Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak merupakan keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat keduanya.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital, atau penyakit mata lokal menahun. Pada proses penuaan, lensa
secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan
densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang
lebih tua. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparasi
lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak
di atas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolise ini,
menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada
akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Pada penderita katarak umumnya mengeluh
pandangan menjadi rabun sehingga timbul masalah keperawatan penurunan persepsi
sensori: penglihatan.

Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia
Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah
Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di Indonesia disebabkan usia
harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat, karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Katarak ?
2. Apa saja Jenis Katarak ?
3. Bagaimana Etiologi Katarak ?
4. Bagaimana Patofisiologi Katarak ?
5. Bagaimana Manifestasi Katarak ?
6. Bagaimana Askep Teori ?

1
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Katarak
2. Untuk Mengetahui Jenis Katarak
3. Untuk Mengetahui Etiologi Katarak
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Katarak
5. Untuk Mengetahui Manifestasi Katarak
6. Untuk Mengetahui Askep Teori Katarak

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan (Vaughan, 2000). Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat
kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam
maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis,
pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain
(seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006).
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan
oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.
B. Jenis – jenis Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satusatunya
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor
genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan
dengan berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab
spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun
tembus. Penyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik

3
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa
atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya
benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-
kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada
fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya
mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan
dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis
pigmentosa dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut:
diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik,
galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat
penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan).
Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam
bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak
traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.
C. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus
lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek
sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus,
korteks, dan subkapsularis lensa. Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata
akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian
tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini

4
mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat
(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh.
Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya
berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang
sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan
hingga tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain
dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes
melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahay matahari, efek racun dari merokok,
dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat
tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin,
klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan
beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang
paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B,
obatobatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

5
D. Patofisiologi

6
E. Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak
sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan
strategi untuk menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang
salah arah. Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar
tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak
lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil
pada siang hari (Smeltzer, 2001).
F. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa
untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk
memperlambat progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih
dengan pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah
ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam
penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien,
imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang
dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian
lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan
anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola
mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi
luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari
mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe

7
ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera
anterior (fakoemulsifikasi).

G. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya
hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami
cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada
jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?,
bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan
lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop
direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan
identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah

8
nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di
subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya
atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap
obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/ berdandan
Eliminasi
Mobilisasi ditempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
c) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan
atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang
drastis dalam 3 bulan terakhir.

9
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna,
bau dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena
suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalh saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah
sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000
sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi
dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001).

10
H. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman
mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
b. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
c. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/ perubahan status organ indera.
2. Post Operasi
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
b. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori / status organ indera.
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
pasca operasi.
d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara
dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
e. Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
f. Diagnosa Psikososial :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi.

I. Fokus Intervensi & Rasional


1. Pre Operasi
a. Diagnosa keperawatan : cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan
kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
Tujuan : menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi, penerimaan pembedahan
dan pemahaman instruksi.
Kriteria hasil: mengucapkan pemahaman mengenai informasi.
Rencana tindakan :
1) Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui
keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman. Jawab pertanyaan, beri
dukungan dan bantu pasien dengan metode koping.
Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui.Mekanisme
koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi,
tegang, keputusasaan, kemarahan dan penolakan.

11
2) Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.
Rasional: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan
meningkatkan keamanan.
3) Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan tindakan operasi yang akan dilakukan
Rasional: Pasien yang telah mendapat banyak informasi akan lebih mudah menerima
pemahaman dan mematuhi instruksi.
4) Jelaskan intervensi sedetil-detilnya. Perkenalkan diri anda pada setiap interaksi,
terjemahkan setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk membantu komunikasi
verbal.
Rasional: Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera
yang lain untuk mendapatkan informasi.
5) Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu. Pesan makanan
yang bisa dimakan dengan tangan bagi mereka yang tak dapat melihat dengan baik atau
tidak memiliki keterampilan koping untuk mempergunakan peralatan makan.
Rasional: Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat.
6) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti diam perawatan pasien.
Rasional: Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan
penanganan dan perawatan diri.
7) Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan
Rasional: Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan
negative.
b. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cedera dapat dicegah.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
resiko dan melindungi diri dari cedera.
Rencana tindakan :
1) Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi, pre operasi sampai stabil, dan
mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai. Gunakan teknik
bimbingan penglihatan.
Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak
mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.
2) Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja kursi tanpa
orientasi terlebih dahulu.
Rasoinal : Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera.

12
3) Orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
4) Bahas perlunya penggunaan persisai metal atau kacamata bila diperintahkan
Rasional : Tameng logam atau kacamata melindungi mata terhadap cedera.
5) Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.
c. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/ perubahan status organ indera.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan
ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan,
mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan
penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut
pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedur
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas
dan disorientasi pasca operasi.
3) Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh.
Rasional : Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan mengalami keterbatasan
penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua. Meningkatkan resiko jatuh
bila bingung/tidak tahu ukuran tempat tidur.
4) Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering, dorong orang
terdekat tinggal dengan pasien.
Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan
bingung.
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata dimana dapat terjadi
bila menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata
tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.

