Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TEORI

A. deskripsi teori

1. Kinerja Karyawan

a. Pengertian Kinerja Karyawan

Landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah kinerja. Jika tidak ada
kinerja maka seluruh bagian organisasi, maka tujuan tidak dapat tercapai. Kinerja
perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemimpin atau manajer.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) menjelaskan bahwa “Kinerja merupakan
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”.
Sedangkan menurut Suyadi Prawirosentono (2008: 2) “Kinerja atau dalam bahasa
inggris adalah performance”, yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dari
beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah
kemampuan mencapai persyaratanpersyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja
dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang
disediakan sehingga tujuannya akan sesuai dengan moral maupun etika perusahaan.
Dengan demikian kinerja karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan
tersebut.
b. Faktor-faktor Kinerja Karyawan

Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) mengungkapkan bahwa “Kinerja


merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang
pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran serta
tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja tiap individu atau karyawan baik, maka
diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula.

Menurut Alex Soemadji Nitisemito (2001: 109), terdapat berbagai faktor kinerja
karyawan, antara lain:

1) Jumlah dan komposisi dari kompensasi yang diberikan

2) Penempatan kerja yang tepat

3) Pelatihan dan promosi

4) Rasa aman di masa depan (dengan adanya pesangon dan sebagainya)

5) Hubungan dengan rekan kerja

6) Hubungan dengan pemimpin

Dari beberapa faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan. Dintaranya faktor internal antara lain: kemampuan
intelektualitas, disiplin kerja, kepuasan kerja dan motivasi karyawan. Faktor eksternal
meliputi: gaya kepemimpinan, lingkungan kerja, kompensasi dan sistem manajemen
yang terdapat di perusahaan tersebut. Faktor-faktor tersebut hendaknya perlu
diperhatikan oleh pimpinan sehingga kinerja karyawan dapat optimal.
c. Standar Kinerja Karyawan

Menurut A. Dale Timpe (1999: 247), menyatakan bahwa standar kerja merupakan:
Standar kerja dianggap memuaskan bila pernyataannya menunjukkan beberapa
bidang pokok tanggung jawab karyawan, memuat bagaimana suatu kegiatan kerja
akan dilakukan, dan mengarahkan perhatian kepada mekanisme kuantitif bagaimana
hasil-hasil kinerja diukur. Menurut Wirawan (2009: 67) “Standar kinerja adalah
target, sasaran, tujuan upaya kerja karyawan dalam kurun waktu tertentu. Dalam
melaksanakan pekerjaannya, karyawan harus mengarahkan semua tenaga, pikiran,
ketrampilan, pengetahuan, dan waktu kerjanya untuk mencapai apa yang ditentukan
oleh standar kinerja”. Menurut Randall S. Schular & Susan E. Jackson (1999: 11)
“Ada tiga jenis dasar kriteria kinerja”, yaitu:

a) Kriteria berdasarkan sifat (memusatkan diri pada karakteristik pribadi


seorang karyawan).
b) Kriteria berdasarkan perilaku (kriteria yang penting bagi pekerjaan yang
membutuhkan hubungan antar personal).
c) Kriteria berdasarkan hasil (kriteria yang fokus pada apa yang telah dicapai
atau dihasilkan).

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003: 143) “Untuk mencapai tujuan kinerja


karyawan maka dapat dinilai dari tiga hal, meliputi: penilaian harus mempunyai
hubungan dengan pekerjaan, adanya standar pelaksanaan kerja, praktis (mudah
dipahami atau dimengerti karyawan atau penilai)”.

Seperti telah dijelaskan bahwa yang memegang peranan penting dalam suatu
organisasi tergantung pada kinerja pegawainya. Agar pegawai dapat bekerja sesuai
yang diharapkan, maka dalam diri seorang pegawai harus ditumbuhkan motivasi
bekerja untuk meraih segala sesuatu yang diinginkan. Apabila semangat kerja
menjadi tinggi maka semua pekerjaan yang dibebankan kepadanya akan lebih cepat
dan tepat selesai. Pekerjaan yang dengan cepat dan tepat selesai adalah merupakan
suatu prestasi kerja yang baik.

D. Konsep Aparatur Sipil Negara

Secara etimologi, istilah aparatur berasal dari kata aparat yakni alat, badan, instansi,
pegawai negeri (W.J.S. Poerwadaminta, 1993:165). Sedangkan aparatur dapat
diartikan sebagai alat negara, aparat pemerintah. Jadi aparatur negara, alat
kelengkapan negara yang terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan
dan kepegawaian, yang mempunyai tanggug jawab melaksanakan roda pemerintahan
sehari-hari. Dengan demikian pengertian aparatur tidak hanya dikaitkan dengan
orangnya tetapi juga organisasi fasilitas ketentuan pengaturan dan sebagainya.
Adapun jenis-jenis aparatur sebagaimana dikemukakan oleh Victor Situmorang dan
Jusuf Juhir (1998:83-86) adalah : 1. Aparatur Negara Aparatur negara adalah
keseluruhan pejabat dan lembaga negara serta pemerintahan negara yang meliputi
aparatur kenegaraan dan pemerintahan, sebagai abdi negara dan abdi masyarakat
bertugas dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan negaraan pembangunan serta
senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan, nilainilai dan cita-cita perjuangan
bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Aparatur Pemerintah
Aparatur pemerintah adalah keseluruhan lembaga atau badan yang berada dibawah
Presiden seperti departemen, lembaga pemerintahan dan departemen serta sekretariat
departemen dan lembaga-lembaga tinggi negara. 3. Aparatur Perekonomian Negara
Aparatur perekonomian negara adalah keselurhan bank pemerintah, lembaga
perkreditan, lembaga keuangan. Pasar uang dan modal serta perusahaan milik negara
dan perusahaan milik daerah.
E. konsep korupsi di ASN

Korupsi (corruption) merupakan perbuatan penyelewengan atau penggelapan uang


Negara atau perusahaan untuk keuntungan pribadi maupun golongan. Korupsi telah
menimbulkan kerugian negara yang sangat besar yang pada gilirannya dapat
berdampak pada timbulnya krisis di berbagai bidang, sehingga korupsi juga
dikelompokan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime).

Perilaku korupsi pejabat birokrasi pemerintahan pusat dan daerah ini tentunya
berdampak terhadap proses pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat,
dimana PNS sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang seharusnya menjadi
ujung tombak dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme, tetapi malah menjadi pelaku tindak pidana korupsi seperti
yang banyak terjadi pada saat ini. PNS seharusnya memiliki akhlak dan budi pekerti
yang baik, profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas
pemerintahan, serta bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mematuhi kewajiban
dan larangan PNS, serta janji/sumpah PNS pada saat diangkat menjadi CPNS maupun
menduduki jabatan Negara. Banyaknya PNS yang tertangkap tangan melakukan
tindak pidana korupsi tersebut menjadikan pekerjaan rumah yang besar bagi
pemerintah untuk mencegah dan memberantas korupsi di segala bidang, sehingga
terwujud pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme
(clean government).

Penyebab seseorang melakukan tindak pidana korupsi antara lain disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu:

(1) Lemahnya pendidikan agama, moral, dan etika,

(2) Tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelaku korupsi,

(3) Tidak adanya pengawasan yang efektif dan efisien, serta

(4) Tidak adanya suatu sistem pemerintahan yang transparan.


Dari faktor penyebab korupsi tersebut terdapat beberapa akibat yang ditimbulkan dari
tindakan korupsi, yakni:

1. Akibat bagi Negara Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan


negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional.
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enormous
destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara.

2. Akibat bagi Individu Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh


seseorang/individu memiliki akibat terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Selain sanksi moral, koruptor tersebut juga terkena sanksi hukum/pidana.

Anda mungkin juga menyukai