFI CORONER. Pemeriksaan arteriografi adalah pemeriksaan
pembuluh darah arteri dengan menggunakan zat kontras. Karena aliran darah dalam pembuluh
darah arteri sangat cepat, maka digunakan rapid film changer yang dapat memotret maksimal
sampai 10 film per detik, sehingga setiap alilran kontras dalam pembuluh darah arteri dapat
diikuti (Rachman, 2005)
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah berikut:
1. Mengetahui tujuan dari prosedur pemeriksaan Arteriografi pada pasien dengan diagnose
PAOD
2. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan PAOD yang dilakukan tindakan
Arteriografi
3. Memahami hasil tindakan arteriografi pada pasien PAOD sehingga dapat dilakukan
penatalakssanaan lebih lanjut
C. MANFAAT
Laporan peran scrub nurse pada asuhan keperawatan pasien Ny. S dengan PAOD di
ruang kateterisasi jantung ini diharapkan dapat bermanfaat untuk saya sebagai peserta agar
dapat mengerti, memahami dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
dilakukan tindakan diagnostik invasif di Cath Lab. Serta mempunyai kompetensi klinik dalam
bidang perawatan kardiovaskular khusus (Cath Lab).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
PAOD (Perifer Arterial Occlusive Disease) atau bisa juga disebut PAD (Perifer
Arterial Disease) adalah penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan dari proses
atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen menyempit (stenosis),
atau dari pembentukan trombus (biasanya terkait dengan faktor resiko yang menjadi
dasar timbulnya atherosklerosis). Ketika kondisi ini muncul maka akan terjadi
peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat menimbulkan penurunan tekanan
perfusi ke area distal dan laju darah. Studi menunjukkan bahwa kondisi atherosklerosis
kronik pada tungkai bawah yang menghasilkan lesi stenosis. Mekanisme dan proses
hemodinamik yng terjadi pada PAOD sangat mirip dengan yang terjadi pada penyakit
arteri koroner.
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah suatu penyakit dimana terganggunya atau
tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan organ. Sumbatan itu disebabkan oleh
plak yang terbentuk di arteri yang membawa darah ke seluruh anggota tubuh. Plak ini
terdiri atas lemak, kalsium, jaringan fibrosa dan zat lain di dalam darah (Prasetyo,
2003).
Menurut Fran (2004), Peripheral Artery Disease (PAD) adalah semua penyakit
yang menyangkut sindrome arterial non koroner yang disebabkan oleh kelainan
struktur dan fungsi arterial yang mengaliri otak, organ viseral dan keempat ekstremitas.
Tempat tersering terjadinya PAOD adalah daerah tungkai bawah. Sirkulasi pada
tungkai bawah berasal dari arteri femoralis yang merupakan lanjutan dari arteri
eksternal iliaka. Pecabangan utama dari arteri femoralis adalah arteri femoralis distal
(yang biasanya dimaksudkan sebagai sreri femoralis superfisial) yang berlanjut k
bagian bawah tungkai dan menjadi arteri popliteal tepat diatas lutut. Dua arteri utama
pada akhir popliteal arteri adalah arteri posterior dan anterior tibial yang menyuplai
darah kebagian bawah tungkai dan kaki. Berikut adalah gambar vaskularisasi tungkai
B. Etiologi
PAOD umumnya akibat aterosklerosis yaitu terbentuknya plak pada
pembuluh darah yang membentuk blok sehingga mempersempit dan
melemahkan pembuluh darah.
Penyebab lain PAOD antara lain :
1. Gumpalan atau bekuan darah yang dapat memblokir pembuluh darah,
2. Diabetes dalam jangka panjang, gula darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah. Penderita DM juga memiliki tekanan darah yang tinggi
dan lemak yang banyak dalam darah sehingga mempercapat
perkembangan aterosklerosis,
3. Infeksi Arteri (arteritis),
4. Cidera, bisa terjadi akibat kecelakaan,
5. Hiperlipidemia,
6. Perokok,
7. Hipertensi,
8. Obesitas dan lain-lain.
C. Klasifikasi/Tingkatan Penyakit
Fontaine
Rutherford classification
Classificatio
n
Stage Symptoms Grade Category Symptoms
I Asymptomatic 0 0 Asymptomatic
Intermittent I 1 Mild
II claudication claudication
I 2 Moderate
claudication
I 3 Severe
claudication
III Ischaemic rest II 4 Ischaemic rest
Pain pain
Ulceration or III 5 Minor tissue
IV gangrene loss
III 6 Mayor tissue
loss
D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya aterosklerosis pada PAOD sama seperti yang
terjadi pada arteri koronaria. Proses aterosklerosis lebih sering terjadi pada
percabangan arteri, tempat yang turbulensinya meningkat dan kerusakan
tunika intima. Aterosklerosis pembuluh darah distal lebih sering terjadi pada
pasien usia lanjut dan diabetes mellitus. Aterosklerosis menyebabkan
terbatasnya aliran darah arteri sehingga dapat menimbulkan iskemia karena
terdapat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan.
