Dosen Pengampu :
Ns. M. Bachtiar Safrudin, M.Kep,Sp.Kep. Kom
Disusun Oleh :
Febi Adzro Falihah.M
( 1911102411166 )
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas paper yang berjudul "Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik 1" dengan tepat waktu.
Paper ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik 1. Selain itu, Paper ini bertujuan menambah wawasan saya tentang Keperawatan Terhadap
Lansia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns, M.Bachtiar Safrudin,M.Kep,Sp.Kep.Kom
selaku dosen Mata kuliah Keperawatan Gerontik 1.
Saya menyadari paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan paper ini.
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik I...................................................................................6
2.2 Batasan dan Histologi Pada Lansia..........................................................................................7
2.3 Perubahan Pada Lansia............................................................................................................7
2.4 Posyandu Lansia........................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di Indonesia merupakan salah satu indikator
keberhasilambangunan di Indonesia. AHH tahun 2014 pada penduduk perempuan adalah 72,6 tahun
dan laki-laki adalah 68,7 tahun. Kondisi ini akan meningkatkan jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu
18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa.
Usia lanjut akan menimbulkan masalah kesehatan karena terjadi kemunduran fungsi tubuh apabila
tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan baik.
Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk yang banyak dari segi kuantitas, dimana menurut
data survey penduduk antar Sensus/ Supas 2015 terdapat sekitar 255,18 juta jiwa. Sesungguhnya
angka ini didapatkan menjadi asset Negara jika diimbangi dengan kualitas yang mumpuni. Berbagai
upaya dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan memperhatikan komposisi penduduk. Penduduk
lansia atau lanjut usia menjadi salah satu aspek yang menjadi perhatian pemerintah (Siti Nur
Kholifah, Skm. M.Kep, 2016).
Era Babby Boom menua, pelebaran piramida era penduduk tua, prediksi sampai 2050 mencapai
2,1 miliar diseluruh dunia (UN,2017). Indoensia sendiri terjadi penurunan angka kelahiran dan
tingkat ketergatngan di bawah 50% tahun 2045 dan akibatnya meningkatkan beban ekonomi serta
meningkatnya angka ketergantungan.
Jumlah penduduk lansia di Indonesia saat ini adalah sekitar 21 juta atau sekitar 9,6 % dari total
penduduk Indonesia. Lansia merupakan orang per orang yang oleh karena usiannya secara alamiah
mengalami kemunduran baik dari segi fisik maupun psikologis.
Pada masa lansia sangat dibutuhkan dukungan keluarga yang optimal mendorong kesehatan para
lansia meningkat, selain itu kegiatan harian para lansia menjadi teratur dan tidak berlebihan. Bagian
dari dukungan social adalah cinta dan kasih saying yang harus dilihat secara terpisah sebagai bagian
dari asuhan dan perhatian dalam fungsi efektif keluarga (Stanley, M., & Beare, 2006).
PEMBAHASAN
b. Pengertian Menua
Menua (Aging) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ menganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas ( termasuk infeksi ) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso, 2019). Menua atau menjadi tua adalah suatu
keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua (Wahyudi Nugroho, 2006).
c. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa.
d. Ciri-ciri Lansia
Adapun ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
Lansia merupakan priode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagaian datang dari factor fisik dan factor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap social yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik. Misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya, maka sikap social di masyarakat menjadi sangat negative
namun, ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikao
social masyarakaat menjadi positif..
Menua membutuhkan peruhan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkugan. Misalnya, ketua RW
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakukan yang yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat
dari perilakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
2. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada pasien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan. Perawat harus
selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila perawat
ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Perawat
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton
film, atau hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui
dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat
kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para pasien lanjut usia.
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila pasien lanjut usia dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penuaan yang terjadi pada
manusia pada umur 60 tahun (Sofia, 2014). Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas, namun terdapat beberapa batasan-batasan umur yang mencakup batasan
umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah 60 tahun dan 60-74 tahun
baik pria maupun wanita.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan
dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit.
posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, dan di gerakkan oleh masyarakat agar lanjut usia
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan merupakan kebijakan pemerintah untuk
pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
social.
3.2 Saran
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui, asuhan
keperawatan yang akan diberikan kepada klien yaitu pada lansia. Bagi keluarga klien juga harus
mengetahui cara-cara asuhan pada lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan
lebih baik dan nyaman.
Paper ini hanya mencakup ringkasan materi-materi umum Konsep Asuhan Keperawatan
Gerontik 1, sehingga masih diperlukan referensi-referensi lain dalam menyusun paper maupun
pembuatan tugas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA