Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AUDIT I

PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT

Dosen Pengampu : Sri Wineh, SE.,MS,Ak

Oleh :

Zeti Praptiwi (191016162201004)

Sri Astuti (191016162201003)

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUARA BUNGO

TAHUN 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PENERIMAAN PENUGASAN DAN PERENCANAAN AUDIT “ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu SRI
Wineh, SE.,MS.Ak selaku dosen pengampu mata kuliah AUDIT I. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaaan
yang telah diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka audit cukup dilakukan
oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif tidak begitu
lama, dan dengan honorarium audit yang tidak begitu besar. Namun berbeda pada perusahaan
raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka dibutuhkan auditor dengan jumlah yang
banyak dan waktu pengerjaanpun membutuhkan waktu yang tidak sebentar bahkan bahkan
berbulan-bulan dan honorarium audit yang sangat tinggi.

Sebelum menerima suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa penugasan


tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar
auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang
cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana cara penerimaan penugasan dalam melaksanakan proses audit?

2.      Apa saja tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan audit?


BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENERIMAAN PENUGASAN

Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan
keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk
menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien
yang sudah ada. Pada umumnya keputusan untuk menerima (menolak) ini sudah dilakukan
sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan diperiksa.

Dalam profesi akuntan publik, terjadi persaingan yang cukup ketat antar kantor
akuntan publik untuk mendapatkan klien. Bagi suatu kantor akuntan publik, klien bisa
merupakan klien baru atau klien lama (yang sudah ada) yang diharapkan akan melanjutkan
memberikan penugasan audit pada tahun atau tahun-tahun berikutnya. Pergantian auditor bisa
terjadi karena bebagai alasan, yaitu:

Klien merupakan hasil merger (penggabungan) antara beberapa perusahaan yang semula
memiliki auditor masing-masing yang berbeda. 

2.Ada kebutuhan untuk mendapat perluasan jasa professional.

3. Tidak puas terhadap kantor akuntanpublik yang lama.

4. Ingin mencari auditor dengan honorarium audit yang lebih murah.

5.Penggabungan antara beberapa kantor akuntan publik.

Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan
keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima
suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap
masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus
menjaga kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga
independensi, integritas, dan obyektivitas. Terhadap anggota lain seprofesi, auditor
bertanggungjawab untuk turut meningkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta
meningkatkan kemampuannya dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Pertimbangan
dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan langsung dengan
kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar auditing serta
kode etik akuntan.

Perikatan adalah kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian. Dalam perikatan audit, klien mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor.
Klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor
sanggup melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya.
Langkah awal pekerjaan audit adalah pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak
perikatan audit dari calon klien atau untuk menghentikan atau melanjutkan perikatan audit
dari klien berulang.

1.    Mengevaluasi Integritas Manajemen

Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah:

a.       Melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu

Bagi klien yang pernah diaudit oleh auditor lain, pengetahuan tentang manajemen
klien yang dimiliki oleh auditor pendahulu merupakan informasi penting bagi auditor
pengganti. Sebelum menerima penugasan, PSA No.16, Komunikasi Antara Auditor
Pendahulu dengan Auditor Pengganti (SA 315.02), mengharuskan auditor pengganti untuk
berkomunikasi dengan auditor pendahulu, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
berkomunikasi, auditor pengganti harus mengajukan pertanyaan yang spesifik dan wajar
mengenai berbagai hal yang berpengaruh atas pengambilan keputusan menerima atau penolak
penugasan, seperti :

1)      Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang spesifik.

2)      Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor pengganti melaksanakan


komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk melakukan
hal itu.
3)      Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang di berikan auditor pendahulu. Maka auditor
pengganti harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan penerimaan atau
penolakan perikatan audit dari calon klien.

b.      Meminta keterangan kepada pihak ketiga

Informasi tentang intregrasi manajemen dapat diperoleh dengan meminta keterangan


kepada penasehat hukum, pejabat bank, pengganti manajemen yang diberitahukan di surat
kabar bisnis, review terhadap laporan audit tahun sebelumnya yang di simpan di Bapepam,
dan pihak lain dalam masyarakan keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis
dengan calon klien. Kamar Dagang Indonesian (KADIN) dapat juga di pakai sebagai sumber
informasi untuk mengevaluasi intregitas manajemen. 

c.       Mereview pengalaman auditor di masa lalu dengan klien

Sebelum mengambil keputusan untuk melanjutkan penugasan dengan klien audit,


auditor harus mempertimbangkan secara cermat pengalaman hubungan kerja dengan
manajemen klien di masa lalu. Misalnya, auditor perlu mempertimbangkan adanya
kekeliruan atau kecurangan dan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien yang
ditemukan dalam audit atas laporan keuangan tahun yang lalu. Dalam audit tahun lalu,
auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang adanya hal-hal
bersyarat, kelengkapan notulen rapat dewan komisaris, kepatuhan klien terhadap peraturan
pemerintah.

2.    Mengidentifikasi Keadaan Khusus dan Risiko Luar Biasa

Hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dalam
tahap ini antara lain:

1.Mengidentifikasi pemakaian laporan audit

Auditor harus mempertimbangkan status calon klien apakah sebagai perusahaan swasta atau
perusahaan publik, apakah terdapat pewarna atau pihak-pihak ketiga yang berkenaaan dengan
keberadaan kewajdepanberdasarkan common law. Auditor juga harus mempertimbangkan
apakah suatu rangkaian laporan yang di audit akan memenuhi kebutuhan semua pemakai atau
dibutentanglaporan-laporan khusus.

2.Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan
Auditor seharusnya berusaha mengidentifikasi dan menolak calon klien yang memiliki resiko
tinggi untuk dituntut. Prosedur yang dapat digunakan oleh auditor untuk mengidentifikasi hal
tersebut Adalah mengajukan pertanyaan kepada manajemen, mereview laporan kredit,
menganalisis laporan keuangan yang telah diaudit maupun belum diaudit yang telah
diterbitkan, dan jika memungkinkan memeriksa aarsip-arsip terdahulu pada agen
pemerintahan

3.Mengidentifikasi Pembatasan lingkup

Auditor harus mengevaluasi apakah Pembatasan lingkup audit meningkatkan risiko yang
menyebabkan auditor tidak dapat menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualian. Auditor
harus mempertimbangkan apakah manajemen telah melanggar batsan-batasan dalam
melaksanakan prosedur audit.

4.Mengevaluasi sistem pelaporan keuangan entitas dan kemampuan untuk audit

Sebelum menerima perikatan, auditor seharusnya mengevaluasi apakah terdapat kondisi lain
atau auditabilitas calon klien, jika auditor memiliki kekhawatiran yang cukup besar mengenai
kecukupan catatan akuntansi atau jejak audit, perikatan seharusnya ditolak.

3.    Menilai Kemampuan Untuk Memenuhi  Standar Umum Auditing

Penilaian kemampuan memenuhi standar umum terdiri dari 3 tahap:

1.Penentuan kompetensi untuk melaksanakan audit

Standar umum pertama menuntut kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan


penugasan audit. Standar tersebut menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang
dalam bidang-bidang lain termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi persyaratan yang dimaksud dalam standar tersebut. Berikut langkah yang 
dilakukan untuk menentukan kompetensi dalam melaksanakan audit:

a) mengindentifikasi tim audit yang diperlukan


1. Seorang partner yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian keseluruhan
perikatan audit.

2. Satu/lebih manajer, yang akan mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan


program audit.
3. Satu atau lebih senior, yang memiliki tanggung jawab untuk merencanakan audit,
melakukan bagian dari program audit dan mengawasi serta mereview pekerjaan
asisten staf.

4. Staf asisten, yang melaksanakan berbagai prosedur audit yng diperlukan dalam
pelaksanaan program audit.

b)   mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis

Dalam mempertimbangkan perikatan audit dari calon klien, auditor kemungkinan


akan menghadapi masalah berikut ini, yang mungkin memerlukan pekerjaan spesialis:

1. Penilaian (misal: karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted securities).

2. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang


tersedia/kondisi (misal: cadangan mineral/tumpukan bahan baku yang ada di
gudang)

3. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik/metode khusus (misal:


beberapa perhitungan aktuarial)

4. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan/persetujuan (misal: pengaruh potensial


suatu kontrak/dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti)

Jika menurut pertimbangan auditor, ia akan menjumpai situasi yang memerlukan


pengetahuan khusus, ia perlu melakukan konsultasi dengan spesialis. Contoh : ahli geologi,
penasihat hukum, penilai(appraiser), dan aktuaris. Auditor dapat menghadapi 2 kemungkinan
keadaan berikut :

1. Spesialis ditunjuk oleh klien/badan berwenang dan auditor menggunakan hasil


pekerjaan spesialis tersebut sebagai salah satu dasar untuk menilai kewajaran asersi
yang dicantumkan oleh klien dalam laporan keuangan auditan.

2. Spesialis dipilih oleh auditor untuk menilai asersi tertentu yang dinyatakan oleh klien
dalam laporan keuangan auditan.
Dalam keadaan kedua, auditor harus memperoleh keyakinan mengenai persyaratan
profesional dan reputasi spesialis melalui pengajuan pertanyaan/prosedur lain. Auditor
harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Sertifikat profesional, lisensi, atau pengakuan kompetensi dari spesialis dalam


bidangnya.

2. Reputasi dan kedudukan spesialis dimata para rekan sejawat dan pihak lain yang
mengenal kemampuan atau kinerjanya.

3. Hubungan, jika ada, antara spesialis dengan klien

2.Pengevaluasian Independensi

Standar umum kedua menuntut sikap mental independent auditor dalam


melaksanakan audit. Standar  tersebut  mengharuskan auditor besikap independent,
artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum.

3.Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama

Standar umum ketiga menyatakan bahwa dalam  pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.

1.Penentuan waktu perikatan

Umumnya waktu 6 sampai dengan 9 bulan merupakan jangka waktu yang memadai
bagi auditor untuk merencanakan secara seksama pekerjaan audit, sehingga idealnya
waktu perikatan audit sudah diterima oleh auditor 6 sampai dengan 9 bulan sebelum
akhir tahun buku klien. Perikatan auditor mendekati akhir tahun buku klien dapat
menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting seperti
observasi terhadap penghitungan fisik sediaan sehingga kemungkinan auditor tidak
dapat memberikan pendapatan wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
auditan.
2.Pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan

Biasanya auditor menggolongkan jadwal pelaksanaan pekerjaan lapangan kedalam 2


kelompok berikut ini:

1.Pekerjaan interim (interim work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang dilaksanakan
oleh auditor 3 sampai 4 bulan sebelum tanggal neraca. P

2.ekerjaan akhir tahun (year-end work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang
dilaksanakan oleh auditor beberapa minggu sebelum tanggal neraca sampai 3 bulan
setelah tanggal neraca.

3.Pemanfaat personil klien

Pemanfaatan personel klien akan berdampak besar terhadap penentuan jumlah staf dan
jadwal audit, serta biaya audit. Pemanfaatan hasil pekerjaan auditor intern akan berdampak
terhadap : 1) prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, 2) pengujian
pengendalian, dan3) pengujian substantif.

Personel klien juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai perikatan berikut ini :

1.Pembuatan daftar saldo akun buku besar (working trial balance)

2.Rekonsiliasi akun kontrol dalam buku besar dengan akun buku pembantu yang bersangkutan

3.Pembuatan daftar umur piutang

4.Pembuatan daftar polis asuransi yang berlaku, piutang wesel, dan penambahan dan
pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit

yiapkan Surat Penugasan Audit

penugasan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya. Surat ini berfungsi untuk mendokumentasikan dan
askan :
Tujuan audit atas laporan keuangan

anggung jawab manajemen atas laporan keuangan ⁶

Lingkup audit, termasuk penyebutan undang – undang, peraturan, penyertaan dari badan professional yang
us dianut oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.

Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil
ikatan

Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan

esanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam struktur
ngendalian intern yang ditemukan oleh auditordalam auditnya

kses ke berbagai catatan dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit.

esepakatan mengenai dasar penentuan fee audit.

AKAN AUDIT

anaan audit adalah suatu tahap penting dari setiap perikatan audit. Dalam setiap hal perencanaan
pengaturan atas urutan dari bagian atau langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan audit
ngembangan suatu strategi menyeluruh untuk pelaksanaan dan penentuan lingkup audit yang diinginkan.
perencanaan audit, auditor harus menerapkan suatu sikap skeptisme professional seperti integritas
ekeliruan dan ketidak beresan reta tindakan melawan hukum. Kuantitas suatu perencanaan audit sangat
h ukuran dan kompleksitas klien, pengetahuan auditor serta pengalaman dengan klien, proses perencanaan
us disertai pembuatan provisi untuk pengawasan yang lebih banyak apabila beberapa anggota tim audit tidak
n dibandingkan mereka sudah berpengalaman semua.

ami Bisnis dan Industri Klien

formasi yang harus diperoleh dalam rangka pengetahuan tentang bisnis yang diharapkan meliputi:

ndisi ekonomi secara umum


dustri dimana klien berusaha
sio-rasio keuangan rata-rata industri
itas klien
1. Karakteristik penting kepemilikan dan manajemen: struktur korporasi, pemilik, struktur permodalan,
dewan komisaris, manajemen dan fungsi audit intern
2. Bisnis entitas: produk, pasar, pemasok, sumber pembiayaan, dan operasi
3. Kinerja keuangan (prosedur analitik)
4. Lingkungan pelaporan
5. Peraturan perundangan yang terkait
6. Kebijakan dan prosedur akuntansi
7. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan nama auditornya
8. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan manajemen
9. Kasus hukum yang sedang dihadapi

ami dan Menilai Struktur Pengendalian Intern

ngendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain
itas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut

1. Keandalan pelaporan keuangan


2. Efektivitas dan efisiensi operasi
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

juan pemahaman terhadap pengendalian intern adalah untuk merencanakan audit. Pemahaman atas
ngendalian intern meliputi pemahaman atas desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan
uangan dan pemahaman atas operasi pengendalian intern. Pengetahuan tersebut harus digunakan untuk:

1. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial dan kecurangan yang mungkin   mempengaruhi
laporan keuangan
2. Mempertimbangkan faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material
3. Mendesain pengujian substantive

simpulan atas efektifitas struktur pengendalian intern harus meliputi hal-hal berikut ini:

1. Penilaian menyeluruh atas struktur pengendalian intern klien dan sikap tim terhadap
pengendalian, yaitu:
1. Pengendalian intern memadai dan tim akan menguji pengendalian tersebut (rely on control)
2. Pengendalian intern memadai tetapi tim tidak akan menguji pengendalian karena lebih efektif
langsung melakukan pengujian substanti
3. Pengendalian intern tidak memadai dan tim tidak mengandalkan pada pengendalian intern
2. Penilaian atas risiko kecurangan (risk of fraud)
3. Tindak lanjut yang diperlukan apabila ditemukan kemungkinan risiko audit yang tidak bisa
ditanggulangi oleh pengendalian intern klien.

ukan Tingkat Materialitas Awal dan Salah Saji Yang Bisa Diterima

terialitas adalah besarnya nilai yang jika dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dapat
ngakibatkan perubahan atau berpengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
hadap informasi tersebut.

timbangan kuantitatif berkaitan dengan prosentase salah saji terhadap:

1. Laba bersih sebelum pajak


2. Total aktiva
3. Total aktiva lancar
4. Total ekuitas pemegang saham

rtimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji, misalnya:

1. Kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum


2. Kemungkinan terjadinya ketidakberesan
3. Intensitas kesalahan yang tinggi
4. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank (covenant) yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa rasio keuangan pada tingkat minimum
tertentu
5. Adanya gangguan dalam trend laba

lam perencanaan audit, tim harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini:
     Tingkat laporan keuangan (materialitas awal)

     Tingkat saldo akun (salah saji yang bisa diterima/tolerable error)

nentuan materialitas awal biasanya didasarkan dari sudut pandang pemakai laporan keuangan. Selain itu,
terialitas awal juga dipengaruhi pengalaman tim audit terhadap salah saji yang ditemukan pada audit tahun-
un sebelumnya (jika audit berulang).

ukan Tingkat Risiko Audit Awal

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
ya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Jenis-jenis

1. Risiko audit  yang dapat diterima adalah suatu ukuran seberapa besar auditor menerima salah saji
material dalam laporan keuangan setelah audit diselesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan
2. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern
yang terkait
3. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas.
4. Risiko deteksi adalah risiko yang timbul sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.

kan Komunikasi Dengan Auditor Lain

Komunikasi dengan auditor lain tergantung dari posisi KAP, sebagai auditor utama atau
agai auditor lain. Apabila bertindak sebagai auditor lain dan menerima instruksi dari auditor utama, KAP
jib menjawab setiap pertanyaan auditor lain.

l-hal yang harus dikomunikasikan meliputi:

·         Petunjuk audit

·         Jadwal penyerahan laporan-laporan yang diinginkan dari auditor lain

·         Pernyataan independen dari auditor lain


·         Rencana audit yang disusun oleh auditor lain

·         Audit clearence oleh auditor lain

·         Kuesioner audit yang harus diisi oleh auditor lain

·         Catatan penyelesaian audit

·         Rincian saldo dan transaksi antar afiliasi

·         Check list pengungkapan

·         Review kejadian setelah tanggal neraca

un Rencana Audit

ncana audit adalah ringkasan perikatan, ikhtisar sifat dan karakteristik operasi bisnis klien dan strategi audit
ara keseluruhan.

Tujuan penyusunan Rencana Audit adalah:

1. Menyediakan bukti dokumentasi bahwa kantor telah memenuhi standar lapangan pertama
2. Menyediakan alat bagi in-charge untuk mengkoordinasikan, menjadwalkan dan mensupervisi
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota tim yang terlibat dalam perikatan
Cakupan Rencana Audit meliputi:

·         Tujuan perikatan

·         Kondisi bisnis dan industri klien

·         Pengendalian intern

·         Area-area kritis dan penting

·         Penetapan materialitas

·         Risiko audit

·         Rencana sample
·         Personalia dan jadwal

      Rencana Audit merupakan proses akumulatif, artinya apa yang sudah ditetapkan dalam Rencana Audit
kanlah harga mati yang tidak dapat diubah. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan dijumpai adanya
idaksesuaian antara yang direncanakan dengan kondisi lapangan, maka in-charge segera menginformasikan
nya penyimpangan ini, termasuk saran perubahan terhadap rencana audit, kepada manager dalam sebuah
morandum. Manager kemudian menginformasikan perubahan ini kepada Partner untuk mendapatkan
setujuan. Perubahan terhadap rencana audit yang telah disetujui oleh Partner diringkaskan dalam Revisi
ncana Audit.

un Audit Program

dit program adalah daftar terinci dari prosedur-prosedur audit yang akan dilakukan dalam sebuah proses
dit. Audit program tentatif dibuat sebagai bagian dari perencanaan audit. Karena sifatnya tentatif, audit
gram seringkali memerlukan modifikasi sesuai perkembangan audit.

dit program dirancang untuk memenuhi tujuan audit atas transaksi dan akun-akun utama dalam laporan
uangan. Tujuan audit adalah untuk menguji asersi manajemen dalam laporan keuangan yang meliputi :

·         Eksistensi atau keberadaan

·         Kelengkapan

·         Hak dan kewajiban

·         Penilaian atau alokasi

·         Penyajian dan pengungkapan

Anda mungkin juga menyukai