Bab 3 - 1
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Bab 3 - 2
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
karena banyak tanah pertanian yang beralih fungsi. Tidak dapat dihindarkan bahwa
dalam sebidang tanah yang sama dapat timbul kepentingan yang berbeda.
Bab 3 - 3
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Perbedaan pendapat, kepentingan, persepsi atau nilai mengenai status hak tanah yang
perolehannya berasal proses pengadaan tanah, atau mengenai keabsahan proses,
pelaksanaan pelepasan atau pengadaan tanah dan ganti rugi;
e. Tanah obyek Landreform, yaitu
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai prosedur penegasan,
status penguasaan dan pemilikan, proses penetapan ganti rugi, penentuan subyek
obyek dan pembagian tanah obyek Landreform;
f. Tuntutan Ganti Rugi Tanah Partikelir, yaitu :
Perbedaan persepsi, pendapat, kepentingan atau nilai mengenai Keputusan tentang
kesediaan pemerintah untuk memberikan ganti kerugian atas tanah partikelir yang
dilikwidasi;
g. Tanah Ulayat, yaitu :
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status ulayat dan
masyarakat hukum adat di atas areal tertentu baik yang telah diterbitkan hak atas
tanah maupun yang belum, akan tetapi dikuasai oleh pihak lain;
h. Pelaksanaan Putusan Pengadilan, yaitu :
Perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai putusan badan
peradilan yang berkaitan dengan subyek atau obyek hak atas tanah atau mengenai
prosedur penerbitan hak atas tanah tertentu.
Bab 3 - 4
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
musyawarah mufakat dengan melibatkan pihak lain selaku penengah. Hasil musyawarah
tersebut selanjutnya dibuatkan surat kesepakatan bersama yang ditanda tangani oleh
para pihak dan para saksi.
Mediasi merupakan pengendalian konflik pertanahan yang dilakukan dengan cara
membuat konsensus diantara dua pihak yang berkonflik untuk mencari pihak ketiga yang
berkedudukan netral sebagai mediator dalam penyelesaian konflik. Penyelesaian secara
mediasi baik yang bersifat tradisional ataupun melalui berbagai Lembaga Alternative
Dispute Resolution (ADR) mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan berperkara di
muka pengadilan yang tidak menarik dilihat dari segi waktu, biaya dan pikiran/tenaga.
Disamping itu kurangnya kepercayaan atas kemandirian lembaga peradilan dan kendala
administrasi yang meliputinya membuat pengadilan merupakan pilihan terakhir untuk
penyelesaian sengketa.
Mediasi memberikan kepada para pihak perasaan kesamaan kedudukan dan upaya
penentuan hasil akhir perundingan yang dicapai menurut kesepakatan bersama tanpa
tekanan atau paksaan. Dengan demikian solusi yang dihasilkan mengarah kepada win-win
solution. Upaya untuk win-win solution itu ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Proses pendekatan yang obyektif terhadap sumber sengketa lebih dapat diterima
oleh pihak-pihak yang memberikan hasil yang saling menguntungkan, dengan
catatan bahwa pendekatan itu harus menitikberatkan pada kepentingan yang
menjadi sumber konflik dan bukan pada posisi atau kedudukan para pihak.
2. Kemampuan yang seimbang dalam proses negosiasi atau musyawarah. Perbedaan
kemampuan tawar menawar akan menyebabkan adanya penekanan oleh pihak
yang satu terhadap yang lain.
Dengan berjalannya waktu, penyelesaian konflik pertanahan melalui ADR secara implisit
dimuat dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional (BPN). Dalam struktur organisasi BPN dibentuk satu kedeputian, yaitu
Kedeputian Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan. BPN
telah pula menerbitkan Keputusan Kepala BPN No. 34 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan yang telah diganti dengan
Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan
Penanganan Kasus Pertanahan. Dalam menjalakan tugasnya menyelesaikan konflik
pertanahan, BPN melakukan upaya antara lain melalui mediasi.
Pembentukan kedeputian tersebut menyiratkan dua hal. Pertama, bahwa penyelesaian
berbagai konflik pertanahan itu sudah merupakan hal yang sangat mendesak sehingga
diupayakan membentuk kedeputian untuk menanganinya.
Kedua, terdapat keyakinan bahwa tidak semua konflik pertanahan harus diselesaikan
melalui pengadilan. Kedeputian Bidang Pengkajian dan Penanganan
Sengketa dan Konflik Pertanahan mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
kebijakan di bidang pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik
pertanahan. Dalam melaksanakan tugasnya Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan
Sengketa dan Konflik Pertanahan berpedoman pada peraturan prundang-undangan yang
berlaku, terutama Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan.
Bab 3 - 5
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Penanganan dan penyelesaian terhadap konflik pertanahan oleh BPN RI didasarkan pada
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, yang meliputi mekanisme pelayanan
pengaduan dan informasi, pengkajian, penanganan, dan penyelesaian konflik pertanahan,
serta bantuan hukum dan perlindungan hukum.
a. Mekanisme Pengaduan.
1. Pelayanan pengaduan sengketa dan konflik pertanahan dilaksanakan dan
dikoordinir oleh Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan (Deputi V) di BPN RI, di Kantor Wilayah BPN Provinsi dilakukan oleh
Kepala Bidang PPSKP dikoordinasi oleh Kakanwil, dan di Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dilakukan oleh Kepala Seksi SKP dikoordinasi oleh Kepala Kantor;
2. Pengaduan sengketa dan konflik pertanahan dapat diajukan secara lisan atau
tertulis dan dapat disampaikan secara langsung ke Kantor Pertanahan, Kantor
Wilayah BPN, dan Kantor BPN RI, atau melalui www.bpn.go.id. Khusus melalui
www.bpn.go.id harus ditindaklanjuti dengan pembuatan permohonan secara
tertulis;
3. Pengaduan paling sedikit memuat identitas pengadu, obyek yang diperselisihkan,
posisikasus (legal standing) dan maksud pengaduan, serta dilampiri foto copy
identitas pengadu dan data dukung yang terkait dengan pengaduan;
4. Surat pengaduan yang telah diterima diteruskan ke satuan organisasi yang tugas
dan fungsinya menangani sengketa dan konflik pertanahan. Surat pengaduan
yang diterima dicatat dalam register dan diditribusikan kepada pelaksana dan/atau
tim pengolah untuk mendapatkan penanganan.
b. Pengkajian Konflik Pertanahan.
Pengkajian konflik dilakukan dengan melakukan pengkajian akar dan riwayat koflik
untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya dan potensi dampak dari terjadinya
konflik. Pengkajian konflik pertanahan dilakukan dengan cara meneliti dan
menganalisis data konflik yang terjadi. Hasil dari penelitian dan analisa data
dipergunakan untuk menentukan dan merumuskan pokok permasalahan atas
terjadinya konflik. Terhadap pokok permasalahan konflik dilakukan telaahan hukum
berdasarkan data yuridis, data fisik dan/atau data pendukung lainnya, yang hasilnya
kemudian dilakukan kajian penerapan hukum yang selanjutnya menghasilkan
rekomendasi penanganan konflik.
c. Penanganan Konflik Pertanahan.
Penanganan konflik pertanahan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta untuk memastikan
tidak terdapat tumpang tindih pemanfaatan, tumpang tindih penggunaan, tumpang
tindih penguasaan dan tumpang tindih pemilikan tanah, sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta bukti kepemilikan tanah bersifat tunggal untuk setiap
bidang tanah yang diperselisihkan. Penanganan konflik pertanahan dilaksanakan
secara komprehensif melalui kajian akar permasalahan, pencegahan dampak konflik,
dan penyelesaian konflik.
Penanganan sengketa dan konflik pertanahan dilakukan dengan :
1. Penelitian/pengolahan data pengaduan; yang meliputi : penelitian kelengkapan
dan keabsahan data, pencocokan data yuridis dan data fisik serta data dukung
Bab 3 - 6
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
lainnya, kajian kronologi sengketa dan konflik, dan analisis aspek yuridis, fisik dan
administrasi.
2. Penelitian lapangan; meliputi penelitian keabsahan atau kesesuaian data dengan
sumbernya, pencarian keterangan dari saksi-saksi terkait, peninjauan fisik tanah
obyek yang disengketakan, penelitian batas tanah, gambar situasi, peta bidang,
Surat Ukur, dan kegiatan lain yang diperlukan.
3. Penyelenggaraan Gelar Kasus; tujuannya antara lain untuk memetapkan rencana
penyelesaian, memilih alternatif penyelesaian dan menetapka upaya hukum. Jenis
gelar kasus terdiri dari :
a) Gelar Internal, adalah gelar yang pesertanya dari Kantor Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan/atau Kantor Pertanahan. Gelar Internal bertujuan : menghimpun
masukan pendapat para petugas/ pejabat; mengidentifikasi sengketa dan
konflik yang diperselisihkan; dan menyusun rencana penyelesaian.
b) Gelar Eksternal, adalah gelar yang pesertanya dari Kantor Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan/atau Kantor Pertanahan yang diikuti peserta dari unsur/instansi
lainnya. Gelar Eksternal bertujuan : melengkapi keterangan dan pendapat dari
internal dan eksternal Kantor BPN RI, Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan/atau Kantor Pertanahan agar pembahasan lebih komprehensif;
mempertajam analisis kasus pertanahan; dan memilih alternatif penyelesaian
c) Gelar Mediasi, adalah gelar yang menghadirkan para pihak yang berselisih
untuk memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan melalui musyawarah. Gelar
Mediasi bertujuan : menampung informasi/pendapat dari semua pihak yang
berselisih, dan pendapat dari unsur lain yang perlu dipertimbangkan;
menjelaskan posisi hukum para pihak baik kelemahan/kekuatannya;
memfasilitasi penyelesaian kasus pertanahan melalui musyawarah; dan
pemilihan penyelesaian kasus pertanahan.
d) Gelar Istimewa, adalah gelar yang dilaksanakan oleh Tim
Penyelesaian Kasus Pertanahan yang dibentuk oleh Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia atau Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan
Sengketa dan Konflik Pertanahan. Gelar Istimewa bertujuan : menyelesaikan
kasus pertanahan yang sangat kompleks; menyelesaikan perbedaan keputusan
mengenai penanganan kasus pertanahan antara pejabat BPN RI atau pejabat
instansi lainnya; mengkoreksi keputusan Pejabat BPN RI yang bermasalah; dan
menetapkan upaya hukum.
4. Penyusunan Risalah Pengolahan Data (RPD); merupakan dokumen resmi BPN RI
yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan dokumen penanganan dan
penyelesaian kasus pertanahan, yang merupakan rangkuman hasil penanganan
kasus/sengketa dan konflik pertanahan. Risalah Pengolahan Data disusun
berdasarkan komitmen terhadap kebenaran, kejujuran dan prosedur, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
5. Penyiapan Berita Acara/Surat/Keputusan;
6. Monitoring dan evaluasi terhadap hasil penanganan sengketa.
d. Penyelesaian Konflik Pertanahan.
Bab 3 - 7
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Dalam rangka membangun kepercayaan publik (trust building), salah satu yang
dilakukan oleh BPN adalah melakukan percepatan penanganan dan penyelesaian
kasus-kasus pertanahan sebagaimana diamantkan dalam Tap MPR IX/MPR/2001 yang
juga merupakan bagian dari 11 Agenda Prioritas BPN RI dengan berlandaskan 4
(4mpat) prinsip kebijakan pertanahan.
Peyelesaian konflik pertanahan berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan terdiri dari :
1. Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan untuk melaksanakan putusan
pengadilan; BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali terdapat alasan yang sah untuk tidak
melaksanakannya, yaitu :
- Terhadap obyek putusan terdapat putusan lain yang bertentangan;
- Terhadap obyek putusan sedang diletakkan sita jaminan;
- Terhadap obyek putusan sedang menjadi obyek gugatan dalam perkara lain;
- Alasan lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan di luar pengadilan; dapat berupa
perbuatan hukum administrasi pertanahan meliputi :
- Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administrasi;
- Pencatatan dalam Sertipikat dan/atau Buku Tanah serta Daftar Umum lainnya;
- Penerbitan surat atau keputusan administrasi pertanahan lainnya karena
terdapat cacat hukum administrasi dalam penerbitannya.
Dalam melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa dan konflik pertenahan,
BPN RI menetapkan beberapa keriteria terhadap kasus pertanahan yang dinyatakan
selesai sebagaimana disebutkan dalam Pasal 72 Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3
Tahun 2011, yaitu :
a. Kriteria Satu (K-1) berupa penerbitan Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan dan pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa; b.
Kriteria Dua (K-2) berupa Penerbitan Surat Keputusan tentang pemberian hak
atas tanah, pembatalan sertipikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku
tanah, atau perbuatan hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian
Kasus Pertanahan;
c. Kriteria Tiga (K-3) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan
yang ditindaklanjuti mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau
kesepakatan yang lain yang disetujui oleh para pihak;
d. Kriteria Empat (K-4) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus
Pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan
akan melalui proses perkara di pengadilan, karena tidak adanya kesepakatan
untuk berdamai;
e. Kriteria Lima (K-5) berupa Surat Pemberitahuan Penyelesaian KasusPertanahan
yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani
bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui
instansi lain.
e. Bantuan Hukum dan Perlindungan Hukum.
Bab 3 - 8
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Bantuan hukum dilaksanakan untuk kepentingan BPN RI atau aparatur BPN RI yang
masih aktif atau sudah purna tugas yang menghadapi masalah hukum. Bantuan
hukum meliputi pendampingan hukum dalam proses peradilan pidana, perdata atau
tata usaha negara, pengkajian masalah hukum yang berkaitan dengan kepentingan
BPN dan pengkajian masalah hukum akibat tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
pegawai BPN.
Bab 3 - 9
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
rakyat memiliki hak atas tanah dan kekayaan alam di dalamnya. Konsep win-win solution
adalah cara yang membuat derajat rakyat semakin tinggi karena rakyat dalam cara itu
tidak dapat serta merta dikalahkan. Dengan konsep ini, rakyat harus mendayagunakan
kemampuannya. BPN dalam hal ini hanya hanya mediator yang dituntut untuk
independen, dan tidak berpihak pada kedua belah pihak.
Namun penyelesaian konflik pertanahan dalam konsep win-win solution tergantung pada
para pihak yang berkonflik. Win-win solution adalah upaya untuk mempermudah
akomodasi dari beragam kepentingan yang bersengketa agar tidak jatuh konflik yang
memakan korban dan merugikan kedua belah pihak.
Bab 3 - 10
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
tidak terjadi konflik paling tidak mampu meminimalisir terjadinya konflik pertanahan.
Sebagaimana yang diatur dalam Perka BPN RI Nomor 3 Tahun 2011, upaya untuk
mencegah terjadinya konflik pertanahan antara lain dengan :
(1) Penertiban administrasi pertanahan,
(2) Tindakan proaktif untuk mencegah dan menangani potensi konflik,
(3) Penyuluhan hukum dan/atau sosialisasi program pertanahan, dan
(4) Pembinaan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
Bab 3 - 11
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
b. Aspirasi warga masyarakat (OTD) ada kemungkinan tidak murni , karena ada
kekuatan pengaruh tokoh masyarakat. Sehingga keputusan apapun dalam
berbagai biding merupakan keputusan tokoh elit masyarakat.
c. Ada kemungkinan terjadi manipulasi informasi dalam berbagai hal
d. Permasalahan ekonomi OTD berkaitan dengan mata pencaharian, akan terjadi
stagnasi pada saat adaptasi di tempat pemukiman baru, karena pola hidup
semula belum tentu sesuai dengan pola hidup baru. Sehingga perlu
penanganan khusus
e. Akan terjadi kekosongan berbagai pola aktivitas kegiatan rutin, karena harus
konsolidasi dalam menyusun pola aktivitas kehidupan baru, sehubungan OTD
terserabut dari akar budaya semula
3. Permasalahan berkaitan dengan penempatan pemukiman baru secara obyektif
tidak selamanya sesuai dengan rencana, karena berkaitan dengan perbedaan
keinginan dan kepentingan, serta harapan yang berorientasi pada penempatan
pemukiman yang sesuai persis dengan daerah semula atau lebih baik dari daerah
semula, yang secara logis tidak mungkin terpenuhi seratus persen. Permasalahan
tersebut meliputi :
a. Kemungkinan adanya variasi aspirasi mengenai lokasi tempat pemukiman
baru, yang menyebabkan lokasi lahan yang disediakan sudah disiapkan sedikit
peminatnya
b. Mengalami kekosongan penghidupan dan pola kehidupan, akibat kehilangan
lahan dan kehilangan tempat tinggal serta kehilangan rutin produksi lahan.
c. Keluarga mengalami kesepian ada gangguan secara psikologis akibat
kehilangan tempat tinggal dan tempat berteduh.
d. Mengalami stagnasi dalam pola aktivitas produkutif akibat hilangnya akses ke
tempat sumber produktif kepemilikannya.
e. Permasalahan kehilangan pelayanan/kepuasan masyarakat, karena
kelembagaan masyarakat yang terkait bidang sosial, ekonomi, keagamaan
(peribadatan), seni, kesehatan, olahraga dan lainnya.
4. Permasalahan pengangguran, akibat lemahnya keahlian yang dimiliki, berubahnya
kesempatan kerja serta berubahnya akses terhadap pasar baru hasil produksi.
5. Permasalahan ketersediaan pangan, akibat kehilangan beberapa waktu yang
cukup lama dalam mengembalikan rutinitas dan kebiasaan menghasilkan produksi
pertanian, pemasaran, serta kemungkinan berkurangnya kapasitas produksi.
6. Permasalahan kemungkinan keadaan tidak sehat atau tidak normal lingkungan
akibat terhentinya pemeliharaan kesehatan di tempat lama atau belum siapnya
penanganan kesehatan di lingkungan baru
7. Terpinggirkannya peluang mendapatkan matapencaharian baik sementara atau
selamanya, sebab kemungkinan perubahan profesi secara individual sangat sulit
dan kecil jumlahnya
8. Dampak dari ketidakmampuan sosial secara nyata dapat menimbulkan hambatan
psikologis sebagai implikasi dari relokasi dan tidak berdampak pada distribusi
keuntungan atau kenyamanan
9. Ada kemungkinan akan timbul kecemburuan sosial atau konflik antara kelompok
Bab 3 - 12
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
yang mampu mendapatkan akses pada sumberdaya dengan kelompok yang tidak
mendapatkan akses pada sumberdaya di lingkungan baru
Bab 3 - 13
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Bab 3 - 14
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Opsi Pemukiman
No Bantuan Jadwal Penanggungjawab
Kembali
hasil pertanian Balai Pelatihan Pertanian
o Fasilitasi pengembangan bisnis mikro Balai Pelatihan Industri
o Inkubasi Bisnis/Pemasaran Balai Pelatihan Industri
o Intensifikasi Pertanian Balai Pelatihan Pertanian
o Aktivitas lain yang berbasis lahan Balai Pelatihan Pertanian
Bantuan dalam peningkatan modal untuk setiap setelah pindah TPP,
keluarga berhak satu jenis dari paket di bawah ini:
o Paket ternak
o Paket bisnis yang berkaitan dengan pertanian
o Paket pedagang kecil (warung)
3 WTP yang ingin Bantuan tunjangan pindah untuk setiap keluarga Setelah pembayaran kompensasi TPP, BWS Sumatera I
pindah ke desa yang terkena proyek
telah ada Bantuan biaya transisi Disediakan untuk dua bulan pada BWS Sumatera I
saat pindah ke lokasi baru
Peningkatan kapasitas dalam bentuk peningkatan dua bulan sebelum pindah Koordinator: TPP, BWS Sumatera
keterampilan untuk setiap keluarga berhak satu jenis I
paket di bawah ini)
o Pelatihan teknik peternakan
o Pelatihan teknik produksi dan teknik pengolahan Dinas Peternakan
hasil pertanian Balai Pelatihan Pertanian
o Fasilitasi pengembangan bisnis mikro Balai Pelatihan Industri
o Inkubasi Bisnis/Pemasaran Balai Pelatihan Industri
o Intensifikasi Pertanian Balai Pelatihan Pertanian
o Aktivitas lain yang berbasis lahan Balai Pelatihan Pertanian
Bantuan dalam peningkatan modal untuk setiap setelah pindah TPP,
keluarga berhak satu jenis dari paket di bawah ini:
o Paket ternak
o Paket bisnis yang berkaitan dengan pertanian
o Paket pedagang kecil (warung)
4 Tinggal di rumah Tidak ada tunjangan pindah TPP, BWS Sumatera I
yang telah ada. Biaya transisi Disediakan untuk dua bulan pada BWS Sumatera I
Rumah WTP tidak saat pindah ke lokasi baru
Bab 3 - 15
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Opsi Pemukiman
No Bantuan Jadwal Penanggungjawab
Kembali
dibebaskan oleh
proyek
Peningkatan kapasitas dalam bentuk peningkatan dua bulan sebelum pindah Koordinator: TPP, BWS Sumatera
keterampilan untuk setiap keluarga berhak satu jenis I
paket di bawah ini)
o Pelatihan teknik peternakan
o Pelatihan teknik produksi dan teknik pengolahan Dinas Peternakan
hasil pertanian Balai Pelatihan Pertanian
o Fasilitasi pengembangan bisnis mikro Balai Pelatihan Industri
o Inkubasi Bisnis/Pemasaran Balai Pelatihan Industri
o Intensifikasi Pertanian Balai Pelatihan Pertanian
o Aktivitas lain yang berbasis lahan Balai Pelatihan Pertanian
Bantuan dalam peningkatan modal untuk setiap setelah pindah TPP,
keluarga berhak satu jenis dari paket di bawah ini:
o Paket ternak
o Paket bisnis yang berkaitan dengan pertanian
o Paket pedagang kecil (warung)
Bab 3 - 16
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Penanggung
No Pokok Masalah Hal Yang Akan Dilakukan Lokasi Jadwal
Jawab
TIP melakukan diseminasi informasi untuk WTP melalui
pertemuan langsung di desa dan mendistribusikan brosur untuk
WTP.
