Anda di halaman 1dari 12

PAPER

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK I

Dosen Pengampu :
Ns. M. Bachtiar Safrudin, M.Kep,Sp.Kep. Kom

Disusun Oleh :
Febi Adzro Falihah.M
( 1911102411166 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan tugas paper yang berjudul "Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik 1" dengan tepat waktu.
Paper ini disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik 1. Selain itu, Paper ini bertujuan menambah wawasan saya tentang Keperawatan Terhadap
Lansia.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns, M.Bachtiar Safrudin,M.Kep,Sp.Kep.Kom
selaku dosen Mata kuliah Keperawatan Gerontik 1.
Saya menyadari paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan paper ini.

Samarinda, 24 November 2021

Febi Adzro Falihah.M


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik I...................................................................................6
2.2 Batasan dan Histologi Pada Lansia..........................................................................................7
2.3 Perubahan Pada Lansia............................................................................................................7
2.4 Posyandu Lansia........................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di Indonesia merupakan salah satu indikator
keberhasilambangunan di Indonesia. AHH tahun 2014 pada penduduk perempuan adalah 72,6 tahun
dan laki-laki adalah 68,7 tahun. Kondisi ini akan meningkatkan jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu
18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa.
Usia lanjut akan menimbulkan masalah kesehatan karena terjadi kemunduran fungsi tubuh apabila
tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan baik.
Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk yang banyak dari segi kuantitas, dimana menurut
data survey penduduk antar Sensus/ Supas 2015 terdapat sekitar 255,18 juta jiwa. Sesungguhnya
angka ini didapatkan menjadi asset Negara jika diimbangi dengan kualitas yang mumpuni. Berbagai
upaya dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan memperhatikan komposisi penduduk. Penduduk
lansia atau lanjut usia menjadi salah satu aspek yang menjadi perhatian pemerintah (Siti Nur
Kholifah, Skm. M.Kep, 2016).
Era Babby Boom menua, pelebaran piramida era penduduk tua, prediksi sampai 2050 mencapai
2,1 miliar diseluruh dunia (UN,2017). Indoensia sendiri terjadi penurunan angka kelahiran dan
tingkat ketergatngan di bawah 50% tahun 2045 dan akibatnya meningkatkan beban ekonomi serta
meningkatnya angka ketergantungan.
Jumlah penduduk lansia di Indonesia saat ini adalah sekitar 21 juta atau sekitar 9,6 % dari total
penduduk Indonesia. Lansia merupakan orang per orang yang oleh karena usiannya secara alamiah
mengalami kemunduran baik dari segi fisik maupun psikologis.
Pada masa lansia sangat dibutuhkan dukungan keluarga yang optimal mendorong kesehatan para
lansia meningkat, selain itu kegiatan harian para lansia menjadi teratur dan tidak berlebihan. Bagian
dari dukungan social adalah cinta dan kasih saying yang harus dilihat secara terpisah sebagai bagian
dari asuhan dan perhatian dalam fungsi efektif keluarga (Stanley, M., & Beare, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada paper ini adalah :
1. Bagaimana penjelasan mengenai Konsep Dasar Keperawatan Gerontik 1 ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai Batasan dan Histologi Pada Lansia ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai Perubahan Pada Lansia ?
4. Bagaimana penjelasan mengenai Posyandu Lansia ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada paper ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami tentang Konsep Dasar Keperawatan Gerontik 1
2. Mengetahui dan memahami tentang Batasan dan Histologi Pada Lansia
3. Mengetahui dan memahami tentang Perubahan Pada Lansia
4. Mengetahui dan memahami tentang Posyandu Lansia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik I


a. Pengertian Gerontik
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penuan yang tejadi pada manusia
pada umur 60 tahun. Menurut Lueckerotte Tahun 2000 Keperawatan Gerontik merupakan ilmu
yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan
status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi. Gerentologi berasal dari kata geros
yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerentologi adalah ilmu yang memperlajari
tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia meliputi aspek biologis,
sosiologis, psikologis, dan ekeonomi.

b. Pengertian Menua
Menua (Aging) merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ menganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas ( termasuk infeksi ) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso, 2019). Menua atau menjadi tua adalah suatu
keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan,
yaitu anak, dewasa dan tua (Wahyudi Nugroho, 2006).

c. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif
dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa.

d. Ciri-ciri Lansia
Adapun ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
 Lansia merupakan priode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagaian datang dari factor fisik dan factor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
 Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap social yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik. Misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya, maka sikap social di masyarakat menjadi sangat negative
namun, ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikao
social masyarakaat menjadi positif..
 Menua membutuhkan peruhan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkugan. Misalnya, ketua RW
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
 Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakukan yang yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat
dari perilakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.

2.2 Batasan dan Histologi Pada Lansia


Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho,2000).
Menurut (Bandiyah, 2009) dalam Muhtith dan Sitoyo (2016) penuaan dapat terjadi secara
fisiologis dan patologis :
- Hereditas atau generic kematian sel merupakan seluruh program kehidurpan yang dikaitkan
dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme pengendalian fungsi sel.
- Nutrisi atau makana berlebihan atau kekurangan mengganggu keseimbangan reaksi
kekebalan.
- Status kesehatan penyakit yang selama ini selalu dikaitkan denan proses penuaan, sebenarnya
bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi lebih berlangsung tetap dan
berkepanjangan.
- Lingkungan proses menua secara biologic berlangsung secara alami dan tidak dapat
dihindari. Tetapi, seharusnya dapat tetap diperhatankan dalam status sehat.
- Stress tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan, ataupun
masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan berperngaruh terhadap proses
penuaan.
- Pengalaman hidup : tertapapar matahari, kurang olahraga, mengkonsumsi akohol
Lanjut usia yang meraih successful again adalah tipe lanjut usia yang berhasil banyak
kriterianya untuk dikatakan sebagai lanjut uia (lansia) yang berhasil, dapat dilihat dari sudut
pandang misalnya : fungsi jantung, fungsi kognitif, kesehatan mental da nada juga yang dilihat
dari produktifitas, kondisi ekonomi yang memiliki arti penting bagi kondisi kesehatan lanjut usia.
Selain itu ada yang melihat dari panjangnya umur, sebagai tanda kesehatan fisik mental sesorang.
Seharusnya lansia menikmati hari tuanya bersama keluarga, tentunya adat dan budaya yang ada
dimasyarakat. Orang yang umumnya lebih tua harus dihormati, dihargai dan dibahagiakan oleh
orang yang lebih muda.

2.3 Perubahan Pada Lansia


Menua atau menjadi tua merupakan proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya. Menua ditandai kehilangan secara Progresif Lean Body Mass (LBM = jaringan
aktif tubuh) yang sudah dimulai sejak usia 40 tahun disertai dengan menurunnya metabolisme
basal sebersar 2% setiap tubuh yang disertai dengan perubahan disemua system didalam tubuh
manusia. perubahan pada lansia menuntut penyesuaian apabila penyesuaian tidak berhasil akan
muncul masalah di antaranya : Ketidakberdayaan yang dapat menyebablan ketergantungan pada
lansia, ketidakpastian ekonomi memerlukan perubahan total dalam pola hidup, mencari teman
baru untuk mendapatkan ganti mereka yang meninggal atau pindah, mengembangkan aktivitas
baru untuk mengisi waktu luang yang banyak, belajar memperlakukan anak-anak yang telah
dewasa.
Adapun perubahan-perubahan yang kemungkinan terjadi pasa lanjut usia, yaitu :
perubahan fisik misalnya ( mata: terjadi presbiopi dengan kehilangan akomodasi, penurunan
pupil, perubahan warna Kristal yang terakumulasi dapat menimbulkan katarak, penurunan
produksi air mata, pendengaran : penurunan daya tangkap membrane timpani, rambut menjadi
panjang dan tebal, kult tipis dan kering, perabaan : perubahan keb akan sentuhan dan sensasi
taktil, pengecap :perubahan kemmapuan pengecapan dirasakan sebagai kehilangan kenikmatan
dalam kehidupan, penciuman : pilek, obstruksi hidung, dll), perubahan mental tidak berkurang
dengan infromasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan
keterampilan psikomotor, prubahan-perubaha psikososial ( Pensiun, merasakan/sadar akan
kematian, perubahan cara hidup, ekonomi, meningkatnya biaya hidup, munculnya penyakit kronis
) perkembangan spiritual ( Agama/ kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan, lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaannya, perkembangan spiritual pada usia 70 tahun )
Pendapat lain yang menjelaskan mengenai perubahan lansia pun juga ada, dimana pada
fase perubahan lansia menimbulkan beberapa masalah dalam kehidupannya antara lain :
- Masalah Fisik
Masalah yang dihadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai melemah, sering terjadi radang
persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat , indra penglihatan yang mulai
kabur, indra pendengaran yang mulai berkurng serta daya tahan tubuh yang menurun
sehingga sering sakit.
- Masalah Kognitif ( Intelektual )
Masalah yang dihadapi lansia terkait dengan perkembangan kognitif adalah melemahnya
daya ingat terhadap suatu hal (pikun) dan sulit untuk bersoialisasi dnegan masyarakat sekitar.
- Masalah Emosiaonal
Emosional adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat kuat, sehingga tingkat
perhatian lansia kepada keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering marah
apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stress akibat
masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
- Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan spiritual adalah kesulitan untuk
menghapal kitab suci karena daya ingat yang mulai menurun .

2.4 Posyandu Lansia


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tetang
kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas. Semkain besar jumlah penduduk lansia di Indonesia membawa
dampak positif maupun negative. Berdampak positif, apabila penduduk lansia berada dalam
keadaan sehat, aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya jumlah penduduk lansia menjadi beban
jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang berakibat pada peningkatan biaya
pelayanan kesehatan. Penurunan pendepatan/pengahasilan peningkatan manfaat dari lansia yang
melakukan kunjungan ulang keposyandu lansia mereka mengetahui penyakit yang dialami dan
juga mereka dapat bersosialisasi bertukar pikiran dengan sesame lansia sehingga para lansia tidak
merasa kesepian dan sendiri.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia adalah suatu wadah pelayanan kesehatan yang
menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Di samping pelayanan
kesehatan, posyandi lansia juga memberikan pelayanan social, agama, pendidikan, keterampilan,
olahraga, seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu
posyandu lansia membantu memacu lasia agar dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi
diri (Kemenkes, 2014)
Posyandu lansia memiliki banyak manfaat bagi para lansia, tetapi masih banyak lansia
yang datang keposyandu bahkan ada juga yang masuh belum pernah datang ke posyandu dengan
berbagai alasan. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kunjungan lansia keposyandu masih
sangan rendah pelaksanaannya terkhusus di Indonesia.
Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra lansia (45-
59 tahun). Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada lansia yaitu dengan memperhatikan faktor-
faktor risiko yang harus dihindari untuk mencegah berbagai penyakit yang mungkin terjadi.
Kemudian perlu juga memperhatikan faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan lansia. Upaya yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan pada lansia antara lain pelayanan geriatri di rumah sakit, pelayanan kesehatan di
puskesmas, pendirian home care bagi lansia yang berkebutuhan khusus, dan adanya Pos
Pelayanan Terpadu  (Posyandu)  Lanjut  Usia  atau  Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).
Pelayanan kesehatan ini tidak hanya memberikan pelayanan pada pada upaya kuratif, melainkan
juga menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif. Berbagai pelayanan kesehatan tersebut,
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup

a. Tujuan Pelayanan Kesehatan pada Lansia


1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang setinggitingginya,
sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan mental
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kemandirian yang
optimal
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada lansia
yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat mengadapi
kematian dengan tenang dan bermartabat
5. Fungsi pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat informasi
pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat
pemberdayaan lansia.

b. Pendekatan erawatan Lansia


1. Pendekatan Fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian
yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh,
tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik secara umum bagi
pasien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni :
- Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih
mampu melakukan sendiri.
- Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan
pasien lanjut usia ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan
keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya. kebersihan
perorangan (personal hygiene) sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang
diperhatikan.

2. Pendekatan Psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada pasien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknnya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan. Perawat harus
selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service. Bila perawat
ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang
dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar dimasa lanjut usia ini
mereka dapat merasa puas dan bahagia.

3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Perawat
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lajut usia untuk
mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan pagi, menonton
film, atau hiburan-hiburan lain. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui
dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat
kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para pasien lanjut usia.

4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang di anutnya, terutama bila pasien lanjut usia dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian

c. Prinsip Etika Pada Pelayanan Kesehatan Lansia


- Empati
istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar pengertian yang dalam”artinya
upaya pelayanan pada lansia harus memandang seorang lansia yang sakit dengan
pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga
tidak memberi kesan over protective dan belas-kasihan. Oleh karena itu semua petugas
geriatrik harus memahami peroses fisiologis dan patologik dari penderita lansia.
- Non Maleficence dan Beneficence
Pelayanan pada lansia selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik
dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm). Sebagai contoh,
upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian
analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina) yang cukup, pengucapan kata-kata
hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan
- Otonomi
yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya,
dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan,
akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat
membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran, seringakali hal ini
dibantu (atau menjadi semakin rumit ?) oleh pendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki,
prinsip otonomi berupaya untuk melindungi penderita yang fungsional masih kapabel
(sedangkan non-maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita yang
inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah memakai prinsip paternalisme,
dimana seseorang menjadi wakil dari orang lain untuk membuat suatu keputusan
(misalnya seorang ayah membuat keputusan bagi anaknya yang belum dewasa).

d. Sasaran Posyandu Lansi


Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran tidak Iangsung. Sasaran
langsung adalah prausia lanjut (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), dan usia lanjut risiko
tinggi, yaitu usia lebih dan 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung adalah keluarga di mana usia lanjut berada,
masyarakat tempat lansia berada, organisasi sosial, petugas kesehatan, dan masyarakat luas
(Sunaryo, 2015). Sasaran posyandu lansia menurut (Depkes, 2006), dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
- Sasaran langsung meliputi kelompok pra usia lanjut usia 45 s.d 59 tahun, kelompok
lansia 60 tahun keatas, dan kelompok lansia risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
- Sasaran tidak langsung adalah keluarga yang mempunyai lansia, masyarakat di
lingkungan lansia berada, organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan lansia,
masyarakat luas.

e. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Mekanisme pelayanan posyandu lansia terdiri atas 5 meja, yaitu :
- Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader mencatat lansia
tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register kemudian menuju meja selanjutnya.
- Meja 2 : Tempat pengukuran dan penimbangan berat badan.
- Meja 3 : Pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan, Indeks Masa
Tubuh (IMT), dan mengisi KMS.
- Meja 4 : Tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan pojok gizi, Penyuluhan
kesehatan individu berdasarkan KMS, serta pemberian PMT.
- Meja 5 : Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil pemeriksaan
kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk
selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatan (Sulistyorini, 2010).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang proses penuaan yang terjadi pada
manusia pada umur 60 tahun (Sofia, 2014). Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas, namun terdapat beberapa batasan-batasan umur yang mencakup batasan
umur orang yang masuk di dalam kategori lansia diantaranya adalah 60 tahun dan 60-74 tahun
baik pria maupun wanita.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan
dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan
jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit.
posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lanjut usia di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, dan di gerakkan oleh masyarakat agar lanjut usia
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai dan merupakan kebijakan pemerintah untuk
pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
social.

3.2 Saran
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui, asuhan
keperawatan yang akan diberikan kepada klien yaitu pada lansia. Bagi keluarga klien juga harus
mengetahui cara-cara asuhan pada lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan
lebih baik dan nyaman.
Paper ini hanya mencakup ringkasan materi-materi umum Konsep Asuhan Keperawatan
Gerontik 1, sehingga masih diperlukan referensi-referensi lain dalam menyusun paper maupun
pembuatan tugas lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik.


Depkes. (2006). Pedoman Umum Pengelolahaan Posyandu.
Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Indonesia.
Santoso, M. D. Y. (2019). Dukungan Sosial Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia : Review Article.
Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 5(1), 33–41. https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v5i1.104.
Siti Nur Kholifah, Skm. M.Kep, S. K. (2016). Buku Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN).
Stanley, M., & Beare, P. . (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Sunaryo. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik.
Wahyudi Nugroho. (2006). Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3.

Anda mungkin juga menyukai