Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Fiqh al-Lughah
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 3 / PBA / 5 C
2021
KATA PENGANTAR
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun aspek lainnya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang kedudukan bahasa Arab dari
bahasa Samiyah ini dapat memberikan manfaat juga inspirasi khususnya bagi kami dan
bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Bahasa Samiyah (Rumpun Semit) ......................................................................... 3
B. Karakteristik Bahasa Semit .................................................................................... 4
C. Histori Bahasa Arab Menurut Perspektif Sarjana Arab ......................................... 5
D. Asal-Usul Bahasa Arab .......................................................................................... 6
BAB III SIMPULAN ...................................................................................................... 10
A. Simpulan .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan digunakan untuk
mengekspresikan pikiran, ide dan perasaan antar sesama makhluk berbahasa (manusia).
Dari sini kita dapat melihat fungsi bahasa sebagai alat transaksi yakni alat yang
dipergunakan untuk bertukar berita atau informasi tertentu juga sebagai alat interaksi
yakni alat untuk mengekspreksikan diri dan membentuk hubungan sosial serta sikap-
sikap pribadi. Salah satu bahasa terbesar bagi umat Islam adalah bahasa Arab. Terlepas
dari bahasa Arab sebagai bahasa peribadatan dalam agama Islam dan merupakan bahasa
al-Quran, dewasa ini bahasa Arab telah banyak digunakan dalam berbagai transaksi dan
interaksi tingkat tinggi mengingat bahasa Arab telah diadopsi secara resmi oleh PBB
sejak tahun 1973 sebagai bahasa resmi Organisasi tersebut.
Bahasa Arab merupakan penopang keragaman budaya umat manusia, dinobatkan
sebagai salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia dengan lebih dari 400
juta orang penutur setiap harinya. Situs data CIA juga menyatakan terdapat 27 negara
yang tersebar di Timur Tengah dan Afrika Utara yang menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi kenegaraan. Melihat hal ini, banyak masyarakat muda yang
berlomba-lomba mempelajari bahasa Arab bahkan hingga mempelajari sejarah dan
kebudayaannya. Perkembangan yang pesat hingga pencapaian yang luar biasa ini tentu
tidak terlepas dari sejarah periwayatan bahasa Arab dari zaman dahulu hingga dapat
diwariskan sampai saat ini.
Berbagai penelitian dilakukan oleh para cendekiawan baik muslim maupun
orientalis yang mencoba menyingkap histori asal-usul bahasa Arab serta perjalanan
periwayatannya hingga dapat eksis sampai saat ini. Dari berbagai literatur sejarah,
bahasa Arab diketahui berasal dari rumpun bahasa Semit (Samiyah) yang berkembang
di daerah Jazirah Arab (Timur Tengah). Mengingat bahasa Arab hanya sebagai salah
satu dari banyaknya cabang bahasa Samiyah, para linguis mulai merinci akar
munculnya bahasa Arab dari bahasa Samiyah. Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah
1
ini akan dijabarkan kedudukan bahasa Arab sebagai salah satu cabang bahasa Samiyah
agar kita dapat mengetahui sejarah kemunculan dan perkembangan bahasa Arab yang
selalu berada dalam lingkup pembahasan bahasa Samiyah.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Apa itu rumpun bahasa Semit (Samiyah)?
2. Apa saja karakteristik dari bahasa Samiyah?
3. Bagaimana sejarah awal kemunculan bahasa Arab?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami pengertian dari bahasa Semit (Samiyah).
2. Mengidentifikasi berbagai karakteristik bahasa Samiyah.
3. Mengetahui sejarah awal kemunculan bahasa Arab.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bahasa Samiyah (Rumpun Semit)
Bangsa Semit (al-Syu’ub al-Samiyyah) adalah suatu bangsa yang disematkan pada
bangsa-bangsa yang meliputi Aramiy, Fanesia, Ibrani, Arab, Yaman, Babilonia,
Asyuriyyah serta bangsa-bangsa keturunan mereka. Istilah bahasa Semit (Samiyah)
ditetapkan sebagai sebutan bagi sekumpulan bahasa yang dihubungkan kepada salah
satu anak nabi Nuh a.s yaitu Sam. Orang yang pertama kali memberikan istilah tersebut
adalah Scholozer, seorang orientalis Jerman di akhir abad 18. Pada tahun 1798,
Scholozer berusaha mencari nama bagi bahasa orang Ibrani dan bangsa Arab kemudian
ia menisbatkan penamaan ini kepada berita yang terdapat dalam kitab Taurat tentang
keturunan Nuh setelah terjadi banjir besar.
