Anda di halaman 1dari 13

ETHICS AND SCIENCE

Dosen Pengampu

Sugeng Mashudi, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh :

1. Resha Oktapriani (21632056)


2. Anisah Nur Laili (21632062)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
kepada kita semua, sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Alhamdulillah kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul
“ETHICS AND SCIENCE”.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
filsafat semester 1. Selain itu, makalah disusun guna memberikan informasi dan pengetahuan
tentang etika dan science di ilmu filsafat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan waktu yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan
makalah ini di masa yang akan datang agar lebih baik.

Ponorogo, 6 Desember 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................1
C. Tujuan ...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika.......................................................................................................3
B. Pengertian Ilmu.......................................................................................................4
C. Cabang-cabang Ilmu...............................................................................................5
D. Macam-macam Ilmu Pengetahuan..........................................................................6
E. Hubungan Etika dan Ilmu........................................................................................7
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................................9
B. Saran .....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu merupakan pengetahuan yang kita kenal sejak bangku sekolah dasar
sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Ilmu Pengetahuan adalah suatu hal
yang sangat penting bagi manusia, yang diciptakan dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Dengan ilmu dapat menciptakan suasana yang lebih baik dan
dengan demikian melalui ilmu, manusia dapat lebih mudah mendapatkan apa yang
diinginkan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Meskipun dalam perkembangannya, kemajuan ilmu pengetahuan tidak
selalu mensejahterakan manusia, tetapi banyak pula keburukan bahkan kesengsaraan
yang dialami oleh manusia sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Sebagai sebuah disiplin ilmu dan keilmuan, didalamnya terkandung nilai-nilai seperti
etika, moral, norma, dan kesusilaan. Demikian pula pada aplikasinya, seorang
ilmuwan dalam kehidupan sehari-hari seakan dituntut untuk menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupannya, baik saat berpikir maupun bertindak. Kendati tinggi ilmu
seseorang, apabila tidak memiliki nilai-nilai yang sudah menjadi semacam aturan dalam
kehidupannya dan tidak memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk kebaikan dan
kemaslahatan orang banyak orang tersebut tidak akan dipandang tinggi. Dalam filsafat
juga memiliki konsep pemikiran baik dan buruk yang dikenal dengan nama etika,
yakni aturan untuk membedakan baik dan buruk. Suatu ilmu dan etika adalah sumber
pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku
menyimpang di kalangan masyarakat. Untuk itu peranan ilmu sangat dibutuhkan
sebagai sumber moralitas dalam mengembangkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat
manusia

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari etika itu?
b. Apa pengertian dari ilmu itu?
c. Ada apa saja cabang-cabang ilmu itu?
d. Ada berapa macam-macam ilmu pengetahuin itu?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari etika
b. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu
c. Untuk mengetahui cabang-cabang ilmu apa saja
d. Untuk mengetahui macam-macam ilmu pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Dalam Bahasa inggris etika disebut ethics (singular) yang berarti a system of
moral principles or rules of behavior, atau suatu system, prinsip moral, aturan atau
cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang ethics (dengan tambahan huruf s) dapat
berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy
that deals with moral principles, suatu cabang filsafat yang memberikan batasan
prinsip-prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral
principles that govern or influence a person’s behavior, prinsip-prinsip moral yang
dipengaruhi oleh perilaku pribadi.
Dalam Bahasa Yunani, etika berarti ethikos mengandung arti penggunaan,
karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang mengandung analisis konsep-
konsep seperti harus, mesti, benar-salah, mengandung pencarian kedalam watak
moralitas atau tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang
baik secara moral.
Dalam Bahasa Yunani kuno, etika berarti ethos, yang apabila dalam bentuk
tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, adat,
akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya
adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal usul kata ini, maka
“etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah “etika”
yang oleh Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau
tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika adalah cabang filsafat yang
khusus membicarakan tingkah laku manusia tentang konsep nilai dan
permasalahannya; apakah nilai baik, buruk, Susila, asusila. Sifatnya deskriptif.
Penyelidikan tingkah laku moral dapat diklasifikasikan dalam tiga macam (i) etik a
deskriptif; (ii) etika normatif; (iii) meta etika.
Pertama, etika deskriptif yang mendeskripsikan tingkah laku moral dalam arti
luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Objek penyelidikannya adalah individu-
individu, dan kebudayaan-kebudayaan.
Kedua, etika normatif. Dalam hal ini, seseorang dapat dikatakan sebagai
participation approach karena yang bersangkutan telah melibatkan diri dengan
mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Ia tidak netral karena berhak
untuk mengatakan atau menolak suatu etika tertentu.
Ketiga, metaetika. Awalan meta (yunani) berarti “melebihi”, “melampaui”.
Meta etika bergerak seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi dari pada perilaku
etis, yaitu pada taraf “Bahasa etis” atau Bahasa yang digunakan dibidang moral.
Kajian tentang etika sangat dekat dengan kajian moral. Etika merupakan
system moral dan prinsip-prinsip dari suatu perilaku manusia yang kemudian
dijadikan sebagai standarisasi baik-buruk, salah-benar, serta sesuatu yang bermoral
atau tidak bermoral.
Etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika
mempersoalkan norma-norma yang dianggap berlaku, menyelidiki dasar norma-
norma itu, mempersoalkan hak dari setiap Lembaga seperti orang tua, negara, dan
agama untuk memberi perintah atau larangan yang harus ditaati. Etika menuntut orang
bersikap rasional terhadap semua norma. Sehingga etika akhirnya membantu manusia
menjadi lebih otonom.

B. Pengertian Ilmu

Istilah ilmu atau science merupakan suatu kata yang sering diartikan dengan
berbagai makna, atau mengandung lebih dari satu arti. Scienced alam arti sebagai
natural science, biasanya dimaksud dalam ungkapan “sains dan teknologi”. Dalam
kamus istilah ilmiah dirumuskan pengertian sciences and technology sebagai“the
study of the natural sciences and the application of the knowledge for practical
purpose”, yang artinya adalah penelaahan dari ilmu alam dan penerapan dari
pengetahuan ini untuk maksud praktis.
Seorang filsuf kemeny (1959) juga menggunakan ilmu dalam arti semua
pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah(all knowledge collecled
by means of the scientific method).Titus (1984), juga mengatakan banyak orang telah
mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh
pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenarannya. Pada zaman Yunani
kuno episteme atau pengetahuan rasional mencakup filsafat maupun ilmu. Thales
(625-547 SM) sebagai seorang filsuf juga mempelajari astronomi dan topik-topik
pengetahuan yang termasuk fisika. Fisika adalah pengetahuan teoritis yang
mempelajari alam. Pengetahuan ini juga disebut filsafat alam (kasmologi).
Suriasumantri (2005), pengertian ilmu adalah salah satu dari buah pemikiran
manusia dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan. Ilmu merupakan salah satu dari
pengetahuan manusia. Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang disusun secara
konsisten dan kebenarannya telah teruji secara empiris. Perlu disadari bahwa
pembuktian dalam ilmu tidak bersifat absolut. Ilmu membatasi diri pada pengkajian
objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia. Sedangkan agama memasuki
pula daerah penjelajahan yang bersifat transcendental yang berada di luar pengalaman
kita.
Hakikat ilmu bersifat pragmatis, artinya ilmu tidak mencari kebenaran
absolute tetapi kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan
tertentu. Ilmu bersifat konsisten, artinya penemuan yang satu didasarkan kepada
penemuan-penemuan sebelumnya.

C. Cabang-cabang Ilmu
Ilmu berkembang pesat, demikian juga dengan cabang-cabangnya. Pada
dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni,
filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam(the natural science)
dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang-cabang ilmu social
(the social science).
1. Ilmu alam
Membagi diri menjadi dua kelompok yakni ilmu-ilmu alam(the physical
science) dan ilmu-ilmu hayat(the biological science).Ilmu alam bertujuan
mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian
dipilahkan lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energi), kimia
(mempelajari subtansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit), dan ilmu
bumi atau the earth science (mempelajari bumi kita ini). Tiap-tiap cabang
kemudian membuat ranting-ranting baru.
2. Ilmu sosial
Ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan ilmu alam. Pada
intinya ilmu sosial meliputi antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif
waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia),
ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lewat
proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia),
ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia
berpemerintahan dan bernegara). Cabang utama ilmu sosial ini mempunyai
cabang-cabang lagi seperti: antropologi fisik, linguistik, etnologi, dan antropologi
sosial atau kultural.

Disamping ilmu alam dan ilmu sosial, pengetahuan mencakup


humaniora dan matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, sejarah,
dan Bahasa. Matematika mencakup tentang aritmatika, geometri analitik,
persamaan diferensial, kalkulus, topologi, geometrinon Euclid, teorifungsi,
probabilitas dan statiklogika dan logikamatematis.

D. Macam-macam Ilmu Pengetahuan


Pembagian ilmu pengetahuan tergantung kepada cara dan tempat para ahli itu
meninjaunya.

Pada zaman purba dan abad pertengahan pembagian ilmu pengetahuan berdasarkan
kesenian yang merdeka , yang terdiri dari dua bagian yaitu:

1. Trivium (tiga bagian)


(i). Gramatika, bertujuan agar manusia dapat menyusun pembicaraan dengan baik.
(ii). Dialektika, bertujuan agar manusia dapat berpikir dengan baik, formal, dan
logis.
(iii). Retorika, bertujuan agar manusia dapat berbicara dengan baik.
2. Qudrivium (empat bagian)
(i). Aritmatika, ilmu hitung
(ii). Geometrika, ilmu ukur
(iii). Musika, ilmu musik
(iv). Astronomia, ilmu perbintangan
Menurut pembagian klasik, maka ilmu pengetahuan dibedakan atas natural
sciences (kelompok-kelompok ilmu alam) dan social sciences (kelompok-
kelompok ilmu sosial). Sedang pearson (1990), membedakan ilmu pengetahuan
atas:
(i). lmu pengetahuan kemanusiaan
(ii). Ilmu pengetahuan alam;
(iii). Ilmu pengetahuan hayat; dan
(iv). Ilmu pengetahuan logika-deduktif.

