Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Akuntansi ISSN 2302-0164

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp. 10- 20

PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO


TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Dini Attar1, Islahuddin2, M. Shabri2
1)
Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2)
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Abstract: Aim of this study is to test influence of risk management application (credit,
liquidity and operational) to banking financial performance listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX). Population in this research is entire banks registered in BEI until 2011 and
observation period is 5 years (2007-2011). Thus, total population is 150 (30 banks x 5 years).
Analysis method used in this study is data panel regression and data processing using Eviews
program 6. Result of this research reveals that application of risk management (credit,
liquidity and operational) simultaneously affect banks financial performance in BEI.
Whereas, partially, it is only application of risk management liquidity has no effect on the
banking financial performance registered in BEI.

Keywords: Application of credit risk management, application of liquidity risk management,


application of operational risk management, financial performance.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan manajemen risiko
(kredit, likuiditas dan operasional) terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perbankan yang
terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2011 dengan periode pengamatan selama 5 tahun
(2007-2011). Dengan demikian total populasi adalah sebanyak 150 (30 perbankan x 5 tahun).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dan proses
pengolahan data menggunakan program Eviews 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan, secara parsial hanya
penerapan manajemen risiko likuiditas yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perbankan yang terdaftar di BEI.

Kata kunci: Penerapan manajemen risiko kredit, penerapan manajemen risiko likuiditas,
penerapan manajemen risiko operasional, kinerja keuangan

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 10


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

PENDAHULUAN masyarakat menurun sehingga pendapatan


Bank merupakan suatu lembaga yang pengusaha turun. Turunnya pendapatan
berfungsi sebagai perantara keuangan (financial pengusaha menyebabkan turunnya kemampuan
intermediary) antara pihak yang memiliki dalam membayar kewajiban kepada bank.
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan Sehingga, bank pun mengalami kesulitan
dana. Sebagai lembaga intermediasi, bank likuiditas.
berperan penting dalam menghimpun dana dan Purwanto (2011:3) menyebutkan ada
menyalurkannya ke sektor riil dalam rangka beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
mendorong pertumbuhan ekonomi (Agent of kinerja keuangan bank yaitu: melemahnya nilai
Development). Perbankan juga berperan sebagai tukar rupiah, lemahnya kondisi internal bank
lembaga penyelenggara dan penyedia layanan seperti manajemen yang kurang memadai dan
jasa-jasa di bidang keuangan serta lalu lintas pemberian kredit kepada kelompok atau group
sistem pembayaran (Agent of Services). Dengan usaha sendiri telah mendorong tingginya risiko
peranannya tersebut, bank telah menjadi kredit macet, tingkat kompleksitas usaha yang
lembaga yang turut mempengaruhi tinggi akan meningkatkan risiko yang dihadapi
perkembangan perekonomian suatu negara. oleh bank dan modal yang tidak dapat menutupi
Oleh karena itu, perbankan harus mampu terhadap risiko-risiko yang dihadapi oleh bank
mempertahankan kinerjanya agar dapat menjadi tersebut menyebabkan kinerja bank menurun.
suatu industri yang sehat. Menurut Darmawi (2011:16-18), ada
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia beberapa risiko yang sering dihadapi bank
(SEBI) No.13/30/DPNP/2011, untuk mengukur antara lain: risiko kredit, risiko likuiditas dan
tingkat kemampuan bank dalam memperoleh risiko operasional. Risiko kredit merupakan
keuntungan digunakan risiko yang timbul sebagai akibat dari
rasio profitabilitas. Rasio tersebut kegagalan nasabah dalam memenuhi
diantaranya terdiri dari ROA (Return on Asset) kewajibannya. Indikator yang digunakan untuk
dan ROE (Return on Equity). ROA adalah mengukur risiko kredit adalah NPL (Non
perhitungan laba sebelum pajak dibagi dengan Performing Loan) yaitu perbandingan antara
total aset. Sedangkan, ROE adalah perhitungan total kredit bermasalah dengan total kredit yang
laba setelah pajak dibagi dengan modal inti. diberikan bank kepada debitur.
Berfluktuasinya kinerja keuangan Risiko likuiditas merupakan risiko yang
perbankan pada periode 2007-2011, salah disebabkan oleh ketidakmampuan bank
satunya diakibatkan oleh krisis keuangan yang memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo.
terjadi di Amerika Serikat. Krisis keuangan LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah indikator
menyebabkan tingginya harga minyak dan yang digunakan untuk risiko likuiditas. LDR
komoditas dunia, ekspor dan daya beli menggambarkan kemampuan bank membayar

