Anda di halaman 1dari 8

AGROVETERINER Vol.1,No.

1,Desember-2012

EFFECT OF WASTE MILK ON THE PERFORMANCE OF MALE BROILER

Sunaryo Hadi Warsito1) Mochammad Nur Alim2), Wurlina3)


1)DepartemenPeternakan, 2)Mahasiswa, 3)Departemen Reproduksi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

ABSTRACT

The aim of this study was to know the effect of waste milk in comercial feed for the
feed consumption, body weight gain and feed convertion male broiler. This research used
complete randomized design with 5 treatments and 10 replications. Five treatment groups
were, P0 (control); P1 (commercial food + 2,5% waste milk of total feed); P2 (commercial food
+ 5% waste milk of total feed); P3 (commercial food + 7,5% waste milk of total feed); P4
(commercial food + 10% waste milk of total feed). The process of this research was started
from 3 until 5 weeks old chicken. The data were analyzed with Analysis of Variant statistic
method and the Duncan’s Multiple Range Test was used. The result indicated that there
significantly difference (p<0,05) on the feed consumption, body weight gain and feed
convertion.

Key Word : Waste Milk, performance, broiler.

Pendahuluan
Keberhasilan usaha beternak ayam Pemanfaatan susu afkir merupakan
pedaging ditentukan oleh empat faktor salah satu alternatif untuk menekan biaya
dasar yang sangat berperan antara lain pakan pada ternak dengan ditambahkan
adalah pemilihan bibit unggul (breeding), pada pakan ayam pedaging, dengan
kualitas dan kuantitas pakan (feeding), tata pemberian susu afkir diharapkan bisa
laksana pemeliharaan (management) serta mempercepat masa panen sehingga
pengendalian penyakit (Putri, 2011), kebutuhan pakan ayam pedaging juga lebih
sedangkan pakan merupakan faktor yang hemat. Susu afkir merupakan susu yang
paling banyak membutuhkan biaya dalam sudah tidak dipakai atau tidak dikonsumsi
usaha peternakan ayam pedaging yaitu 65 lagi oleh manusia, selain itu harga juga
% - 75 % dari seluruh biaya produksi lebih murah bila dibandingkan dengan
(Santoso, 1999). Selain itu akhir-akhir ini harga susu yang tidak diafkir (Sawitri dkk,
permasalahan dalam masyarakat adalah 1998). Susu afkir bisa dikatakan sisa-sisa
harga pakan dari hari ke hari semakin susu bubuk yang menempel pada alat
mahal, sedangkan kualitasnya semakin produksi atau juga bisa disebut jenis susu
menurun. Dengan keadaan yang serba sulit yang mempunyai kualitas yang tidak
seperti itu peternak harus mampu diinginkan di akhir proses produksi, tetapi
mengganti seluruh atau sebagian bahan- kadar nutrisi dari susu afkir tidak jauh
bahan yang diperlukan dengan bahan lain berbeda dengan susu yang tidak diafkir
yang lebih murah, mudah diperoleh dan (Irianto, 2011).
mempunyai gizi tinggi (Santoso, 1987).

17
Warsito: Effect of waste…………

Komponen-komponen susu afkir tambahan zat nutrisi mikro pada ransum


adalah zat nutrisi makro dan zat nutrisi akan dapat meningkatkan konsumsi pakan
mikro. Zat nutrisi makro meliputi protein, dan pertumbuhan pada ayam pedaging
lemak dan laktosa. Kandungan zat nutrisi sehingga berdampak baik pada
makro rata-rata susu afkir per 100 gram peningkatan berat badan dan dapat
adalah protein 25,8 %, lemak 0,9 %, laktosa menurunkan angka konversi pakan ayam
4,6 %. Kadar zat nutrisi mikro pada susu pedaging jantan (Wahju, 2004). Sampai saat
bubuk afkir sangat komplit, seperti vitamin, ini sudah banyak peternak yang
mineral dan asam amino. Vitamin yang memanfaatkan susu afkir dengan
terdapat di dalam lemak susu yaitu vitamin menambahkan pada pakan ayam pedaging,
A, D, E, K, sedangkan vitamin yang larut di tetapi belum pernah ada penelitian tentang
dalam susu yaitu vitamin B kompleks, hal tersebut.
vitamin C, vitamin A dan vitamin D Penambahan susu afkir diharapkan
(Widodo, 2002). Vitamin yang larut di dapat memperbaiki kualitas ransum dan
dalam susu yang terpenting ialah vitamin meningkatkan proses pencernaan dan
B1, B2, asam nikotinat, dan asam pantotenat penyerapan zat nutrisi ransum (Katsir,
(vitamin B5). Mineral yang terkandung 2003). Ketersediaannya tambahan zat
dalam susu bubuk adalah kalsium, nutrisi mikro pada ransum akan dapat
magnesium, fosfor (Poedjiadi, 2006). meningkatkan pertumbuhan pada ayam
Pakan tambahan dalam ransum pedaging sehingga berdampak baik pada
berfungsi untuk melengkapi atau performan ayam pedaging. Berdasarkan hal
meningkatkan ketersedian zat nutrisi mikro tersebut di atas perlu dicoba usaha untuk
yang seringkali kandungannya dalam memanfaatkan susu afkir sebagai
ransum kurang atau tidak sesuai standar. penambahan pakan pada ternak ayam
Tujuannya tidak lain ialah memperbaiki pedaging (Tarka et al, 1978), selain itu susu
kualitas ransum dan meningkatkan proses afkir merupakan alternatif dalam usaha
pencernaan dan penyerapan zat nutrisi penganekaragaman pakan ternak.
ransum (Katsir, 2003). Ketersediaannya

Materi dan Metode


Bahan yang digunakan meliputi sebagai kandang perlakuan dibuat dari
pakan komersial, susu afkir dan ayam kayu dan dibagi atas beberapa petak.
pedaging jantan strain Ross (CP 707) Kandang baterai ini juga dilengkapi oleh
berumur satu hari sebanyak 50 ekor. tempat pakan dan minum serta tempat
Kandang yang digunakan ada dua penampung kotoran.
macam, yaitu kandang indukan dan Pakan pada anak ayam umur satu
kandang perlakuan yang berupa kandang hari hingga dua minggu menggunakan
baterai. Kandang indukan terbuat dari kayu pakan komersial, sedangkan saat ayam
dengan lantai dilapisi kertas koran dan berumur tiga minggu hingga lima minggu
dilengkapi dengan tempat makan dan diberi pakan komersial ditambahkan susu
minum yang terbuat dari plastik serta afkir dengan beberapa persentase. Selama
dilengkapi pula dengan empat buah lampu perlakuan, hewan coba ditimbang bobot
pijar berkekuatan 60 watt sebagai pemanas. hidupnya dengan menggunakan timbangan
Sekeliling kandang dilapisi dengan karung analitik. Timbangan analitik juga
agar ayam tetap hangat dan mencegah suhu digunakan untuk menimbang susu afkir
dingin yang masuk. Kandang baterai dan pakan komersial.

2
Warsito: Effect of waste…………

Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan, yang berbeda, yaitu P0, P1, P2, P3 dan P4
yaitu secara ad libitum.
P0 : pakan komersial tanpa penambahan Sebelum diberikan pakan perlakuan
susu afkir (kontrol), semua ayam ditimbang untuk mengetahui
P1 : pakan komersial + 2,5% susu afkir, berat badan awalnya. Setiap minggu
P2 : pakan komersial + 5% susu afkir, dilakukan penimbangan berat badan (pada
P3 : pakan komersial + 7,5% susu afkir dan umur 21 hari, 28 hari, dan 35 hari). Setiap
P4 : pakan komersial + 10% susu afkir. hari dilakukan pengumpulan sisa konsumsi
pakan yang dilakukan pada tiap petak
kandang, kemudian ditimbang untuk
Dua minggu sebelum pemeliharaan
mengetahui konsumsi pakan setiap ayam.
ayam pedaging dilaksanakan, kandang
Hal ini berlangsung hingga masa panen
baterei dibersihkan dan didesinfektan
yaitu pada akhir minggu kelima. Total
dengan Biocid, sedangkan lokasi kandang
waktu perlakuan selama 21 hari.
dibersihkan dan difumigasi dengan
Pengambilan data untuk
campuran antara KMnO4 dan formalin.
pertambahan berat badan dilakukan pada
Lampu dinyalakan terlebih dahulu sebelum
awal masa perlakuan dan hari terakhir
ayam pedaging dimasukkan, supaya suhu
perlakuan. Pertambahan berat badan
di dalam kandang menjadi hangat.
diukur dengan menimbang berat badan
Pada minggu kedua (umur 14 hari)
pada masa awal perlakuan dan berat badan
hewan coba dari kandang indukan
akhir masa perlakuan. Pertambahan berat
dipindahkan ke kandang perlakuan yaitu
badan dihitung dengan
kadang baterei secara acak menjadi lima
Nilai konversi pakan dihitung
kelompok yang masing-masing terdiri atas
dengan cara menghitung jumlah total
sepuluh ulangan. Kelima kelompok
pakan yang dikonsumsi selama tiga minggu
tersebut mulai diberikan pakan perlakuan
perlakuan dibagi dengan pertambahan
berat badan dalam kurun waktu yang sama.

Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian yang telah pedaging jantan menunjukkan perbedaan
dilakukan terhadap pengaruh pemberian yang nyata atara perlakuan.
susu afkir terhadap performan ayam

Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Pakan Kumulatif tiap Ekor Ayam Pedaging Jantan
Perlakuan X ± SD

P0 171,13a ± 2,44
P1 172,63a ± 2,66
P2 177,59b ± 5,06
P3 177,62b ± 2,54
P4 177,81b ± 2,21
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata antar perlakuan.

2
AGROVETERINER Vol.1,No.1,Desember-2012

Konsumsi rata-rata ayam pedaging Hasil berbeda nyata juga


berurutan P0, P1, P2, P3, P4 adalah 171,13; dimungkinkan oleh adanya kandungan gizi
172,63; 177,59; 177,62; 177,81. Dari data terutama energi metabolisme dalam ransum
tersebut menunjukkan bahwa susu afkir perlakuan yang mempunyai perbedaan
dapat meningkatkan konsumsi pakan (3277,79; 3283,09; 3288,14; 3292,95; 3296,55)
ayam, hal ini disebabkan susu afkir Kkal/Kg. Memperhitungkan energi
memberikan bau dan rasa yang baik pada metabolisme penting untuk mengetahui
pakan sehingga ayam akan menyukai tinggi rendahnya energi pakan, sebab bila
pakan yang diberi susu afkir dan pakan mengandung energi yang rendah
berdampak pada konsumsi pakan menjadi maka konsumsi pakan dari ayam tersebut
tinggi. Jumlah pakan yang dikonsumsi juga juga akan rendah pula dan pada ayam yang
dipengaruhi faktor besar hewan, keaktifan, mengandung energi yang tinggi konsumsi
temperatur, lingkungan dan tingkat energi pakan ayam juga akan menjadi tinggi,
dalam pakan. Jika kebutuhan energi sudah selain itu energi metabolisme yang tinggi
terpenuhi secara naluriah, ayam akan juga bisa menyebabkan ayam menjadi lebih
berhenti mengkonsumsi pakan secara aktif sehingga konsumsi pakannya juga
sendirinya. tinggi (Putri, 2011).

Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Berat Badan Kumulatif tiap Ekor Ayam Pedaging Jantan
Perlakuan X ± SD

P0 955,90a ± 122,31
P1 1069,50ab ± 143,47
P2 1160,90bc ± 174,24
P3 1222,80c ± 157,89
P4 1272,60c ± 187,42
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata antar perlakuan.

Hasil perhitungan pertambahan dalam pengukuran pertumbuhan setelah


berat berat badan menunjukkan perbedaan mencapai jangka waktu tertentu
yang nyata ( p < 0,05 ). Pertambahan berat (Hardiyanto, 2000).
badan pada P0, P1, P2, P3, P4 berturut-turut Rendahnya konsumsi pakan dapat
adalah 955,90; 1069,50; 1160,90; 1222,80; menyebabkan berkurangnya berat badan
1272,60. ayam (Tillman dkk, 1998). Perlakuan tanpa
Pertambahan berat badan dimulai pemberian susu afkir (P0) memiliki
sejak terjadinya pembuahan sampai dewasa konsumsi ransum paling rendah, sehingga
atau dapat diartikan sebagai perubahan kemungkinan besar asupan zat nutrisi ke
ukuran yang meliputi perubahan berat dalam tubuh menjadi berkurang. Berbeda
hidup dan komposisi tubuh seperti otot, dengan konsumsi pakan P2, P3 dan P4 yang
lemak, tulang dan organ tubuh (Agustin, tinggi, sehingga asupan nutrisi yang masuk
2010). Pertambahan berat badan dalam hal ke dalam tubuh cukup yang berdampak
ini dianggap sebagai salah satu kriteria pada peningkatan berat badan bila
Warsito: Effect of waste…………

dibandingkan dengan P0. Kandungan Energi metabolisme dipergunakan terutama


energi dan nutrisi yang meliputi protein, untuk pertumbuhan sel-sel tubuh,
karbohidrat, lemak, serat kasar, kalsium, menyelenggarakan keaktifan fisik dan
bahan kering, BETN serta energi mempertahankan temperatur tubuh
metabolisme yang memiliki sedikit (Wahju, 2004), sehingga semakain tinggi
perbedaan juga dapat berpengaruh pada energi metabolisme pada ransum maka
pertambahan berat badan. semakin tinggi pula konsumsi pakan dan
Protein merupakan zat nutrisi berakibat pertambahan berat badan ayam
utama yang berguna untuk pertumbuhan tersebut semakin tinggi juga. Faktor lain
dan pembentukkan sel-sel baru pada organ- yang mempengaruhi kecepatan
organ tubuh. Semakin tinggi kandungan pertumbuhan ayam pedaging adalah tipe
protein yang dikonsumsi, pertumbuhan ayam, jenis kelamin, pakan yang diberikan,
yang terjadi juga semakin besar dan tata laksana dan temperatur lingkungan
sebaliknya jika protein yang dikonsumsi (Rasyaf, 2001).
kurang maka pertumbuhan akan terhambat Pertambahan berat badan masing-
(Nasution, 2009). Serat kasar dalam ransum masing perlakuan yang berbeda nyata
perlakuan rata-rata 4 %. Serat kasar yang menunjukkan bahwa susu afkir dapat
dipecah menjadi karbohidrat sederhana dan diberikan pada campuran pakan ayam
dimetabolisme oleh ternak dapat menjadi pedaging. Hal ini dimungkinkan karena
sumber energi bagi ayam. Lemak yang pada susu afkir dapat meningkatkan
terkandung dalam pakan berkisar 10 % konsumsi pakan dan memiliki palatabilitas
pada semua perlakuan. Lemak berfungsi tinggi sehingga pakan yang diberikan
untuk sumber energi dan cadangan dengan tambahan susu afkir sebagian besar
makanan bagi ayam (Ustadzah, 2009). bisa tercerna dengan baik menjadi daging
Energi metabolisme dalam ransum serta akan berdampak pada peningkatan
perlakuan antara 3277 – 3296 Kkal/kg. pertambahan berat badan ayam pedaging.

Tabel 3. Rata-rata Konversi Pakan Kumulatif Ayam Pedaging Jantan


Perlakuan X ± SD

P0 2,54c ± 0,31
P1 2,30bc ± 0,31
P2 2,18ab ± 0,26
P3 2,06ab ± 0,26
P4 1,97a ± 0,19
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata antar perlakuan.

Hasil analisis statistik menunjukkan maupun P0 (2,54 ± 0,31). Pada P4, meskipun
bahwa konversi pakan P0, P1, P2, P3 dan P4 pada konsumsi pakan relatif sama dengan
adalah (2,54; 2,30; 2,18; 2,06; 1,97). P2 dan P3, tetapi pertambahan berat badan
Penurunan konversi pakan terjadi pada P4 yang dihasilkan lebih tinggi sehingga
(1,97 ± 0,19) bila dibandingkan dengan P3 didapatkan konversi pakan yang lebih
(2,06 ± 0,26), P2 (2,18 ± 0,31), P1 (2,30 ± 0,31) rendah.

2
Warsito: Effect of waste…………

Hasil analisis statistik menunjukkan juga akan tinggi, hal ini disebabkan serat
bahwa konversi pakan P0, P1, P2, P3 dan P4 kasar akan terbuang menjadi kotoran.
adalah (2,54; 2,30; 2,18; 2,06; 1,97). Konversi pakan pada masing-
Penurunan konversi pakan terjadi pada P4 masing perlakuan yang berbeda nyata
(1,97 ± 0,19) bila dibandingkan dengan P3 menunjukkan bahwa susu afkir dapat
(2,06 ± 0,26), P2 (2,18 ± 0,31), P1 (2,30 ± 0,31) meningkatkan daya cerna ayam pedaging.
maupun P0 (2,54 ± 0,31). Pada P4, meskipun Hal ini sesuai dengan pendapat Anggorodi
pada konsumsi pakan relatif sama dengan (1994), bahwa besar kecilnya konversi
P2 dan P3, tetapi pertambahan berat badan pakan dipengaruhi oleh daya cerna ternak,
yang dihasilkan lebih tinggi sehingga kualitas pakan yang dikonsumsi, serta
didapatkan konversi pakan yang lebih keserasian nilai nutrien yang dikandung
rendah. pakan tersebut. Semakin kecil konversi
Konversi pakan ayam pedaging pakan maka akan semakin menguntungkan
didapatkan dari data konsumsi pakan dan karena semakin sedikit jumlah konsumsi
pertambahan berat badan, yaitu konsumsi untuk menghasilkan daging selama waktu
pakan ayam pedaging selama penelitian penelitian (Nasution, 2009).
dibagi dengan pertambahan berat badan
selama penelitian. Jumlah konsumsi pakan Kesimpulan
akan sangat mempengaruhi nilai konversi Kesimpulan yang dapat diambil dari
(Nasution, 2009). Semakin rendah konversi penelitian ini adalah :
pakan maka semakin efisien, karena 1. Pemberian susu afkir pada
semakin sedikit pakan yang dibutuhkan persentase 5% dapat
untuk menghasilkan per unit pertambahan meningkatkan konsumsi pakan
berat badan dalam jangka waktu tertentu. ayam pedaging jantan.
Pada pakan perlakuan yang ditambah susu 2. Pemberian susu afkir pada
afkir menunjukkan perbedaan yang nyata persentase 5% dapat
terhadap kontrol, hal ini disebabkan susu meningkatkan pertambahan
afkir mempunyai kandungan zat nutrisi ayam pedaging jantan.
mikro (vitamin, mineral dan asam amino) 3. Pemberian susu afkir pada
yang komplit, sehingga dapat menurunkan persentase 5% dapat
angka konversi pakan, selain itu kandungan menurunkan angka konversi
serat kasar yang rendah pada 3,42 pakan ayam pedaging jantan.
sedangkan pada pakan komersial adalah
4,04. Ayam merupakan ternak dengan
sistem pencernaan monogastrik, sehingga
ayam tidak dapat mencerna serat kasar
dengan baik. Pakan dengan kandungan
serat kasar yang tinggi konversi pakannya

Irianto, A. 2011. Pengaruh Pemberian


Yoghurt Susu Afkir yang
Daftar Pustaka Diperkaya Nata de Coco dalam
Mengendalikan Kolesterol Darah
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak
Umum. PT. Gramedia Pustaka Tikus Putih. Fakultas Biologi
Universitas Jendral Soedirman.
Utama. Jakarta.
Purwokerto.

2
Warsito: Effect of waste…………

Katsir, I. 2003. Pentingnnya Suplementasi Menjadi Kefir Sebagai Makanan


Ransum. Info Medion. Bandung. Sehat dalam Upaya Menciptakan
Wirausaha Baru di Daerah Sentra
Kusriningrum, R. 2008. Dasar Perencanaan Produksi Susu di Jawa Timur.
Percobaan. Fakultas Kedokteran Mitra Akademika. UNIBRAW.
Hewan Universitas Airlangga. Malang.
Surabaya.
Tarka, S.M., B.L. Zoumas and G.A Trout.
Nasution, E. Z. J. 2009. Pemanfaatan Isi 1978. Elimination of The Effect
Rumen yang Difermentasi Cacao Shells and Theobromine in
Dengan Probiotik sebagai Lamb. Nutrition Report Inter-
Substitusi Bekatul terhadap nasional. 18 : 301 – 312.
Performan Ayam Pedaging.
Skripsi Fakultas Kedokteran Tillman, A. D., H. Hartadi, S.
Hewan Universitas Airlangga. Reksohadiprojo, S. Prawiro-
Surabaya. kusumo dan S. Lebdosoekojo.
1998. Ilmu Makanan Ternak
Poedjiadi, A. 2006. Kajian Pustaka Susu Dasar. Gadjah Mada University
Skim. UPI. Bandung. Press. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada.
Putri, I. 2011. Pemberian Tepung Limbah
Yogyakarta.
Tempe Fermentasi Sebagai
Subtitusi Jagung Terhadap Ustadzah. 2009. Pemanfaatan Tepung
Konsumsi dan Efisiensi Pakan
Limbah Tempe Fermentasi
Ayam Pedaging Jantan. Skripsi
Sebagai Subtitusi Jagung
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga. Surabaya. Terhadap Daya Cerna Serat kasar
Dan Bahan Organik Ayam
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Pedaging Jantan. Skripsi Fakultas
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Kedokteran Hewan Universitas
Rasyaf, M. 1995. Pengelolahan Usaha Airlangga. Surabaya.
Peternakan Ayam Pedaging. PT.
Gramedia Pustaka. Jakarta. Wawan, W . 2005. Membuat Pakan Ayam
Ras Pedaging. Agro Media
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging Pustaka. Jakarta.
Cetakan 20. Penebar Swadaya.
Jakarta. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah
Mada University Press.
Santoso, U. 1987. Limbah Bahan Ransum Yogyakarta.
yang Rasional. PT. Bharata Karya
Aksara. Jakarta. Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi
Susu. Pusat Pengembangan
Santoso, U. 1999. Aplikasi Teknologi Bioteknologi. Universitas
Pembatasan Pakan pada Industri Muhammadiyah. Malang.
Broiler. Poultry Indonesia.

Sawitri, M. E., T. E. Susilorini, U.


Wisaptaningsih dan A. S. Widiati.
1998. Memanfaatkan Susu Afkir

Anda mungkin juga menyukai