Anda di halaman 1dari 13

ESENSI DAN URGENSI INTEGRASI IMAN, ISLAM, DAN

IHSAN DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK IV

Nama : Muhammad Rizki Fajri


M. Septian Rajuanda
Linca Urfan

Dosen Pengampu : Chairul Fauzi, S.Pd.I.,M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM MUHAMMADIYAH TAKENGON


TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, berkat ridho-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “ESENSI DAN URGENSI INTEGRASI IMAN, ISLAM, DAN
IHSAN DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL”.
Dalam menyusun makalah ini, terdapat hambatan yang penulis alami,
namun berkat dukungan, dorongan dan semangat sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan ini
mengaturkan terima kasih kepada Bapak Chairul Fauzi selaku dosen pengampu pada mata
kliah ini.
Kami menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Takengon, 16 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar Isi ....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3


A. Pengertian Iman, Islam, Dan Ihsan .................................................... 3
B. Konsep Trilogi Beragama Dalam Islam ........................................... 4
(Iman, Islam, Dan Ihsan) .....................................................................
C. Karakteristik Dalam Insan Kamil ...................................................... 7

BAB III KESIMPULAN.............................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita sebagai manusia menginginkan kehidupan yang tenang, tentram dan
bahagia. Dalam mencapai keinginan tersebut kita pasti memerlukan tuntunan
dalam menjalankan kehidupan yang tentram lagi bahagia yaitu adalah agama yang
lurus yang mengajarkan kebaikan serta yang menghargai,menghormati dan
menyayangi kepada sesamanya. Dengan agama yang lurus kita akan lebih terarah
dan lebih menjadi baik karna kita senantiasa di tuntut untuk menjadi suatu sebuah
kepribadian yang lebih baik. Dalam mempelajari agama yang lurus agar kita dapat
memahaminya dengan baik serta dapat melakuakannya dengan perbuatan di
keseharian maka kita membutuhkan suatu keyakinankarna kita meyakini sesuatu
hal yang ghoib. Dalam hal tersebut mendorong kita untuk selalu berbuat baik
kepada setiap orang.
Dalam sebuah agama islam kita patut untuk mengenal konsep iman dan
ihsan. Kedududkan ihsan dalam menjalani kehidupan ini sangatlah penting. Karna
kadang kala kita sebagai seorang mulim sudah di berikan tuntunan masih saja
melakukan hal hal yang kurang baik ( jelek ).ini karna tingkat ke imanan seorang
muslim masih kurang stabil walaupun sebenarnya kita sudah mengetahui dengan
baik bahwasannya ihsan merupakan realisasi dari iman .
Oleh karna itu kita sebagai umat islam kita harus mengtahui bagaimana
kaitan antara iman, islam dan ihsan. Karna dari ketiga konsep tersebutlah
merupkan sebuah kunci untuk mencapai suatu kehidupan yang tenang, tentram
serta bahagia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan iman, islam, dan ihsan ?
2. Bagaimanakah konsep trilogi beragama dalam islam (iman, islam, dan ihsan) ?
3. Bagaimanakah karakteristik dalam insan kamil ?

1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian iman, islam, dan ihsan
2. untuk memahami konsep trilogi beragama dalam islam (iman, islam, dan ihsan)
3. untuk memahami karakteristik dalam insan kamil

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

Agama Islam memiliki tiga pokok ajaran agama yang terdiri dari tiga
komponen, ketiganya saling berkaitan satu sama lain dan harus diamalkan oleh
setiap pemeluknya, yakni Iman, Islam dan Ihsan. Tiga pokok ajaran tersebut juga
terkadang diistilahkan dengan: akidah, syariah dan akhlak, serta dengan istilah:
akidah, ibadah dan Mu‟amalah.1
Dalam artikel yang ditulis oleh Nurcholish Madjid ketiga istilah ini di
anggap sebagai trilogi ajaran Ilahi.2 Iman adalah kepercayaan diri kepada Allah
Swt, melalui ikrar dan kesaksian terhadap dua persaksian yaitu kesaksian bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Kesaksian ini
merupakan pintu awal untuk memasuki Islam. Adapun formulasi rukun Islam
yang telah baku dan berlaku hingga sekarang, sebagai berikut: kesaksian bahwa
tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusannya; mendirikan sholat;
menunaikan zakat; menjalankan puasa Ramadhan; dan berhaji jika mampu.3
Komponen kedua yaitu Islam yang memiliki arti penyerahan diri kepada
Allah Swt. Penyerahan diri tersebut teraktualisasi dalam kepatuhan dan ketaatan
untuk menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya.
Rukun iman terdiri dari 6 macam, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada
malaikat; Iman kepada Rasul; Iman kepad kitab-kitab; Iman kepada hari akhir;
dan Iman kepada qadla dan qadar.4
Sedangkan komponen yang terakhir yaitu Ihsan, berasal dari kata
ahsanayuhsinu-ihsan yang mengandung arti berbuat baik, saleh dan bagus.
Menurut istilah seperti yang dikemukakan dalam hadis Nabi, Ihsan berarti