11 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

kembali penarikan yang dilakukan deposan dana masyarakat. Oleh karena itu, setiap bank
dengan mengandalkan kredit yang diberikan wajib memiliki manajemen risiko yang mampu
sebagai sumber likuiditas. LDR dirumuskan mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
dengan membandingkan jumlah kredit yang mengendalikan risiko, sehingga segala macam
disalurkan dengan dana pihak ketiga. risiko yang berpotensi untuk muncul dapat
Risiko operasional merupakan risiko diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara
yang disebabkan oleh kurang berfungsinya penanggulangannya.
proses internal bank, human error, kegagalan
sistem teknologi, atau akibat permasalahan KAJIAN KEPUSTAKAAN
eksternal. Untuk risiko operasional indikator Kinerja Keuangan
yang digunakan adalah BOPO (Beban Kinerja keuangan merupakan prestasi
Operasional terhadap Pendapatan operasional). kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam
BOPO menunjukkan kemampuan manajemen suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan
bank dalam mengendalikan biaya operasional keuangan perusahaan yang bersangkutan. Daft
terhadap pendapatan operasional. (2002:15), mengemukakan bahwa kinerja
Dengan demikian, penelitian terhadap adalah kemampuan organisasi untuk meraih
faktor faktor yang mempengaruhi kinerja tujuannya melalui pemakaian sumber daya yang
perbankan yang diukur dengan NPL, LDR dan efisien dan efektif.
BOPO adalah sangat penting, NPL yang tinggi Menurut Bastian (2006:297), kinerja
akan mengganggu perputaran dana perbankan keuangan dapat diukur dengan menggunakan
sehingga menyebabkan bank mengalami rasio profitabilitas yang terdiri dari: ROA dan
kesulitan likuiditas. LDR yang tinggi ROE. ROA merupakan rasio yang digunakan
menunjukkan kesanggupan dan kesediaan bank untuk mengukur kemampuan manajemen bank
untuk mengatasi persoalan likuiditasnya, dalam memperoleh keuntungan dengan
sebaliknya rendahnya LDR menunjukkan bank memanfaatkan keseluruhan total aset yang
tidak mampu berperan sebagai lembaga dimiliki dan ROE digunakan untuk mengukur
intermediasi sehingga hilangnya kepercayaan kemampuan bank dalam memperoleh
masyarakat pada bank tersebut. BOPO yang keuntungan bersih dengan menggunakan modal
tinggi menunjukkan tidak efisiennya bank sendiri.
dalam menjalankan usahanya sehingga
menyebabkan kerugian bagi bank. Penerapan Manajemen Risiko Kredit
Sebagai upaya dalam meminimalkan Risiko kredit merupakan risiko yang
risiko-risiko yang terjadi, bank harus dihadapi bank karena menyalurkan dananya
menjalankan fungsinya dengan berpegang teguh dalam bentuk pinjaman kepada nasabah. Karena
pada prinsip kehati-hatian dalam mengelola berbagai hal, nasabah tidak mampu memenuhi

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 12


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

kewajibannya seperti pembayaran pokok dan Sebagai lembaga yang sumber dana terbesarnya
bunga pinjaman, sehingga bank mengalami berasal dari masyarakat, bank tidak akan
kerugian karena tetap mengeluarkan beban mampu bertahan beroperasi tanpa adanya
bunga untuk simpanan nasabah. Peningkatan kepercayaan tersebut.
kredit bermasalah tersebut menyebabkan Menurut Ali (2006:402) indikator yang
pendapatan dan laba menurun, ROA dan ROE digunakan untuk mengukur penerapan
juga mengalami penurunan (Purwanto, manajemen risiko likuiditas adalah LDR. LDR
2011:167). Oleh karena itu, perbankan perlu mencerminkan kemampuan bank dalam
meningkatkan pengelolaan terhadap terhadap membayar kembali penarikan dana yang
risiko kreditnya agar tingkat kredit bermasalah dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
atau NPLnya tidak melebihi dari ketentuan dari yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Bank Indonesia (BI). Syamsuddin (2007:44), mengemukakan
Bank Indonesia (PBI) No.13/3/2011, bahwa semakin tinggi rasio likuiditas maka
menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5% semakin baik suatu perusahaan, karena semakin
dari total kredit. Apabila rasio NPL berada tinggi rasio ini berarti jumlah kredit yang
dibawah ketentuan BI menunjukkan bahwa diberikan meningkat sehingga menyebabkan
bank dapat mengelola risiko kreditnya dengan pendapatan bunga dan laba yang diterima
baik karena mampu meminimalkan kredit meningkat, akhirnya ROA dan ROE pun ikut
macetnya. Sebaliknya, kenaikan NPL diatas 5% meningkat. Selanjutnya, Muljono (2002:127)
mengindikasikan bank kurang berhasil dalam mengungkapkan bahwa LDR yang rendah akan
mengelola kredit bermasalahnya. mengakibatkan bank dalam keadaan likuid
sehingga menyebabkan idle fund akibatnya
Penerapan Manajemen Risiko likuiditas profitabilitas (ROA dan ROE) rendah.
Risiko likuiditas adalah risiko yang Peraturan Bank Indonesia (PBI)
disebabkan ketidakmampuan bank No.12/19/2010, menetapkan LDR bank umum
menyediakan dana untuk memenuhi penarikan berada pada kisaran 78-100%. Apabila LDR
simpanan dan permintaan kredit serta berada dibawah ketentuan BI menunjukkan
kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo. kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan
Risiko likuiditas merupakan masalah yang kredit sehingga hilangnya kesempatan untuk
sangat penting bagi bank untuk menjaga memperoleh keuntungan. Sedangkan, LDR
kontinuitas usahanya. Ketidakmampuan yang berada diatas 100% menunjukkan kredit
memperoleh pendanaan untuk memenuhi yang disalurkan melebihi dari dana yang
kewajiban yang jatuh tempo akan dihimpun sehingga bank akan mengalami
mempengaruhi kredibilitas bank karena kekurangan dana untuk mencukupi
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat. kewajibannya.

13 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Dengan demikian, bank harus benar- operasional terhadap pendapatan


benar memprioritaskan pengelolaan operasionalnya.
likuiditasnya secara hati-hati sehingga Menurut Syamsuddin (2007:205)
kegagalan usaha akibat salah mengelola profitabilitas diukur dengan jumlah keuntungan.
likuiditas sedapat mungkin dihindari yaitu keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan
dengan menerapkan manajemen risiko dengan menekan biaya-biaya. Selanjutnya,
likuiditas secara efektif melalui penetapan limit menurut Ali (2006:278), risiko operasional
internal, pemeliharaan alat likuid yang cukup, merupakan jenis risiko yang dapat dikelola dan
serta perbaikan internal control. dikendalikan dengan baik bila bank dapat
memperbaiki business efficiencynya. Salah satu
Penerapan Manajemen Risiko Operasional yang mempengaruhi profitabilitas adalah efisien
Risiko operasional adalah risiko yang dalam menekan biaya operasi dan non operasi.
antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau Bank yang efisien dalam menekan biaya
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan operasionalnya dapat mengurangi kerugian
manusia, kegagalan sistem, atau adanya sehingga pendapatan dan laba meningkat, ROA
problem eksternal yang mempengaruhi dan ROE pun ikut mengalami peningkatan.
operasional bank. Berdasarkan SEBI No.6/23/2004, nilai
Untuk meminimalkan risiko yang terjadi, maksimal BOPO adalah sebesar 94%. Jika
maka perbankan wajib menerapkan manajemen suatu bank memiliki nilai BOPO lebih dari
risiko operasional agar risiko tersebut bisa ketentuan yang telah ditentukan maka bank
dideteksi, dikendalikan dan diatasi tersebut masuk dalam kategori tidak efisien,
kemunculannya. Menurut SEBI karena semakin tinggi BOPO berarti
No.5/21/DPNP/2003, proses penerapan peningkatan biaya operasionalnya semakin
manajemen risiko operasional adalah besar daripada peningkatan pendapatan
melakukan identifikasi terhadap faktor operasional sehingga laba yang diperoleh turun
penyebab timbulnya risiko operasional yang dan ROA dan ROE pun menurun.
melekat pada seluruh aktivitas fungsional,
produk, proses dan sistem informasi yang Hipotesis
berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran Berdasarkan kerangka pemikiran, maka
organisasi bank. rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah
Rasio yang digunakan untuk mengukur sebagai berikut :
risiko operasional adalah BOPO. BOPO sering 1. Penerapan manajemen risiko secara simultan
disebut sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan
digunakan untuk mengukur kemampuan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
manajemen bank dalam mengendalikan biaya Indonesia

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 14


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

2. Penerapan manajemen risiko kredit Kinerja Keuangan (Diproksi dengan ROE)


berpengaruh terhadap kinerja keuangan ROE merupakan rasio yang menunjukkan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek kemampuan manajemen bank dalam mengelola
Indonesia. modal yang tersedia untuk mendapatkan laba.
3. Penerapan manajemen risiko likuiditas ROE dihitung dengan cara membandingkan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan laba setelah pajak dengan modal inti.
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Variabel Independen
4. Penerapan manajemen risiko operasional Penerapan Manajemen Risiko Kredit
berpengaruh terhadap kinerja keuangan (Diproksi dengan NPL)
Penerapan manajemen risiko kredit
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
merupakan serangkaian prosedur dan
Indonesia
metodologi yang dilakukan bank sehingga
dapat meminimalkan terjadinya risiko kredit.
METODE PENELITIAN
Mengacu pada SEBI No.5/21/2003 parameter
Penelitian ini dilakukan dengan
yang digunakan dalam mengukur Penerapan
menggunakan metode sensus dimana populasi
manajemen risiko risiko kredit salah satunya
dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan
adalah NPL, yang menunjukkan perbandingan
yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun
jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit
2011 yaitu sebanyak 30 bank. Dari populasi
yang dikeluarkan bank.
tersebut dihasilkan 150 pengamatan, yang
diperoleh melalui hasil perkalian dari jumlah
Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas
populasi (30 bank) dengan periode pengamatan (Diproksi dengan LDR)
(5 tahun). Penerapan manajemen risiko likuiditas
merupakan serangkaian prosedur dan
Operasionalisasi Variabel Penelitian metodologi yang dilakukan bank sehingga
Variabel Dependent
dapat meminimalkan terjadinya risiko likuiditas.
Kinerja Keuangan (Diproksi dengan ROA)
ROA merupakan salah satu rasio Menurut Ali (2006:402) indikator yang

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur digunakan mengukur penerapan manajemen

efektivitas perusahaan didalam menghasilkan risiko likuiditas adalah LDR. LDR adalah rasio

keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang memberikan gambaran sejauhmana

yang dimilikinya. ROA dihitung berdasarkan simpanan yang dihimpun dapat mendukung

perbandingan laba sebelum pajak terhadap total pinjaman yang dikeluarkan.

aset bank.
Penerapan Manajemen Risiko operasional
(Diproksi dengan BOPO)

15 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Penerapan manajemen risiko operasional


Koefisien
merupakan serangkaian prosedur dan Determinasi (R2)
= 0,938
metodologi yang dilakukan bank sehingga Sig.F = 0,0000
dapat meminimalkan terjadinya risiko
operasional. Yuliani (2007) menggunakan rasio
Pengaruh penerapan manajemen risiko
BOPO untuk mengukur kemampuan
terhadap kinerja keuangan (ROA) dapat
manajemen bank dalam mengendalikan biaya
dituliskan dalam persamaan:
operasional terhadap pendapatan operasional.
Berdasarkan SEBI No.13/30/2011, BOPO di ROA= 8,307-0,156NPL+0,012LDR- 0.083BOPO+ e

rumuskan dengan membandingkan biaya


Tabel 2. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko
operasional terhadap pendapatan operasional. Terhadap Kinerja keuangan (ROE)
Prob t-
Variabel Coefficients
statistik
Metode Analisis dan Rancangan Pengujian
Hipotesis Konstanta 108,590 0,0000

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian NPL -1,020 0,0006


LDR -0,085 0,2038
ini digunakan metode regresi panel yang diolah BOPO -1,025 0,0000
dengan program Eviews 6, dengan model
regresi sebagai berikut:
Koefisien
Determinasi (R2)
Yit = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + e it = 0,653
Sig.F = 0,0000
Keterangan:
Y: Kinerja Keuangan (ROA dan ROE)
i: Bank
t: Tahun
α: Konstanta/Intercept Pengaruh penerapan manajemen risiko
β: Koefisien Regresi terhadap kinerja keuangan (ROE) dapat
X1: Penerapan manajemen risiko kredit
X2: Penerapan manajemen risiko likuiditas dituliskan dalam persamaan:
X3:Penerapan manajemen risiko operasional ROE=108,590-1,020NPL-0,085LDR-
e: Tingkat kesalahan penduga dalam penelitian 1,025BOPO+ e

1. Hasil pengujian hipotesis pertama yaitu,


HASIL PEMBAHASAN
penerapan manajemen risiko secara
Hasil Pengujian Hipotesis
simultan berpengaruh terhadap kinerja
Tabel 1. Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko keuangan (ROA dan ROE) dapat diterima,
Terhadap Kinerja keuangan (ROA)
Variabel Coefficients
Prob t- yang ditunjukkan dengan tingkat
statistik
signifikansi ˂ 5%. Nilai koefisien
Konstanta 8,307 0,0000
determinasi (R2) untuk kinerja keuangan
NPL -0,156 0,0000
LDR 0,012 0,0520 yang diukur dengan ROA bernilai 0,938,
BOPO -0,083 0,0000

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 16


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

hal ini mengindikasikan bahwa 93,8% perbankan telah berhasil menerapakan


perubahan pada kinerja keuangan (ROA) manajemen risikonya yang ditunjukkan dengan
dapat dijelaskan oleh variabel independen nilai rata-rata: NPL 3,13%, nilai tersebut masih
2
secara bersama-sama. Sedangkan nilai R berada dibawah batas maksimum yang
untuk kinerja keuangan yang diukur ditentukan BI yaitu 5%, sedangkan LDR adalah
dengan ROE bernilai 0,653, yang berarti sebesar 75,91%, berada sedikit dibawah
bahwa 65,3% perubahan pada kinerja ketentuan BI yaitu sebesar 78% dan BOPO
keuangan (ROE) dijelaskan oleh variabel sebesar 84,99%, nilai tersebut masih berada di
independen secara bersama-sama. bawah batas maksimum yang ditetapkan BI
2. Hasil pengujian hipotesis kedua yaitu, yaitu sebesar 96%. Keberhasilan perbankan
penerapan manajemen risiko kredit dalam menerapkan manajemen risiko
berpengaruh terhadap kinerja keuangan berpengaruh terhadap kinerja keuangannya,
(ROA dan ROE) dapat diterima, yang ditunjukkan dengan nilai ROA dan ROE yang
ditunjukkan dengan tingkat signifikansi ˂ bernilai positif yaitu masing-masing sebesar
5%. 1,62% dan 11,73%. Nilai positif yang
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga yaitu, ditunjukkan oleh ROA dan ROE mengandung
penerapan manajemen risiko likuiditas arti bahwa bank mampu menghasilkan laba
secara bersama-sama berpengaruh dalam kegiatan operasionalnya sehingga
terhadap kinerja keuangan (ROA dan menempatkan bank tersebut pada peringkat
ROE) ditolak, yang ditunjukkan dengan yang baik berdasarkan kriteria dalam penilaian
tingkat signifikansi ˃ 5%. tingkat kesehatan perbankan.
4. Hasil pengujian hipotesis keempat yaitu,
penerapan manajemen risiko operasional Pengaruh penerapan manajemen risiko
kredit terhadap kinerja keuangan
berpengaruh terhadap kinerja keuangan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
(ROA dan ROE) dapat diterima, yang
bahwa penerapan manajemen risiko kredit
ditunjukkan dengan tingkat signifikansi ˂
(yang diproksi dengan NPL) berpengaruh
5%.
negatif terhadap kinerja keuangan yang di ukur
Pengaruh penerapan manajemen risiko dengan ROA dan ROE. Pengaruh negatif yang
terhadap kinerja keuangan ditunjukkan oleh NPL mengindikasikan bahwa
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan semakin tinggi kredit macet (NPL), maka akan
bahwa secara simultan penerapan manajemen menurunkan tingkat pendapatan dan laba bank
risiko (kredit, likuiditas dan operasional) sehingga ROA dan ROE pun ikut menurun.
berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA Oleh karena besarnya pengaruh tingkat
dan ROE). Hal ini mengindikasikan bahwa pengembalian kredit terhadap kinerja perbankan,

17 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

maka diperlukan adanya pengawasan aktif peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dewan komisaris dan direksi dalam hal tidak diimbangi dengan peningkatan kredit
pemisahan tugas antara fungsi penganalisa mengakibatkan bank harus menanggung beban
permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit bunga yang melebihi dari pendapatan bunga
dan yang me-review kredit. Dalam menyalurkan yang diterimanya, sehingga kerugian tersebut
kreditnya bank juga harus melakukan analisis akan mempengaruhi jumlah ekuitas dan
terhadap kemampuan debitur dalam memenuhi penurunan ROE. Selanjutnya, ketidaksignifikan
kewajiban. Bank harus melakukan peninjauan, penerapan manajemen risiko likuiditas terhadap
penilaian, dan pengikatan terhadap agunan kinerja keuangan baik yang diukur dengan
untuk memperkecil risiko kredit atau gagal ROA maupun ROE karena rendahnya kredit
bayar debitur. yang disalurkan bank, yang menyebabkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dana menjadi idle fund (dana yang
perbankan telah berhasil menerapkan menganggur yang tidak menghasilkan bunga)
manajemen risiko kreditnya dengan baik, sehingga hilangnya kesempatan bank untuk
dimana mampu meminimalkan kredit macetnya memperoleh keuntungan yang maksimal.
(NPL) yaitu rata-rata sebesar 3,13%. Nilai Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi
tersebut masih dibawah batas maksimum NPL kelangsungan usaha perbankan. Likuiditas akan
yang disyaratkan oleh BI yaitu sebesar 5%, mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah
sehingga dalam menjalankan kegiatan dan pemegang saham di bank tersebut. Apabila
operasionalnya bank mampu menghasilkan posisi likuiditas yang ditunjukkan LDR terlalu
kinerja yang baik. rendah maka investor akan menganggap bank
tidak memiliki prospek yang menguntungkan di
Pengaruh penerapan manajemen risiko
masa depan sehingga hilangnya kepercayaan
likuiditas terhadap kinerja keuangan
untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
LDR terlalu tinggi sehingga berada diatas
bahwa penerapan manajemen risiko likuditas
ketentuan maksimum yang telah ditetapkan
(yang diproksi dengan LDR) berpengaruh
maka bank akan mengalami kesulitan dalam
positif terhadap kinerja keuangan bank yang
memenuhi kewajibannya.
diukur dengan ROA. Pengaruh positif yang
Dari hasil penelitian menunjukkan ada
ditunjukkan oleh LDR mengindikasikan bahwa
15 bank yang kurang optimal dalam
bank memperoleh keuntungan dari kredit yang
disalurkan sehingga laba meningkat ROA juga
menyalurkan kreditnya, dimana LDRnya

ikut meningkat. Sedangkan penerapan kurang dari 78% dan terdapat 1 bank yang
manajemen risiko likuditas berpengaruh negatif menyalurkan kreditnya diatas 100%.
terhadap kinerja keuangan bank yang diukur Sehingga, diharapkan bagi pihak
dengan ROE. Hal ini disebabkan karena
Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 18
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

manajemen bank dapat menjaga besarnya karena dalam menjalankan kegiatannya mampu
LDR sesuai dengan batas ketentuan BI melakukan efisiensi terhadap biaya.

yaitu sebesar 78%-100%. LDR yang kurang Berdasarkan SEBI No. 6/23/DPNP/2004
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank
dari 78% menunjukkan kurang efektifnya
umum, BOPO bernilai antara 94%-96%. Nilai
bank dalam menyalurkan kredit sehingga
BOPO yang kurang dari 94% menunjukkan
hilangnya kesempatan bank untuk
bank efisien dalam menjalankan operasionalnya.
memperoleh laba, Sedangkan LDR yang
Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan
lebih dari 100% menunjukkan bahwa rata-rata perbankan yang terdaftar di BEI
kredit yang diberikan melebihi dari dana memiliki tingkat efisiensi yang baik, namun
yang dihimpun. Akibatnya bank akan bank harus terus melakukan pengawasan
mengalami kekurangan dana, karena dana terhadap risiko operasional dengan cara
yang tersedia untuk memenuhi menerapkan sistem pengendalian intern.
kewajibannya sudah digunakan. Kedua
KESIMPULAN DAN SARAN
keadaan ini diharapkan tidak dialami oleh
Kesimpulan
perbankan karena akan mengganggu kinerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
keuangannya
maka dapat disimpulkan bahwa:

Pengaruh penerapan manajemen risiko 1) Penerapan manajemen risiko secara


operasional terhadap kinerja keuangan simultan berpengaruh terhadap kinerja
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan keuangan perbankan yang terdaftar di BEI
bahwa penerapan manajemen risiko operasional 2) Penerapan manajemen risiko kredit
(yang diproksi dengan BOPO) berpengaruh berpengaruh terhadap kinerja keuangan
negatif terhadap kinerja keuangan yang diukur perbankan yang terdaftar di BEI
dengan ROA dan ROE. Pengaruh negatif yang 3) Penerapan manajemen risiko likuiditas
ditunjukkan oleh BOPO mengindikasikan tidak berpengaruh terhadap kinerja
bahwa semakin tinggi beban operasional yang keuangan perbankan yang terdaftar di BEI.
hampir menyamai atau melampaui pendapatan 4) Penerapan manajemen risiko operasional
operasional maka akan menurunkan laba bank berpengaruh terhadap kinerja keuangan
sehingga pada akhirnya ikut mempengaruhi perbankan yang terdaftar di BEI,
penurunan ROA dan ROE.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata Saran
BOPO bernilai 84,99%. Nilai tersebut Berdasarkan hasil penelitian, maka
mengindikasikan bahwa bank telah berhasil terdapat beberapa saran yang dapat penulis
meminimalkan terjadinya risiko operasional kemukakan sebagai berikut:

19 - Volume 3, No. 1, Februari 2014


Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

1) Bagi Perbankan Nomor 13/30/DPNP/2011, Tentang Pedoman


Perhitungan Rasio Keuangan.
a. Bagi beberapa bank yang mempunyai Syamsuddin, L., 2007. Manajemen Keuangan
NPL di atas ketentuan BI yaitu 5% Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
disarankan untuk memperkecil NPL
dengan melakukan reschedulling,
reconditioning dan restructuring
kreditnya.
b. Meningkatkan LDR melalui
penambahan kredit sehingga sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh BI.
c. Meminimalkan terjadinya risiko
operasional yang disebabkan oleh
human fraud dengan cara lebih
mengoptimalkan pengawasan, rotasi
kerja, memberi hukuman dan
penghargaan.
2) Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat
melakukan kajian lanjutan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan dengan menggunakan metode,
variabel, subjek yang berbeda dan periode
penelitian yang lebih panjang.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, M., 2006. Manajemen Risiko: Strategi
Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Bastian, I., & Suhardjono, 2006. Akuntansi
Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Daft, R.L., 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Darmawi, H., 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Purwanto, W.H., 2011. Risiko Manajemen
Perbankan. Jakarta: CMB PRESS.
Republik Indonesia, Surat Edaran Nomor
6/23/DPNP/2004, Tentang Sistem Penilaian
Kesehatan Bank Umum.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/3/PBI/2011, Tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia

Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 20

Anda mungkin juga menyukai