Anda di halaman 1dari 25

Versi Publikasi 11082021

Daftar Isi
A. Capaian Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
1. Prinsip Dasar Sensor
2. Klasifikasi Sensor
3. Anatomi Sensor
4. Prinsip Fisik Penginderaan
5. Berbagai Jenis Sensor
a. Sensor Suhu dan Kelembaban Udara
b. Sensor Jarak Ultrasonik
c. Sensor Pulse Heart Rate
d. Sensor Cahaya
e. Sensor Kelembaban Tanah
f. PIR Sensor
g. Sensor Pendeteksi Gas
6. Contoh dan Aplikasi Penerapan Sensor
a. Robot Penghindar Halangan
b. Sistem Monitoring Detak Jantung
c. Lampu Jalan Cerdas
C. Tugas Harian

A. Capaian Pembelajaran
- Mahasiswa mampu mengklasifikasikan perangkat sensor, aktuator dan processor
dalam perancangan sistem IoT

B. Materi Pembelajaran

1. Prinsip Dasar Sensor dan Transducer


Sensor adalah salah satu bagian penting dari IoT yang memiliki kemampuan
penginderaan dari perubahan sifat fisik kondisi sekitar yang terjadi di sekitar
lingkungan sensor tersebut. Secara umum, sensor adalah suatu alat yang mampu
menerima dan merespon suatu rangsangan (misalnya, variasi dalam setiap fenomena
alam, yaitu suhu, tekanan, kelembaban, gerak, posisi, perpindahan, suara, gaya, aliran,
cahaya, keadaan kimia, dll). Berikut ini adalah klasifikasi beberapa jenis dasar
rangsangan yang dapat diukur dengan menggunakan sensor.
● Rangsangan Listrik: Muatan, Medan Listrik, Arus, Tegangan, dll.
● Rangsangan Magnetik: Medan Magnet, Fluks Magnetik, Densitas Fluks
Magnetik, dll.
● Rangsangan Panas: Suhu, Konduktivitas Termal, dll.

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
2
Versi Publikasi 11082021

● Rangsangan Mekanik: Kecepatan, Posisi, Percepatan, Gaya, Densitas, Tekanan,


dll.

Secara khusus, sensor adalah perangkat yang menerjemahkan rangsangan yang


diterima (kuantitas, properti, atau kondisi/keadaan objek fisik) menjadi sinyal listrik.
Misalnya, untuk sensor suhu dan tekanan, panas dan tekanan atmosfer
masing-masing diubah menjadi sinyal listrik. Oleh karena itu, masukan dari sensor
adalah semacam pengamatan yang terkait dengan perubahan sifat fisik suatu objek,
dan keluarannya adalah sinyal listrik dalam hal ini adalah variasi muatan, tegangan,
arus, dll yang dapat dijelaskan oleh frekuensi, amplitudo, dan fase. Keluaran sensor
pada akhirnya harus kompatibel dengan rangkaian elektronik. Sensor dapat dianggap
sebagai pengubah energi, yang sebenarnya mengukur transfer energi dari dan ke
objek yang diamati. Mengenai konversi energi, sensor harus dibedakan dari istilah
transduser, yang hanya digunakan untuk mengubah satu bentuk energi ke bentuk
energi lainnya. Oleh karena itu, transduser lebih dari sekadar sensor; Namun,
istilah-istilah ini digunakan secara bergantian dalam literatur. Istilah lain, aktuator
dapat dianggap sebagai pelengkap sensor karena mengubah sinyal listrik menjadi
energi non listrik. Motor listrik adalah salah satu contoh aktuator, yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan aksi mekanis dari sinyal listrik. Oleh karena itu, seseorang
dapat menafsirkan aktuator sebagai transduser. Perbedaan utama antara sensor dan
transduser diberikan pada Tabel 1.

Dibandingkan dengan indera manusia, sensor dan aktuator adalah komponen paling
mendasar dari perangkat komputasi. Perbandingan antara fungsi tubuh manusia dan
cara kerja mesin cerdas ditunjukkan pada Gambar 1.

Tabel 1. Perbedaan sensor, aktuator dan tranduser


Kriteria Sensor Aktuator Tranduser
Perbandingan

Fungsionalitas Merasakan Mengubah sinyal Mengubah satu bentuk


perubahan listrik menjadi energi ke bentuk
lingkungan dan keluaran fisik energi lainnya
mengubahnya
menjadi sinyal listrik

Komponen Sensor itu sendiri Sebagian besar Sensor dan rangkaian


perangkat gerak pengkondisian sinyal

Contoh Sensor jarak, sensor LED, Pengendali Termokopel,


cahaya, sensor motor, Lengan robot Loudspeaker,
gerak, sensor Potensiometer,

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
3
Versi Publikasi 11082021

akselerometer, dll. Termistor, dll.

Gambar 1. Perbedaan antara fungsi tubuh manusia dan sistem mesin cerdas

2. Klasifikasi Sensor
Sensor dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
● Sensor Sederhana (Langsung) Vs Sensor Kompleks
● Sensor Aktif Vs Sensor Pasif
● Sensor Kontak Vs Sensor Non Kontak
● Sensor Absolut dan Sensor Relatif
● Sensor Digital Vs Sensor Analog (berdasarkan output)
● Sensor Skalar Vs Sensor Vektor (berdasarkan tipe data)

a. Sensor Sederhana (Langsung) Vs Sensor Kompleks


Sensor sederhana atau langsung mampu mengubah perubahan fisik atau
stimulus dari lingkungan menjadi sinyal listrik (ditunjukkan pada Gambar 2). Di
sisi lain, sensor kompleks mungkin memerlukan satu atau lebih transduser
untuk menghasilkan sinyal listrik (ditunjukkan pada Gambar 3). Contoh sensor
sederhana antara lain sensor suhu, sensor tekanan, sensor cahaya dan
akselerometer adalah contoh sensor kompleks.

Gambar 2. Sensor Sederhana

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
4
Versi Publikasi 11082021

Gambar 3. Sensor Kompleks

b. Sensor Aktif Vs Sensor Pasif


Sensor aktif ( juga dikenal sebagai parametrik) memerlukan daya eksternal
dalam operasionalnya. Sensor kapasitif dan induktif adalah contoh dari sensor
Aktif. Di sisi lain, sensor pasif ( juga dikenal sebagai self-generating) mampu
menghasilkan sinyal listrik dengan sendirinya dan tidak bergantung pada catu
daya eksternal. Sensor piezoelektrik adalah salah satu contoh sensor yang
menghasilkan sinyal listrik sendiri.

c. Sensor Kontak Vs Sensor Non Kontak


Kontak fisik dengan stimulus sangat penting dalam Sensor kontak (misalnya
sensor suhu); namun, pada sensor Non Kontak, kontak fisik dengan stimulus
tidak diperlukan (misalnya termometer inframerah).

d. Sensor Absolut dan Sensor Relatif


Sensor Absolut bereaksi terhadap stimulus menggunakan skala absolut tetapi
Sensor relatif merasakan stimulus relatif terhadap beberapa referensi.
Pengukur regangan dan Termokopel adalah contoh sensor absolut dan relatif.

e. Sensor Digital Vs Sensor Analog (berdasarkan output)


Sinyal keluaran yang bersifat digital dihasilkan oleh sensor digital. Sinyal
kontinu dihasilkan oleh keluaran dari sensor analog. Sensor tekanan, sensor
cahaya, dan akselerometer analog adalah contoh Sensor Analog.
Akselerometer Digital dan sensor suhu digital adalah contoh dari sensor
digital.

f. Sensor Skalar Vs Sensor Vektor (berdasarkan tipe data)


Sensor skalar digunakan untuk mengukur besaran skalar dan sinyal listrik
keluaran sebanding dengan besaran yang diukur, misalnya sensor suhu
ruangan. Sensor vektor digunakan untuk mengukur besaran vektor, yaitu
akselerometer, yang mengukur tidak hanya besaran tetapi juga arah benda
bergerak.

3. Anatomi Sensor
Secara umum, komponen dasar dari sebuah sensor meliputi unit penginderaan, unit
pemrosesan, unit Analog to Digital Converter (ADC), unit daya, penyimpanan, dan
transceiver seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4. Elemen penginderaan adalah
sebuah perangkat keras, yang bertanggung jawab untuk mengukur setiap stimulus
fisik (yaitu cahaya, suhu, suara, dll) di lingkungan untuk mengumpulkan data yang
bersangkutan. Pada proses penginderaan, sensor menghasilkan sinyal analog
terus-menerus, yang harus didigitalkan sebelum mengirimkannya ke controller untuk
diproses lebih lanjut. Oleh karena itu diperlukan ADC yang melakukan konversi sinyal

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
5
Versi Publikasi 11082021

analog ke sinyal digital. Mikrokontroler bertugas untuk melakukan pemrosesan data


penginderaan digital yang diterima dan mengendalikan fungsi lain dari node sensor.
Kontroler yang paling umum adalah mikrokontroler yang digunakan di node sensor
karena konsumsi daya yang rendah, biaya rendah, dan fleksibilitas untuk
menghubungkan perangkat lain.

Field Programmable Gate Arrays (FPGAs) dan Application-Specific Integrated Circuits


(ASICs) adalah alternatif lain, yang dapat digunakan sebagai pengontrol di node
sensor. Unit pemrosesan umumnya dikaitkan dengan memori penyimpanan. Memori
flash lebih disukai untuk digunakan karena biaya rendah dan kapasitas
penyimpanannya. Sebuah transceiver diperlukan untuk menghubungkan node sensor
ke node lain dalam jaringan untuk transmisi dan penerimaan data yang diperlukan.
Sebagian besar Industrial, Scientific and Medical band (ISM) lebih banyak digunakan
dalam teknologi sensor yang memanfaatkan frekuensi bebas dan tiga skema
komunikasi umum, yaitu komunikasi optik (laser), Inframerah (IR), dan frekuensi radio
(RF) telah digunakan sebagai transmisi nirkabel media.

Konsumsi energi adalah masalah paling penting dalam node sensor. Oleh karena itu,
node sensor lebih fokus pada konservasi daya menjaga QoS dalam jaringan sensor.
Node sensor mengkonsumsi energi tinggi dalam komunikasi dibandingkan dengan
penginderaan dan pemrosesan lainnya. Sumber dan fenomena energi alami (misalnya
variasi matahari dan suhu) lebih disukai untuk meregenerasi energi dalam sensor.
Selain itu, masalah konsumsi energi harus diperhitungkan dengan mengoperasikan
node sensor dalam mode siaga (idle mode). Teknik Dynamic Power Management
(DPM) dan Dynamic Voltage Scaling (DVS) digunakan untuk mengatasi masalah
konservasi energi pada sensor. DPM bekerja berdasarkan prinsip mematikan bagian
node sensor yang tidak digunakan. Sebaliknya, untuk menghemat energi, DVS
memilih level tegangan serendah mungkin untuk komponen sensor yang berbeda
agar tetap berfungsi dengan baik.

Gambar 4. Anatomi dari sebuah sensor

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
6
Versi Publikasi 11082021

4. Prinsip Fisik Penginderaan


Konversi efek fisik menjadi sinyal listrik didasarkan pada berbagai prinsip dasar Fisika,
yaitu kapasitansi, magnet, efek piezoelektrik, dll. Pada sub-bagian berikut,
prinsip-prinsip ini akan dijelaskan dari sudut pandang cara sensor.

a. Kapasitansi
Kapasitansi adalah fenomena listrik untuk menyimpan muatan listrik, dan
perangkat yang menyimpan muatan mengikuti fenomena ini dikenal sebagai
Kapasitor. Untuk memahami cara kerja sensor Kapasitif, pertama-tama perlu
memahami prinsip-prinsip dasar dunia kapasitor.

Kapasitor adalah perangkat elektronik untuk menyimpan energi listrik dalam


bentuk muatan listrik. Dalam bentuk dasarnya, Kapasitor terdiri dari dua pelat
konduktor ( juga dikenal sebagai elektroda), yang dipisahkan oleh
isolator/dielektrik (bahan non konduktor, yaitu udara, plastik, keramik, dll.) yang
pada akhirnya menghasilkan beda potensial. Gambar 5 mengilustrasikan
desain kapasitor yang paling sederhana, yaitu kapasitor pelat sejajar. Pada
kapasitor pelat sejajar, dua pelat logam ditempatkan sambil menjaga jarak di
antara keduanya. Pelat logam Kapasitor ini mulai menyimpan muatan listrik
segera setelah tegangan diberikan. Pada beda potensial tertentu, muatan
listrik tetap berada pada pelat penghantar bahkan setelah pemutusan dari
sumber tegangan.

Dengan kata sederhana, penempatan elektron ke satu pelat dan pemindahan


elektron (dalam jumlah yang sama) dari pelat lain menciptakan medan listrik
melintasi celah antara pelat konduktor. Medan listrik terjadi karena adanya
perbedaan muatan yang tersimpan pada permukaan masing-masing pelat.
Pelat penghantar ini mampu menahan muatan listrik sampai habis atau terjadi
kebocoran karena isolator yang tidak sempurna.
Secara umum, Kapasitansi didefinisikan sebagai jumlah muatan yang dapat
ditahan oleh kapasitor pada tingkat tegangan tertentu. Secara matematis,
dapat direpresentasikan sebagai

C=Q/V

di mana, C adalah kapasitansi dalam Farad (F), Q adalah besarnya muatan


yang tersimpan pada setiap pelat dalam Coulomb, V adalah tegangan yang
diterapkan pada pelat dalam Volt (V).

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
7
Versi Publikasi 11082021

Gambar 5. Sebuah kapasitor keping sejajar

Satuan Kapasitansi adalah farad dan Persamaan di atas menyatakan bahwa


kapasitor yang memiliki kapasitansi 1 F dapat menyimpan 1 Coulomb muatan
ketika tegangan di terminalnya adalah 1 V. Kapasitansi tergantung pada
bentuk/luas masing-masing pelat, bahan dielektrik, dan jarak antar pelat.
Secara matematis, ketergantungan ini dapat direpresentasikan sebagai

C=Q/V=(ε0 × 𝐴)/d

dimana, ε0 mewakili permitivitas ruang bebas, A adalah luas pelat, d adalah


jarak antara dua pelat.

Dari Persamaan di atas, menjadi jelas bahwa kapasitansi berbanding lurus


dengan luas permukaan pelat penghantar dan berbanding terbalik dengan
jarak antara pelat penghantar. Ini berarti bahwa luas permukaan yang lebih
rendah dan jarak yang lebih tinggi pada akhirnya menurunkan kapasitansi dan
sebaliknya.

Sifat dielektrik antara pelat kapasitor juga mempengaruhi kapasitansi.


Penggantian vakum (atau udara) dengan bahan lain meningkatkan /
menurunkan kapasitansi dengan suatu faktor, yang dikenal sebagai konstanta
dielektrik (K). Dengan kata lain, K digunakan untuk menyatakan efek material
terhadap medan listrik atau permitivitasnya. Bahan yang berbeda memiliki
permitivitas yang berbeda yang sebenarnya mewakili kapasitas bahan untuk
mentransmisikan medan listrik. Mengingat pentingnya K, Persamaan di atas
dapat dikembangkan menjadi

(
𝐶 = 𝐾 × 𝑄/𝑉 = 𝐾 × ϵ0 × 𝐴 /𝑑 )

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
8
Versi Publikasi 11082021

Persamaan di atas menunjukkan bahwa kapasitansi berbanding lurus dengan


besarnya konstanta dielektrik. Kenaikan atau penurunan nilai konstanta
dielektrik menyebabkan kenaikan atau penurunan kapasitansi, masing-masing.
Dari Persamaan di atas, menjadi jelas bahwa perubahan dalam salah satu dari
tiga nilai parameter (yaitu A, d, dan K) dapat digunakan untuk merasakan
perubahan lingkungan. Oleh karena itu, sejumlah sensor kapasitif telah
dikembangkan yang memiliki kemampuan untuk mengubah karakteristik
dielektrik yang berubah menjadi sinyal listrik.

Gambar 6. Sensor Jarak

Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi sifat bawaan konstanta dielektrik.


Prinsip umum dari beberapa contoh sensor kapasitif telah dibahas berikut ini.
- Penginderaan suhu: Setiap perubahan suhu dapat mengubah jarak/luas
pelat konduksi dan besarnya konstanta dielektrik, yang pada akhirnya
mempengaruhi nilai kapasitansi dan digunakan untuk tujuan
penginderaan.
- Penginderaan kelembaban: Peningkatan kelembaban mempengaruhi
permitivitas dielektrik, yaitu gas dan bahan padat. Sebagian besar
perangkat penginderaan kelembaban kapasitif terdiri dari berbagai
lapisan dielektrik tertentu, yaitu oksida hidrofilik anorganik. Selain itu,
luas permukaan yang besar dengan lebih banyak penyerapan molekul
air secara signifikan mempengaruhi besarnya kapasitansi.
- Penginderaan jarak: Sensor jarak kapasitif mampu mendeteksi
keberadaan objek terdekat. Sensor jarak didasarkan pada prinsip
sederhana pendeteksian objek melalui pengukuran perubahan medan
listrik (kapasitansi), yang dibentuk oleh dua pelat kecil seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 6. Sensor jarak kapasitif mampu mendeteksi
benda logam, kayu, kertas, plastik, getaran manusia, dan ketebalan
benda.
- Penginderaan posisi: Sensor posisi kapasitif digunakan untuk
merasakan posisi berdasarkan parameter fisik kapasitor, yaitu luas pelat

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
9
Versi Publikasi 11082021

kapasitif, konstanta dielektrik, dan jarak antar pelat. Salah satu aplikasi
paling sederhana dari sensor posisi kapasitif adalah penginderaan level
cairan dalam tangki penyimpanan di mana dua batang logam konduktif
ruang tetap direndam dalam cairan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 7. Kenaikan cairan meningkatkan kapasitansi antara batang
paralel dan akhirnya digunakan untuk merasakan tingkat cairan dalam
wadah. Aplikasi lain dari sensor posisi kapasitif termasuk penginderaan
posisi gigi dan sistem koordinat layar sentuh.

Gambar 7. Sensor kapasitif sederhana untuk mengukur ketinggian air

Gambar 8. Cara Kerja sensor kapasitif layar sentuh

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
10
Versi Publikasi 11082021

- Sensor layar sentuh yang banyak digunakan dalam kehidupan kita


sehari-hari (yaitu di ponsel) adalah jenis sensor kapasitif. Cara kerja
sensor kapasitif layar sentuh tidak rumit dan didasarkan pada prinsip
kopling kapasitif di mana perangkat dapat mendeteksi apa pun yang
memiliki dielektrik berbeda dari udara. Melalui penggunaan teknologi
inilah ponsel layar sentuh dapat mendeteksi tempat jari melalui
perubahan medan elektrostatik. Layar sentuh kapasitif terdiri dari
beberapa lapisan kaca di mana sebagian besar lapisan dalam dan luar
(hanya mewakili dua batang paralel dari kapasitor biasa) menghantarkan
listrik. Oleh karena itu, seluruh layar berperilaku seperti kapasitor, dan
setelah disentuh dengan jari, medan listrik (ada di antara lapisan kaca
dalam dan luar) berubah. Sebuah pengontrol pemrosesan gambar
diperlukan untuk terus memantau dan mendeteksi koordinat perubahan
medan elektrostatik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.

b. Magnetisme dan Induksi


Mengenai karakteristik fundamental, listrik dan magnet memiliki kesamaan
yang aneh. Sebagai contoh, adanya gaya tarik menarik/tolak menolak antara
dua batang bermuatan listrik sangat mirip dengan gaya yang terjadi antara dua
kutub (selatan dan utara) magnet. Kutub yang sama tolak menolak dan kutub
yang berlawanan saling tarik menarik sebanding dengan gaya yang ada antara
muatan listrik yang sama dan berbeda. Secara teoritis, khusus untuk magnet,
elektron dalam atom di satu ujung bergerak ke satu arah, dan atom di ujung
lain bergerak ke arah yang berlawanan dan akhirnya menciptakan medan
magnet. Menurut definisi, arah gaya energi dalam medan magnet adalah dari
kutub utara ke selatan. Magnet dan listrik berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga muatan yang bergerak dapat menghasilkan medan
magnet dan dari medan magnet dimungkinkan untuk menghasilkan listrik.
Model sederhana dari kedua fenomena, yaitu produksi medan magnet melalui
listrik dan produksi listrik melalui magnet, masing-masing ditunjukkan pada
Gambar 9 dan 10.

Dari Gambar 9 menjadi jelas bahwa ketika arus melewati kawat sederhana
maka karena pergerakan elektron, medan magnet dihasilkan di sekitar kawat.
Di sisi lain, medan magnet yang bervariasi di sekitar kawat dapat menginduksi
tegangan pada kawat atau kumparan itu ( juga dikenal sebagai induksi
magnetik) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10. Michael Faraday pada
tahun 1831 menemukan bahwa tegangan yang dihasilkan ( juga dikenal sebagai
gaya gerak listrik [EMF]) sama dengan laju perubahan fluks magnet. Secara
matematis, dapat direpresentasikan sebagai

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
11
Versi Publikasi 11082021

ε = 𝑑φ𝑏/𝑑𝑡

dimanaφ𝑏 adalah fluks magnet, 𝑡 adalah waktu, εadalah EMF yang diinduksi.

Gambar 9. Produksi magnet melalui listrik

Gambar 10. Produksi listrik melalui magnet

EMF dapat ditingkatkan melalui penggunaan kumparan kawat yang terluka


(memiliki N putaran yang identik). Dengan cara ini, EMF yang dihasilkan
menjadi N kali dari satu kawat tunggal:

( )
ϵ =− 𝑁 × 𝑑φ𝑏 /𝑑𝑡

Terkait dengan desain sensor, Persamaan di atas bisa menjadi

𝑉 =− 𝑁[(𝑑𝐵𝐴)]/𝑑𝑡

Persamaan di atas menyatakan bahwa tegangan berbanding lurus dengan


kuat medan magnet (B) atau luas rangkaian (A). Dengan kata lain, tegangan
induksi tergantung pada:
● Jumlah lilitan dalam koil
● Variasi arus dalam kumparan

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
12
Versi Publikasi 11082021

● Pergerakan sumber medan magnet


● Mengubah area sumber magnet

Induksi elektromagnetik digunakan untuk merasakan posisi dan perpindahan


suatu benda. Sensor Arus Eddy: Arus eddy adalah fenomena yang
menjelaskan induksi arus listrik dalam konduktor melalui perubahan intensitas
medan magnet. Melalui implikasi arus eddy dalam sensor kumparan ganda
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11, dimungkinkan untuk merasakan
kedekatan bahan konduktif. Pada sensor arus eddy dual-coil, satu kumparan
digunakan sebagai kumparan penginderaan dan satu lagi sebagai kumparan
referensi. Setiap kali suatu objek mendekati kumparan penginderaan, itu
menghasilkan arus eddy yang menentang kumparan penginderaan dan pada
akhirnya mempengaruhi induktansi, yang dapat diukur dalam satuan
terkalibrasi. Selain penginderaan jarak, sensor arus eddy juga digunakan untuk
memeriksa material konduktivitas serta ketebalannya.

Gambar 11. Sensor jarak berbasis arus Eddy

Sensor Efek Hall: Produksi beda potensial melintasi konduktor pembawa arus
listrik dengan adanya medan magnet (diterapkan tegak lurus terhadap arah
aliran arus) dikenal sebagai Efek Hall. Perangkat sensor efek hall digunakan
untuk mengukur tegangan yang berbanding lurus dengan besarnya kekuatan
medan magnet yang diterapkan.

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
13
Versi Publikasi 11082021

Gambar 12. Deteksi ketinggian bahan bakar berbasis sensor hall

Deteksi level cairan atau deteksi level bahan bakar otomotif adalah salah satu
aplikasi sensor efek Hall. Desain sensor Hall level cairan ditunjukkan pada
Gambar 12. Ini terdiri dari dua komponen penting, yaitu magnet permanen di
dalam float (yang dapat meluncur secara vertikal dan dapat menunjukkan
ketinggian permukaan cairan dalam wadah) dan sensor hall yang dipasang di
bagian atas tiang. Setelah naiknya level cairan dalam wadah dan ketika
pelampung mendekati tanda deteksi, efek Hall dihasilkan dan mengirimkan
sinyal ke perangkat pemantauan. Selain deteksi tingkat bahan bakar,
fenomena efek Hall juga dapat digunakan untuk mengukur arus DC pada
transformator, penginderaan posisi, saklar keyboard, dll.

c. Resistansi dan Resistivitas Listrik


Hambatan listrik adalah karakteristik dari semua bahan dan pada dasarnya
mengacu pada gaya gesekan yang menahan aliran atau pergerakan elektron.
Menurut hukum Ohm, "arus dalam konduktor sebanding dengan tegangan
yang diberikan sambil menjaga kondisi fisik lainnya tetap konstan." Oleh
karena itu, dapat direpresentasikan sebagai

𝑉 = 𝑅 × 𝐼

dimana, V adalah tegangan yang diukur dalam Volt, I adalah arus yang diukur
dalam Ampere, R mewakili resistansi yang diukur dalam Ohm

Resistansi logam (dengan luas penampang seragam) didorong oleh berbagai


faktor (yaitu sifat, bentuk, dan suhu material). Misalnya, dalam kasus potongan
logam silinder, R berbanding lurus dengan panjang (L) dan berbanding terbalik
dengan luas penampang (A) silinder dan dapat direpresentasikan sebagai

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
14
Versi Publikasi 11082021

𝑅 = ρ × (𝐿/𝐴)

Di sini , adalah resistivitas material dan didefinisikan sebagai kecenderungan


(atau ukuran) material untuk menahan aliran elektron. Bahan yang berbeda
memiliki resistivitas yang berbeda dan dapat dinyatakan sebagai

ρ = 𝑅 × (𝐴/𝐿)

Satuan resistivitas adalah Ohmmeter. Potensiometer didasarkan pada prinsip


berbagai resistansi berdasarkan variasi panjang konduktor. Strain gauge
didasarkan pada prinsip perubahan tahanan akibat terjadinya regangan dan
digunakan untuk mengukur tekanan. Sifat resistensi yang bervariasi pada suhu
yang berbeda digunakan untuk membuat termometer. Resistor sensitif
kelembaban atau kelembaban dapat dibuat dengan menggunakan bahan
higroskopis yang resistivitasnya bergantung pada penyerapan molekul air.

d. Efek piezoelektrik
Efek piezoelektrik terkait dengan produksi muatan listrik dalam bahan kristal
melalui konsekuensi tegangan mekanik yang diterapkan. Sensor piezoelektrik
didasarkan pada prinsip mengubah dimensi fisik menjadi kekuatan dan bekerja
pada permukaan yang berlawanan dari elemen penginderaan. Mikrofon adalah
contoh paling sederhana dari efek piezoelektrik, yang merasakan variasi
tekanan dalam bentuk suara dan mengubahnya menjadi sinyal listrik.

Selain sensor Kapasitansi, Induksi, Resistansi, dan Piezoelektrik, beberapa


fenomena alam seperti konduksi termal, polarisasi cahaya, dan hamburan
cahaya telah digunakan dalam teknologi penginderaan.

5. Berbagai Jenis Sensor

a. Sensor Suhu dan Kelembaban Udara


Sensor DHT11 adalah salah satu jenis sensor yang banyak digunakan pada
project berbasis Arduino. Sensor ini memiliki keunikan yaitu dapat membaca
suhu (temperature) ruangan dan kelembaban udara (humidity). Sensor ini
dikemas dalam bentuk kecil dan ringkas, serta harganya yang terjangkau.
Harga sensor DHT11 ini hanya 1,2$ USD atau sekitar 15 ribu rupiah saja.
Kegunaan sensor DHT11 ini biasanya dipakai pada project monitoring suhu
ruangan maupun kelembaban udara pada ruangan oven.

Sensor DHT11 merupakan serangkaian komponen sensor dan IC kontroler


yang dikemas dalam satu paket. Sensor ini ada yang memiliki 4 pin ada pula
yang 3 pin. Tapi tidak menjadi masalah karena dalam penerapannya tidak ada

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
15
Versi Publikasi 11082021

perbedaan. Di dalam bodi sensor yang berwarna biru atau putih terdapat
sebuah Resistor dengan tipe NTC (Negative Temperature Coefficient).

Resistor jenis ini memiliki karakteristik dimana nilai resistansinya berbanding


terbalik dengan kenaikan suhu. Artinya, semakin tinggi suhu ruangan maka
nilai resistansi NTC akan semakin kecil. Sebaliknya nilai resistansi akan
meningkat ketika suhu disekitar sensor menurun. Selain itu didalamnya
terdapat sebuah sensor kelembaban dengan karakteristik resistif terhadap
perubahan kadar air di udara. Data dari kedua sensor ini diolah di dalam IC
controller. IC kontroler ini akan mengeluarkan output data dalam bentuk single
wire bi-directional. Spesifikasi Sensor DHT11 adalah:
- Tegangan Input 3-5V
- Arus 0.3mA, idle 60uA
- Periode sampling 2 detik
- Output data serial
- Resolusi 16 bit
- Temperatur antara 0°C sampai 50°C (akurasi 1°C )
- Kelembaban antara 20% sampai 90% (akurasi 5%)

Sensor DHT11 memiliki 2 versi, yatu versi 4 pin dan versi 3 pin. Tidak ada
perbedaan karakteristik dari 2 versi ini. Pada versi 4 pin,. Pin 1 adalah tegangan
sumber, berkisar antara 3V sampai 5V. Pin 2 adalah data keluaran (output) . Pin
ke 3 adalah pin NC (normally close ) alias tidak digunakan dan pin ke 4 adalah
Ground. Sedangkan pada versi 3 kaki, pin 1 adalah VCC antara 3V sampai 5V,
pin 2 adalah data keluaran dan pin 3 adalah Ground.

Adapun versi upgrade (peningkatan) dari sensor DHT11 adalah sensor DHT22.
Tidak ada perbedaan pada susunan pin, hanya saja akurasi dari DHT22 lebih
tinggi dari DHT11, yakni sebesar 0.5 °C untuk temperature dan 2.5% untuk
kelembaban. Bentuk dari sensor DHT11 dan DHT22 ditunjukkan pada gambar
13.

Gambar 13. Sensor DHT11 (Biru) dan DHT22 (Putih)

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
16
Versi Publikasi 11082021

b. Sensor Jarak Ultrasonik


Sensor ultrasonik adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk mengubah
besaran fisis (bunyi) menjadi besaran listrik dan sebaliknya. Cara kerja sensor
ini didasarkan pada prinsip dari pantulan suatu gelombang suara sehingga
dapat dipakai untuk menafsirkan eksistensi ( jarak) suatu benda dengan
frekuensi tertentu. Disebut sebagai sensor ultrasonik karena sensor ini
menggunakan gelombang ultrasonik (bunyi ultrasonik).

Salah satu sensor ultrasonik yang paling sering dijumpai adalah HC-SR04.
Gelombang ultrasonik adalah gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi
sangat tinggi yaitu 20.000 Hz. Bunyi ultrasonik tidak dapat didengar oleh
telinga manusia. Bunyi ultrasonik dapat didengar oleh anjing, kucing, kelelawar,
dan lumba-lumba. Bunyi ultrasonik dapat merambat melalui zat padat, cair dan
gas. Reflektivitas bunyi ultrasonik di permukaan zat padat hampir sama dengan
reflektivitas bunyi ultrasonik di permukaan zat cair. Akan tetapi, gelombang
bunyi ultrasonik akan diserap oleh tekstil dan busa.

Pada sensor ultrasonik, gelombang ultrasonik dibangkitkan melalui sebuah alat


yang disebut dengan piezoelektrik dengan frekuensi tertentu. Piezoelektrik ini
akan menghasilkan gelombang ultrasonik (umumnya berfrekuensi 40kHz)
ketika sebuah osilator diterapkan pada benda tersebut. Secara umum, alat ini
akan menembakkan gelombang ultrasonik menuju suatu area atau suatu
target. Setelah gelombang menyentuh permukaan target, maka target akan
memantulkan kembali gelombang tersebut. Gelombang pantulan dari target
akan ditangkap oleh sensor, kemudian sensor menghitung selisih antara waktu
pengiriman gelombang dan waktu gelombang pantul diterima.

Prinsip kerja dan bentuk dari sensor HC-SR04 ditunjukkan pada gambar 14.
Secara detail, cara kerja sensor ultrasonik adalah sebagai berikut:
- Sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan frekuensi tertentu
dan dengan durasi waktu tertentu. Sinyal tersebut berfrekuensi diatas
20kHz. Untuk mengukur jarak benda (sensor jarak), frekuensi yang
umum digunakan adalah 40kHz
- Sinyal yang dipancarkan akan merambat sebagai gelombang bunyi
dengan kecepatan sekitar 340 m/s. Ketika sinyal menumbuk suatu
benda, maka sinyal tersebut akan dipantulkan kembali oleh benda
tersebut
- Setelah gelombang pantulan sampai di alat penerima, maka sinyal
tersebut akan diproses untuk menghitung jarak benda tersebut

Jarak benda dihitung berdasarkan rumus :

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
17
Versi Publikasi 11082021

S = 340 x t / 2

dimana S adalah Jarak antara sensor dengan benda yang diukur (m), t adalah
Waktu yang dibutuhkan sinyal untuk kembali ke sensor (s).

Gambar 14. Bentuk Sensor HC-SR04 dan Cara kerja Sensor HC-SR04

c. Sensor Pulse Heart Rate


Pulse sensor ini menggunakan filter dan Op-Amp untuk meningkatkan
amplitudo dari pulsa gelombang dan normalisasi sinyal ke titik referensi. Ketika
sensor tidak dalam kontak dengan sumber denyut jantung keluaran dari sinyal
tersebut berada di titik tengah dari tegangan atau V/2. Namun, ketika sensor
menyentuh sumber denyut nadi maka akan berubah menjadi cahaya yang
dipantulkan ketika darah dipompa melalui jaringan sehingga akan membuat
sinyal berfluktuasi di sekitar titik referensi. Data dari pulse sensor ini
merupakan tegangan analog yang kemudian akan diubah menjadi sinyal digital
menggunakan ADC pada mikroprosesor. Gambar dari sensor ini ditunjukkan
pada gambar 15.

Gambar 15. Sensor Pulse Heart Rate

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
18
Versi Publikasi 11082021

d. Sensor Cahaya
LDR (Light Dependent Resistor) merupakan salah satu komponen resistor yang
nilai resistansinya akan berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya yang
mengenai sensor ini. LDR juga dapat digunakan sebagai sensor cahaya. Perlu
diketahui bahwa nilai resistansi dari sensor ini sangat bergantung pada
intensitas cahaya. Semakin banyak cahaya yang mengenainya, maka akan
semakin menurun nilai resistansinya. Sebaliknya jika semakin sedikit cahaya
yang mengenai sensor (gelap), maka nilai hambatannya akan menjadi semakin
besar sehingga arus listrik yang mengalir akan terhambat. Umumnya Sensor
LDR memiliki nilai hambatan 200 Kilo Ohm pada saat dalam kondisi sedikit
cahaya (gelap), dan akan menurun menjadi 500 Ohm pada kondisi terkena
banyak cahaya. Tak heran jika komponen elektronika peka cahaya ini banyak
diimplementasikan sebagai sensor lampu penerang jalan, lampu kamar tidur,
alarm dan lain-lain.

LDR berfungsi sebagai sebuah sensor cahaya dalam berbagai macam


rangkaian elektronika seperti saklar otomatis berdasarkan cahaya yang jika
sensor terkena cahaya maka arus listrik akan mengalir (ON) dan sebaliknya jika
sensor dalam kondisi minim cahaya (gelap) maka aliran listrik akan terhambat
(OFF). LDR juga sering digunakan sebagai sensor lampu penerang jalan
otomatis, lampu kamar tidur, alarm, rangkaian anti maling otomatis
menggunakan laser, sutter kamera otomatis, dan masih banyak lagi yang
lainnya. Prinsip kerja LDR sangat sederhana tak jauh berbeda dengan variable
resistor pada umumnya. LDR dipasang pada berbagai macam rangkaian
elektronika dan dapat memutus dan menyambungkan aliran listrik berdasarkan
cahaya. Semakin banyak cahaya yang mengenai LDR maka nilai resistansinya
akan menurun, dan sebaliknya semakin sedikit cahaya yang mengenai LDR
maka nilai hambatannya akan semakin membesar. Bentuk dari sensor LDR
ditunjukkan pada gambar 16.

Gambar 16. LDR (Light Dependent Resistor)

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
19
Versi Publikasi 11082021

e. Sensor Kelembaban Tanah


Soil Moisture Sensor merupakan module untuk mendeteksi kelembaban tanah,
yang dapat diakses menggunakan microcontroller seperti arduino.Sensor
kelembaban tanah ini dapat dimanfaatkan pada sistem pertanian, perkebunan,
maupun sistem hidroponik menggunakan hidroton. Soil Moisture Sensor dapat
digunakan untuk sistem penyiraman otomatis atau untuk memantau
kelembaban tanah tanaman secara offline maupun online.

Sensor yang dijual pasaran mempunyai 2 module dalam paket penjualannya,


yaitu sensor untuk deteksi kelembaban, dan module elektroniknya sebagai
amplifier sinyal. Pada saat diberikan catu daya dan disensingkan pada tanah,
maka nilai Output Analog akan berubah sesuai dengan kondisi kadar air dalam
tanah. Pada saat kondisi tanah Basah maka tegangan output akan turun dan
ketika Kering : tegangan output akan naik. Tegangan tersebut dapat dicek
menggunakan voltmeter DC. Dengan pembacaan pada pin ADC pada
microcontroller dengan tingkat ketelitian 10 bit, maka akan terbaca nilai dari
range 0 – 1023. Sedangkan untuk Output Digital dapat dilihat pada nyala led
Digital output menyala atau tidak dengan mensetting nilai ambang pada
potensiometer. Kelembaban tanah melebihi dari nilai ambang maka led akan
padam. Kelembaban tanah kurang dari nilai ambang maka led akan menyala.
Gambar dari sensor ini ditunjukkan pada gambar 17.

Gambar 17. Soil Moisture Sensor

f. PIR Sensor
PIR (Passive Infrared Receiver) merupakan sebuah sensor berbasiskan infrared.
Akan tetapi, tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari IR LED
dan fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti IR LED. Sesuai
dengan namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran
sinar inframerah pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya.
Benda yang bisa dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia.

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
20
Versi Publikasi 11082021

Di dalam sensor PIR ini terdapat bagian-bagian yang mempunyai perannya


masing-masing, yaitu Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan
comparator. Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang
dihasilkan dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki setiap benda
dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti tubuh manusia yang memiliki
suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas
yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang
kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor
PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectric sensor yang terdiri dari galium
nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Mengapa
bisa menghasilkan arus listrik? Karena pancaran sinar inframerah pasif ini
membawa energi panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang
terbentuk ketika sinar matahari mengenai solar cell.

Mengapa sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja? Hal ini
disebabkan karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar
inframerah pasif. IR Filter di modul sensor PIR ini mampu menyaring panjang
gelombang sinar inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga
panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9
sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Jadi, ketika
seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar
inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu
yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric
bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa
oleh sinar inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang
ada menguatkan arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator
sehingga menghasilkan output. Ketika manusia berada di depan sensor PIR
dengan kondisi diam, maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang
yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut.

Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang


dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan di
sekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu
akan menghasilkan pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang
gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang
menyebabkan sensor merespon dengan cara menghasilkan arus pada material
Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda beda. Karena besaran yang
berbeda inilah comparator menghasilkan output.

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
21
Versi Publikasi 11082021

Gambar 18. Sensor PIR

Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan
dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah
antara 8 sampai 14 mikrometer dan benda yang diam seperti sinar lampu yang
sangat terang yang mampu menghasilkan panas, pantulan objek benda dari
cermin dan suhu panas ketika musim panas. Untuk jarak jangkau dari sensor
PIR sendiri bisa disetting sesuai kebutuhan, akan tetapi jarak maksimalnya
hanya +/- 10 meter dan minimal +/- 30 cm. Adapun bentuk dari sensor PIR
ditunjukkan pada gambar 18.

g. Sensor Pendeteksi Gas


Sensor gas adalah sensor yang berfungsi untuk mengukur senyawa gas
polutan yang ada di udara, seperti CO (Karbon Monoksida), Hidrokarbon, Nitro
Oksida, dan lain-lain. Prinsip kerja dari sensor gas adalah semakin tinggi
konsentrasi gas maka resistansinya akan semakin rendah. Contoh sensor gas
adalah TGS2610 (digunakan untuk mendeteksi gas LPG).

Dalam topik sensor Gas akan dibahas lebih dalam tentang sensor TGS2610,
AF30, AF63, MQ-2, dan MQ-7. Sensor Gas TGS 2610 adalah sensor gas tipe
semikonduktor yang memiliki sensitivitas yang sangat tinggi terhadap gas LPG
dengan konsumsi daya yang rendah. Sensor ini hanya memerlukan arus
pemanas (heater current) sebesar 56 mA. Pada dasarnya prinsip kerja sensor
Gas TGS 2610 adalah mendeteksi keberadaan gas-gas Butana dan LP yang
mana jenis gas ini dapat dijumpai di LPG. Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada
dasarnya terdiri atas propana (C3H8), Butana (C4H10), atau campuran
keduanya. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut dengan
tingkat konsentrasi tertentu, maka resistansi elektrik sensor akan turun. Heater
pada sensor ini berfungsi sebagai pemicu sensor untuk dapat mendeteksi
target gas yang diharapkan setelah diberi tegangan 5.0±0.2V DC/AC.

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
22
Versi Publikasi 11082021

Sehingga dua element logam (pin kaki 2 dan 3) akan bekerja. Di antara dua
element logam tersebut, terdapat ruang yang jaraknya telah ditentukan.
Apabila sensor mendeteksi adanya Gas, maka kerapatan ruang yang terdapat
antara logam 2 dan 3 akan membesar/mengecil. Saat tahanan semakin kecil,
maka arus akan mengalir dari pin kaki 2 menuju pin kaki 3. Sehingga output
tegangan sensor yang dihasilkan akan besar. Bentuk dari sensor TGS2610
ditunjukkan pada gambar 19.

Gambar 19. Sensor TGS2610

6. Contoh dan Aplikasi Penerapan Sensor

a. Robot Penghindar Halangan


Robot Penghindar Halangan adalah perangkat cerdas yang dapat secara
otomatis merasakan rintangan di depannya dan menghindarinya dengan
membelokkan arah jalannya ke arah lain. Desain ini memungkinkan robot
untuk bernavigasi di lingkungan yang tidak diketahui dengan menghindari
tabrakan, yang merupakan persyaratan utama untuk setiap robot bergerak
otonom. Untuk mengetahui adanya halangan atau rintangan yang ada di
depan robot maka diperlukan suatu perangkat yang dapat mendeteksi
keberadaan objek tersebut. Sensor yang dapat digunakan adalah sensor
ultrasonik. Sensor ini tentu tidak bisa bekerja sendiri, diperlukan tambahan
perangkat kontroler yang bertugas untuk mengatur aksi apa yang dilakukan
dengan cara mengendalikan laju putaran motor. Dengan begitu robot bisa
berjalan tanpa menabrak objek dengan cara memutar arah pergerakan.
Gambar 20 merupakan salah satu penampakan dari robot penghindar
rintangan yang memanfaatkan sensor ultrasonik.

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
23
Versi Publikasi 11082021

Gambar 20. Robot penghindar halangan dengan sensor ultrasonik

b. Sistem Monitoring Detak Jantung


Detak jantung, suhu tubuh dan tekanan darah adalah parameter yang sangat
penting dari tubuh manusia. Dokter menggunakan berbagai macam peralatan
medis seperti termometer untuk memeriksa demam atau suhu tubuh, monitor
BP untuk pengukuran tekanan darah dan monitor detak jantung untuk
pengukuran detak jantung. Dengan memanfaatkan sensor yang telah
disebutkan di atas dapat dibuat sebuah sistem monitoring kesehatan tubuh
manusia. Untuk membaca detak jantung diperlukan sensor detak jantung yang
kemudian terhubung dengan sebuah kontroler seperti arduino atau
mikrokontroler. Hasil dari pembacaan dari sensor kemudian dapat ditampilkan
pada sebuah LCD atau dapat tersinkronisasi dengan server sehingga dapat
diakses dimana saja oleh pengguna / dokter. Ilustarsi dari aplikasi ini dapat
dilihat pada gambar 21.

Gambar 21. Pengukuran detak jantung

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
24
Versi Publikasi 11082021

c. Lampu Jalan Cerdas


Sistem lampu jalan pintar menggabungkan sekelompok lampu lampu jalan
yang dapat berkomunikasi satu sama lain dan memberikan data pencahayaan
ke operator lokal. Operator mengelola dan mengirimkan data yang relevan ke
server sehingga dapat disajikan pada dasbor yang bisa diakses melalui web
browser. Salah satu sensor yang ada pada lampu cerdas ini adalah sensor
cahaya sehingga lampu ini secara normal akan menyala ketika kondisi jalan
sudah gelap. Yang menjadi konsen pada lampu jalan seperti ini adalah efisiensi
dan penghematan penggunaan sumber listrik pada daerah-daerah terbuka
dimana mungkin sulit ditempatkan operator manual. Selain itu penggunaan
operator manual juga dapat terjadi kelalaian sehingga efisiensi tidak tercapai.

Gambar 22. Lampu Jalan Cerdas

C. Tugas Harian

Kerjakan tugas di LMS sesuai instruksi

Materi 2 - Internet of Things Berbasis Project


Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia
Universitas Negeri Yogyakarta
https://kmmi.kemdikbud.go.id/ || http://ft.uny.ac.id/
25

Anda mungkin juga menyukai