Anda di halaman 1dari 25

III.

ANALISIS HIDROLOGI

Analisis hidrologi yang diperlukan untuk


perencanaan bendung adalah :
• Debit banjir ( design flood )
• Debit andalan (dependable flow)
• Kebutuhan air irigasi (water requirement)
1. Debit banjir (design flood)
a. Data hujan dan data debit yang tersedia
• Data yang lebih tepat digunakan untuk menentukan
debit banjir (design flood) adalah data debit sungai .
• Bila data debit tidak tersedia dapat digunakan data
hujan,
• Data hujan yang dibutuhkan untuk perhitungan debit
banjir adalah curah hujan harian maksimum.
• Data hujan stasiun yang representatif, baik yang ada
dalam catchment area (CA) atau disekitar lokasi CA.
• Rangkaian data yang digunakan sebaiknya panjang,
minimum 10 – 15 tahun
b. Analisis data hujan
Dapat digunakan metoda Weduwen, Haspers,
Gumbel, Iway dan lain-lain.
• Metoda Weduwen
Hitungan berdasarkan hujan maximum ke II (RII)
Curah hujan rencana dihitung berdasarkan curah
hujan dengan periode ulang 70 tahun.
R II max
R 70 
MP

Rn  Mn . R 70
• Metoda Haspers
Rt  R  S.ut

  
1  R 1  R R 2  R
S  . 

2  u1 u2 

Rt = curah hujan dengan periode ulang (t/tahun)


R = curah hujan harian maximum rata-rata
S = standar deviasi
ut = standar variable, tergantung pada periode ulang t
R1 = curah hujan maximum absolut ke 1
R2 = curah hujan maximum absolut ke 2
• Metoda Gumbel Yt - Yn
Xt = X + . Sx
Sn

Sx=

Σ X1 - X 2

n 1

Xt = besar hujan yang diharapkan terjadi dalam t tahun.


X = hujan harian maximum rata-rata selama tahun
pengamatan.
Yt = variasi reduksi / perkiraan variasi pengurangan extrim
Yn = reduksi rata-rata
Sn = reduksi standar deviasi
Sx = standar deviasi
n = banyaknya data pengamatan
c. Debit banjir rencana (design flood)

• Design flood adalah debit air di sungai, yang mungkin


terjadi dalam periode ulang tertentu. (2, 5, 10, 20, 50,
100 thn ) ditulis dengan Q2, Q5, Q10, Q20, Q50, Q100
• Banjir di sungai tidak sama setiap saat melainkan
berubah-ubah dan fluktuasinya tidak teratur.
• Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain iklim,
penutup lapisan tanah aliran sungai (DAS) dsb.
• Design flood (Qd) digunakan sebagai dasar untuk
merencanakan kemampuan dan daya tahan bangunan,
elevasi puncak tanggul banjir, dll.
• Metode yang digunakan : Weduwen (untuk CA < 100
km2), Haspers, Rational, dll
• Weduwen (untuk CA < 100 km2),
 Rn 
Qn = Mn . F . q .  
 240 
Qn = design flood
Q = debit satuan
Rn = curah hujan rencana
Mn = koeffisien periode ulang Weduwen
n (th) 2 5 10 20 50 100
Mn 0,492 0,602 0,705 0,811 0,948 1,050

• Rational,
Qd = 0,278 c . I . A
C = koeffisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan
A = luas catchment area
2. Kebutuhan air irigasi (water requirement)

Jumlah air yang diperlukan untuk


memenuhi kebutuhan air di areal tanaman,
yaitu berupa perkolasi, evaporasi,
transpirasi dan evapotranspirasi.
Kebutuhan air tanaman disebut kebutuhan
air lapangan, atau pemakaian konsumtif
(consumtif use), dalam satuan (l/dt/ha).
• Kebutuhan air dihitung dengan rumus :