1
Kaelany HD, Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2000), hlm 31
2
http://nurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/06/1994_12-Iman-Islam-dan-
Ihsansebagai-Trilogi-Ajaran-Islam.pdf di unduh pada 16 November 2021, pukul 14.00 WIB
3
Op.Cit, Kaelany HD, Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, hlm. 31
4
Ibid, Kaelany HD, hlm. 41

3
meyakini dan merasakan bahwa Allah senantiasa mengawasi dan memperhatikan
segala aktivitas dalam kehidupan, sehingga ketika beribadah kepada Allah seakan-
akan ia melihat dan dilihat oleh-Nya. Ihsan dalam pandangan tasawuf merupakan
posisi mulia dan derajat tertinggi yang dicapai oleh seorang mukmin ketika telah
sampai pada kesempurnaan iman dan Islam. Ketika seorang mukmin telah sampai
pada derajat ihsan dalam beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat dan
dilihat oleh-Nya, sehingga perilaku ihsan akan teraktualisasikan dalam segala
aspek kehidupan yang senantiasa menjunjung tinggi kebaikan budi dan beramal
saleh.5
Ihsan menjadi sebuah posisi yang didambakan oleh setiap mukmin,
sehingga seolah-olah untuk sampai pada posisi tersebut seorang mukmin harus
menyempurnakan keimanan serta keislaman terlebih dahulu. Keimanan dan
keislaman seorang mukmin teraktualisasikan melalui rukun-rukun iman serta
Islam yang diyakini dan menjadi dasar pemeluk agama Islam. Ihsan sendiri
menjadi aplikasi dari rukun-rukun iman dan Islam tadi.Ketiga komponen yang
telah dijelaskan tadi memiliki korelasi antara yang satu dengan yang lainnya. Hal
ini mengantarkan kita pada pemahaman bahwasannya posisi ihsan selalu
diperingkatkan terakhir.

B. KONSEP TRILOGI BERAGAMA DALAM ISLAM (IMAN, ISLAM,


DAN IHSAN)
Agama Islam merupakan sebuah ajaran yang diturunkan oleh Allah SWT
melalui rasulnya Nabi Muhammad SAW. Kerasulan Nabi Muhammad SAW
dimulai sejak turunnya wahyu yang pertama (Al Alaq: 1-5) saat Rasulullah
sedang menjalani tahannuts di Gua Hira. Setelah kerasulannya, Nabi Muhammad
SAW membawa ajaran atau agama baru, yakni agama islam yang berarti
keselamatan. Dalam tulisan ini kita tidak akan berpanjang lebar untuk membahas
bagaimana asal-usul agama islam terlebih dahulu. Akan tetapi, yang kita perlu

5
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam Dan Akhlak, (Jakarta: AMZAH, Cet.2, 2013),
Hlm. 277

4
pelajari lebih dahulu ialah gagasan-gagasan mendasar atau pokok-pokok ajaran
agama islam, yakni adanya konsep islam, iman, dan ihsan.
Untuk memahami ketiga konsep tersebut, kita bisa terlebih dahulu
memahami Hadits yang dikenal dengan istilah Hadits Jibril yang termaktub dalam
hadits Riwayat Muslim :
Suatu ketika malaikat Jibril dalam rupa seorang manusia datang kpd
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam & para shahabat utk mengajarkan
tentang pokok-pokok ajaran agama, yaitu Islam, Iman & Ihsan. (Hadis Riwayat:
Muslim).
Dalam hadits lain:
Musaddad telah menceritakan kpd kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn
Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah
telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah r.a berkata: Pada suatu
hari ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk bersama sahabat,
tiba-tiba datang seorang laki-laki dan bertanya, “apakah iman itu?”. Jawab Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Iman adalah percaya Allah Subhanahu wa
ta’ala, para malaikat-Nya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya
dan percaya pada hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi,
“apakah Islam itu? Jawab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Islam ialah
menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya degan sesuatu apapun,
mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan berpuasa di bulan
Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-
Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu. “Lalu laki-laki itu bertanya lagi:
“apakah hari kiamat itu? “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “orang
yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya, tetapi saya
memberitahukan kepadamu beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari
kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan majikannya, jika
penggembala onta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun
gedung-gedung megah. Termasuk 5 perkara yg tdk dpt diketahui kecuali oleh

5
Allah. Selanjutnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:
“Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah yg mengetahui hari kiamat…
(ayat). Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda kepada para sahabat: “antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat
tidak melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda: “Itu adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk mengajarkan
agama kepada manusia.” (Hadis Riwayat: Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-
Turmudzi, Ibnu Majah & Ahmad bin Hambal).

Dari hadits di atas, kita dapat memahami bahwasanya Islam memiliki 5 buah
rukun, yakni bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan bahwasanya Nabi
Muhammad utusan Allah, melaksanakan salat, menunaikan zakat, berpuasa, dan
melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu. Sementara iman, memiliki 6 rukun,
yakni iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab
Allah, Iman kepada para rasul, Iman kepada hari akhir, dan iman kepada
ketentuan Allah baik qada dan qadar. Sementara itu, sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits di atas, Ihsan berarti menyembah Allah seakan-akan
melihat-Nya, dan jikalah tidak mampu melihatnya seakan-akan Ia melihat kita.

