Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANAJEMEN PERBANKAN

CONTOH KASUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN OJK (Otoritas Jasa Keuangan)

Oleh : Kelompok 5
Nama Anggota Kelompok :

Jaka Bagus Lesmana 1011011016


Julian 1011011017
Andika Pasmah 1011011049
Jeremia D.A 1011011141
Ricky Andrean Halim 1011011112

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
Contoh kasus Pertama : Asuransi Jiwa “BAKRIE LIFE”

Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum memberikan pengaruh positif bagi
nasabah Diamond Investa Asuransi Jiwa Bakrie (Bakrie Life). Buktinya, upaya OJK
memediasi nasabah dan manajemen Bakrie Capital Indonesia, tidak menghasilkan titik temu.
Regulator bahkan tidak berani memberikan batas waktu kepada induk usaha Bakrie Life itu
untuk menyelesaikan kewajibannya.
Freddy Koeshariono, nasabah Diamond Investa, menceritakan pada pertemuan di
kantor OJK Kamis lalu, OJK hanya berjanji mengirimkan tim ke Makassar untuk mengecek
aset milik Bakrie Life.Janji ini terdengar aneh. Sebab, pegawai OJK adalah orang-orang yang
pernah bekerja di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK),
yang sudah lama menangani kasus ini. Karena menguasai masalah, harusnya OJK bertindak
lebih maju dan lebih tegas.
Nasabah sebenarnya menyambut baik upaya OJK mengecek nilai aset yang diklaim
Bakrie Life. Tapi, OJK tidak memberikan penjelasan kapan verifikasi aset ini kelar dan
penyelenggaraan eksekusinya, sehingga nasabah memperoleh kepastian pengembalian dana.
Freddy mengatakan, nilai tanah di Makassar yang dijaminkan hanya Rp 100.000 per meter
persegi. Padahal pengakuan Bakrie Life, harga tanah tersebut Rp 500.000 meter persegi.
"Kami ingin tindakan lebih nyata dari Bakrie Life," desak Freddy usai pertemuan di gedung
OJK, Kamis (28/2). Mediasi dihadiri sekitar 8 nasabah, Direktur Utama Bakrie Life Timoer
Soetanto dan perwakilan OJK, Soemaryono.
Halvianto, nasabah Diamond Investa dari Bandung, mendesak OJK mengultimatum
Bakrie Life agar menunaikan kewajiban. Jika tak berani, OJK memang tak ada bedanya
dengan Bapepam-LK. Regulator sebelum OJK ini menangani kasus Bakrie Life selama
hampir lima tahun. "Sekarang kami meminta OJK lebih berani," ujarnya.Nasabah juga
meminta manajemen Bakrie Capital memberikan batas waktu penyelesaian. Berkaca dari
kasus-kasus lain yang melibatkan nama besar Bakrie, seperti lumpur Lapindo, ada deadline.
Timoer Sutanto, Direktur Utama Bakrie Life, mengakui regulator meminta segera
membayar kewajiban. Namun dia menyatakan, lebih enak tidak diberikan deadline. Pasalnya,
aset yang dijaminkan untuk nasabah sudah ada, tapi belum laku. "Ini kan berkaitan dengan
penjualan aset, kalau diburu-buru nanti hasilnya tidak sesuai," terangnya. Timoer
menyatakan, nilai jual obyek pajak (NJOP) tana tersebut memang kecil, karena berupa
tambak. Dia berdalih, tanah itu peruntukannya sudah bagus. "Sudah ada yang menawar tapi
belum approval," dalihnya.
Ketidakberanian OJK sebenarnya sudah bisa ditebak sebelumnya. Saat rapat dengan
legislatif, Firdaus Djaelani Kepala Eksekutif Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK,
menolak permintaan deadline penyelesaian kasus Bakrie Life. Firdaus beralasan,
penyelesaian kasusnya masih tetap bertahan. Selain itu, regulator berdalih, Bakrie Life sudah
ada niat baik menyelesaikan pembayaran. "Setahu kami sekarang ini proses media masih
berjalan," elaknya waktu itu
Sumber: Kontan.co.id

Keterangan :
Pada kasus di atas, kami selaku kelompok 5 menangkap permasalahan bahwa ada kegagalan
atau ketidakmampuan Asuransi Jiwa Bakrie Life untuk memenuhi kewajibannya. Pada
akhirnya, untuk mengembalikan uang nasabah yang terlanjur sudah tidak ada lagi, pihak
Bakrie Life menawarkan aset nya sebagai penggantian atas kegagalan investasi Pihak Bakrie
Life tersebut. Aset yang ditawarkan tersebut berupa tanah tambak di wilayah makassar. Tanah
yang menurut pihak Bakrie Life bernilai Rp 500.000 per meter persegi, nyatanya hanya
bernilai Rp. 100.000 per meter persegi. Itupun tanah tersebut hingga kini belum juga laku
terjual, itulah alasan mengapa para nasabah mengadukan hal tersebut kepada pihak OJK.
Namun ternyata, pihak OJK dinilai tidak menanggapi serius permasalahan tersebut, dan
menganggap tidak ada bedanya OJK dengan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK), yang sudah lama menangani kasus ini. Karena sebelumnya
masalah ini ditangani oleh Bapepam-LK, namun selama lima tahun tetap tidak menunjukkan
hasil bagi para nasabah Bakrie Life.

