Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT PAPUA


(Penyakit Menular Tuberkulosis)

Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Matelda Y Patiran (201948201024)
2. Meilissa P Mansyur (201948201025)
3. Anjali Rahel Wader (201748201004)

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI FARMASI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah epidemiologi papua yang
berjudul Penyakit Menular “Tuberkulosis” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas epidemiologi
papua. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kesehatan
penyakit menular bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Sorong , November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULAUAN ................................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................3

C. Tujuan ................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5

A. Definisi Penyakit TBC .......................................................................5

B. Etiologi Penyakit TBC .......................................................................6

C. Cara penularan Penyakit TBC.............................................................7

D. Gejala-Gejala Penyakit TBC...............................................................8

E. Cara Penanggulangan TBC.................................................................10

F. Cara Pengobatan TBC.........................................................................12

BAB III PENUTUP ............................................................................................16

A. Kesimpulan ........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru
pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk
tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit
sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC
di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .

B.    Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Apa penyakit TBC itu?
2.      Bagaimana Etiologi penyakit TBC?
3.      Bagaimana cara Penularan TBC?
4.      Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5.      Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6.      Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?

C.     Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1.       Untuk mengetahui penyakit TBC
2.       Untuk mengetahui Etiologi penyakit TBC
3.       Untuk mengetahui cara Penularan TBC
4.       Untuk mengetahui gejala-gejala TBC
5.       Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC
6.       Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC
Definisi penyakit TBC
Etiologi Penyakit TBC
Cara Penularan Penyakit TBC
Gejala-Gejala TBC
Cara Pengulangan TBC
Cara Pengobatan TBC
BAB II
PEMBAHASAN

A.  DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuatsehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian
pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan,baik dari sisi angka
kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya.
Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan
China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru
pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk
tiap tahun.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat
ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia
begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan
informasi lengkap tentang penyakit TBC.
Definisi TBC menurut beberapa tokoh, TBC paru merupakan penyakit infeksi
yang menyerang parenkin paru-paru dan disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis (Somantri,2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan tuberkulosis
(TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang
berbagai organ, terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi. Irman
Somantri,Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan pasa sistem Pernapasan
(Jakarta: Salemba Medika, 2009). Iskandar Junaidi, Penyakit Paru dan Saluran Napas
(Jakarta: Buana Ilmu Populer,2010).

1. Penyakit TBC
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang
disebabkan oleh MT. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi dapat menyerang
semua organ atau jaringan tubuh, misalnya pada lymph node, pleura dan area
osteoartikular. Biasanya pada bagian tengah granuloma tuberkel mengalami nekrosis
perkijuan (Depkes RI, 2002).
 Tuberculosis  (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak,
tulang, usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium
tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6
mikron, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh
karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dormant atau tertidur
lama dalam beberapa tahun.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan,miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah
dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.

2. Penyebab penyakit TBC


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC
pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.
a. Kuman TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun

Mycobacterium tuberculosis
3. Terjadinya TBC
  

a. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar
limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-
6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
b. Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Cirikhas dari tuberkulosis pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

4. Cara Penularan TBC


SPenyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri
ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak
menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah
yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen. Gejala
batuk TBC menular melalui udara dari satu orang ke orang lainnya. Bakteri penyebab
TBC ini menyebar ke udara saat penderita TBC batuk, bersin atau pun berbicara.
Lalu, orang yang menghirup bakteri tersebut pun dapat terinfeksi bakteri penyebab
TBC tersebut. Hal tersebutlah yang menjadi satu-satunya cara penyebaran dan
penularan dari bakteri TBC, sedangkan banyak orang mengira berbagai hal lainnya
juga dapat menjadi penyebab tertularnya penyakit TBC, padahal berbagai hal tersebut
sebenarnya tidak berpengaruh dalam hal penularan gejala batuk TBC.
Hal apa saja yang sering dianggap sebagai cara penularan dari TBC, namun
padahal tidak? Ini dia:
         Berjabat tangan dengan penderita TBC.
         Berbagi makanan atau minuman dengan orang yang menderita TBC.
         Berciuman.
         Menyentuh bagian toilet atau wastafel.
         Memakai sikat gigi bersama.

5. Faktor orang terkena TBC daya Tahan Tubuh yang kurang


Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh
untuk mengatasi organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada
usia yang terinfeksi. Namun kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap
usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi
semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia pubertas seorang anak kurang
mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun lambat laun kemampuan
tersebut akan meningkat sejalan dengan usia.
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan
yang merawat Pasien TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan
langsung (TB tampak di bawah mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka
memproduksi lebih banyak TB dibandingkan dengan mereka yang hanya positif
positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada dengan pasien, makin banyak
dosis TB yang mungkin akan dihirupnya.

a. Gizi Buruk 
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi
daya tahan terhadap penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat
miskin, baik pada orang dewasa maupun pada anak. Kompleks kemiskinan
seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi penyakit. Namun anak
dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah penyebaran penyakit
tersebut di dalam paru itu sendiri.

b. Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS


Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya
tahan tubuh, sehingga jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila
jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TBC akan
meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat pula.

B. Gejala TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Ciri ciri penyakit tbc, gejala awal orang yang terkena infeksi penyakit TBC bisa
dikenali dari tanda-tanda kondisi pada fisik penderitanya, yaitu salah satunya penderita
akan mengalami demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung lama, deman tsb
biasanya dialami pada malam hari disertai dengan keluarnya keringat. Kadang-kadang
derita demam disertai dengan influenza yang bersifat timbul sementara kemudian
hilang lagi. Berikut ini adalah gejala ciri penyakit TBC paru-paru yang bisa kita kenali
sejak dini :
1. Ketika penderita batuk atau berdahak biasanya disertai keluarnya darah.
2. Penderita mengalami sesak napas dan nyeri pada bagian dada.
3. Penderita mengalami deman (meriang panas dingin) lebih dari sebulan
4. Penderita berkeringan pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas.
5. Badan penderita lemah dan lesu
6. Penderita mengalami penurunan berat badan dikarenakan hilangnya nafsu makan
7. Urin penderita berubah warna menjadi kemerahan atau keruh. Ciri gejala ini muncul
pada kondisi selanjutnya
1.       GEJALA SISTEMIK/UTAMA
a. Demam tidak  terlalu  tinggi  yang  berlangsung  lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam.
b. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
d. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
e. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2.       GEJALA KHUSUS
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
"mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c.  Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara  ini  akan keluar  cairan nanah.
d.  Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang - kejang.

C.     DIAGNOSIS TBC
Tindakan yang harus segera diambil untuk menangani TBC diantaranya:
1. Anamnesa yaitu melakukan pemeriksaan TBC terhadap seluruh anggota keluarga
yang terkena TBC maupun yang berisiko.
2.      Melakukan cek-up fisik secara menyeluruh.
3.      Segera mengambil  sampel darah, sputum (dahak), serta cairan dari otak untuk
melakukan tes lab.
4.      Langkah berikutnya yaitu melakukan pemeriksaan patologis dan anatomis.
5.      Melakukan foto dada atau sering disebut dengan ronsen.
6.      Melakukan uji tuberculin dari cairan tubuh.
1. Diagnosis Pada Dewasa
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada
orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan
dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya
dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu
diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan
spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita
diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak
mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan
lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum
luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak
ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan
dahak SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.
Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,
untukmendukung diagnosis TB.
a.       Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB  BTA
negatif rontgen positif.
b.      Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.UPK
yang tidak memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk
untuk difotorontgen dada.

2.       Diagnosis Melalui Test Kulit


Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau tigahari,pada
lengan anda apakah ada reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini berartianda mungkin
sudah terinfeksi TBC. Kadang kala, bila seseorangsudah terinfeksi kuman HIV
dan TBC, bisa saja terjadi reaksi“negatif”dalam tes kulit TBC. Hal ini disebabkan
sistim kekebalan tubuhandatidak berfungsi benar. Petugas Kesehatan akan
menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC ataupenyakit
TBC.dan mungkin perlu tes medis atau perawatan.

D.    TBC PADA ANAK 


Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil yangbelum
diimunisasi dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena kurangnya gizi dan
karena lingkungan yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami
cara bagaimana anak-anak terinfeksi tuberkulosis atau bagaimana penyakit
tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya tuberkulosis pada anak yang kurusatau
bila ditemukan:
1. Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya grafik
kenaikan berat badan akan sangat berguna).
2. Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3 bulan.
3. Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan menggigil atau
batuk yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan.
4. Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab yang jelas.
5. Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan – pekak,  pada
salah satu sisi dada.
6. Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap  bertahan
setelah pemberian obat cacing.
7. Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh setelah
diberi obat cacing atau obat untuk giardiasis (dengan metronidazole).
8. Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.
9. Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan.
10. Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan iga atau
tulang atau sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera.
11. Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak nyeri,
terkadang dengan beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya dan terkadang
melekat tak teratur
E.     RIWAYAT TBC
Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita TBC yang tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita
dibandingkan penyakit menular lainnya. Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang
meninggal akibat TBC setiap tahun. Sesungguhnya setiap kematian akibat TBC itu bisa
dihindari. Setiap detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular TBC. Setiap 4 detik,
ada yang sakit akibat tertular TBC. Setiap tahun. 1 % dari seluruh populasi di seluruh
dunia terjangkit oleh penyakit TBC. Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia ini sudah
tertular oleh kuman TBC (walaupun) belum terjangkit oleh penyakitnya.
Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan penyakit kepada sekitar
10/15 orang dalam jangka waktu 1 tahun. Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar di udara
pada saat seseorang yang menderita TBC batuk dan bersin, meludah atau berbicara.
Kuman TBC biasanya menyerang paru-paru.

F.   Pencengahan TBC
Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
1.      Menyembuhkan penderita.
2.      Mencegah kematian.
3.      Mencegah kekambuhan.
4.      Menurunkan tingkat penularan.
Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau
ke rumah sakit.
a. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
b. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah
segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
c. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
d. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.
e. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita TB paru BTA positif.
f. Mars chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi
tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskemas atau balai pengobatan,
penghuni rumag tahanan dan siswi-siswi pesantren.
g. Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung
terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.
h.  Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit.
i. Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau
petugas LSM.
Tips Terbaik Mencegah Penularan TBC
Ingat bahwa di Indonesia, penyakit TBC masih merupakan penyakit epidemiologi,
sehingga jumlah penderita TBC masih sangat banyak dan berpotensi untuk terus
menularkan bakteri TBC. Agar kita dapat tehindar dari penyakit TBC, maka kita dapat
melakukan hal-hal berikut:
a. Imunisasi BCG; imunisasi BCG biasanya didapat ketika bayi. Jika Anda memiliki
bayi, maka berikanlah imunisasi dasar lengkap agar si bayi juga mendapatkan
imunisasi BCG.
b. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera mendapatkan
pengobatan sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan menjadi
sumber penularan bakteri TBC.
c. Bagi penderita tidak meludah sembarangan. Pada dasarnya penularan bakteri TBC
berasal dari dahak penderita TBC. Walaupun dahak dari penderita TBC sudah
mengering, tetap berpotensi menyebarkan bakteri TBC melalui udara.
d. Tidak melakukan kontak udara dengan penderita. Bagi Anda yang masih sehat,
sebaiknya membatasi interaksi dengan orang yang menderita TBC atau Anda dapat
menggunakan alat pelindung diri (masker) ketika Anda harus kontak dengan mereka.
e. Minum obat pencegah dan hidup secara sehat.
f. Rumah harus memiliki ventilasi udara yang baik, sehingga sinar matahari pagi dapat
masuk ke dalam rumah.
g. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan
dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau
bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta
menenangkan pikiran
h. Tips berikutnya adalah dengan melakukan sinar ultraviolet untuk membasmi bakteri.
Sinar ini bertujuan untuk membasmi bakteri penyebab penyakit TBC tersebut.
i. Tips terakhir untuk mencegah penyakit TBC adalah dengan pemberian obat
isoniazid. Obat ini sangat efektif memberikan dampak terhadap pencegahan TBC.
Walaupun hasil uji lab menunjukkan hasil tes tuberkulin positif, akan tetapi hasil
photo ronsen Anda tidak akan menunjukkan adanya penyakit TBC.ah mengetahui
cara mencegah penuaran TBC, segeralah Anda mengambil tindakan yang bijak agar
tetap sehat dan terhindar dari TBC.
G.  Pemberantasan TBC
1. Tujuan Pemberantasan
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci
penularan penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang lebih besar.

2. Pemberantasan Penyakit TBC


a. Pengobatan pada penderita hingga sembuh
b.  Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor kesehatan
lingkungan dengan menambah ventilator sebagai pengganti udara, genteng kaca
supaya sinar matahari dapat masuk, dan faktor higiene lingkungan yang lain yang
lebih baik.
c. Sterilisasi Rumah pasca Penderita.

H.    Pengobatan TBC
1.  Jenis Obat
a. Isoniasid
b. Rifampicin
c. Pirasinamid
d. Streptomicin
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu obat
primer dan sekunder. Obat primer untuk TBC adalah isoniazid
(INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, dan Pirazinamid. Sebagian besar
penderita TBC sembuh dengan obat-obat ini. Selain itu ada juga obat sekunder untuk
TBC yaitu Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin. Penggunaan obat-obat primer dan sekunder tergantung dari tingkat
keparahan TBC yang diderita.
Biasanya penderita TBC dapat sembuh total selama kurang lebih enam bulan
dengan mengonsumsi obat-obatan primer setiap hari. Butuh biaya besar untuk
mengonsumsi obat-obatan ini setiap hari selama enam bulan ? betul. Namun
pemerintah Indonesia sudah menyediakan obat-obatan ini di tiap-tiap Puskesmas
dalam kemasan yang eksklusif dan gratis.
Penggunaan obat untuk penderita TBC lebih baik diberi/ disarankan oleh
dokter, karena pengobatan TBC tidak seperti pengobatan penyakit yang lain. TBC
membutuhkan perhatian dan pengawasan khusus, karena jika tidah patuh dalam
pengobatan akan menyebabkan resistensi dan kegagalan dalam pengobatan.
Berikut ini adalah prinsip pengobatan yang perlu diterapkan terhadap
penderita TBC:
1) Obat TBC diberikan beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama
6-8 bulan, agar semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat terbunuh.
2) Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu
pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten).
3) Perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
4) Pada tahun 1997 WHO telah membuat klasifikasi regimen pengobatan pada berbagai
keadaan penyakit TBC (Suswati,  2007).
Penderita yang menghentikan pengobatannya <2 minggu pengobatan OAT
dapat dilanjutkan sesuai jadwal. Jika penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2
minggu :
a. Berobat ≥ 4 bulan, BTA negatif dan klinis, radiologis negatif OAT STOP
b. Berobat ≥ 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama.
c. Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang sama.
d. Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA negatif, akan tetapi klinis
dan radiologis positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang
sama.
e. Berobat < 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2 – 4 minggu pengobatan
dilanjutkan kembali sesuai jadwal (Suswati, 2007).
Penderita TBC dapat dikatakan hidupnya bergantung pada obat, jika
proses pengobatan berhasil, maka kemungkinan dalam memperpanjang masa
hidup juga berhasil. Secara garis besar, kesuksesan dalam pengobatan TBC adalah
Ketepatan jenis obat, Ketepatan dosis dan Ketepatan waktu pengobatan (baik
waktu minum dalam satu hari maupun lama jangka waktu meminum
obat).Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak
zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah
perang kemerdekaan, TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru
Paru (BP-4). Sejak tahun 1969 penanggulangan dilakukan secara nasional melalui
Puskesmas. Obat anti tuberkulosis (OAT) yang digunakan adalah paduan standar
INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para Amino Acid
(PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai digunakan paduan
OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan Etambutol selama 6
bulan (Suswati, 2007).

Berbagai variasi regimen telah diperkenalkan selama ini. Pada dasarnya


semuanya mengandung dua fase, yaitu fase awal intensif dan fase lanjutan. Fase
awal intensif biasanya diberikan sedikitnya 3 atau 4 obat, sedangkan fase lanjutan
dapat diberikan 2 obat saja baik setiap hari maupun intermitten. Selain obat
rekomendasi dari dokter, ada juga obat tradisional yang bisa digunakan yang
sudah sejak dahulu digunakan yaitu :
1. Sambiloto (Andrographis paniculata) : Daun kering digiling ditambah madu
secukupnya kemudian dibuat pil dengan diameter 0,5 cm. Satu hari dua kali
minum, setiap kali minum 15 - 30 pil.
2. Tembelekan : Lantana camara : bunga kering 6 - 10 gram ditambah tiga gelas
air lalu direbus hingga setengahnya. Gunakan untuk tiga kali minum setiap
harinya.

