Akhlak Faizzah 1900024291
Akhlak Faizzah 1900024291
NIM : 1900024291
PRODI : ILMU HUKUM
KELAS : A
Akhlak bersumber pada Alquran yang tidak diragukan lagi keasliannya dan
kebenarannya, dengan Nabi Muhammad SAW). Akhlak Islam adalah sebagai alat untuk
mengontrol semua perbuatan manusia, dan setiap perbuatan manusia diukur dengan suatu
sumber yaitu Alquran dan as-Sunnah. Dengan demikian, manusia harus selalu mendasarkan
pada Alquran dan as-Sunnah sebagai sumber akhlak. Alquran ini merupakan ensiklopedi
konsep normatif umum. Untuk memperjelas, memperluas dan menjabarkannya, baik secara
konseptual maupun praktis, sumber kedua dipakai yaitu as-Sunnah. Dalam bahasa teknisnya
meneladani pemikiran ulama, selama masih bersumber kepada Alquran dan as-Sunnah yang
salah, atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan langsung atau tidak langsung terhadap
kedua sumber tersebut, dapat saja dipakai untuk memperluas, memperdalam, memperjelas
dan memperlancar pengembangan konseptual tentang akhlak dan pengamalannya secara
fungsional.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-
Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [an-
Nisâ’/4:136]
Ini adalah perintah Allah Azza wa Jalla kepada orang-orang yang beriman untuk
meluruskan iman mereka, yaitu dengan keikhlasan dan kejujuran iman, menjauhi perkara-
perkara yang merusakkan iman, dan bertaubat dari perkara-perkara yang mengurangi nilai
iman. Demikian juga agar mereka meningkatkan ilmu dan amalan keimanan. Karena, setiap
nash yang tertuju kepada seorang Mukmin, lalu dia memahami dan meyakininya, maka itu
termasuk iman yang wajib.
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur’ân antara lain dengan hikmah agar
manusia memperhatikan ayat-ayatnya, menyimpulkan ilmunya, dan merenungkan rahasianya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Ini adalah sebuah kitab yang penuh dengan berkah, Kami turunkan kepadamu supaya mereka
memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran. [Shâd/38:29]
4. ITTIBA’ (MENGIKUTI)
Setiap orang sangat membutuhkan rahmat Allah Azza wa Jalla . Namun, apa sarana untuk
meraih rahmat-Nya? Mengikuti al-Qur’ân itulah cara mendapatkan rahmat Allah Azza wa
Jalla , sebagaimana firman-Nya:
َك فَاتَّبِعُوهُ َواتَّقُوا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون َ ََو ٰهَ َذا ِكتَابٌ أَ ْن َز ْلنَاهُ ُمب
ٌ ار
Dan al-Qur`ân itu adalah kitab yang Kami turunkan, yang diberkati, maka ikutilah ia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat. [al-An’âm/6:155]
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada
apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka
hendak berhakim kepada thâghût, padahal mereka telah diperintah mengingkari thâghût itu,
dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. [an-
Nisâ’/4:60]
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al-kitab
(al –Qur`ân) sedang ia (al-Qur’ân) dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (al-
Qur`ân) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
[al-‘Ankabût/29: 51]
C. ADAB – ADAB AKHLAK TERHADAP AL- QUR’AN
1. Hendaklah yang membaca Al-Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan
berniat ingin cari dunia atau cari pujian.
2. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan mulut yang bersih. Bau mulut tersebut
bisa dibersihkan dengan siwak atau bahan semisalnya.
3. Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Namun jika membacanya dalam
keadaan berhadats dibolehkan berdasarkan kesepatakan para ulama.
4. Mengambil tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama
sangat anjurkan membaca Al-Qur’an di masjid. Di samping masjid adalah tempat yang bersih
dan dimuliakan, juga ketika itu dapat meraih fadhilah i’tikaf.
5. Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an. Duduk ketika itu dalam keadaan sakinah
dan penuh ketenangan.
6. Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Bacaan ta’awudz menurut
jumhur (mayoritas ulama) adalah “a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca
ta’awudz ini dihukumi sunnah, bukan wajib.
7. Membaca “bismillahir rahmanir rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat At-
Taubah).
Catatan: Memulai pertengahan surat cukup dengan ta’awudz tanpa bismillahir rahmanir
rahim.
8. Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk
mentadabbur (merenungkan) setiap ayat yang dibaca.
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hadits yang membicarakan tentang perintah
untuk tadabbur banyak sekali. Perkataan ulama salaf pun amat banyak tentang anjuran
tersebut. Ada cerita bahwa sekelompok ulama teladan (ulama salaf) yang hanya membaca
satu ayat yang terus diulang-ulang dan direnungkan di waktu malam hingga datang Shubuh.
Bahkan ada yang membaca Al-Qur’an karena saking mentadabburinya hingga pingsan. Lebih
dari itu, ada di antara ulama yang sampai meninggal dunia ketika mentadabburi Al-Qur’an.”
(At-Tibyan, hlm. 86)
ْ ْﻋﻨَﺪ َرﺑﱢﻪ َوأُﺣﻠﱠ ْﺖ ﻟَُ ُﻜﻢ ْاﻷَ ْﻧـﻌﺎُم إﱠﻻ َﻣﺎ ﻳـ ُْﺘـﻠَﻰ َﻋ ْﻠَﻴُ ْﻜﻢ ﻓَﺎْﺟﺘَﻨﺒُﻮا اﻟﱢﺮْ ﺟ َﺲ ِﻣﻦ ْا
ْ ﻷَوﺛَﺎِن
ِ ﻗَـْ َﻮل اﻟﱡ٦ َواﺟﺘَﻨِﺒُﻮا
ِﺰور َ ِ ِ َ ِ ِ