Anda di halaman 1dari 9

“Pemuda yang Ditempa”

Karya : Ester Lina

Tak bertuju,
Tak berbentuk,
Tak berteguh,
Mencari makna diri,
Sesat di antara pribadi.

Lihatlah bakal muda-mudi,


Hatinya itu kaca, otaknya itu batu.
Belum berwujud,
Lari dan terus berlari,
Kemana angin membawa pergi.

Kini bijih besi itu di tempa,


Luluh dalam cengkraman nyala-nyala api,
Palu dan bara sakti,
Tangan keras itu memukulnya,
Dan mulailah ia menempa jiwa-jiwa.

Lihatlah bakal muda-mudi ,


Wahai penempa dan bijih besi,
Melihat kita termenung,
Tatkala indah bersarung,
Makna yang begitu terselubung.
Cukupkah kita di tempa ?
Tajam pun masih perlu di asah,
Diperguna tak hanya dibawa-bawa,
Punya arti tak hanya ada,
Bersihkan diri dari debu yang ada.

Saat matahari akan mencium langit,


Dan udara dingin mulai merasuki,
Siap sedialah ia melawan masa,
Dibangun dan dibina,
Telah di bentuk dan di tempa.

Namun siapakah diriku jua ?


Layakkah lidah berkata ini semua ?
Aku adalah bakal tak berbentuk,
Berdiri disini siap di tempa.
“ Melukis Diri ”
Karya : Ester Lina

Kanvas itu kosong tak kosong,


Memberi gaung segera minta di isi,
Ada yang putih bersih,
Ada jua yang bernoda,
Minta torehkan warna pribadi kita.

Disini engkau bebas,


Bentuk apapun dapat engkau beri,
Warna apapun bisa engkau isi,
Gaya apapun dapat kau coba.
Tak ada kekang ‘tuk batasi diri.

Angkatlah kuas mu,


Muntahkan segala isi pikiranmu,
Biarlah imaji menuntun,
Dan indera membawa pergi,
Melayang-layang bebas sendiri.

Warna putih di tumpahkan,


Garis merah di tuliskan,
Tangan menari-nari di atas lembar putih,
Merefleksikan karakter diri,
Perlahan-lahan di buat rupa pribadi.
Sadar tak sadar,
Kita lukiskan yang pikir kita pinta,
Di tuntun hati,
Di ilhami akal budi,
Di bimbing tangan ilahi.

Baiklah jika kita melukiskan diri,


Yang baik dan elok rupanya,
Santun dan berbudi akhlaknya,
Taat dan suci hatinya.
Warna-warnilah kanvas ini.

Dan jikalau engkau sudah selesai,


Lihat dan resapilah maknanya,
Simpanlah karya mu itu dengan rapi,
Taruhlah di tempat tertinggi,
Niscaya semakin memperkaya diri.

Hakikatnya semua insani adalah pelukis,


Warna dan gaya yang berbeda-beda,
Membuka mata,
Melukis diri,
Sebuah karya abadi.
“ Ke Timur Aku Berlayar ”

Karya : Ester Lina

Ke arah timur aku mengejar matahari,

Berbekal kapal dan semangat api,

Kusiapkan hati melepas layar,

Berharap-harap perubahan anyar.

Akan ku kejar sampai ke ujung bumi.

Berlabuh aku pergi,

Selamat tinggal pesisir hitam,

Peluk kecup ibu hantarkan,

Melepas pergi semata wayang,

Berbekal do’a dan permohonan.

Ku disambut cakrawala menguning,

Birunya laut memanja mata,

Hembusan angin menyejukkan jiwa,

Suara gelombang menenangkan raga,

Indah di temani keheningan surga.

Sejuta pengalaman aku dapatkan,

Beribu makna ku genggamkan,

Bermil-mil telah ku lewati,

Sebuah perjalanan yang mengajar diri,

Mengasah akal mempertajam budi.


Ku rentangkan layar mengikut mata angin,

Ku lihat-lihat dimana bintang bersemayam,

Ku amati bagaimana arus bertemu,

Ku pandang garis-garis cakrawala,

Banyaklah bestari sudah aku dapatkan.

Nyatanya aku tidak sendiri,

Masih banyaklah kapal berlayar ,

Mencari arti menuju cahaya,

Seraya mengasah ilmu,

Terus maju sampai ke timur.


“ Nasehat Para Petua ”
Karya : Ester Lina

Hai anak-anak muda,

Sayu-sayu mata ini melihat,

Samar-samar telinga ini mendengar,

Namun tetap aku dapat berkata,

Sadar dirilah wahai anak muda.

Kalian tidur tenang di balik awan,

Sementara hari sudah mulai kelam,

Disusui sampai kenyang,

Namun lupa akan kewajiban,

Tak acuh terhadap peraturan.

Masa kelam sudah jadi sejarah,

Semakin terlupa oleh generasi yang ada,

Pengorbanan kami sia-sia,

Hilang di telan waktu,

Terkubur dalam gelap.

Air mata ini mengalir melihat kebobrokan,

Jatuh menetes di atas kubur moral,

Rintihan para orang tua tak kalian hiraukan,

Menutup hati akan kekacauan,

Mengikuti gaya kebarat-baratan.


Ambillah kitab suci mu,

Buka kembali lembaran para pendahulu,

Lukislah akal jiwa mu,

Gapailah piala suci itu.

Dengarlah nasehat kakekmu.

Temukanlah permata di rawa,

Bukalah mata menembus tembok,

Hiraukan orang-orang kolot,

Jagalah tonggak yang susah payah berdiri,

Supaya tak tumbang di tangan kalian sendiri.


“ Melintasi Mimpi ”
Karya : Ester Lina

Inilah saatnya kawan,

Bangun dengan sejuta cemerlang,

Saling bertautan kita menapak harapan,

Membangun impian dan mewujudkan.

Raih kejora kemerlapan,

Buatlah tangga meraih langit,

Terus maju sampai ke ujung bumi,

Terus bangkit walau jatuh kembali.

Kecuplah kaki sang ibu,

Jadilah tongkat untuk nenek mu,

Ucapkan salam bagi saudaramu,

Panjatkan senandung bagi khalikmu.

Lari lah menuju cahaya,

Jangan tengok kemana-mana,

Jaga terus bunga yang indah itu,

Siram terus dan terangi selalu.

Tangkaplah bintang jatuh itu,

Tinggalkan lubang gelapnya hidup,

Temukan setiap inspirasi,

Melintasi mimpi-mimpi.

Anda mungkin juga menyukai