 Prinsip Obat
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua
kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan
obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi
kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a) Tahap intensif Pada tahap intensif penderita mendapat obat
(minumobat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat
(minumobat) tiga kali seminggu selama 4 – 5 bulan.
2. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek
samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan
dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga
kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera
berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase
lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

 Kasus TBC
Untuk menegakkan diagnosa TBC Paru adalah dengan memeriksa dahak
seseorang yang di duga mengidap TBC. Pemeriksan dahak di lakukan secara SPS
(Sewaktu saat kontak pertama, Pagi hari ke 2 dan Sewaktu juga saat hari ke2)
dibawah pemeriksaan mikroskopis. Hasil pemeriksaan mikroskopis ini sangat
dijaga kualitas dengan melakukan cros cek/ uji silang lagi juga menjaga hasil
pemeriksaan sedian dahak BTA.
 Metode Penemuan Kasus TBC paru
Dengan cara passive promotive case finding artinya penjaringan
tersangka penderita yang dating berkunjung ke unit pelayanan kesehatan dengan
meningkatkan penyuluhan TBC kepada masyarakat. Bila ditemukan penderita
tuberculosis paru dengan sputum dahat BTA +,maka semua orang yang kontak
serumah dengan penderita harus diperiksa. Apabila ada gejala-gejala suspek
(Kecurigaan) TBC maka harus diperiksa dahaknya. Pengobatan Penderita TBC
adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis
yang tepat selama 6 – 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase,
yaitu:
1. Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan.
2. Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3. Paduan OAT (OBat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC.
Kemasan Obat FDC (Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150
mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol,
(Dikutip dari : Buku Saku Petugas Program TBC. Depkes RI Diagram diagnosa
TB.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan
yang lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak
ada tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit campak
disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput lendir
pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak.
Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai
seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat
dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi
campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun.
Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari
ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia
balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri dari
dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap
penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8. Jakarta. 2002. p 1-37.

David Arnot, dkk (2009). Pustaka kesehatan Populer Pengobatan Praktis:


perawatan Alternatif dan tradisional, volume 7. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
hlm. 180.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Pengawasan Kualitas


Kesehatan Lingkungan dan Pemukiman, Dirjen P2M & PLP. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Protokol Surveilans HIV


diantara pasien TB di Indonesia. Jakarta : Depkes RI, UGM, Asia Link, KNCV.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2:cetakan II, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.
Fatimah Siti. 2008. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah Yang Berhubungan
Dengan Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari) Tahun 2008 (Tesis). Program
Pascasarjana FKM Undip Semarang.

Goesasi Rachmat, 2011. Rehabilitasi Medik Pada Penyakit Tb di Bandung.


Jakarta: Rineka Cipta.

Herlina, L. 2007. Tuberkulosis dan faktor risiko kejadian Multidrug


ResistantTuberculosis (MDR TB/Resistensi Ganda). Program Pascasarjana Ilmu
Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Komunitas Universitas Padjadjaran.

Keman, Soedjajadi, 2005, Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman,


Journal Kesehatan Lingkungan , Vol. 2, No. 1, Juli 2005.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Penanggulangan


TB.Jakarta

Leavell & Clark. 1965. Preventive Medicine for The omDoctor in his
Comunity: An Epidemiologic approach Third Edit. New York: Prentice-Hall
Englewood Cliffs, NJ.

Nadia ait-Khaled and Donaldo Enarson. 2003. Tuberculosis, A Manual for


medical students. by WHO. Noor. 2008. Dasar epidemiologi. Jakarta : Rineka cipta.

Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar.


Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama.

Suswati, E. 2007. Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten


Jember. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Biomedis Vol.1 No.1. hal: 11-16.

Sitepu, M.Y. 2009. Karakteristik Penderita TB Paru Relapse yang Berobat di


Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Soemirat, Juli, 2010,
Epidemiologi Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada.

TBCTA. 2006.International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis,


Treatment, Public Health. Tuberculosis Coalition for Technical Assistance (TBCTA).

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses


keperawatan) Bandung.

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai