Tumor Paru Pada Perokok Aktif yang Mengalami Dyspnea - Case Report
Rafli*
Abstrak
Sesak nafas atau Dyspnea merupakan keluhan abnormal pada paru - paru yang sering
dijumpai. Banyak faktor risiko dan penyebab sesak napas, antara lain merokok, usia,
jenis kelamin, faktor genetik dan lain - lain. Beberapa penyakit gangguan paru - paru
antara lain asma bronkiale, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru,
pneumonia, efusi pleura, dan emboli paru. Karena PPOK dan tumor paru adalah kasus
penyebab sesak terbanyak dan sering ditemukan terutama pada pria yang berstatus
sebagai perokok aktif, maka perlulah untuk segera mengenali, mendiagnosis dan
mengobati penyakit tersebut sehingga dapat mencegah sesak menjadi lebih berat.
Kata Kunci : Dyspnea, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Tumor paru.
Abstract
Dyspnea is abnormal sign in respiratory ways, especially lung. Many risk factors and
causes of dyspnea, there are smoke/smoker, ages, genre, genetic factors, and etc.
There are so many diseases about disfunction of lung, like asthma, Chronic
Obstructive of Pulmo Disease (COPD), lung cancer, pneumoniae, pleura effusion,
and emboly of lung. Because Chronic Obstructive of Pulmo Disease (COPD) and
lung cancer is the most cases that happened to a man as a active smoker, so we need
to know, to diagnostic, and to heal the diseases soon before dyspnea go to weak.
Seorang laki - laki usia 62 tahun mengeluh sesak nafas sejak tadi malam dan semakin
memberat sehingga dirasakan saat bekerja maupun saat istirahat. Pasien juga
merupakan perokok aktif yang menghabiskan 12 batang rokok perhari. Pasien tidak
memiliki riwayat hipertensi, diabetes, asma, riwayat berpergian keluar kota dan juga
riwayat kontak dengan ODP/PDP.
Sesak napas atau Dyspnea adalah kondisi tidak nyaman yang menyulitkan kita untuk
bernafas karena kurangnya pasokan udara yang masuk ke paru - paru.
Seperti yang diketahui, faktor risiko yang menajadi penyebab sesak nafas sangatlah
banyak. Sesak nafas dan tumor paru memiliki faktor risiko dan penyebab yang sama,
antara lain kebiasaan merokok, usia, jenis kelamin, pajanan terhadap partikel atau gas
berbahaya, infeksi berulang pada saluran pernapasan, pola makan, faktor sosial
ekonomi, Penyakit asma atau hiperaktivitas saluran napas, dan faktor genetik
(pertumbuhan dan perkembangan paru; Defisiensi α1 Antitrypsin (α1AT)).
Sesak yang disebabkan oleh gangguan paru - paru antara lain, asma bronkiale,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, pneumonia (seperti infeksi virus
corona), efusi pleura, dan emboli paru. Oleh karena itu, diagnosis penyakit dengan
keluhan sesak ini harus bisa ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.
Seperti yang diketahui, faktor risiko yang menajadi penyebab sesak nafas sangatlah
banyak. Sesak nafas dan tumor paru memiliki faktor risiko dan penyebab yang sama,
antara lain kebiasaan merokok, usia, jenis kelamin, pajanan terhadap partikel atau gas
berbahaya, infeksi berulang pada saluran pernapasan, pola makan, faktor sosial
ekonomi, Penyakit asma atau hiperaktivitas saluran napas, dan faktor genetik
(pertumbuhan dan perkembangan paru; Defisiensi α1 Antitrypsin (α1AT)).
Tumor adalah suatu benjolan atau pembengkakan dalam tubuh yang disebabkan oleh
perkembangan sel secara abnormal yang bisa dikarenakan oleh berbagai penyakit,
seperti keganasan dan infeksi. Tumor paru adalah pertumbuhan sel yang tidak normal
pada jaringan paru, dapat bersifat jinak maupun ganas. Kanker paru adalah keganasan
yang berasal dari luar paru (metastasis tumor paru) maupun yang berasal dari paru
sendiri, di mana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada
sel epitel saluran nafas, yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat
dikendalikan.
