Anda di halaman 1dari 2

Praktik pemberian makan pada Balita sangat erat kaitannya dengan

kebiasaan masyarakat secara turun temurun atau budaya yang


diterapkan. Faktor budaya pada lingkungan masyarakat tertentu akan
memengaruhi bagaimana cara seseorang dalam menyikapi kebutuhan
kesehatan sehari hari, termasuk bagaimana menerapkan pola
pemberian makan pada anak balita mereka. Hal ini sesuai dengan teori
keperawatan berbasis budaya atau transcultural nursing yang
menyebutkan bahwa budaya, nilai, keyakinan, akan mempengaruhi
perilaku kesehatan seseorang.
Ibu memiliki peran penting dalam pengasuhan anak dan memberikan
asupan makanan bagi anak. Kebiasaan ibu sehari-hari dalam
perawatan anak seringkali mengacu pada budaya masyarakat dimana
ibu tersebut tinggal. Salah satu contoh kebiasaan yang masih
ditemukan adalah memberikan makan “lotek” atau makanan dari nasi
yang dilumat dengan pisang pada bayi sebelum waktunya dan
anggapan bahwa anak gemuk adalah anak yang sehat.

Tradisi masyarakat dalam pemenuhan gizi yang kurang tepat dapat


berakibat fatal bagi bayi dan anak.  World  Health Organization (WHO)
dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa lebih dari
50 persen kematian balita disebabkan karena kurang gizi, dan dua
pertiga di antaranya terkait dengan praktik pemberian makan yang
kurang tepat. Aspek budaya memiliki kontribusi yang besar dalam
praktik pemberian makan pada balita. Sehingga, penting untuk
menggali faktor-faktor berbasis budaya yang mempengaruhi praktik
pemberian makan pada balita.

Balita Madura di Pesisir Surabaya


Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu suku Madura yang tinggal
di daerah pesisir kota Surabaya, yang memiliki balita dengan
malnutrisi. Faktor-faktor berbasis budaya yang diukur dalam penelitian
ini adalah faktor pendidikan dan nilai budaya. Faktor pendidikan terdiri
dari pendidikan terakhir dan pengetahuan ibu, sedangkan faktor nilai
budaya terdiri dari keyakinan pemenuhan gizi dengan tepat, gaya
hidup, dan norma di masyarakat. Peneliti memperoleh data resonden
dari posyandu, kemudian peneliti mengunjungi rumah masing-masing
responden untuk memberikan kuesioner penelitian.
Faktor nilai budaya berdasarkan hasil penelitian ini memengaruhi
bagaimana praktik pemberian makan ibu pada balita, terutama pada
aspek keyakinan dan gaya hidup terkait budaya, sedangkan norma
masyarakat tidak memengaruhi praktik pemberian makan ibu pada
balita.
Keyakinan yang menjadi pegangan secara turun menurun pada
masyarakat berdampak pada pemberian makan pada balita.
Responden yang memiliki anak malnutrisi dalam penelitian ini sebagian
besar masih menganut keyakinan yang kurang tepat dalam
memberikan makan pada Balita.

Selain keyakinan masyarakat, gaya hidup juga memberikan kontribusi


pada praktik pemberian makan pada balita sesuai hasil penelitian ini.
Gaya hidup merupakan penerapan dari budaya pemberian makan yang
ada pada masyarakat di daerah pesisir ini.

Ibu dengan hasil penelitian gaya hidup yang kurang tepat cenderung
masih menerapkan kebiasaan pemberian makan pada balita yang
kurang tepat. Seperti masih memberikan lotek pada bayi awal kelahiran
dan membiarkan anak balita mengkonsumsi makanan dengan
kandungan gizi yang kurang sesuai. 
Kebudayaan mempengaruhi keyakinan dan membentuk gaya hidup
seseorang, yang kemudian dapat mengendalikan seseorang dalam
bersikap dan berperilaku. Sehingga, diperlukan pendidikan kesehatan
yang berfokus pada aspek budaya masyarakat yang tinggal di daerah
pesisir. 

Anda mungkin juga menyukai