Di dalam undang-undang pokok Pendidikan tentang perguruan tinggi nomor


22 tahun 1961 di Indonesia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan atas empat
kelompok yaitu:
(i). ilmu agama/kerohanian;
(ii). Ilmu kebudayaan;
(iii). Ilmu social; dan
(iv). Ilmueksakta

Ilmu agama/kerohanian, meliputi ilmu agama dan ilmu jiwa; ilmu


kebudayaan, yang meliputi: (a) ilmu hukum; (b) ilmu ekonomi; (c) ilmu sosial
politik; (d) ilmu ketatanegaraan dan ketata niagaan. Ilmu eksakta dan Teknik,
meliputi: (a) ilmu hayat; (b) ilmu kedokteran; (c) ilmu farmasi; (d) ilmu
kedokteran hewan; (e) ilmu pertanian; (f) ilmu pasti alam; (g) ilmu Teknik; (h)
ilmu geologi; dan (i) ilmu oceanografi. Bandingkan UU No. 12 tahun 2012
tentang Pendidikan tinggi pasal 10 (2) rumpun ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah: (a) agama (b) humaniora (c) sosial (d) alam (e) formal (f) terapan.

E. Hubungan Etika dan Ilmu


Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran
moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana bila harus
hidup, bukanlah etika melainkan ajaran moral. Ilmu dan etika sebagai suatu
pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku
penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat. Di samping itu, ilmu dan etika
diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masyarakat
sekitar agar dapat menjadi cendekiawan yang memiliki moral dan akhlak yang
baik/mulia.
Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Dengan begitu dalam proses
penilaiannya ilmu sangat berguna dalam menentukan arah dan tujuan masing-masing
orang.
Etika sebagai ilmu ketertiban dimana pokok masalah moralitas dipelajari.
Singkatnya, ilmu tata Susila adalah ilmu moralitas. Ilmu secara moral harus ditujukan
untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat seseorang. Masalah moral tidak
dapat dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk
menemukan kebenaran dan juga mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian
moral.
Etika memberikan semacam Batasan maupun standar yang mengatur
pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika ini kemudian dirupakan
kedalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan
prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat dibutuhkan dapat difungsikan sebagai
alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum(common sense)dinilai menyimpang dari kode etik. Ilmu sebagai asas moral
atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan universal bagi umat manusia
dalam meningkatkan martabat kemanusiaan.
Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari
keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran memang ciri asli dari
ilmu itu sendiri. Dengan demikian pengabdian ilmu secara netral, tidak bewarna,
dapat meluncurkan pengertian kebenaran, sehingga ilmu terpaksa menjadi bebas nilai.
Ilmu bukanlah tujuan tetapi sarana untuk mencapai hasrat akan kebenaran itu berimpit
dengan etika bagi sesama manusia dan tanggungjawab secara agama.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas suatu ilmu dan etika adalah sumber pengetahuan yang
diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku menyimpang di
kalangan masyarakat. Untuk itu peranan ilmu sangat dibutuhkan sebagai sumber
moralitas dalam mengembangkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia.
Hakikat ilmu bersifat pragmatis, artinya ilmu tidak mencari kebenaran
absolute tetapi kebenaran yang bermanfaat bagi manusia dalam tahap perkembangan
tertentu. Ilmu bersifat konsisten, artinya penemuan yang satu didasarkan kepada
penemuan-penemuan sebelumnya.
Di samping itu, ilmu dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran
moral di lingkungan masyarakat sekitar agar dapat menjadi cendekiawan yang
memiliki moral dan akhlak yang baik/mulia.
Dalam mempelajari etika ilmu diharapkan dapat bermanfaat bagi kehidupan
masyarakat Indonesia. Pentingnya kita mempelajari etika ilmu ini adalah supaya kita
mampu memahami fenomena yang terjadi disekitar kita.

B. Saran

Sebagai calon perawat profesional hendaklah nantinya mengaplikasikan etika


dan ilmu dalam setiap melakukan proses keperawatan, tanpa membeda-bedakan
pasien, baik itu dari segi agama, budaya, dan sebagainya sehingga pelayanan
kesehatan dapat dilakukan secara optimal. Selain itu, dengan adanya makalah
ini, para mahasiswa keperawatan dapat mengetahui seperti apa etika dan ilmu
yang benar, sehingga mulai sekarang mempersiapkan diri menghadapi apa yang
didapatkan di pelayanan kesehatan kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2015. Filsafat Ilmu Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Supriyanto, Stefanus. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishing.

Syabani, Reza M. 2019. Ilmu Pengetahuan dan Etika. Journal of Banten, 133-134.

https://sg.docworkspace.com/d/sIJuErK9I4JijjQY. Diakses 3 Desember 2021, dari


Universitas Islam Negeri Banten.

Anda mungkin juga menyukai