Bahasa Semit sendiri merupakan salah satu cabang bahasa Afro-Asiatik terbesar dan
terluas dalam rumpun bahasa ini. Bahasa semit juga merupakan bahasa yang paling
awal sampai kepada kita secara tulisan. Tidak ada kesepakatan yang pasti diantara para
ahli bahasa dan ahli sejarah tentang tempat dimana bahasa Afro-Asiatik bermula. Ada
yang mengatakan bahasa ini bermula dari Ethiopia, ada juga yang mengatakan bermula
dari daerah Levant, bahkan ada juga yang mengatakan berasal dari Kenya. Para penutur
cabang bahasa ini seringkali menganggap bahwa mereka adalah anak keturunan Sam
salah seorang putra Nabi Nuh a.s, karena itulah nama cabang ini disebut sebagai bahasa
Semit.
Istilah yang pertama kali digunakan untuk menyebut rumpun bahasa Afro-Asiatik
adalah Hamit-Semit yang dicanangkan oleh Friedrich Müller pada tahun 1876. Akan
tetapi banyak ahli yang menolak istilah ini sebab tidak ada istilah linguistik yang
berhubungan dengan Hamit. Sebenarnya pendapat Friedrich Müller ini tidak
sepenuhnya keliru sebab salah satu putra Nabi Nuh a.s yang bernama Ham dipercaya
sebagai nenek moyang (tetua) benua Afrika dan Ethiopia. Oleh sebab itu, bisa saja
bahasa yang berkembang di antara bangsa-bangsa di benua tersebut berasal dari
keturunan Ham dan dalam penamaannya dinisbatkan kepada namanya (Hamit). Dalam
istilah lain, rumpun Hamit-Semit juga disebut Homo Semitic atau dalam bahasa Arab
disebut al-Hamiyah as-Samiyah. Bahasa lain yang termasuk Homo Semitic adalah
3
bahasa-bahasa Hamit, mencakup; bahasa Mesir kuno, bahasa Berber, dan bahasa-bahasa
Kusyitika.
Adapun bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang termasuk ke dalam rumpun
bahasa Semit yang digunakan oleh suku Arab yang tinggal di Semenanjung Jazirah
Arab. Sejarah awal perkembangannya tidak dapat diketahui secara pasti, hanya saja
para ahli dapat memperkirakan bahwa sekitar satu setengah abad atau dua abad sebelum
Islam datang, telah diketemukan beberapa prasasti tertulis berisi karya-karya sastra
berbentuk syair (puisi) dan sedikit berbentuk prosa.
6
yang telah banyak menjaga aspek-aspek utama bahasa Semit tua. Hal ini didasari oleh
bukti konkret berupa eksistensi bahasa Arab di suatu wilayah mandiri yang terpencil,
dimana kecil kemungkinan terjadi gesekan dengan bahasa-bahasa lain. Di samping itu,
melihat beberapa karakteristik bahasa Semit yang telah diuraikan sebelumnya
menunjukkan bahwa bahasa Arab masih menggunakan aspek-aspek kebahasaan yang
sama persis dengan bahasa Semit.
Bahasa rumpun Semit terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu bahasa Semit Timur
(Syarqiyyah), bahasa Semit Barat (Gharbiyyah). Kemudian bahasa Semit Barat terbagi
lagi ke dalam dua bagian yang mencakup bahasa Semit Barat Laut (Gharbiyyah
Syimaliyah), dan bahasa Semit Barat Daya (Gharbiyah Janubiyyah). Bahasa Semit
Timur meliputi bahasa-bahasa Asyuria-Babilonia atau Akkadiah. Bahasa Semit Barat
Laut meliputi Aramiya dan Kan'aniyah. Sedangkan bahasa Semit Barat Daya meliputi
bahasa Arab (Arabiyah) dan bahasa Etiopia (Habsyiyah). Namun ada pula yang
mengatakan bahwa bahasa Semit Barat Daya hanya meliputi bahasa Arab saja. Adapun
bahasa Etiopia merupakan salah satu dialek (lahjah) yang divariasikan dari bahasa
Arab. Sehingga dalam pandangan mereka, Arabiyah terbagi lagi menjadi dua; 1)
Arabiyah Selatan yang meliputi Ma’iniyah, Sabaiyah, Hadramiyah, Qathniyah dan
Habsyiyah (Etiopia); serta 2) Arabiyah Utara yang meliputi Arabiyah Baidah atau
bahasa tulisan batu (Shafawiyah, Tsamudyiah dan Lihyaniyah) dan Arabiyah Baqiyah
(bahasa Tamim dan Hijaz).
Dalam literatur lain dijelaskan uraian singkat terkait bahasa Arab Selatan dan
Bahasa Arab Utara. Menurut para linguis, bahasa Arab Selatan yang berkembang
adalah bahasa Himyar yang terdapat di wilayah Yaman dan selatan jazirah Arab.
Bahasa Himyar ini kemudian divariasikan ke dalam dua dialek, yakni Sabaiyah dan
Ma’iniyyah. Adapun bahasa Arab Utara salah satunya Arabiyah Baidah digunakan oleh
para penyair Arab yang tinggal di bagian utara Hijaz dekat perbatasan bangsa Aramia
dan sekitarnya, serta keberadaannya jauh dari pusat-pusat bahasa Arab asli yang terletak
di Nejed dan Hijaz. Hal inilah yang melatarbelakangi terjadinya banyak percampuran
bahasa antara Arabiyah Baidah dengan Aramiya sehingga Arabiyah Baidah ini telah
banyak berubah dan banyak dipengaruhi juga dibentuk oleh bahasa Arami. Bahasa Arab
Baidah terbagi menjadi dua, yaitu; 1) bahasa Arab yang sangat terpengaruh oleh bahasa
Arami, dan 2) bahasa Arab yang tidak terlalu banyak terpengaruh oleh bahasa Arami
7
dan lebih dekat kepada bahasa Arab Baqiyah. Bahasa Arab bagian kedua inilah yang
dipercaya sebagai bahasa Arab yang sampai kepada kita pada saat ini. Bahasa ini juga
digolongkan ke dalam bahasa Arab Baqiyah yang sebenarnya juga merupakan
gabungan dari berbagai bahasa. Akan tetapi, sebagian besar bahasa tersebut berasal dari
sebelah utara jazirah Arab. Bahasa Arab inilah yang kemudian dikenal dengan bahasa
Arab fushha, yaitu bahasa Arab yang dipakai dalam penulisan al-Quran dan turas Arab
secara keseluruhan, sebagai bahasa yang digunakan dalam forum resmi dan untuk
mengungkapkan pemikiran secara umum. Dengan demikian, maka tersebarlah bahasa
Arab fushha ini ke seluruh penjuru negara di dunia sebab bahasa ini mejadi bahasa
resmi agama Islam, terutama dalam aspek ibadah mahdhah. Hal inilah yang
menyebabkan bahasa Arab fushha (yang berasal dari Utara) lebih unggul dibanding
bahasa Arab Selatan.
Adapun Arabiyah Baqiyah pada mulanya digunakan oleh masyarakar Arab yang
lain sebagai bahasa sastra, bahasa tulisan dan bahasa penulisan buku. Bahasa Arab
Baqiyah ini berkembang di negeri Nejed dan Hijaz kemudian berkembang di banyak
tempat yang sebelumnya menggunakan rumpun bahasa Semit dan Hamit, dari tempat
itulah bermunculan dialek-dialek yang digunakan oleh orang-orang pada masa sekarang
di negeri Hijaz, Najed, Yaman dan sekitarnya di Palestina, Ardan, Suriya, Libanon, Irak
Kuwait, Mesir, Sudan dan Maghrib.
Dari berbagai runtutan sejarah di atas dapat disimpulkan bahwa, kedudukan bahasa
Arab dari bahasa Samiyah ialah:
1. Bahasa yang paling dekat dari akar bahasanya yakni bahasa Samiyah.
2. Bahasa yang berinduk kepada salah satu cabang besar bahasa Samiyah yakni
Samiyah Gharbiyyah (Bahasa Semit Barat).
3. Bahasa resmi bangsa di wilayah utara jazirah Arab.
4. Bahasa yang memiliki karakteristik identik dengan bahasa Samiyah kuno.
Untuk gambaran lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut.
8
Bahasa Semit (Samiyah)
Selatan Utara
Ma‟iniyah Baidah
Sabaiyah Baqiyah
Hadramiyah
Qathniyah
9
BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
Bahasa Semit merupakan salah satu cabang terbesar dalam rumpun bahasa Afro-
Asiatik. Bahasa rumpun Semit terbagi ke dalam dua bagian besar, yaitu bahasa Semit
Timur (meliputi bahasa-bahasa Asyuria-Babilonia atau Akkadiah) dan bahasa Semit
Barat (Gharbiyyah). Kemudian bahasa Semit Barat terbagi lagi ke dalam dua bagian
yang mencakup bahasa Semit Barat Laut (meliputi Aramiya dan Kan'aniyah), dan
bahasa Semit Barat Daya (meliputi bahasa Arab dan bahasa Etiopia). Bahasa Arab
terbagi lagi menjadi dua; 1) Arabiyah Selatan yang meliputi Ma’iniyah, Sabaiyah,
Hadramiyah, dan Qathniyah; serta 2) Arabiyah Utara yang meliputi Arabiyah Baidah
dan Arabiyah Baqiyah. Bahasa Arab Baidah terbagi menjadi dua, yaitu; 1) bahasa Arab
yang sangat terpengaruh oleh bahasa Arami, dan 2) bahasa Arab yang tidak terlalu
banyak terpengaruh oleh bahasa Arami dan lebih dekat kepada bahasa Arab Baqiyah.
Bahasa Arab bagian kedua inilah yang dipercaya sebagai bahasa Arab yang sampai
kepada kita pada saat ini. Bahasa ini juga digolongkan ke dalam bahasa Arab Baqiyah
yang sebagian besar berasal dari sebelah utara jazirah Arab dan kemudian dikenal
sebagai bahasa Arab fushha, yaitu bahasa Arab yang dipakai dalam penulisan al-Quran
dan menjadi bahasa peribadatan umat muslim. Hal inilah yang menyebabkan bahasa
Arab Utara lebih unggul dibanding bahasa Arab Selatan.
Dari berbagai runtutan sejarah di atas dapat disimpulkan bahwa, kedudukan bahasa
Arab dari bahasa Samiyah ialah:
1. Bahasa yang paling dekat dari akar bahasanya yakni bahasa Samiyah.
2. Bahasa yang berinduk kepada salah satu cabang besar bahasa Samiyah yakni
Samiyah Gharbiyyah (Bahasa Semit Barat).
3. Bahasa resmi bangsa di wilayah utara jazirah Arab.
4. Bahasa yang memiliki karakteristik identik dengan bahasa Samiyah kuno.
10
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, H. (2011). Asal Usul Bahasa Arab. Jurnal Ilmiah Iqra', 5(1): 108-123.
Musgamy, A. (2014). Pengaruh Al-Quran dan Hadits Terhadap Bahasa Arab. Al-
Hikmah, 15(1): 36-45.
Muta'ali, A. (2011). Signifikansi Kajian Bahasa Semit dalam Linguistik Arab. JAI Seri
Humaniora, 1(2): 119-124.
Taufiq, W. (2015). Fiqih Lughah (Pengantar Linguistik Arab). Bandung: Nuansa Aulia.
11