NFR
DR  l/dt/ha
c x 8,64
NFR  ETC  P - Re  WLR
ETC  ET0 x kc
DR = kebutuhan air dipintu intake
NFR = kebutuhan air bersih di sawah
ETC = penggunaan konsumtif
P = kehilangan air akibat perlokasi
Re = curah hujan effektif
WLR = pergantian lapisan air
ET0 = evapotranspirasi potensial
kc = koeffisien tanaman
• Curah hujan efektif (Reff)
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan
efektif diambil 70% dari curah hujan rata-
rata setengah bulanan atau bulanan dengan
kemungkinan tak terpenuhi 20% yang
dirumuskan sebagai berikut :
R eff  70% . R 80
Reff = curah hujan efektif rata-rata bulanan
R80 = curah hujan rata-rata bulanan 80% terandalkan
• Curah hujan rata-rata bulanan dengan probabilitas
80% terandalkan (R80) ditentukan berdasarkan tahun
dasar perencanaan (basic year), dirumuskan sebagai
berikut :
N
R 80 = +1
5

R 80 = curah hujan dengan probabilitas. 80%


N = jumlah data curah hujan tahunan
• Evapotranspirasi
Evapotranspirasi potensial (ETo) dapat dianalisis dengan
berbagai metode, diantaranya metode Penman, Hargreaves,
Blaney-Criddle, Jensen-Heysey dan lain-lain.
Berdasarkan Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 ,
evapotranspirasi potensial (ETo) dihitung dengan metoda
Penman Modifikasi
Data yang diperlukan untuk perhitungan evapotranspirasi
metoda Penman adalah :
- temperatur udara bulanan (T 0C)
- kelembaban udara bulanan (RH %)
- penyinaran matahari bulanan (Ra jam/hari)
- kecepatan angin bulanan (km/hari)
- lokasi proyek terhadap posisi garis bujur dan garis lintang
- elevasi / ketinggian proyek dari permukaan laut.
Evapotranspirasi potensial Metoda Penman dihitung
sebagai berikut :
ET0 = C . ( W . Rn + (1 - w) . f (u) . (ea - ed) )
f (u) = 0,27 (1 + u/100)
u = u . (log 6,6) / (log h)
Rn = (1 - ) . R1 - Rnl
Rnl = f . (T) . f (ed) . f (n/N) = T . T4
Rs = Ra (0,25 + 0,5 n/N)
Rns = (1 - ) . Rs   = 0,25
RH
ed = ea
100
Eto = evapotranspirasi, mm hari
W = weighting factor yang tergantung dari temperatur dan efek rotasi
Rn = radiasi netto, mm/hari.
(1-W) = weighting factor yang tergantung dari tempetur, elevasi, efek kecepatan angin
dan kelembaban.
f(u) = fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan
u = kecepatan angin pada ketinggian 2 m diatas permukaan
ea = tekanan uap jenuh
(ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh pada temperatur udara rata-rata dengan
tekanan uap aktual rata-rata
Rn L = gelombang panjang radiasi, netto
C = factor koreksi perbedaan keadaan iklim siang dan malam (aquisment factor)
Ra = extra terrestrial radiation
n = nata penyinaran matahari
N = durasi harian rata-rata penyinaran matahari maksimum yang mungkin terjadi.
f(T) = pengaruh suhu terhadap radiasi gelombang panjang
f(ed) = pengaruh tekanan uap thd. radiasi gelombang panjang.
f(n/N) = pengaruh radiasi gelombang panjang
• Pola tanam
Pola tanam adalah tata pengaturan musim
tanam, termasuk jenis tanaman yang akan di
tanam, tujuannya adalah untuk effisiensi
pemakaian air irigasi.
Beberapa alternatif pola tanam yang dapat
diterapkan pada daerah perencanaan.
• padi-padi-palawija
• padi-palawija-padi
• padi-tebu-palawija-padi
GRAFIK POLA TANAM

Pola tanam A (padi – padi) masa tanam mulai pertengahan Okt


Pengolahan lahan 1 bulan
Pola tanam B (padi – palawija) masa tanam mulai awal Nopember
Pengolahan lahan 1,5 bulan

PERIODE SEP OKT NOP DES JAN FEB MAR APR MAI JUN JUL AGT

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

Pola Tanam
A LP PADI LP PADI LP

Pola Tanam
B LP PADI LP PALAWIJA LP
• Kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air untuk


penyiapan lahan adalah :
- jangka waktu penyiapan lahan
- jumlah air untuk penyiapan lahan.

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan 300


mm untuk jangka waktu 45 hari.
• Perkolasi.
Perkolasi adalah proses penjenuhan lapisan tanah
bawah permukaan (sub surface soil)

Laju perkolasi dipengaruhi oleh :


• tekstur tanah,
• permeabilitas tanah,
• tebal lapisan permukaan tanah, dan
• kedalaman permukaan air tanah.

Besarnya perlokasi ditetapkan 4 mm/hari.


• Penggunaan konsumtif (Etc).
Air yang dikonsumsi oleh tanaman tergantung pada
keadaan iklim dan jenis tanaman.
Penggunaan konsumtif (Etc) dihitung dengan rumus :
ETc = Kc . ETo
Etc = penggunaan konsumtif, mm/hr
Eto = evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hr
Kc = koefisien rata-rata tanaman
Koefisien tanaman ditetapkan berdasarkan ketentuan
dari Nedeco/Prosida atau FAO seperti tabel berikut :
Tabel koefisien tanaman berdasarkan ketentuan
Nedeco/Prosida dan FAO

Umur Nedeco/Prosida FAO


tanaman Varitas Varitas Varitas Varitas
(bulan) biasa unggul biasa unggul
0,5 1,20 1,20 1,10 1,10
1,0 1,20 1,27 1,10 1,10
1,5 1,32 1,33 1,10 1,05
2,0 1,40 1,30 1,10 1,05
• Efisiensi irigasi.
Besarnya efesiensi irigasi pada jaringan irigasi ditetapkan
sebagai berikut :
- Saluran primer : 90%
- Saluran sekunder : 65%
- Saluran tersier : 80%
Maka besarnya effisiensi total irigasi : = 0,9 . 0,65 . 0,8 =
0,65 %
3. Debit andalan
Debit aliran sungai yang effektif tersedia dan
bisa digunakan sepanjang tahun

Ada 2 metoda untuk perhitungan debit


andalan, yaitu :
– Metoda pengukuran hidro-metri
– Metoda Neraca Air (water balance)
• Metode pengukuran hidrometri
– Pengukuran hidrometri dilakukan dengan alat ukur
kecepatan aliran (current meter).
– Hasil yang didapat adalah debit sesaat aliran sungai.
– Apabila profil sungai tidak seragam dan berbatu-
batu, akan sulit untuk menentukan posisi daerah
pengukuran.
– Harus diusahakan trase sungai di lokasi pengukuran
terlihat agak lurus dan seragam.
– Pengukuran debit dilakukan dibagian hulu dan hilir
lokasi.
• Metoda Neraca Air (Water balance)
Debit andalan (dependable flow) dihitung dengan
metode
Dr. F. J .Mock
Hitungan debit andalan dengan metoda Neraca
Air Dr. F. J Mock adalah sebagai berikut :
Q = (Dro + Bf) . F
Dro = Ws - I
Ws = R - Et
Bf = I - Vn
Vn = 0,5 ( 1+K ) I + K( Vn-1 )
Ro = ( I-Vn’) + 0,6 ( R - EL )
EL = Eto – E
Q = debit andalan, m /dt
Dro = direct run off, m /dt/km
Bf = base flow, m /dt/km
F = catchment area, km
Ws = water surplus, mm
I = infiltrasi, mm
Vn = volume tampungan (storage) , mm
Vn’ = Vn - (Vm - 1) = tampungan bulanan, mm
R = curah hujan, mm
Et = evapotranspirasi potensial (Penman), mm
I = infiltrasi - 40 % water surplus
R – Et = water surplus = curah hujan bulanan rata-rata dikurangi
limit evapotranspirasi, mm
Eto = evapotranspirasi potensial, mm
E = evapotranspirasi pada bidang terbuka, mm
K = koefisien infiltrasi, 0,60
A = luas catchment area, km2

Anda mungkin juga menyukai