Pada PAOD, arteri yang terganggu tidak dapat berespon terhadap
stimulus untuk vasodilatasi. Selain itu, endotel yang mengalami disfungsi
pada aterosklerosis tidak dapat melepaskan substansi vasodilator seperti
adenosin serta nitrit oksida dalam jumlah yang normal. Jika aterosklerosis
atau stenosis terjadi sedemikian parah hingga menyebabkan tidak
tercukupinya suplai darah atau oksigen bahkan pada saat istirahat, akan
terjadi kegawatan pada tungkai karena berpotensi besar terjadi nekrosis
jaringan dan ganggren.
Iskemia yang terjadi secara intermiten lama kelamaan dapat menyebabkan
perubahan struktur dan fungsi otot seperti denervasi dan drop out. Hilangnya
serat-serat otot dapat menyebabkan penurunan kekuatan serta atropi otot.
Selain itu, serat-serat otot yang masih dapat digunakan sebenarnya juga sudah
mengalami abnormalitas metabolisme oksidatif pada mitokondria.
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala yang tampak :
a. Rasa nyeri pada kaki
b. Denyut nadi lemah
c. Perubahan suhu tubuh.
d. Bulu kaki rontok
Tanda gejala utama adalah nyeri pada area yang mnegalami penyempitan pembuluh darah.
Tanda gejala awal adalah nyeri (klaudikasi) dan sensasi lelah pada otot yang terpengaruh. Karena
pada umumnya penyakit ini terjadi pada kaki maka sensasi terasa saat berjalan. Gejala mungkin
menghilang saat beristirahat. Saat penyakit bertambah buruk gejala mungkin terjadi saat aktivitas
fisik ringan bahkan setiap saat meskipun beristirahat.
F. Komplikasi
1. Iskemia berat dan nekrosis
2. Ulserasi kulit
3. Gangren yang dapat di ikuti oleh amputasi tungkai
4. Kerusakan pertumbuhan kuku dan rambut
5. Stroke atau serangan iskemia sepintas (TIA)
6. Emboli perifer atau sistemik
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan adanya PAD
adalah pengukuran anklebrachial index (ABI) yang merupakan rasio tekanan
sistolik pada ankle (kaki) serta brachial (lengan). ABI dianggap normal
apabila ≥1.0 sedangkan indeks kurang dari 0.9 dapat membantu menegakan
diagnosis PAD. Pada kondisi tersebut pasien seringkali sudah mengeluhkan
klaudikasio. Sementara itu, jika indeks sudah mencapai <0.5, pasien biasanya
sudah mengalami klaudikasio pada saat istirahat.
Beberapa tes lain yang dapat digunakan untuk menilai perfusi perifer
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Ankle Brachial Indeks
Pemeriksaan ABI adalah uji noninvasif yang cukup akurat untuk
mendeteksi adanya PAD dan untuk menentukan derajat penyakit ini. ABI
merupakan pengukuran non-invasif ABI didefinisikan sebagai rasio
antara tekanan darah sistolik pada kaki dengan tekanan darah sitolik
padalengan. Kriteria diagnostik PAD berdasarkan ABI diinterpretasikan
sebagai berikut:
A. DATA DEMOGRAFI
Nama : Ny. S
No. CM : C824003
Tanggal lahir / umur : 21-11-1965 / 56 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jepara
Tanggal masuk : 27 November 2021
Diagnosa medis : PAOD
Asal ruang : MERAK LT DASAR
Jaminan : JKN Non PBI
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Nyeri pada kaki kanan terasa sakit pada telapak kaki kanan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, Pasien mengeluh sulit
menggerakkan kakinya. Awalnya pasien mengeluh nyeri ketika berjalan, nyeri dirasakan
seperti tertusuk- tusuk pada bagian bawah lututnya yang menjalar hingga ke ujung kaki.
Nyeri dirasakan secara terus menerus walaupun sedang beristirahat Karena tidak tertahan
maka keluarga membawa ke rumah sakit Di jepara dan dirujuk ke RSUP DR KARIADI
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien riwayat Diabetes mellitus sejak lama tetapi obat yang diberikan tidak teratur di
minum dan memiliki riwayat Hipertensi.
Faktor resiko :
1) Hipertensi sejak umur kurang lebih 30 tahun, saat kontrol tensi sering terukur 140/90
mmhg, pasien rutin minum obat anti hipertensi.
2) Diabetes mellitus ( + ) : Ibu kandung dan Adik pasien memiliki riwayat gula
darahnya dulu sering tinggi ( DM ).
3) Riwayat merokok (-) minum berakohol (-) minum jamu- jamuan (-)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga pasien terdapat keluarga yang mengalami sakit seperti yang dirasakan
pasien, Ibu kandung dan Adik pasien memiliki riwayat gula darahnya dulu sering tinggi
( DM ).
2) Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/93 mmhg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 360 C
RR : 24 x/menit
SPO2 : 99 %
3) Dada dan paru-paru
Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, tidak disertai bunyi tambahan seperti murmur maupun
gallop.
Bunyi nafas vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan, Gerakan dinding dada kanan
dan kiri seimbang.
b. Rontgen thorax
(27 -11- 2021)
- Konfigurasi jantung relative sama
- Bercak retikulogranular disertai bronkiestasis pada lapangan atas tengah bawah paru
kiri relative sama , curiga interstitial lung disease
- Efusi pleura dupleks
c. Hasil lab
Tanggal 27/11/20121:
Hemoglobin : 14
Trombosit : 477
Leukosit : 11.4 (H)
Hematokrit : 44
Eritrosit : 4.72
Gula darah sewaktu : 157
Ureum : 23
Kreatinin : 1.0
Natrium : 134
Kalium : 4.8
Chloride : 104
HBsAg : Negatif
PPT : 13.1
PPTK : 28.6
APTT : 32.0
d. Terapi
IVFD Nacl 0.9% 20 tpm
Amlodipin tab 5 mg/24 jam
Allopurinol tab 100 mg/24 jam
Glimepiride tab 4 mg/24 jam
Acarbose tab 100 mg/8 jam
E. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL
a. Analisa data
No Data focus Etiologi Problem
1 Subjektif : Cedera Nyeri akut
Fisik
1) Pasien mengeluhkan Nyeri pada telapak
kaki menjalar kejari kaki
P : Saat Aktifitas atau tersentuh benda lain
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : pada Telapak kaki sampai Ujung jari
S : Skala 5
T : Hilang timbul dan saat bersentuhan dengan benda
lain
Objektif :
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien pasien tampak meringis
3. Pasien tampak menahan sakit
2 Subjektif : Krisis Ansietas
1) Pasien mengatakan merasa khawatir dengan tindakan situasional
Pemeriksaan Pembuluh darah dan dilanjutkan dengan (hospitalisasi)
Amputasi pada jaringan yang sudah tidak teraliri
darah.
Objektif :
Tekanan darah : 140/93 mmhg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 360 C
RR : 24 x/menit
SPO2 : 99 %.
Wajah Pasien tampak tegang mulai dari dating saat
tindakan.
3 Subjektif : Prosedur Resiko
- tindakan perdarahan
Objektif :
1) Prosedur tindakan yang dilakukan merupakan
tindakan invasif
2) Pasien masih terpasang sheath 6f pada femoral kanan
post tindakan
b. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut Berhubungan dengan cedera fisik
2) Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (hospitalisasi)
3) Resiko perdarahan berhubungan dengan Prosedur tindakan
2. Mengidentifikasi
skala nyeri 2. DS: Pasien mengatakan skala
nyeri yang dirasakan 5 (0-10)
DO: Pasien tampak gelisah
4) Menganjurkan 4) Subjektif :
pasien untuk =
relaksasi dan Objektif :
menggunakan Pasien tampak berdoa dan mulai
Teknik Nafas focus untuk melakukan teknik
Dalam nafas dalam.
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Evaluasi
keperawatan
Nyeri akut S :
Berhubungan Pasien mengatakan nyeri masih dirasakan
dengan cedera P : Saat Aktifitas atau tersentuh benda lain
fisik Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : pada Telapak kaki sampai Ujung jari
S : Skala 5
T : Hilang timbul dan saat bersentuhan dengan benda lain
O:
1) Pasien tampak gelisah
2) Pasien pasien tampak meringis
3) Pasien tampak menahan sakit
Terpasang infus 20 tpm
A:
Masalah Belum Tertasi
P:
Lanjutkan Intervensi:
1) Identifikasi skala nyeri
2) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3) Monitor keberhasilan terapi Teknik Nafas Dalam
4) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(pemberian terapi teknik nafas dalam)
5) Berikan terapi teknik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
6) Kolaborasi untuk pemberian famakologi anti nyeri (Analgetik)
Ansietas S:
berhubungan Pasien mengatakan masih ada rasa khawatir terhadap operasi yang akan
dengan Krisis dilakukan tetapi pasien sudah siap dengan tindakan terbaik dari dokter
situasional O:
(hospitalisasi) Pasien diberikan penjelasan oleh dokter bahwa Hasil tindakan Arteriografi
terdapat penyumbatan pada pembuluh dan akan dilakukan amputasi
A:
Masalah teratasi Sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
2) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
4) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
5) Anjurkan pasien untuk relaksasi dan menggunakan Teknik pengalihan
Resiko S : pasien mengatakan tidak ada terasa hangat dan basah di area penusukan
perdarahan post tindakan arteriografi
berhubungan O:
dengan Prosedur Setelah selesai tindakan, pasien pindah ke bed dorong dengan kaki kanan
tindakan lurus. Tidak ada tanda-tanda perdarahan maupun bengkak
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
1) Monitor tanda dan gejala perdarahan
2) Instruksikan keluarga pasien bila terdapat tanda-tanda perdarahan
3) Pertahankan bedrest selama perdarahan
4) Imobilisasi kaki yang dilakukan penusukan jarum puncture
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PROSEDUR TINDAKAN
Pada pasien Ny.S ini pasien dilakukan tindakan Arteriografi pada tanggal 30 november
2021 jam 14.30 wib. Pada tindakan ini perawat berperan sebagai Scrub Nurse pada tindakan.
Prosedur tindakan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Membuka set linen steril dan membuka peralatan habis pakai;
2. Menyiapkan cairan flush dan betadine;
3. Memakai APD anti radiasi lengkap;
4. Mencuci tangan dengan prinsip steril;
5. Memakai pakaian operasi dan sarung tangan steril;
6. Melakukan flusing alat ( jarum puncture, sheath);
7. Melakukan desinfeksi area tindakan (inguinal kanan dan kiri)
8. Menutup area tindakan dan pasien dengan doek steril;
9. Menempatkan alat-alat dekat dengan area tindakan;
10. Mengambil lidocaine 5 ampul dengan spuit 10 cc;
11. Memfasilitasi DPJP untuk anestesi lokal dengan lidocaine pada inguinal kanan;
12. Melakukan penusukan arteri femoralis kanan dengan jarum puncture 18G
13. Memasukkan sheath 6f ke arteri femoralis kanan;
14. Melakukan aspirasi dan spoeling sheath tersebut;
15. Menyiapkan Kontrak untuk perekaman arteriografi dengan dosis 50% kontrak 50%
cairan, dan menyiapkan cairan flushing guna meflushing setelah dilakukan injeksi
kontrak
16. Setelah selesai tindakan Arteriografi, melakukan aspirasi dan spoeling sheath untuk
memastikan tidak ada thrombus diarea sheath dan melakukan aff pada sheath
17. Lakukan penekanan pada area pulse diatas area puncture selama 10-15 menit
18. Setelah dipastikan perdarhan terhenti tutup area puncture dengan kassa dan plester
19. Prosedur tindakan Arteriografi selesai.
B. HASIL TINDAKAN YANG TELAH DILAKUKAN
Pasien Ny.s telah dilakukan tindakan Arteriografi pada tanggal 30 november 2021 jam 14.30
WIB, tindakan PAC selesai pada jam 15.20 wib. Hasil tindakan PAC pada pasien ini adalah
sebagai berikut :
Kesimpulan : Terdapat Occlosi Pada Dorsalis Pedis Artery
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan lanjutan pada kasus PAD atau PAOD yang dilakukan salah satu nya
adalah ARTERIOGRAFI CORONER. Pemeriksaan arteriografi adalah pemeriksaan pembuluh
darah arteri dengan menggunakan zat kontras. Karena aliran darah dalam pembuluh darah arteri
sangat cepat, maka digunakan rapid film changer yang dapat memotret maksimal sampai 10 film
per detik, sehingga setiap alilran kontras dalam pembuluh darah arteri dapat diikuti (Rachman,
2005).
Pada kasus Ny.S dengan diagnosis PAOD tujuan dari Prosedur Arteriografi yang dilakukan
merupakan pemeriksaan diagnostic untuk menentukan sampai mana keaddan artery yang masih
mengaliri darah ke arah distal ektremitas bawah. Sehingga membantu dalam mengambil
keputusan sejauh manan organ pasien akan dilakukan amputasi.
Pada asuhan keperawatan Ny. S, muncul tiga diagnosa keperawatan diantaranya adalah
diagnosa keperawatan pre tindakan yaitu ansietas dan nyeri, intra tindakan yaitu Nyeri, dan post
tindakan yaitu resiko perdarahan. Dari ketiga diagnosa keperawatan tersebut telah dilakukan
intervensi, dan implementasi keperawatan.
LAMPIRAN