Lantas, apakah kaitan antara ketiga konsep tersebut?

Dalam membahas ini secara sederhana kita perlu memahami bahwasanya


dalam menjalankan agama islam, kita perlu mengimani terlebih dahulu. Kita perlu
mengimani/mempercayai apa-apa yang sudah ditetapkan oleh Allah sebagaimana
yang tertulis dalam hadits di atas. Kemudian, wujud dari iman tersebut ialah
dengan kita beribadah kepada Allah sebagaimana yang terdapat dalam rukun
Islam. Kemudian, dalam melaksanakan ibadah tersebut, kita memerlukan konsep
ihsan yakni beribadah dengan seakan-akan Allah melihat kita atau jika tidak kita
merasa bahwa Allah sedang melihat kita.

6
C. KARAKTERISTIK DALAM INSAN KAMIL
Dr. Ali Yunasril ()menyebut secara spesifik ciri manusia paripurna (insan
kamil), yaitu: Keimanan, Ketaqwaan, Keadaban, Keilmuan, Kemahiran,
Ketertiban, Kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran, Persaudaraaan,
Persepakatan, Perpaduan dalam umah (bersatu).6
Insan kamil secara harfiah dapat diartikan sebagai manusia yang
sempurna. Sedangkan secara istilah insan kamil bermakna sebagai manusia yang
sempurna secara sifat bukan fisik. Ciri-ciri insan kamil pun dapat dikenali lebih
jauh.
Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abuddin Nata dijelaskan, terdapat
beberapa ciri yang dapat dilihat dari insan kamil, yaitu:7

1. Akalnya berfungsi secara optimal, yakni akal yang berfungsi itu dapat
mengetahui segala perbuatan baik seperti adil, jujur, berakhlak sesuai dengan
esensinya dan merasa wajib melakukan itu.
2. Berfungsi intuisinya. Intuisi dalam pandangan Ibnu Sina disebut jiwa manusia.
Menurutnya, jika yang berpengaruh dalam diri manusia adalah jiwa
manusianya, maka orang itu hampir menyerupai malaikat dan mendekati
kesempurnaan.
3. Mampu menciptakan budaya. Sebagai bentuk pengamalan dari berbagai
potensi yang terdapat pada dirinya sebagai insan, manusia yang sempurna
adalah manusia yang mampu mendayagunakan seluruh potensi rohaniahnya
secara optimal.
4. Menghiasi diri dengan sifat-sifat ketuhanan. Manusia termasuk makhluk yang
mempunyai naluri ketuhanan (fitrah), maka ia cenderung kepada hal-hal yang
berasal dari Tuhan dan mengimaninya. Sifat-sifat tersebut menyebabkan ia
menjadi wakil Tuhan di muka bumi.

6
Dr. Ali Yunasril. Manusia citra ilahi,Paramadina, Jakarta:1997
7
https://www.republika.co.id/berita/qe88wt366/ciriciri-insan-kamil-dalam-tasawuf
(diakses pada 16 November 2021, pukul 14.22)

7
Manusia sebagai khalifah yang demikian itu merupakan gambaran yang
ideal, yaitu manusia yang berusaha menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai
kelompok masyarakat maupun sebagai individu yang memiliki tanggung jawab
atas kehendak yang bebas. Manusia yang insan kamil, meski memiliki kebebasan
namun pasti mengendalikan dirinya dari hal-hal yang celaka.

8
BAB III
KESIMPULAN

• Iman adalah kepercayaan diri kepada Allah Swt, melalui ikrar dan kesaksian
terhadap dua persaksian yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.
• Islam yang memiliki arti penyerahan diri kepada Allah Swt. Penyerahan diri
tersebut teraktualisasi dalam kepatuhan dan ketaatan untuk menjalankan apa
yang diperintahkan dan menjauhi segala larangan-Nya. Rukun iman terdiri dari
6 macam, yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat; Iman kepada
Rasul; Iman kepad kitab-kitab; Iman kepada hari akhir; dan Iman kepada qadla
dan qadar
• Ihsan berasal dari kata ahsanayuhsinu-ihsan yang mengandung arti berbuat
baik, saleh dan bagus. Menurut istilah seperti yang dikemukakan dalam hadis
Nabi, Ihsan berarti meyakini dan merasakan bahwa Allah senantiasa
mengawasi dan memperhatikan segala aktivitas dalam kehidupan, sehingga
ketika beribadah kepada Allah seakan-akan ia melihat dan dilihat oleh-Nya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ali Yunasril. Manusia citra ilahi,Paramadina, Jakarta:1997


Kaelany HD, Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2000
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam Dan Akhlak, Jakarta: AMZAH,
Cet.2, 2013
http://nurcholishmadjid.org/wp-content/uploads/2017/06/1994_12-Iman-
Islam-dan-Ihsansebagai-Trilogi-Ajaran-Islam.pdf

https://www.republika.co.id/berita/qe88wt366/ciriciri-insan-kamil-dalam-
tasawuf

10

Anda mungkin juga menyukai