Abstract: Aim of this study is to test influence of risk management application (credit,
liquidity and operational) to banking financial performance listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX). Population in this research is entire banks registered in BEI until 2011 and
observation period is 5 years (2007-2011). Thus, total population is 150 (30 banks x 5 years).
Analysis method used in this study is data panel regression and data processing using Eviews
program 6. Result of this research reveals that application of risk management (credit,
liquidity and operational) simultaneously affect banks financial performance in BEI.
Whereas, partially, it is only application of risk management liquidity has no effect on the
banking financial performance registered in BEI.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan manajemen risiko
(kredit, likuiditas dan operasional) terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perbankan yang
terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2011 dengan periode pengamatan selama 5 tahun
(2007-2011). Dengan demikian total populasi adalah sebanyak 150 (30 perbankan x 5 tahun).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dan proses
pengolahan data menggunakan program Eviews 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan, secara parsial hanya
penerapan manajemen risiko likuiditas yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perbankan yang terdaftar di BEI.
Kata kunci: Penerapan manajemen risiko kredit, penerapan manajemen risiko likuiditas,
penerapan manajemen risiko operasional, kinerja keuangan
kembali penarikan yang dilakukan deposan dana masyarakat. Oleh karena itu, setiap bank
dengan mengandalkan kredit yang diberikan wajib memiliki manajemen risiko yang mampu
sebagai sumber likuiditas. LDR dirumuskan mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
dengan membandingkan jumlah kredit yang mengendalikan risiko, sehingga segala macam
disalurkan dengan dana pihak ketiga. risiko yang berpotensi untuk muncul dapat
Risiko operasional merupakan risiko diantisipasi dari sejak awal dan dicarikan cara
yang disebabkan oleh kurang berfungsinya penanggulangannya.
proses internal bank, human error, kegagalan
sistem teknologi, atau akibat permasalahan KAJIAN KEPUSTAKAAN
eksternal. Untuk risiko operasional indikator Kinerja Keuangan
yang digunakan adalah BOPO (Beban Kinerja keuangan merupakan prestasi
Operasional terhadap Pendapatan operasional). kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam
BOPO menunjukkan kemampuan manajemen suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan
bank dalam mengendalikan biaya operasional keuangan perusahaan yang bersangkutan. Daft
terhadap pendapatan operasional. (2002:15), mengemukakan bahwa kinerja
Dengan demikian, penelitian terhadap adalah kemampuan organisasi untuk meraih
faktor faktor yang mempengaruhi kinerja tujuannya melalui pemakaian sumber daya yang
perbankan yang diukur dengan NPL, LDR dan efisien dan efektif.
BOPO adalah sangat penting, NPL yang tinggi Menurut Bastian (2006:297), kinerja
akan mengganggu perputaran dana perbankan keuangan dapat diukur dengan menggunakan
sehingga menyebabkan bank mengalami rasio profitabilitas yang terdiri dari: ROA dan
kesulitan likuiditas. LDR yang tinggi ROE. ROA merupakan rasio yang digunakan
menunjukkan kesanggupan dan kesediaan bank untuk mengukur kemampuan manajemen bank
untuk mengatasi persoalan likuiditasnya, dalam memperoleh keuntungan dengan
sebaliknya rendahnya LDR menunjukkan bank memanfaatkan keseluruhan total aset yang
tidak mampu berperan sebagai lembaga dimiliki dan ROE digunakan untuk mengukur
intermediasi sehingga hilangnya kepercayaan kemampuan bank dalam memperoleh
masyarakat pada bank tersebut. BOPO yang keuntungan bersih dengan menggunakan modal
tinggi menunjukkan tidak efisiennya bank sendiri.
dalam menjalankan usahanya sehingga
menyebabkan kerugian bagi bank. Penerapan Manajemen Risiko Kredit
Sebagai upaya dalam meminimalkan Risiko kredit merupakan risiko yang
risiko-risiko yang terjadi, bank harus dihadapi bank karena menyalurkan dananya
menjalankan fungsinya dengan berpegang teguh dalam bentuk pinjaman kepada nasabah. Karena
pada prinsip kehati-hatian dalam mengelola berbagai hal, nasabah tidak mampu memenuhi
kewajibannya seperti pembayaran pokok dan Sebagai lembaga yang sumber dana terbesarnya
bunga pinjaman, sehingga bank mengalami berasal dari masyarakat, bank tidak akan
kerugian karena tetap mengeluarkan beban mampu bertahan beroperasi tanpa adanya
bunga untuk simpanan nasabah. Peningkatan kepercayaan tersebut.
kredit bermasalah tersebut menyebabkan Menurut Ali (2006:402) indikator yang
pendapatan dan laba menurun, ROA dan ROE digunakan untuk mengukur penerapan
juga mengalami penurunan (Purwanto, manajemen risiko likuiditas adalah LDR. LDR
2011:167). Oleh karena itu, perbankan perlu mencerminkan kemampuan bank dalam
meningkatkan pengelolaan terhadap terhadap membayar kembali penarikan dana yang
risiko kreditnya agar tingkat kredit bermasalah dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
atau NPLnya tidak melebihi dari ketentuan dari yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Bank Indonesia (BI). Syamsuddin (2007:44), mengemukakan
Bank Indonesia (PBI) No.13/3/2011, bahwa semakin tinggi rasio likuiditas maka
menetapkan bahwa rasio NPL maksimal 5% semakin baik suatu perusahaan, karena semakin
dari total kredit. Apabila rasio NPL berada tinggi rasio ini berarti jumlah kredit yang
dibawah ketentuan BI menunjukkan bahwa diberikan meningkat sehingga menyebabkan
bank dapat mengelola risiko kreditnya dengan pendapatan bunga dan laba yang diterima
baik karena mampu meminimalkan kredit meningkat, akhirnya ROA dan ROE pun ikut
macetnya. Sebaliknya, kenaikan NPL diatas 5% meningkat. Selanjutnya, Muljono (2002:127)
mengindikasikan bank kurang berhasil dalam mengungkapkan bahwa LDR yang rendah akan
mengelola kredit bermasalahnya. mengakibatkan bank dalam keadaan likuid
sehingga menyebabkan idle fund akibatnya
Penerapan Manajemen Risiko likuiditas profitabilitas (ROA dan ROE) rendah.
Risiko likuiditas adalah risiko yang Peraturan Bank Indonesia (PBI)
disebabkan ketidakmampuan bank No.12/19/2010, menetapkan LDR bank umum
menyediakan dana untuk memenuhi penarikan berada pada kisaran 78-100%. Apabila LDR
simpanan dan permintaan kredit serta berada dibawah ketentuan BI menunjukkan
kewajiban lainnya yang telah jatuh tempo. kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan
Risiko likuiditas merupakan masalah yang kredit sehingga hilangnya kesempatan untuk
sangat penting bagi bank untuk menjaga memperoleh keuntungan. Sedangkan, LDR
kontinuitas usahanya. Ketidakmampuan yang berada diatas 100% menunjukkan kredit
memperoleh pendanaan untuk memenuhi yang disalurkan melebihi dari dana yang
kewajiban yang jatuh tempo akan dihimpun sehingga bank akan mengalami
mempengaruhi kredibilitas bank karena kekurangan dana untuk mencukupi
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat. kewajibannya.
efektivitas perusahaan didalam menghasilkan risiko likuiditas adalah LDR. LDR adalah rasio
yang dimilikinya. ROA dihitung berdasarkan simpanan yang dihimpun dapat mendukung
aset bank.
Penerapan Manajemen Risiko operasional
(Diproksi dengan BOPO)
maka diperlukan adanya pengawasan aktif peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dewan komisaris dan direksi dalam hal tidak diimbangi dengan peningkatan kredit
pemisahan tugas antara fungsi penganalisa mengakibatkan bank harus menanggung beban
permohonan kredit, pemberi persetujuan kredit bunga yang melebihi dari pendapatan bunga
dan yang me-review kredit. Dalam menyalurkan yang diterimanya, sehingga kerugian tersebut
kreditnya bank juga harus melakukan analisis akan mempengaruhi jumlah ekuitas dan
terhadap kemampuan debitur dalam memenuhi penurunan ROE. Selanjutnya, ketidaksignifikan
kewajiban. Bank harus melakukan peninjauan, penerapan manajemen risiko likuiditas terhadap
penilaian, dan pengikatan terhadap agunan kinerja keuangan baik yang diukur dengan
untuk memperkecil risiko kredit atau gagal ROA maupun ROE karena rendahnya kredit
bayar debitur. yang disalurkan bank, yang menyebabkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian dana menjadi idle fund (dana yang
perbankan telah berhasil menerapkan menganggur yang tidak menghasilkan bunga)
manajemen risiko kreditnya dengan baik, sehingga hilangnya kesempatan bank untuk
dimana mampu meminimalkan kredit macetnya memperoleh keuntungan yang maksimal.
(NPL) yaitu rata-rata sebesar 3,13%. Nilai Pengelolaan likuiditas sangat penting bagi
tersebut masih dibawah batas maksimum NPL kelangsungan usaha perbankan. Likuiditas akan
yang disyaratkan oleh BI yaitu sebesar 5%, mempengaruhi tingkat kepercayaan nasabah
sehingga dalam menjalankan kegiatan dan pemegang saham di bank tersebut. Apabila
operasionalnya bank mampu menghasilkan posisi likuiditas yang ditunjukkan LDR terlalu
kinerja yang baik. rendah maka investor akan menganggap bank
tidak memiliki prospek yang menguntungkan di
Pengaruh penerapan manajemen risiko
masa depan sehingga hilangnya kepercayaan
likuiditas terhadap kinerja keuangan
untuk menanamkan modalnya. Sebaliknya, jika
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
LDR terlalu tinggi sehingga berada diatas
bahwa penerapan manajemen risiko likuditas
ketentuan maksimum yang telah ditetapkan
(yang diproksi dengan LDR) berpengaruh
maka bank akan mengalami kesulitan dalam
positif terhadap kinerja keuangan bank yang
memenuhi kewajibannya.
diukur dengan ROA. Pengaruh positif yang
Dari hasil penelitian menunjukkan ada
ditunjukkan oleh LDR mengindikasikan bahwa
15 bank yang kurang optimal dalam
bank memperoleh keuntungan dari kredit yang
disalurkan sehingga laba meningkat ROA juga
menyalurkan kreditnya, dimana LDRnya
ikut meningkat. Sedangkan penerapan kurang dari 78% dan terdapat 1 bank yang
manajemen risiko likuditas berpengaruh negatif menyalurkan kreditnya diatas 100%.
terhadap kinerja keuangan bank yang diukur Sehingga, diharapkan bagi pihak
dengan ROE. Hal ini disebabkan karena
Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 18
Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
manajemen bank dapat menjaga besarnya karena dalam menjalankan kegiatannya mampu
LDR sesuai dengan batas ketentuan BI melakukan efisiensi terhadap biaya.
yaitu sebesar 78%-100%. LDR yang kurang Berdasarkan SEBI No. 6/23/DPNP/2004
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank
dari 78% menunjukkan kurang efektifnya
umum, BOPO bernilai antara 94%-96%. Nilai
bank dalam menyalurkan kredit sehingga
BOPO yang kurang dari 94% menunjukkan
hilangnya kesempatan bank untuk
bank efisien dalam menjalankan operasionalnya.
memperoleh laba, Sedangkan LDR yang
Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan
lebih dari 100% menunjukkan bahwa rata-rata perbankan yang terdaftar di BEI
kredit yang diberikan melebihi dari dana memiliki tingkat efisiensi yang baik, namun
yang dihimpun. Akibatnya bank akan bank harus terus melakukan pengawasan
mengalami kekurangan dana, karena dana terhadap risiko operasional dengan cara
yang tersedia untuk memenuhi menerapkan sistem pengendalian intern.
kewajibannya sudah digunakan. Kedua
KESIMPULAN DAN SARAN
keadaan ini diharapkan tidak dialami oleh
Kesimpulan
perbankan karena akan mengganggu kinerja
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
keuangannya
maka dapat disimpulkan bahwa:
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ali, M., 2006. Manajemen Risiko: Strategi
Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Bastian, I., & Suhardjono, 2006. Akuntansi
Perbankan. Jakarta: Salemba Empat.
Daft, R.L., 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Darmawi, H., 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Purwanto, W.H., 2011. Risiko Manajemen
Perbankan. Jakarta: CMB PRESS.
Republik Indonesia, Surat Edaran Nomor
6/23/DPNP/2004, Tentang Sistem Penilaian
Kesehatan Bank Umum.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/3/PBI/2011, Tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank.
Republik Indonesia, Peraturan Bank Indonesia