Sumber : Waked E et al. Heart rate variability in patients with diabetic nephropathy. Kidney.
2009;18:241–246
Sebuah studi meneliti fungsi otonom kardiovaskular pada pasien diabetes baik dengan
komplikasi nefropati diabetikum maupun tanpa nefropati diabetikum. Penelitian dilakukan
dengan membandingkan heart rate variability (HRV), profil lipid, dan echocardiography
pada 4 kelompok studi yaitu kelompok kontrol, pasien diabetes tanpa nefropati diabetikum,
pasien dengan nefropati diabetikum, dan pasien nefropati diabetikum yang menjalani
hemodyalisis. Dari penelitian tersebut didapatkan pengukuran HRV (SDNN, rMSSD, dan R-
R interval) yang paling rendah pada pasien nefropati diabetikum yang menjalani hemodialisis
diikuti pasien nefropati diabetikum dibandingkan kelompok studi lainnya. Hasil ini sesuai
dengan patofisiologi yang menghubungkan hiperglikemia dan proses metaboliknya dengan
patogenesis neuropati otonom pada pasien DM.
Pada penelitian tersebut ditemukan korelasi positif antara tingkat dislipidemia aterogenik
(LDL-C) dengan level kreatinin. Pada pasien nefropati diabetikum yang menjalani
hemodialisis ditemukan hiperlipidemia aterogenik yang siginifikan dibandingkan pasien
nefropati diabetikum yang mendapat terapi konservatif dan pasien diabetes tanpa nefropati.
Hal ini berarti bahwa proses aterogenesis lebih mungkin terjadi pada pasien uremic diabetic.
Prichard (2003)1 dan Gang et.al (2005)2 menyatakan gangguan metabolisme kolesterol LDL
terjadi akibat mutasi gen reseptor LDL.
Penelitian tersebut juga menemukan penurunan signifikan ejeksi fraksi (EF) dan peningkatan
signifikan left ventriucular mass index (LVMI) pada pasien nefropati diabetikum yang
menjalani hemodialisis dibandingkan pasien nefropati diabetikum dengan terapi konservatif.
Kelompok pasien nefropati diabetikum menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri yang signifikan
dibandingkan dengan pasien diabetes tanpa nefropati, yang menunjukkan penurunan EF yang
signifikan dan peningkatan LVMI yang signifikan dibandingkan dengan individu non
diabetes dengan fungsi ginjal normal. Artinya, semakin buruk derajat kerusakan ginjal akibat
diabetes, semakin besar penurunan EF dan semakin tinggi peningkatan LVMI. Terdapat
penelitian lain yang menyatakan bahwa pasien diabetes, terutama yang menderita nefropati
diabetikum, cenderung memiliki komplikasi neurologis termasuk disfungsi otonom
kardiovaskular dengan peningkatan risiko aritmia dan henti jantung.
Kekakuan arteri yang meningkat dapat berkontribusi untuk meningkatkan LVM dengan
meningkatkan afterload jantung, dimana peningkatan LVM dapat dilihat sebagai respons
adaptif untuk menjaga tekanan dinding ventrikel kiri tetap konstan dan mempertahankan
fungsi sistolik ventrikel kiri.16 Temuan ini mungkin disebabkan faktor lain seperti
peningkatan stres oksidatif, adanya peradangan kronis tingkat rendah dan adanya neuropati
otonom.3
Penelitian tersebut juga menemukan adanya korelasi positif antara indeks time domain HRV
dan EF pada pasien diabetes, sementara terdapat korelasi negatif antara pengukuran HRV
dengan LVMI. Nischimura et al. (2004)6 menyatakan pada pasien dengan neuropati
diabetikum terjadi denervasi sinoaortic yang menyebabkan disfungsi barorefleks dan
akhirnya menyebabkan apoptosis persisten pada miokardiosit. Apoptpsis sel miokardium
terlibat dalam terjadinya remodeling jantung diantaranya hipertrofi ventrikel kiri.