Terjadinya tumor paru dikaitkan dengan perubahan pada tingkat gen. Terjadinya
tumor paru didasari dari tampilnya gen supresor tumor dalam genom (onkogen).
Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi)
atau penyisipan (insersi) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1
dan atau erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah/programmed cell death). Pada kasus keganasan, perubahan tampilan gen ini
menyebabkan sel sasaran, yaitu sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan otonom.
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah mengurangi gejala dan risiko eksaserbasi akut.
Indikator penurunan gejala adalah gejala membaik, memperbaiki toleransi terhadap
aktivitas, dan memperbaiki status kesehatan. Sedangkan indikator penurunan risiko
adalah mencegah perburukan penyakit, mencegah dan mengobati eksaserbasi,
menurunkan mortalitas. Beberapa golongan obat untuk pengobatan PPOK, antara lain
bronkodilator, Beta2-agonist,Antimuskarinik, Methylxanthine, Kombinasi terapi
bronkodilator, antibiotik, mukolitik, dan anti inflamasi (golongan kortikosteroid).
Sedangkan pada tumor paru, penatalaksanaannya berdasarkan stdium tumor paru
tersebut, kondisi umum pasien, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-
effectiveness. Modalitas penanganan tumor paru yang tersedida adalah pembedahan,
radiasi, kemoterapi, dan terapi sel target. Pendekatan penanganan yang dilakukan
secara integrasi multidisiplin.
Kasus :
Tn. R /62 tahun datang dengan keluhan sesak nafas sejak tadi malam. Keluhan sesak
sudah dirasakan pasien sejak beberapa minggu yang lalu, namun pasien tidak
menghiraukan keluhan tersebut. Tadi malam, pasien meraskan sesak yang dialami
semakin memberat dan tidak membaik walaupun pasien sudah merubah posisi pasien.
Sesak selalu dirasakan pada saat bekerja maupun saat istirahat. Saat ini, pasien merasa
lelah karena sesak yang dirasakannya, namun pasien masih bisa berbicara dalam
bentuk kalimat dan masih bisa duduk tenang. Pasien menyangkal adanya keluhan
demam, batuk, sakit tenggorokan, riwayat berpergian keluar kota, riwayat kontak
dengan ODP/PDP, serta mengonsumsi obat - obatan lama seperti OAT. Pasien tidak
memiliki riwayat hipertensi, diabetes, dan asma. Pasien merupakan perokok aktif saat
ini. Dalam satu hari, pasien menghabiskan kurang lebih 12 batang rokok. Pasien
adalah seorang pensiunan UPT SKB yang hanya berdiam di rumah sejak 3 tahun yang
lalu. Anggota keluarga pasien tidak tinggal serumah dengan pasien.
Pemeriksaan Fisik :
TD : 132/82 mmHg
N : 112 x/menit
RR : 26x/menit
S : 36, 5 C
SpO2: 97% dengan nasal canul O2 3 lpm
Berat badan: 54kg
Rambut : warna hitam, lebat, sukar dicabut
Kelenjar getah bening
Leher : tidak ada pembesaran
Aksila : tidak ada pembesaran
Inguinal : tidak ada pembesaran
Kepala
Mata : sklera tidak kuning, konjungtiva tidak anemis
Telinga : serumen tidak ada
Hidung : sekret tidak ada, deviasi septum tidak ada
Mulut : mukosa basah, lidah tidak bisa dijulurkan
Thoraks
Paru
Inspeksi : tidak simetris kanan dan kiri
Palpasi : vokal fremitus kanan lebih tertinggal dibandingkan
dengan yang kiri
Perkusi : redup pada apeks paru kanan dan sonor pada lapang
paru kiri.
Auskultasi : vasikuler (+ menurun/+), ronki (-), wheezing (+/+)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba. Thrill tidak ada.
Perkusi :
Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : SIC V 1 jari medio linea midclavicula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama regular, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada, tidak ada
kelemahan.
Inferior : Akral hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada, tidak ada
kelemahan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah Lengkap
Leukosit 14.61 4-11 x 10^3/ul
Eritrosit 5.95 4.2-6.2 x 10^6/ul
Hemoglobin 14.7 12.5-18 g/dl
Hematokrit 43 40 - 50%
Trombosit 231 150-400 x 10^3/ul
MCV 72.4 82 - 92 fL
MCH 24.7 27 - 31 pg
MCHC 34.1 32-36 g/dl
Kimia Darah
Ureum 25 15-45 mg/dl
Creatinin 0.9 0.6 - 1.3 mg/dl
SGOT 30 1-35 U/L
SGPT 31 1-36 U/L
Elektrolit
Natrium 134.2 135-145 mEq/L
Kalium 3.75 3.5-5 mEq/L
Klorida 103.5 94-111 mEq/L
Serologi/Imunologi
CRP POS NEG
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Rontgen/Foto toraks
Diskusi
Berdasarkan kasus yang didapatkan bahwa seorang pria berumur 62 tahun dengan
keluhan sesak nafas yang semakin memberat sejak semalam, disertai status pasien
sebagai perokok aktif, yaitu kurang lebih 12 batang/hari. Pada pemeriksaan fisik,
ditemukan pergerakan dada yang tidak simetris, vokal fremitus yang lebih lemah pada
paru kanan dibandingkan dengan paru kiri, bunyi redup pada apeks paru kanan dan
sonor pada paru kiri, serta pada pemeriksaan auskultasi didapatkan vesikuler yang
menurun pada paru kanan dibandingkan paru kiri dan wheezing positif pada kedua
lapang paru. Pemeriksaan penunjang didapatkan CRP positif, serta ditemukan
gambaran atelektasis serta gambaran radioopak pada supero-media pulmo dextra.
Berdasarkan teori yang sudah dibahas sebelumnya, pada pasien yang mengalami
keluhan sesak dapat disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah merokok. Pasien
adalah seorang perokok aktif sehingga dapat dimasukkan ke dalam faktor risiko
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Sedangkan pada pemeriksaan fisik yang
telah dilakukan, terdapat perbedaan pergerakan maupun perkusi dari paru kanan dan
kiri serta adanya wheezing pada kedua lapang paru. Dari pemeriksaan fisik, dapat kita
hubungkan dengan teori yang kita dapatkan bahwa hasil pemeriksaan trsebut dapat
mengarahkan kita ke arah PPOK ataupun kecurigaan ke arah tumor paru. Sedangkan
dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan, yaitu foto toraks, didapatkan gambaran
atelektasis dan juga radioopak pada superomedia pulmo dextra, gambaran tersebut
membuat kita untuk merencanakan pemeriksaan lanjutan seperti CT scan guna untuk
memastikan apakah sesak pada pasien disebabkan oleh PPOK atau memang ada
massa atau tumor pada paru kanan pasien.
Kesimpulan
Dyspnea atau sesak napas merupakan keluhan yang sering ditemui. Keluhan tersebut
paling sering ditemukan pada pasien dengn riwayat asma, PPOK bagi perokok, dan
juga tumor paru. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis dyspnea. Banyak
faktor risiko dan penyebab yang sama antara PPOK dan tumor paru sehingga gejala
dan keluhan yang terjadi juga hampir serupa. Pemeriksaan fisik dan penunjanglah
yang akan mengakkan diagnosis PPOK atau tumor paru, sehingga dapat memberikan
pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat berdasarkan klasifikasi atau stadium
penyakit yang ditemukan.
Penutup
Dyspnea atau sesak napas merupakan keluhan yang sering ditemui. Keluhan tersebut
paling sering ditemukan pada pasien dengn riwayat asma, PPOK bagi perokok, dan
juga tumor paru. Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis dyspnea. Banyak
faktor risiko dan penyebab yang sama antara PPOK dan tumor paru sehingga gejala
dan keluhan yang terjadi juga hampir serupa. Pemeriksaan fisik dan penunjanglah
yang akan mengakkan diagnosis PPOK atau tumor paru, sehingga dapat memberikan
pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat berdasarkan klasifikasi atau stadium
penyakit yang ditemukan.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
Putra TR, Suega K, Artana B. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit
Dalam. Denpasar: SMF Penyakit Dalam FK Unud; 2013.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
Tandi, M., Tubagus V.N., Simanjuntak, M.L., 2016. Gambaran CT-Scan
Tumor Paru di Bagian/ SMF Radiologi RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado
Periode Oktober 2014 - September 2015. Journal e-Clinic (eCl). pp. 140-145.
26.
27.
28.