Konsultasi dengan WTP dan pamong desa akan dilakukan untuk
beberapa masalah seperti:
Bantuan
Mekanisme penanganan keluhan
2 Data WTP Data WTP yang memiliki aset dan telah menerima kompensasi Desa terkena Bulanan P2T menyediakan
didapatkan dari P2T. dampak proyek data untuk TPP
Data WTP yang tidak memiliki aset yang didapatkan melalui Desa terkena Setelah Cut- - TPP
sensus terdahulu akan direkonfirmasi dengan perangkat desa. dampak proyek off date
3 Perbaikan dan Bantuan Ekonomi
Bekerja sama dengan BWS Sumatera I, memfasilitasi WTP dengan Desa terkena Setelah TPP dengan BWS
a) Peningkatan pelatihan dan peningkatan kapasitas lainnya. Kegiatan ini akan dampak proyek pembayaran Sumatera I
Kapasitas dilakukan setelah data WTP siap (point 2. a) dan sebelum WTP kompensasi
pindah aset
Bekerja sama dengan BWS Sumatera I, memfasilitasi WTP dengan Akan Setelah WTP TPP dengan LSM
b) Pembinaan pembinaan untuk mengembangkan perbaikan ekonomi. Kegiatan dikonfirmasi pindah ke atau spesialis
ini akan dilakukan setelah WTP pindah tempat baru
Bekerja sama dengan BWS Sumatera I, menyediakan WTP dengan Desa terkena Sebelum TPP dengan BWS
c) Bantuan lain bantuan sejenis untuk mengembangkan perbaikan ekonomi. dampak proyek WTP pindah Sumatera I
Kegiatan ini akan dilakukan setelah WTP pindah tempat baru
4 Pemantauan dan Pelaporan
Membentuk kerjasama dengan Unit Pemantau Independen (IMA). Desa terkena Bulanan TPP bersama-sama
Menggunakan data yang dipantau sebagai umpan balik dampak proyek dengan IMA dan
a) Pemantauan
implementasi. Bekerja sama dengan BWS Sumatera I dan TPP (Daerah asal BWS Sumatera I
juga akan mengembangkan data dasar WTP dan memantau dan tujuan)
pemukiman kembali
Laporan akan disampaikan kepada Gubernur Provinsi Aceh, Bupati Banda Aceh Bulanan TPP
b) Pelaporan
Kabupaten Pidie serta kepada BWS Sumatera I.
5 Penanganan Pengaduan WTP akan dikelola bersama-sama dengan beberapa Desa terkena Bulanan TPP bekerjasama
Pengaduan institusi seperti P2T, BWS Sumatera I dan institusi sektoral yang dampak proyek dengan Satuan
terlibat. Pengaduan dan implementasi penanggulangannya akan (Daerah asal Tugas Pengaduan,
Bab 3 - 17
TATA CARA PEMBEBASAN LAHAN & RELOKASI PENDUDUK
Studi LARAP Bendungan Rukoh Tiro di Kabupaten Pidie
Penanggung
No Pokok Masalah Hal Yang Akan Dilakukan Lokasi Jadwal
Jawab
dicatat dan dilaporkan. dan tujuan) BWS Sumatera I
dan P2T
Bab 3 - 18