Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LOW BACK

PAIN (LBP) PADA PEKERJA DI HOME INDUSTRI BATIK SOKARAJA


KABUPATEN BANYUMAS

FACTORS THAT INFLUENCE OF LOW BACK PAIN ( LBP ) ON


WORKERS IN HOME INDUSTRY DISTRICT BATIK SOKARAJA
BANYUMAS

Siti Harwanti, Nur Ulfah, Panuwun Joko Nurcahyo


Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
Low Back pain ( LBP ) is pain felt in the lower back area , pain is felt between the bottom corner
until the ribs in the lumbar region . Low back pain associated with long sitting working position .
LBP more common in workers who work in a seated position for long periods such as batik home
industry . The purpose of this study was to determine the factors that influence low back pain (
LBP ) in workers at home Sokaraja Banyumas batik industry . The method used is the analytic
observation with cross sectional approach . The population in this study were 60 labor , sampling
by using total sampling . Results showed that the factors that proved berpengarug of LBP is aged
with p value 0.046 , exercise habits with a p value of 0.000 and length of service with the p value
of 0.000 . Suggestions in this study is that workers exercise at least 3 times and maksinal 5 times a
week , in every exercise at least 30 minutes .

Keywords : Low Back Pain , Workers batik , Sokaraja

ABSTRAK
Low back pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan pada daerah punggung bawah, rasa nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai di daerah lumbal. Low back pain berhubungan dengan
posisi kerja duduk yang lama. LBP banyak terjadi pada tenaga kerja yang bekerja dalam posisi
duduk dalam jangka waktu lama seperti home industri batik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap low back pain (LBP) pada pekerja di home
industri batik Sokaraja Kabupaten Banyumas. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik
observasi dengan pendekatan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 tenaga
kerja, pengambilan sampel dengan mengunakan total sampling. Hasil Penelitian menunjukkan
bahwa faktor yang terbukti berpengarug terhadap LBP adalah umur dengan p value 0,046,
kebiasan olah raga dengan p value 0,000 dan masa kerja dengan p value 0,000. Saran dalam
penelitian ini adalah agar tenaga kerja melakukan olah raga minimal 3 kali dan maksinal 5 kali
dalam satu minggu, dalam setiap latihan minimal 30 menit.

Kata kunci : Low Back Pain, Pekerja batik, Sokaraja

PENDAHULUAN informal misalnya industri rumah


tangga (home industri), perdagangan
Industri di Indonesia
dan pertanian. Di Indonesia
berkembang sangat pesat guna
pekerjaan sektor informal
memenuhi tuntutan kebutuhan
memberikan kontribusi yang cukup
masyarakat. Industri berada pada
besar dalam penyerapan tenaga kerja
sektor formal dan informal. Industri

109
110 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123

(Wardah, 2008). Sektor informal pinggang bawah, regangan/tegangan


mampu menyerap tenaga kerja lumbal dan regangan/tegangan sendi
hingga 90% (± 70 juta jiwa) pada sakroiliaka (Wheeler AH. 2002).
tahun 2013. Sektor informal banyak
Low Back Pain (LBP) adalah
terdapat di perdesaan, yaitu ±
nyeri pada punggung bawah yang
77,3%, dari pekerja sektor informal
berasal dari tulang belakang baik
mayoritas didominasi oleh
berupa otot, saraf atau organ yang
perempuan (Depkes, 2006).
lainnya yang diakibatkan oleh
Data tahun 2005 menunjukkan penyakit maupun aktivitas tubuh
angkatan kerja disektor informal yang tidak baik (Rakel, 2005). Dari
mencapai 70-80% dari 101 juta 1.144.000 kasus LBP yang
tenaga kerja (Effendi, 2005). Pekerja menyerang punggung sebesar
Sektor Informal perlu 493.000 kasus, anggota tubuh bagian
memperhatikan keselamatan dan bawah 224.000 kasus dan anggota
kesehatan kerja (K3). Tujuan tubuh bagian atas 426.000 kasus
penyelengaraan K3 adalah agar (HSC,2007)
pekerja memperoleh derajat
Low Back Pain yang timbul
kesehatan setinggi-tingginya baik
karena duduk lama merupakan
fisik, mental maupun sosial.
kejadian yang sering terjadi saat ini.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
60% pekerja usia dewasa mengalami
(K3) sektor informal belum
LBP hal tersebut karena banyaknya
terlaksana dengan baik, kondisi
pekerjaan yang dilakukan dengan
tersebut akan sangat beresiko pada
sikap duduk lama saat ini. Duduk
tenaga kerja terhadap terjadinya
lama yang salah dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja. Salah satu
otot punggung kaku sehingga dapat
penyakit akibat kerja adalah LBP.
merusak jaringan disekitarya. Bila
LBP merupakam gejala nyeri
kondisi tersebut berjalan dalam
pinggang bawah, disebut juga nyeri
waktu yang lama akan menyebabkan
punggung bawah (low back pain),
penekanan pada bantalan saraf di
nyeri punggung kronik, nyeri lumbal,
tulang belakang sehingga dapat
nyeri lumbal kronik, sindroma nyeri
menyebabkan Hernia Nukleus
miofasial, regangan/tegangan
Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 111

Pulposus (HNP) (Chang 2006 dalam Bagian Neurologi Rumah Sakit


Zanni 2007) Pondok Indah (RSPI) Jakarta
menyebutkan bahwa nyeri punggung
Menurut data statistik
bawah banyak dijumpai terutama di
Departemen Tenaga Kerja Amerika
negara-negara industri. Diperkirakan
tahun 2001 menunjukkan 4.390.000
70-85% dari seluruh populasi pernah
kasus penyakit akibat kerja, 64%
mengalami nyeri punggung bawah.
disebabkan karena faktor pekerjaan.
Prevalensi pada setiap tahunnya
Secara umum LBP merupakan
bervariasi dari 15-45%, dengan point
penyebab kedua banyaknya
prevalence rata-rata 30%. Nyeri
pengusaha mengalami kehilangan
punggung bawah merupakan
jam kerja. Biaya yang hilang akibat
penyebab urutan paling sering
LBP sebesar 50 miliar dolar per
menyerang umur < 45 tahun di
tahun sedangkan biaya akibat
Amerika Serikat. Data pasien yang
menurunnya hasil produksi sebesar
berobat ke klinik Neurologi RSPI
20 miliar dolar. Menurut Journal
Jakarta menunjukkan bahwa 40 %
Medicine di Inggris, 180 juta waktu
jumlah pasien diatas usia 40 tahun
kerja hilang karena sakit pinggang
yang datang dengan keluhan nyeri
yang disebabkan duduk pada kursi
punggung bawah. Prevalensi nyeri
yang tidak memenui standar. LBP
punggung bawah penduduk laki-laki
merupakan keluhan kedua setelah
pada umumnya adalah 18,2%
influenza (Aryawan dan Darmad,
sedangkan pada penduduk wanita
2000). Berdasarkan profil
13,6% (Semuel, 2005 ).
Departemen Kesehatan tahun 2005,
40,5% penyakit yang di derita oleh Penelitian Yanra (2013)
para pekerja disebabkan karena prevalensi pasien dengan nyeri
pekerjaannya. Studi pada 9.482 punggung bawah di Departemen
pekerja di 12 Kabupaten/kota di Klinik Rawat Jalan Bedah di RSU
Indonesia sebagian besar berupa Raden Mattaher Provinsi Jambi
penyakit LBP (16%), kardiovaskuler Rumah Sakit Umum adalah 85
(8%), gangguan saraf (6%), pasien dengan nyeri punggung
gangguan pernafasan (3%),dan bawah spondilogenic 67 pasien
penyakit THT (1,5%). (78,8%) dan nyeri punggung bawah
112 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123

viscerogenic 18 pasien (21,2 %) jam/hari dan sikap duduk yang salah


adalah merupakan kasus LBP yang merupakan faktor terjadinya LBP.
dikenakan pemotongan pada bagian Nyeri punggung bawah dapat
punggung. Pasien dengan nyeri dipengaruhi beberapa faktor antara
punggung bawah spondilogenic lain umur, jenis kelamin, indeks
adalah usia 45-60 tahun sebanyak 30 masa tubuh, jenis pekerjaan yang
pasien (44,8%), pasien perempuan biasanya berkaitan dengan sikap
sebanyak 42 pasien (62,7%), pasien tubuh tertentu (duduk, berdiri,
dengan pekerjaan PNS sebanyak 26 mengangkat, mendorong,
(38,8%), pasien dengan Body Mass membegkokkan badan) dan masa
Index (kelebihan berat badan) adalah kerja. Kebiasaan sehari-hari juga
26 (8,8%), dengan periode panjang dapat merupakan faktor terjadinya
dari duduk> 5 jam per hari adalah 40 LBP antara lain kebiasaan merokok,
(59,7%), dan dengan aktivitas fisik konsumsi alkohol, olahraga, dan
pembebanan kerja ≤ 7 kg per hari aktivitas rumah tangga sehari-hari.
adalah 37 (55,2%), non-perokok 43 Faktor repetitif, vibrasi, paritas dan
(64,2%), tidak memiliki catatan stres psikososial turut berperan
trauma adalah 46 (68.7%), tidak terjadinya LBP, (Wheeler AH,
memiliki catatan keluarga sebanyak 2002).
62 (92,5%) Pembatik adalah tenaga kerja
yang bekerja dengan posisi duduk
Keluhan LBP banyak di jumpai
dalam jangka waktu yang lama dan
pada tenaga kerja yang melakukan
dilakukan secara berulang-ulang
pekerjaannya dengan posisi duduk
setiap hari dengan ketelitian yang
yang lama, dilakukan berulang-ulang
tinggi, dengan posisi tersebut tenaga
dan dalam posisi duduk yang tidak
kerja mempunyai resiko terjadinya
alamiah, tekanan dan sirkulasi darah
LBP. Hasil penelitian Syahril (2008)
yang buruk di daerah kaki dan pantat
menunjukkan adanya hubungan
dalam jangka waktu yang lama
antara status gizi saat bekerja, masa
merupakan faktor pemicu timbulnya
kerja, posisi duduk dan umur dengan
LBP (Ergonomic Today, 2003).
nyeri punggung bawah pada pekerja
Hasil penelitian Samara (2004)
batik sekapur sirih di Jambi.
bahwa lama duduk lebih dari 4
Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 113

Proses kerja pada pada pengepakan di Pabrik kecap Lele-


pembuatan batik meliputi; Pati.
pembuatan pola batik, pelekatan lilin Sokoraja adalah daerah di
pada pola yang telah dibuat, wilayah banyumas yang
pewarnaan kain, menghilangkan lilin masyarakatnya banyak memproduksi
dari kain, kain yang sudah siap batik secara tradisional sampai saat
selanjutnya dilukis dengan pensil dan ini. Berdasarkan studi pendahuluan
diulang dengan menggunakan yang dilakukan terhadap 10 pekerja
canting yang berisi malam kemudian 100% mengeluh nyeri punggung
diulang pada kedua belah sisi kain, bawahnya (low back pain) saat
dicelupkan pada warna yang bekerja maupun setelah bekerja. Saat
dikehendaki selanjutnya dimasak bekerja mayoritas dilakukan dengan
agar lilin yang menempel terlepas posisi duduk dalam jangka waktu
kemudian dijemur. Dari semua yang lama dan posisi badan
proses kerja tersebut banyak membungkuk ke depan yang tidak
dilakukan dalam posisi duduk. Hasil baik. Berdasarkan uraian diatas maka
penelitian Diana (2005) Ditemukan penulis ingin melakukan penelitian
bahwa pekerja yang duduk statis 91- mengenai faktor-faktor yang
300 menit mempunyai risiko berpengaruh terhadap LBP pada
timbulnya LBP 2,35 kali lebih besar pekerja home industri batik di
bila dibandingkan dengan pekerja Sokaraja Kabupaten Banyumas.
yang duduk statis 5-90 menit, Indeks
massa tubuh kurus juga terbukti METODE
merupakan faktor yang berpengaruh Penelitian ini merupakan
timbulnya LBP. penelitian observasi analitik.
Penelitian Primasetya (2010) Penelitian ini menjelaskan
menunjukkan bahwa ada hubungan karakteristik pekerja, determinan
antara sikap kerja duduk dengan faktor-faktor yang berpengaruh
kejadian nyeri punggung bawah (low terhadap low back pain (LBP)
back pain) pada tenaga kerja proses dangan pendekatan cross sectional.
produksi pengemasan dan Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 60 orang pekerja batik di
114 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123

sokaraja Kabupaten Banyumas. berat badan. Analisa data Univariat


Sampel dalam penelitian ini analisis data secara diskriptif,
mengunakan total sampel. Instrumen analisis data bivariat dan multivariat
dalam penelitian ini adalah dengan Anova.
kuesioner, microtoice dan timbangan

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Univariat
Hasil analisis univariat dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Analisis Univariat
No Karakteristik Jumlah Prosentase
1 Umur
Muda (<30) 10 16,7
Tua (≥30) 50 83,3
2 Kebiasaan Merokok
Perokok ringan 60 100,00
Perokok sedang 0 0
Perokok berat 0 0
3 Kebiasaan Olahraga
Olahraga 6 10
Tidak Olahraga 54 90
4 Berat Badan
Sangat kurus (<18 kg/m2 ) 2 3,3
Kurus (IMT< 18,5 kg/m2 ) 32 53,3
Normal (IMT=18,5-25 12 20,0
kg/m2)
Obesitas (IMT> 25kg/m2) 14 23,3
5 Tinggi Badan
Pendek (<163 cm) 58 96,7
Tinggi (≥163 cm) 2 3,3
6 Waktu Kerja
4 jam 4 6,7
Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 115

5 jam 2 3,3
6 jam 2 3,3
7 jam 31 51,7
8 jam 11 18,3
9 jam 1 1,7
10 jam 8 13,3
12 jam 1 1,7
7 Masa Kerja
2 tahun 1 1,7
3 tahun 1 1,7
4 tahun 4 6,7
5 tahun 10 16,7
6 tahun 1 1,7
7 tahun 1 1,7
8 tahun 1 1,7
10 tahun 1 1,7
15 tahun 4 6,7
16 tahun 1 1,7
20 tahun 8 13,3
22 tahun 2 3,3
23 tahun 1 1,7
24 tahun 1 1,7
25 tahun 7 11,7
26 tahun 1 1,7
27 tahun 1 1,7
28 tahun 1 1,7
30 tahun 8 13,3
35 tahun 1 1,7
40 tahun 3 5,0
45 tahun 1 1,7
8 Low Back Pain
Tidak LBP 8 13,3
116 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123

LBP 52 86,7

2. Analisis Bivariat
Hasil Analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Bivariat
No Variabel Independen p value Keterangan
1. Umur 0,312 Tidak berhubungan
2. Kebiasaan Olahraga 0,000 Berhubungan
3. Berat Badan Tidak
0,621
Berhubungan
4. Tinggi Badan 0,493 Tidak
berhubungan
5. Waktu Kerja 0,011 Berhubungan
6. Masa Kerja 0, 002 Berhubungan

3. Analisis Multivariat
Analisis Multivatiat dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3 Hasil Analisis Multivariat
Variabel R P Keterangan
No
Independen square value
1. Umur 0,672 0,046 Berpengaruh
2. Tinggi badan 0,686 Tidak
0,661
berpengaruh
3. Berat Badan 0,687 Tidak
0,745
berpengaruh
4. Kebiasaan olahraga 0,672 0,000 Berpengaruh
5. Masa kerja 0,672 0,000 Berpengaruh
6. Waktu kerja 0,685 Tidak
0,121
berpengaruh

Sumber : Data Primer Terolah, 2014


Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 117

Faktor yang Berpengaruh terhadap elastisitas pada tulang, yang menjadi


Low Back Pain pemicu timbulnya LBP
a. Umur Hasil penelitian Koesyanto H (2013)
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
bahwa umur berpengaruh terhadap masa kerja (p value = 0,02; OR= 5) ,
LBP pada pekerja home industri sikap kerja (p value = 0,04; OR=
batik di Sokaraja dengan p value 4,583) dan usia (p value = 0,043)
0,046. Sebgian besar (83,3%) dengan nyeri punggung. Didukung
pembatik berumur ≥ 30 tahun. pula oleh penelitian Sakinah dkk
Keluhan LBP jarang dijumpai pada (2013) bahwa terdapat hubungan
kelompok umur muda, hal ini umur (p = 0,026) dan sikap tubuh (p
berhubungan dengan beberapa faktor = 0,042) tehadap keluhan nyeri
etiologik tertentu yang lebih sering punggung bawah. Penelitian Umami
dijumpai pada umur yang lebih tua. AR dkk (2013) tentang hubungan
Nyeri LBP mulai dirasakan pada antara karakteristik responden dan
mereka yang berumur 30 tahun dan sikap kerja duduk dengan keluhan
insiden tertinggi dijumpai pada usia low back pain pada pekerja batik,
50 tahun . Bahkan LBP semakin diperoleh hasil bahwa terdapat
lama semakin meningkat hingga hubunan antara umur, panjang keja,
umur sekitar 55 tahun. Sejalan status gizi dan postur terhadap
dengan meningkatnya usia akan keluhan LBP.
terjadi degenerasi pada tulang dan b. Kebiasaan Olahraga
keadaan ini mulai terjadi disaat Hasil analisis multivariat
seseorang berusia 30 tahun (Bridger, menunjukkan bahwa kebiasaan
2003) Penggantian jaringan menjadi berolahraga olahraga memberikan
jaringan parut dan pengurangan pengaruh terhadap LBP dengan p
cairan. Hal tersebut menyebabkan value = 0,000. Sebagian besar
stabilitas pada tulang dan otot pekerja tidak melakukan olahraga
menjadi berkurang. Semakin tua dalam kehidupan sehari-harinya
seseorang, semakin tinggi risiko (90%). Olahraga memiliki peranan
orang tersebut mengalami penurunan yang sangat penting dalam
memperkuat otot punggung,
118 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123

kapasitas aerobic. Olahraga juga bagi pekerja saat ini target orientasi
dapat mengurangi beberapa kondisi mereka masih pada pendapatan
seperti nyeri pada punggung, secara materi tanpa memperhatikan
meningkatkan fleksibilitas otot aspek kesehatan. Kondisi ini
sehingga akan mengurangi beban didukukng oleh hasil penelitian
pada tulang punggung bawah karena Rahmat (2007) bahwa terdapat
beban tedistribusi secara merata hubungan yang bermakna antara
(Hardian, 2010) kejadian Low Back Pain dengan
Metabolisme tubuh dan kapasitas kebiasaan olahraga. Menurut phasil
oksigen paru (VO2 max) akan penelitian Munir (2012) bahwa
semakin meningkat karena olahraga, keluhan nyeri punggung bawah pada
metabolisme baik akan pekerja yang berolahraga lebih
mendistribusikan oksigen ke dalam sedikit (9,7%) dibandingkan dengan
tubuh semakin maksimal sehingga pekerja yang tidak berolahraga
nutrisi yang direabsorbsi oleh tubuh (32,8%). Hasil penelitian NIOSH
juga akan lebih baik sehingga tingkat dalam Cady et al (1979)
kesegaran jasmani seseorang akan menyatakan bahwa tingkat
semakin optimal. Dengan kondisi kesegaran tubuh yang rendah
kebugaran fisik yang semakin baik memiliki risiko terjadinya keluhan
sehingga resiko terjadinya LBP akan otot rangka 7,1%; sedangkan untuk
semakin rendah (Hardian, 2010). tingkat kesegaran jasmani yang
Berdasarkan hasil penelitian sedang risiko terjadinya keluhan otot
Wardlaw (2007) bahwa hampir 90% rangka adalah 3,2% dan untuk
nyeri yang terjadi pada tubuh tingkat kesegaran jasmani yang
manusia terutama dipicu oleh kondisi tinggi maka risiko untuk terjadinya
under use atau kurang gerak. keluhan otot rangka 0,8%.
Sebagian besar pembatik tidak c. Masa Kerja
memiliki kebiasaan olahraga Hasil analisis multivariat
sehingga kondisi tersebut akan menunjukkan bahwa masa kerja
memicu timbulnya LBP yang memberikan pengaruh tehadap LBP
semakin mudah tejadi. Olah raga dengan p value 0,000. Sebagian
belum meupakan suatu kebutuhan besar pekerja (16,7%) dengan masa
Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 119

kerja 5 tahun, paling lama pekerja juga menyebutkan bahwa ada


mempunyai masa kerja 45 (1,7%). hubungan antara masa kerja
Semakin lama masa kerja semakin dengan keluhan nyeri punggung
tingi resiko terkadinya LBP. Faktor bawah.
risiko dari suatu pekerja terkait
dengan lama bekerja. Masa kerja Faktor yang tidak Berpengaruh
merupakan faktor risiko yang sangat terhadap LBP
mempengaruhi seorang pekerja a. Tinggi Badan
untuk meningkatkan risiko terjadinya Hasil analisis multivariate
low back paini (Deyo et al, 2004). menunjukkan bahwa tidak ada
Meningkatnya resiko tersebut pengaruh tinggi badan terhadap low
dikarenakan sikap kerja tidak back pain pada pekerja pembatik (p
ergonomis dalam melakukan value 0.661). Sebagian besar tinggi
pekerjaan sehingga terjadi badan pekerja (96,7%) kurang dari
pembebanan yang terus menerus 163 cm. Tidak adanya hubungan
pada punnggung bawah yang antara tinggi badan dengan low back
mempermudah timbulnya LBP pain ini dimungkinkan adanya faktor
(Tarwaka, 2004). lain yang berpengaruh seperti
Bekerja yang beulang-ulang dalam kebiasaan olahraga dan masa kerja.
jangka waktu yang lama dan Tinggi badak pekerja mayoritas
didukung dengan kondisi kerja yang dalam kategori pendek (kurang dari
tidak ergonomiakan menekan 163 cm), sedangkan menurut
bantalan tulang belakang (discus Tarwaka (2004) bahwa keluhan nyeri
intervertebrale) yang lama-kelamaan punggung bawah sering terjadi pada
dapat menipis atau bahkan robek, tenaga kerja dengan tinggi baan
kodisi tersebut yang akan memicu diatas 163 cm. Kondisi tersebut
timbulnya LBP pada tenaga kerja karena terjadi ketidak seimbangan
(Sutrisno, 2004).Kondisi tersebut struktur rangka dalam menerima
didukung oleh penelitian Lutam beban berat tubuh maupun beban
(2005) bahwa risiko nyeri punggung tambahan lainnya. Seseorang yang
sangat berhubungan dengan masa memiliki tinggi badan baik dalam
kerja. Penelitian Fathoni (2009) kategori pendek maupun tinggi yang
120 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123

duduk secara tidak ergonomis ketika pada otot paravertebrata, hal ini
membatik, bila tidak diimbangi merupakan resiko terjadinya LBP
dengan kebiasaan olahraga maka (Van Dien, 2007). Tidak adanya
dapat beresiko low back pain. hubungan berat badan dengan LBP
mengeluh memiliki nyeri punggung dalam penelitian ini kemungkinan
Penelitian ini tidak sesuai dengan disebabkan oleh karena sebagian
penelitian Heliovaara (1987), yang besar pekerja memiliki berat badan
dikutip NIOSH (1997) yang dalam kategori kurus.
menyebutkan bahwa tinggi Hasil Penelitian Basuki K (2009)
seseorang berpengaruh terhadap tentang faktor resiko low back pain
timbulnya herniated lumbardisc pada oprator menunjukkan tidak ada
pada jenis kelamin wanita dan hubungan antara berat badan dengan
pria. Pada tubuh yang tinggi kejadian LBP. Didukung pulaoleh
umumnya sering mengalami penelitian Astuti RM (2013) tidak
keluhan sakit punggung, tetapi ada hubungan antara berat badan
tubuh tinggi tak mempunyai dengan kelelahan muskuloskeletal
pengaruh terhadap keluhan pada pekerja angkat beban.
leher, bahu, dan pergelangan tangan. Pada penelitian kasus kontrol
b. Berat Badan (jumlah kasus 40 orang, kontrol 106
Hasil analisis multivariate kontrol) oleh Laurence J F dkk
menunjukkan bahwa tidak ada (2004) diperoleh hasil bahwa berat
pengaruh berat badan terhadap low badan lebih dan kurang merupakan
back pain pada pekerja pembatik (p faktor resiko LBP (Laurence J F,
value 0, 745). Sebagian besar pekerja 2004).
(53,3%) memiliki berat badan dalam c. Waktu Kerja
kategori kurus (IMT < 18,5 ). Berat Hasil analisis multivariat
badan yang berlebihan, tonus otot menunjukkan bahwa tidak ada
abdomen lemah, sehingga pusat pengaruh lama kerja terhadap low
gravitasi seseorang akan terdorong back pain pada pembatik (p value
ke depan dan menyebabkan lordosis =0,121). Sebagian besar pekerja
lumbalis, akan bertambah yang pembatik (51,7) bekerja dalam waktu
kemudian menimbulkan kelelahan 7 jam perhari. Tidak adanya
Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 121

pengaruh waktu kerja dengan SIMPULAN DAN SARAN


keluhan low back pain
Ada pengaruh antara umur,
dimungkinkan karena tenaga kerja
kebiasaan olah raga dan masa kerja
mayoritas bekerja dalam waktu yang
tehadap kejadian low back pain pada
normal untuk tenaga kerja. Menurut
pekerja home industri batik sokaraja.
Taraka (2004) jam kerja normal
Pekerja untuk melakukan olag raga
untuk tenaga kerja adalah 8 jam
secara rutin minimal tiga kali dalam
perhari atau 40 jam per minggu.
satu minggu waktu olahraga minimal
Selain itu kondisi di lapangan bahwa
30 menit setiap kali latihan. Pekerja
tenaga kerja home industri batik
untuk melakukan relaksasi setiap kali
tidak terikat jam kerja sehingga dapat
akan muncul keluhan nyeri
melakukan istirahat kapanpun
punggung bawah . Tenaga kerja
dikehendaki sehingga resiko LBP
untuk bekerja dengan mengunakan
bisa di kurangi.
waktu kerja yang normal yaitu 8 jam
Waktu istirahat yang berseling-seling
per hari atau 40 jam perminggu.
ini dapat meningkatkan energi
kembali, sesuai dengan pendapat
Nurmianto (2004) bahwa energi DAFTAR PUSTAKA
Aryawan dan Darmad, 2000, Kajian MMH
dapat dibangun kembali ketika Terhadap Kejadian LBP Pada Pekerja
Teknisi, Journal TI Undip Vol VIII, No.1,
beristirahat sebesar 1,5-5 Kcal/menit. Januari 2013. Undip.
Selain itu, punggung juga dapat rehat
Basuki K, 2009, Faktor Resiko Kejadian Low
dari beban kerja yang diperoleh Back Pain Pada Operator Tambang Sebuah
Perusahaan Tambang Nickel di Sulawesi
karena duduk yang tidak ergonomis Selatan, Journal promosi Kesehatan
Vol.4/No. 2/Agustus 2009
selama membatik, sehingga setelah
Boshuizen, 2003, Obesity a Risk Factor for Low
melakukan istirahat nyeri punggung Back Pain; Biomed Central Ltd, 2005;
yang dirasakan dapat berkurang. 13(2): 1-6

Penelitian ini di dukung oleh Bustan, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak


Menular, Rineke Cipta, Jakarta
penelitian Olivia A. Dkk (2013)
Chaffin,2009, Analisa Pengarus Aktivitas Kerja
Bahwa tidak ada hubungan antara dan Beban Angkat Terhadap Kelelahan
Musculoskeletal, Gramedia, Jakarta
waktu kerja dengan kejadian LBP
pada pekerja pembesih kulit bawang. Cohen,Alexander L. 2007. Elements of
Ergonomics Programs. A primer Based on
Workplace Evaluations of Musculoskeletal
122 Jurnal Kesmas Indonesia, Volume 10 Nomor 2 Juli 2018, Hal 109-123

Disorders. Amerika : U.S Departement of Epidemiology of Back Injury in University


health and human services. NIOSH Hospital Nurses from review of workers
compensation records and a case control
Diana, 2005, Duduk Statis Sebagai Faktor Risiko survey. JOM.
Terjadinya Nyeri Punggung Bawah Pada
Pekerja Perempuan, Journal Universa Munir, S. 2012. Analisis Nyeri punggung
Medicina April-Juni 2005 Vol.24 No.2. bawah padapekerja bagian final packing
Trisakti, Jakarta dan Part supply di PT x tahun 2012. Thesis.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. UI. Depok.
Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di NIOSH. 2007.Work Practices Guide for Manual
Indonesia. Direktorat Jendral Pembinaan Lifting, US Department of Health and
Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Human Services. National Institute for
Peran Serta Masyarakat, Jakarta Occupational Safety and Health. Cincinnati.
Departemen kesehatan Reublik Indonesia, 2005, OH.
Profil Kesehatan, Jakarta Olivia A, Saftarina F, Wintoko R, 2013, Faktor-
Deyo, Richard and James, Weinstein.2004, Low faktor yang Mempengaruhi Kejadian Low
Back Pain. New England Journal Med. Vol Back Pain Pada pekerjaan pembersih Kulit
344 No. 5. Bawang di Unit Dagang (UD) Bawang
Lanang Kelurahan Iringmulyo Kota Mero,
Effendi, 2005Today, 2003, Back Pain Health In Hits, Journal Faculty of Medicine Lampung
Journal Texas University. http: University.
www.proques.com Primasetiyo , 2010, Hubungan antara Sikap
Kerja Duduk dengan Kejadian Nyeri
Evelyn, 2008, Low Back Pain Syndrome, FA Davis Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada
Company; Philadelpia. Tenaga Kerja Wanita Bagian Proses
Produksi Pengemasan dan Pengepakan di
Hardian. 2010. Vitamin B1,B6 dan B12 Terhadap Pabrik Kecap Lele Pati Jawa Tengah,
Kelelahan Otot. Skripsi. FakultasKedokteran Tesis,Unnes.
Universitas Diponegoro. Rachel, S, 2005, Nyeri Punggung Bawah pada
Pekerja Perawatan Lapangan Golf di
Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Perusahaan X dan Faktor-faktor yang
Mada University Press. Yogyakarta. Berhubungan, Tesis, FK, UI, Jakarta

Heliovaara, 2007, Bimbingan Dokter Pada Nyeri Rahmat, Kristiawan Basuki. 2009. Analisis
Punggung, Dian Rakyat, Jakarta Faktor Resiko Kejadian Low Back Pain
pada Operator Tambang Sebuah Perusahaan
Herman, 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan Tambang Nikel di Sulawesi Selatan Tahun
dengan Keluhan Musculoskletal Disorders 2007 – 2008. Tesis. Semarang : Program
Informal di Wilayah Ketapang Cipondoh Studi Magister Promosi Kesehatan Program
Tangerang Tahun. Skripsi; Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah. Robert,P. 2003. Perawatan Nyeri. Buku
Kedokteran. Jakarta.
HSC. Health and Safety Statistic 2007. [cited 2008 Sakinah, Djajakusli, Nacim F, (2013) Faktor
juni 2007]. http://www.hse.gov.uk/statistics yang berhubungan dengan keluhan nyeri
punggung bawah pada pekerja batu bata di
Juul, Kristenssen, N. Falletin, C Ekdahl. 2005, kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap,
Criteria for Classification of Posture in Tesis, FKM Unhas, Makasar
Repetitive Work by Observation Methods; A
Riview. International Journal of Industrial Samara D, 2004, Lama dan Sikap Duduk
Ergonomics. P; 397-411 Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri
Punggung Bawah, Journal Kedokteran
Koesyanto H, 2013, Masa Kerja dan Sikap Kerja Trisakti April-Juni 2004 Vol. 23, No.2,
Duduk Terhadap Nyeri Punggung, Journal Jakarta
Kesmas 9 (1)(2013) 9-14, Unnes Semarang
Sunarto, 2005. Latihan pada Penderita Nyeri
Laurence J Fuortes, Yan Shi, Mingdon Zhang, Craig Punggung Bawah. Medika Jelita Jakarta
Zwerling, and Mario Schootman, 2004, Edisi III/406.054.
Siti H,Faktor Yang Berpengaruh LBP Pekerja Home Industri Batik Sokaraja 123

Syahril, 2008, Beberapa Faktor yang Berhubungan Wardlaw, G.M. 2007. Perspective in nutrision.
Terhadap Tingkat Keluhan Subyektif Nyeri 7 ed. MC-Grawhill. New York. USA
Punggung Bawah Pada Pekerja Batik
Sekapur Sirih Jambi, Journal Kesmas, UI, Wheeler AH. 2002. Pathophysiology of chronik
Jakarta. back pain. Available from URL:
http://www.emedicine.com/
Tarwaka, 2004. Ergonomi Keselamatan Kesehatan neuro/topic516.htm. Accessed March
Kerja dan Produktivitas. Islam Batik 8.WHO, 2003,
University Press, Surakarta.
Yanra, 2013, Gambaran penderita Nyeri
Umami Ar, Haranti RI, Dewi A, (2013) Hubungan Punggung Bawah di Poliklinik Bedah RSUD
Antara Karakteristik Tesponden dan Sikap Raden Mattaher Jambi, The Jambi Medical
Kerja dengan Keluhan Low Back Pain, Journal Vol 1. No 1, Jambi
Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol 1, No 1
September 2013 Zanni, Guido dan Jeannette, Wick. 2007, Low
Back Pain : Eliminating Myths and
Van Dieen, SMA. Jansen and AF. Housher. 2007, Elucidating Realities. Journal. Am Pharm
Differences in Law Back Load Between Assoc 43(3):352-357, American
Kneeing and Seated Working at Ground Pharmaceutikal Association.
Level . Applied Ergonomics

Anda mungkin juga menyukai