13
6) Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar ±
25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin ada.
Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingunng
penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
2. Post Operasi
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,
eritema, dan demam.
Rencana tindakan :
1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontamenasi area
operasi.
2) Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam dengan
kapas basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan masukkan lensa kontak bila
menggunakan.
Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi
silang.
3) Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
4) Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh : kemerahan, kelopak bengkak,
drainase purulen.
Rasional : Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya
intervensi.
5) Berikan obat sesuai indikasi. Antibiotic (topical, parenteral, subkonjungtiva) dan
steroid.
Rasional : Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih agresif
diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk menurunkan inflamasi.
b. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori / status organ indera.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat meningkatkan
ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan,
mengidentifikasi atau

14
memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi,
sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan
progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada
laju yang berbeda. Tetapi biasanya hanya satu mata
diperbaiki per prosedur
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain
disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi
pasca operasi.
3) Observasi tanda dan gejala disorientasi.
Rasional : Berada dalam lingkungan baru dengan mengalami
keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung.
4) Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dan
penglihatan bisa digunakan dengan maksimal.
41
Rasional : Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak terbiasa
dengan keadaan di rumah sakit.
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata
dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam
setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun
dengan penggunaan.
6) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang
tujuannya memperbesar ±25%, penglihatan perifer hilang, dan
buta titik mungkin ada.
Rasional : Perubahan ketajaman dapat menyebabkan gangguan
penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien
belajar untuk mengkompensasi.

15
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan tindakan operasi yang akan
dilakukan.
Tujuan : Mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata.
Kriteria hasil : Menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada merintih, ekspresi wajah
rileks.
Rencana tindakan :
1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya terus-menerus,
sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intesitas pada skala 0-10.
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/
keefektifan intervensi.
2) Berikan analgesik resep sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifan. Beri tahu
dokter bila nyeri mata menetap atau memburuk setelah pemberian pengobatan.
Rasional : Analgesik memblokir jaras nyeri. Ketidaknyamanan mata berat menandakan
perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera. Ketidaknyamanan
ringan diperkirakan
3) Berikan anti inflamasi dan agen anti infeksi oftalmik yang diresepkan.
Rasional : Untuk menurunkan bengkak dan mencegah infeksi.
4) Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik aseptik.
Ajarkan pasien bagaimana memberikan kompres dengan menggunakan teknik aseptik
dalam persiapan pulang. Tekankan pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata
di rumah.
Rasional : Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan
mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri.
d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan perifer sementara
dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cedera dapat dicegah.
Kriteria hasil: tidak ada memar kaki, menyangkal jatuh, tidak ada manifestasi
peningkatan intraokular atau perdarahan.
Rencana tindakan :
1) Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi, dan bel pemanggil
di samping tempat tidur. Orientasikan ulang pasien terhadap susunan struktur ruangan.
Instruksikan pasien untuk memberi tanda untuk bantuan bila turun dari tempat tidur
sampai mampu ambulasi tanpa bantuan.

16
Rasional : Beberapa kejadian kehilangan keseimbangan terjadi bila mata ditutup,
khususnya pada lansia.
2) Mulai tindakan-tmdakan untuk mencegah peningkatan tekanan intraokular :
a) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi kira- kira 45 derajat untuk 24 jam pertama.
b) Ingatkan pasien untuk menghindari batuk, bersin, membungkuk dengan kepala
rendah dari panggul, dan mengejan.
Rasional: Peningkatan tekanan intraokular meningkatkan nyeri dan resiko terhadap
kerusakan jahitan yang digunakan pada pembedahan mata.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi.
Tujuan : memenuhi kebutuhan informasi klien.
Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman kondisi dan pengobatan, melakukan prosedur
dengan benar dan alasan tindakan.
Rencana tindakan :
1) Kaji informasi tentang kondisi individu dan prognosis.
Rasional: Meningkatkan kerjasama dengan program pascaoperasi.
2) Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional: Dapat bereaksi silang/ campur dengan obat yang diberikan.
3) Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi obat mata dan masalah medis pasien seperti
hipertensi, PPOM. Ajarkan metode yang tepat memasukkan obat tetes untuk
meminimalkan efek sistemik.
Rasional : Tindakan benar dapat membatasi absorbsi dalam sirkulasi sistemik,
meminimalkan masalah interaksi obat dan efek sistemik yang tidak diinginkan.
4) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beritahu untuk melaporkan
penglihatan berawan.
Rasional: Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius. Pada beberapa
pasien, kapsula posterior dapat menebal dalam 2 minggu/ beberapa tahun pasca operasi,
memerlukan terapi laser untuk mempeebaiki penglihatan.
f.Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : cemas yang dirasakan pasien hilang.
Kriteria hasil: Tampak rileks melaporkan ansietas menurun, menggunakan sumber
secara efektif
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman dan pengetahuan kondisi saat ini.

17
Rasional : Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial
siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi uoaya medik.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
Rasional : Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/ harapan yang akan
datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang
pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk menerima situasi nyata. Mengklarifikasi salah
konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/ orang yang menolong
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendirian dalam menghadapi
masalah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001.KMB.EGC:Jakarta


Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002
Vaughan. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC:Jakarta
Ilyas, Sidarta,dkk.2002.Ilmu Penyakit Mata.Jakarta:agung seto

19

Anda mungkin juga menyukai