Contoh kasus Kedua : Asuransi Jiwa “PT Golden Trade Investasi Syariah (GTIS)”
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku menerima banyak pengaduan tentang apa
yang dewasa ini dikenal sebagai investasi bodong. Banyaknya pengaduan itu menyusul
terungkapnya penipuan berkedok investasi emas yang dilakukan oleh PT Golden Trade
Investasi Syariah (GTIS). Perusahaan ini ditengarai telah membawa kabur dana nasabah
berupa emas dan uang tunai mencapai Rp 10 triliun. “Memang kita banyak menerima telepon
(soal investasi bodong). Terutama setelah kasus GTIS, kita banyak menerima pengaduan.
Juga pertanyaan, karena kita sudah punya call center di OJK, dan kita sudah jawab,” kata
Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad, ketika hal ini ditanyakan kepadanya
seusai menghadiri seminar yang diselenggarakan Ikatan Akuntan Indonesa (IAI) di Jakarta,
hari ini (6/3).
Berkaitan dengan itu, OJK telah membentuk Satgas untuk mengusut dan
menyelesaikan kasus ini. “Dalam Satgas itu ada OJK, Bank Indonesia, Kepolisian dan Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Dalam waktu dekat akan kita
selesaikan masalah ini,” tutur Muliaman. Muliaman menambahkan, terungkapnya kasus
investasi bodong tersebut mendorong OJK mengedepankan tiga isu penting dalam program-
programnya terkait investasi. “Pertama isu edukasi. Perlu didorong edukasi sehingga investor
tidak mudah diiming-imingi. Kalau kita sudah berikan edukasi tetapi mereka masih tertipu,
itu urusan mereka.

Kedua, pencegahan terutama dengan mengedepankan pengawasan terhadap


perusahaananya. Ketiga, berhubungan dengan penegakan hukum. Untuk itu kami sudah
membentuk Satgas,” tambah Muliaman. Ada pun mengenai pengawasan, Muliaman
mengutarakan, bahwa perusahaan-perusahaan investasi seperti GTIS izinnya seringkali
berupa PT. Mereka umumnya hanya memiliki Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP) dan tidak
masuk dalam lembaga keuangan. Oleh karena itu mereka tidak bisa masuk dalam
pengawasan Kementerian Keuangan atau Bank Indonesia maupun OJK nantinya.
Sumber :

Keterangan :

Kasus ini, oleh masyarakat dikenal sebagai kasus Investasi Bodong atau Investasi
yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu dengan iming-iming hasil dan return
yang besar dalam waktu singkat dengan resiko yang sangat kecil bahkan hingga tidak ada
resiko sama sekali. Kasus ini dilakukan Oleh PT. Golden Trade Investasi Syari’ah, yang mana
PT ini mengaku sebagai perusahaan investasi padahal hanya memiliki SIUP dan tidak
terdaftar di bawah OJK selaku otoritas pemegang dan pengendali kegiatan keuangan.

Dalam hal ini, kami selaku kelompok 5 menangkap permasalahan sebetulnya ini
bukan domain atau cakupan dari OJK, akan tetapi menjadi wilayah atau bagian dari
Kementerian Perdagangan karena yang mengeluarkan ijin adalah Bapetti atau Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Sehingga yang menangani permasalahan ini
harus Kementerian Perdagangan. Akan tetapi karena ini menyangkut masalah Keuangan,
OJK dipercaya untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kemudian OJK membentuk Satgas
yang terdiri dari Bank Indonesia, Bapetti, OJK, Kejaksaan, dan Polri.

Saran Kami selaku Kelompok 5 :

Kami selaku kelompok 5 memberi tanggapan bahwa memang masalah ini bukan
berada pada domain dari OJK, karena PT. GTIS hanya memiliki SIUP dan tidak memiliki
ijin investasi di pasar modal. Yang menjadi ranah dari OJK adalah lembaga yang terdaftar
sebagai peserta di Pasar Modal atau Lembaga Keuangan. Akan tetapi karena ini
menyangkut masalah Keuangan seharusnya masalah tersebut masuk ke dalam ranah OJK.
Saran kami Pemerintah harus membahas masalah ini, agar tidak saling lempar tanggung
jawab, atau harus ada kepastian hukum siapa pihak yang harus menangani masalah-
masalah tersebut jika kemudian ada hal serupa yang terjadi di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai