Anda di halaman 1dari 21

Abstrak

Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di


antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan/atau
tabarru‟ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Asuransi syariah
merupakan pengaturan pengelolaan resiko yang memenuhi ketentuan syariah
tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator syariah
berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam Al-Quran dan Assunah. Dalam
perspektif ekonomi Islam, asuransi dikenal dengan istilah takaful yang berasal
dari bahasa Arab taka-fala-yataka-fulu-takaful yang berarti saling menanggung
atau saling menjamin. Asuransi syariah sebagai salah satu lembaga
keuangan yang berbasis syari’ah berperan penting dalam pembangunan
ekonomi masyarakat. Dengan menghimpun dana dari masyarakat yang
berasal premi yang disetorkan oleh peserta asuransi syariah maka pihak
asuransi syariah dapat menggunakan dana tersebut untuk investasi.
Sehingga pembangunan dalam bidang ekonomi dapat terus berkembang dan
berkelanjutan.

Keyword : Asuransi Syariah, Takaful, Prinsip Syariah.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Asuransi syariah sebagai lembaga bisnis yang berorientasi untuk
mendapatkan keuntungan secara maksimal menjadikan asuransi syariah
lebih dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam menawarkan
produk-produknya. Sehingga masyarakat akan tertarik untuk menjalin
kerjasama dengan pihak asuransi syariah. Dengan demikian, peluang
asuransi syariah untuk memperoleh keuntungan semakin besar.
Asuransi syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang berbasis
syari’ah berperan penting dalam pembangunan ekonomi masyarakat.
Dengan menghimpun dana dari masyarakat yang berasal premi yang
disetorkan oleh peserta asuransi syariah maka pihak asuransi syariah
dapat menggunakan dana tersebut untuk investasi. Sehingga
pembangunan dalam bidang ekonomi dapat terus berkembang dan
berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yaitu fatwa
DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah.
Sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah, bahwa kegiatan operasional utama asuransi
syariah adalah memberikan jasa perlindungan dari berbagai resiko yang
dihadapi oleh perusahaan maupun perorangan dengan prinsip saling
tolong-menolong. Karena kegiatan utama asuransi syariah adalah sebagai
pemberi jasa perlindungan kepada masyarakat kemudian masyarakat
sebagai peserta asuransi syariah menyetor premi asuransi melalui akad
perjanjian yang sudah disepakati bersama yang selanjutnya dana yang

2
sudah dikumpulkan dari premi yang disetorkan masyarakat akan
diinvestasikan ke dalam perusahaan sesuai dengan aturan syari’ah.

Premi yang berhasil dihimpun dari dana yang disetorkan peserta


asuransi syariah sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh
pihak asuransi syariah. Dan merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui jumlah keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Dengan
semakin besar dana yang diperoleh dari premi yang disetorkan peserta
asuransi syariah maka keuntungan yang akan diperoleh perusahaan juga
akan semakin besar.
Perusahaan asuransi syariah dalam memaksimalkan keuntungan
yang akan diperoleh dari premi yang disetor oleh masyarakat tentu
menyediakan berbagai produk yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Sehingga masyarakat akan mempunyai banyak pilihan akad
dan masyarakat dapat memilih sendiri akad dalam asuransi syariah yang
sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, perusahaan asuransi
syariah akan memperoleh pendapatan dari berbagai akad yang diminati
masyarakat, sehingga premi yang akan diperoleh dari masyarakat juga
akan bertambah besar.
Dengan meningkatnya premi asuransi syariah maka pendapatan
yang akan diperoleh perusahaan juga akan meningkat. Dengan kata lain
salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan asuransi syariah adalah
dengan menjual produk-produk yang dimiliki perusahaan kepada
masyarakat. Dan dengan peningkatan penjualan produk-produk asuransi
syariah maka perusahaan akan memperoleh premi asuransi.1
Dari uraian diatas, maka kami dari kelompok 8 tertarik dan membuat
makalah yang berjudul “Mekanisme Pengelolaan dana, Metode Memperoleh
laba, dan jenis usaha serta investasi asuransi syariah”

1
Ahmad Syaichoni, NIM 3221083005, Perbedaan Tingkat Pendapatan Premi Asuransi
Sebelum Dan Pada Saat Adannya Corporate Social Responsibility Di Asuransi Jiwa Bersama
Bumiputera 1912 Syariah Kantor Unit Operasional Tulungagung, Skripsi SI STAIN
Tulungagung, Jurusan Ilmu Syariah Muamalah, Tulungagung, Juli 2012.

3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah di paparkan, untuk mempermudah dalam
penulisan mengenai tema yang akan dibahas, maka kami dari kelompok 10
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah?
2. Bagaimana metode dan skim asuransi syariah memperoleh keuntungan
dan laba?
3. Apa saja sumber pembayaran klaim asuransi syariah?
4. Apa saja jenis usaha dan investasi asuransi syariah?
5. Bagaimana ilustrasi atau aplikasi perhitungan praktis dalam asuransi
syariah?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana mekanisme pengelolaan
dana asuransi syariah.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana metode dan skim asuransi
syariah memperoleh keuntungan dan laba.
3. Untuk mengetahui dan memahami apa saja sumber pembayaran klaim
asuransi syariah.
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja jenis usaha dan investasi
asuransi syariah.
5. Untuk mengetahui dan memahami ilustrasi atau aplikasi perhitungan
praktis dalam asuransi syariah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah


Dalam pengelolaan dana asuransi syariah, tidak memperbolehkan adanya
gharar (ketidakpastian atau spekulasi) dan maisir (perjudian). Dalam investasi
atau menejemen dana tidak diperkenankan adanya riba (bunga). Ketiga
larangan ini adalah area yang harus dihindari dalam praktik asuransi syariah.
Di dalam kontrak asuransi syariah tidak diperkenankan adanya jual beli
ketidakpastian (gharar) antara satu pihak dengan pihak lain.2
Syafi’i Antonio memberikan ilustrasi yang simpel tapi jelas dalam
menjelaskan masalah gharar, “Dalam konsep syariah, masalah gharar, dapat
dieliminir karena akad yang dipakai bukanlah akad tabaduli, tetapi aqad
takafuli atau tolong menolong dan saling menjamin”3
Maisir, yaitu peserta (tertanggung) mungkin memiliki kepentingan yang
dipertanggungkan, tetapi apabila perpindahan risiko(atau pembagian risiko
dalam asuransi syariah) berisi elemen-elemen spekulatif, maka tidak
diperkenankan dalam asuransi syariah.
Untuk menghindari riba dalam asuransi syariah, kontribusi para pesertanya
dikelola dalam skema pembagian risiko (risk sharing) dan bukan sebagai
premi, seperti layaknya pada asuransi konvensional. Dalam ketentuan asuransi
syariah diberlakukan adanya kontribusi dalam bentuk donasi dengan atas
kompensasi (tabarru). Lebih jauh lagi, sumber dana yang berasal dari
kontribusi atau donasi para peserta itu, harus dikelola atau diinvestasikan
berdasarkan ketentuan syariah.
1. Perusahaan Sebagai Pemegang Amanah
2
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani,2004), hlm. 174
3
Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Perspektif Islam: Syarikat Takaful Indonesia, (Jakarta:
1994), hlm. 2.

5
Sistem operasional asuransi syaruah (tafakul) adalah saling
bertanggung jawab, bantu membantu dan saling melindungi antara para
pesertannya. Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan atau amanah
oleh para peserta untuk mengelola premi, mengembangkan dengan jalan
yang halal, dan memberikan santunan kepada yang mengalami musibah
sesuai isi akta perjanjian.
Keberuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana
peserta dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi hasil).
Para peserta tafakul berkedudukan sebagai pemilik modal (sohibul mal)
dan perusahaan tafakul berfungsi sebagai pemegang amanah (mudharib).
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara
para peserta dan perusahaan sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah
disepakati.4
Mekanisme pengelolaan dana peserta (premi) terbagi menjadi dua
system yaitu:
2. Sistem Pada Produk Saving Tabungan ( Ada Unsur Tabungan)
Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi)secara teratur
kepada perusahaan. Besar premi yang dibayarkan tergantung kepada
keuangan peserta. Akan tetapi, perusahaan menetapkan jumlah minimum
premi yang akan dibayarkan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta,
akan dipisah dalam dua rekening yang berbeda.
a. Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik
peserta, yang dibayarkan bila:
- perjanjian berakhir,
- peserta mengundurkan diri
- dan peserta meninggal dunia.
b. Rekening Tabarru’, Yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah
diniatkan oleh peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling
menolong dan saling membantu yang dibayarkan bila:

4
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani 2004), hlm. 177.

6
- peserta meninggal
- dan perjanjian telah berakhir(jika ada surplus dana).
Sistem inilah sebagai implementasi dari akad tafakuli dan akad
mudharabah, sehingga asuransi syariah dapat terhindar dari unsure gharar
dan maisir. Selanjutnya kumpulan dana peserta ini diinvestasikan sesuai
dengan syariat islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah
dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi asuransi), akan dibagi
menurut prinsip al mudharabah. Persentase pembagian mudharabah dibuat
dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara
perusahaan dan peserta, misalnya dengan 70: 30: 60: 40, dan seterusnya.5

Kumpulan premi takaful (peserta) disatukan kedalam “kumpulan dana


peserta” dan akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Tiap
keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi
(klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi menurut prinsip Al-
Mudharabah. Prosentase pembagian mudharabah (bagi hasil) dibuat dalam
suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara
perusahaan dengan peserta. Misalnya seperti gambar diatas perusahaan
mendapat 30% dan peserta 70%.
Keuntungan milik peserta takaful sebesar 70% dari hasil investasi
nantinya akan ditambahkan ke rekening khusus dan rekening tabungan

5
Muhammad Syakir Sula , Ibid, hlm. 177

7
dengan proporsi yang seimbang. Sedangkan keuntungan milik perusahaan
sebesar 30% digunakan untuk operasional perusahaan.6
3. Sistem Pada Produk Non Saving Tidak Ada Tabungan
Setiap premi yang dibayar oleh peserta akan dimasukkan dalam
rekening tabarru’ perusahaan. Yaitu, kumpulan dana yang telah diniatkan
oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan
saling membantu dan dibayarkan bila:
-peserta meninggal dunia
- dan perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana).
Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat
islam. Keuntungan hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi
(klaim dan premi reasuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan
menurut prinsip al- mudharabah dalam suatu perbandingan tetap
berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan (tafakul) dan peserta
lainnya.7

Premi tersebut dikelompokkan dalam “kumpulan dana peserta” yang


akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Keuntungan dari hasil
investasi itu juga dimasukkan ke dalam “kumpulan dana peserta”.
Keuntungan yang telah diperoleh dari hasil investasi setelah dikurangi
dengan beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi). Apabila terdapat

6
Sanabila, Sistem Pengelolaan Dana Dengan Unsur Tabungan Pada Asuransi Syariah
(Tafakul), Diakses dari www.sanabila.com/2015/07/sistem-pengelolaan-dana-dengan-unsur.html?
m=1, Senin 23 April 2019 pukul 18.27 WIB.
7
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani 2004), hlm.178-179.

8
kelebihan akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip Al-
Mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian
kerjasama antara perusahaan dengan peserta.
Bagian keuntungan peserta akan dikembalikan kepada peserta yang
tidak terkena musibah sesuai dengan perjanjian. sedangkan keuntungan
yang menjadi hak perusahaan digunakan untuk operasional perusahaan.8

B. Metode Dan Skim Asuransi Syariah Memperoleh Keuntungan Dan Laba


Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti
Perseroan Terbatas (PT), sumber biaya operasional menjadi sangat
menentukan dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan industri. Lain
halnya dengan asuransi syaria yang berbentuk sosial, mutual atau koperasi,
disini peran pemerintah harus dominan terutama dalam memberikan subsidi
ditahap awal berdirinya asuransi tersebut. Asuransi syariah yang bersifat sosail
tentu tida terlampau mengutamakan aspek bisnis atau perolehan profil. Tetapi
lebih mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi anggotanya
sebagaimana fungsi utama asuransi syariah, yaitu wataawanu alal birri
wattaqwa ‘saling menolong dalam kebajikan dan taqwa’.9
a. Bagi hasil surplus underwriting
Bagi hasil surplus underwriting adalah bagi hasil yang diperoleh
dari surplus underwriting, yang dibagi secara proporsional antara peserta
(shohibul mal) dan pengelola (mudharib) dengan nisbah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan, untuk produk-produk non saving
dalam asuransi jiwa, surplus underwriting juga merupakan sumber biaya
operasional. Surplus underwriting diperoleh dari kumpulan dana peserta
yang diinvestasikan, lalu dikurangi biaya-biaya atau beban asuransi seperti
reasuransi dan klaim. Kemudian surplus tersebut dibagi hasil antara

8
Sanabila, Sistem Pengelolaan Dana Dengan Unsur Tabungan Pada Asuransi Syariah
(Tafakul), Diakses dari www.sanabila.com/2015/07/sistem-pengelolaan-dana-dengan-unsur.html?
m=1, Senin 23 April 2019 pukul 18.27 WIB.
9
Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 90.

9
peserta dan perusahaan. Bagian perusahaan inilah yang diambil sebagai
biayaoperasional sebelum menjadi profit perusahaan.
b. Bagi hasil investasi
Bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara
proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan, baik dari
hasilinvestasi dana rekening tabungan peserta maupun dari rekening
tabarru’.Setelah dana peserta dibayarkan, dan terkumpul dalam total dana
peserta,kemudian diinvestasikan. Profit yang diperoleh dari investasi
kemudiandilakukan bagi hasil antara peserta dan pengelola atau
perusahaan asuransi.
c. Dana Pemegang Saham
Dana pemegang saham adalah dana yang disiapkan oleh para
pemegang saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap
awal berdirinya perusahaan dana setelah perusahaan berjalan, beserta hasil
investasi atas dana tersebut. Atau, dengan kata lain, akumulasi laba
ditambah modal yang disetor oleh pemegang saham.
d. Loading (Kontribusi Biaya)
Loading adalah konstribusi biaya yang diberikan kepada peserta,
yang pada asuransi konvensional biasanya diambil dari premi tahun
pertama dan kedua. Pengertian biaya loading pada asuransi syari’ah adalah
konstribusi biaya yang daimbil dari sebagian kecil konstribusi peserta
(premi) tahun pertama, misalnya 20%-30% dari premi tahun pertama.
Biaya tersebut terutama diperuntukkan untuk komisi agen dan biaya
penagihan (incaso).10

C. Sumber Pembayaan Klaim Asuransi Syariah


Klaim adalah aplikasi oleh peserta untuk memperoleh pertanggungan atas
kerugiannya yang tersedia berdasarkan perjanjian dan merupakan proses yang

10
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani 2004), hlm. 180-181

10
mana peserta dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian tersebut.
Penting bagi pengelola asuransi syariah untuk mengatasi klaim secara efisien.
Pada asuransi syariah, sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening
tabarru’. Yaitu rekening dana tolong-menolong dari seluruh peserta yang sejak
awal sudah diakadkan dengan ikhlas oleh peserta untuk keperluan saudara-
saudarannya apabila ada yang ditakdirkan Allah meninggal dunia atau
mendapat musibah kerugian materi, kecelakaan dan sebagainnya.
Dalam paradigm masyarakat yang islami dan memahami makna bertafakul
atau saling tolong-menolong dengan landasan dan sistem asuransi yang
berlandaskan syariat Islam, maka pengeluaran dana tabarru’ benar-benar
dihayati dalam konteks ibadah semata-semata hanya mengharapkan pahala
ridha Allah , selain itu tidak.11
Allah berfirman:

ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ أَ ْم َوالَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة أَ ْنبَت‬
َ ُ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُكلِّ ُس ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة َوهَّللا ُ ي‬
‫ضا ِعفُ ِل َم ْن‬
‫يَ َشا ُء َوهَّللا ُ َوا ِس ٌع َعلِي ٌم‬

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah: 261)
Dalam hadits:
“Barang siapa yang memenuhi hajat saudarannya, Allah akan memenuhi
hajatnya” ( H.R Bukhari dan Muslim)

D. Jenis Usaha Dan Investasi Asuransi Syariah


Pada asuransi konvensional tidak ada pemisahan dana antara dana peserta
dengan dana pemegang saham , sedangkan, pada asuransi syariah untuk
produk yang mengandung unsur tabungan kedua sumber dana dipisahkan

11
Muhammad Syakir Sula, Ibid, hlm. 315.

11
secara tegas yang mana di dalam mekanismenya terdapat dua alur yaitu alur
Dana Peserta Takafuli (DPT) dan alur Dana Pemegang Saham. Dana tersebut
kemudian diinvestasikan oleh perusahaan dalam suatu kumpulan dana
investasi. Hasil investasi dikembalikan secara proporsional ke masing-masing
dua alur dana tadi, setelah dilakukan pembagian keuntungan antara peserta
sebagai pemilik dana (shahibul mal) dan perusahaan sebagai pengelola
(mudharib). Sementara mekanisme dana pada non saving dana
kontribusi/iuran peserta yang merupakan dana tabarru’ atau dana tolong
menolong terkumpul dalam Total Dana Peserta (TDP), kemudian
diinvestasikan oleh perusahaan. TDP plus investasi yang dihasilkan kemudian
dikurangi dengan beban asuransi (klaim, reasuransi, dan sebagainya).
Keuntungan yang diperoleh dibagi antara peserta (sahibul mal) dan pengelola
(mudharib).12
Investasi adalah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta
maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil
pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang. Instrumen
investasi syariah di Indonesia saat ini masih dalam tahap tumbuh dan
berkembang. Beberapa instrumen investasi syariah atau islami yang sudah ada
saat ini dan menjadi outlet investasi bagi asuransi syariah adalah13
Investasi ke lembaga keuangan syariah lainnya, seperti reksadana
syariah,obligasi syariah, modal ventura syariah, leasing syariah, pegadaian
syariah, koperasi, dan lain sebagainya.
Profesor Ali Mustafa Ya’qub mengatakan bahwa salah satu bentuk
pengelolaan dana asuransi syariah yang paling dominan adalah
menginvestasikan dana yang terkumpul dari premi. Pihak asuransi dapat
menginvestasikan dana tersebut dalam bentuk investasi apa saja selama
investasi itu tidak mengandung salah satu dari unsur yang diharamkan.

12
Muhammad Syakir Sula, Ibid, hlm. 177.
13
Muhammad Syakir Sula, Ibid, hlm.382.

12
Jenis jenis usaha investasi di Asuransi Syariah yaitu:
1) Portofolio Investasi
Secara umum, tujuan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu profitabilitas (profitability), pertumbuhan (growth),
kelangsungan hidup (survival). Kelangsungan hidup tanpa pertumbuhan
hanya menempatkan perusahaan itu sebagai hidup segan mati tak mau.
Sedangkan, profitabilitas tanpa memperhatikan kelangsungan hidup adalah
sangat riskan. Sementara itu, pertumbuhan tanpa profitabilitas adalah tidak
mungkin. Karena dalam pencapaian tujuan kelangsungan hidup sulit
dianalisis secara numerik, maka isu sentral yang memerlukan pembahasan
secara mendalam adalah pertumbuhan. Sebab, dalam pengertian
pertumbuhan (growth), terkandung arti bahwa perusahaan itu sudah pasti
profitable dan pasti mengarah kepada survived.
Dalam suatu investasi di industri asuransi, investor memikul
tanggung jawab diversible risk (unsystematic risk) dan non-diversible risk
(systematic risk). Diversible risk (unsystematic risk) adalah risiko yang
unik dari suatu bentuk investasi, yakni risiko bisnis dan keuangan. Harga
saham suatu perusahaan akan turun apabila kinerja dari suatu perusahaan
tersebut kurang baik sehingga diduga perolehan laba akan turun
merupakan diversible risk. Sedangkan non-diversible risk (systematic risk)
adalah risiko yang dimiliki oleh setiap bentuk investasi, yaitu risiko yang
terjadi karena adanya peperangan, inflasi, peristiwa-peristiwa
internasional, atau politik. Risiko pergeseran pasar secara umum akan
mengubah return dari setiap sekuritas adalah non-diversible risk.14
2) Instrumen Investasi pada Asuransi Syariah
Instrumen investasi syariah di Indonesia saat ini masih dalam tahap
tumbuh dan berkembang. Beberapa instrumen investasi syariah (islami)
yang sudah ada saat ini dan menjadi outlet investasi bagi investasi syariah
sebagai berikut:
a. Investasi ke bank-bank umum syariah, seperti BMI (Bank Muamalat

14
Muhammad Syakir Sula, Ibid..,hlm. 378.

13
Indonesia) dan BSM (Bank Syariah Mandiri)
b. Investasi ke bank umum yang memiliki cabanng syariah, seperti BNI
Syariah, BRI Syariah, BII Syariah, Danamon Syariah, Bank IFI
Syariah, Bukopin Syariah, dan sebagainya.
c. Investasi ke Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Baitul Mal
wa Tamlik (BMT).
d. . Investasi langsung ke perusahaan-perusahaan yang tidak menjual
barangbarang haram atau maksiat dengan sistem mudhârabah,
wakalah, wadi‟ah, dan sebagainya
e. Investasi kepada lembaga keuangan syariah lainnya, seperti reksadana
syariah, modal ventura syariah, leasing syariah, pegadaian syariah,
obligasi syariah di BEJ, koperasi syariah, dan sebagainya.15
Beberapa jenis Investasi Syariah yang saat ini diimplementasikan di
perusahaan asuransi syariah di Indonesia diantaranya sebagai berikut:
(1). Deposito Mudhârabah
a. Investasi yang dilakukan pada bank syariah dengan menanamkan dalam
bentuk dana tunai untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan dengan nisbah tertentu.
b. Investasi Deposito Mudhârabah dapat dilakukan pada BMI, BSM,
IFISyariah, Jabar Syariah, BRIS, Bukopin Syariah, BIIS.
(2). Obligasi Syariah
a. Investasi yang dilakukan dengan membeli obligasi syariah yang
diterbitkan oleh bank syariah dengan nisbah tertentu, misalnya
membeli obligasi syariah subordinasi.
b. Obligasi Syariah Subordinasi merupakan kontrak obligasi dituangkan
dalam perjanjian perwaliamanatan dengan rasio bagi hasil dengan
nisbah tetap.

15
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
273-275.

14
(3). Reksadana Syariah
a. Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai shahibul maal dengan manajer investasi sebagai
wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi sebagai
shahibul maal dengan pengguna investasi.16
b. Investasi dapat dilakukan dengan membeli reksadana syariah yang
diterbitkan oleh reksadana Syariah Berimbang, PNM-IM, Batasa
Capital.
c. Reksadana campuran dengan NAB (memperoleh pertumbuhan nilai
investasi optimal dalam jangka panjang dengan melakukan investasi
pada efek ekuitas, efek utang, dan instrument pasar uang dari
perusahaan-perusahaan yang kegiatan usaha dan hasil usahanya sesuai
dengan Syariah Islam).
(4). Saham
Investasi yang dilakukan dengan membeli saham-saham blue chip di
bursa efek Jakarta.
(5). Penyertaan Langsung
Investasi yang dilakukan dengan melakukan pernyertaan langsung pada
perusahaan yang secara analisis studi kelayakan menguntungkan.
(6). Bangunan
Investasi yang dilakukan dengan cara membeli aktiva tetap berupa
gedung kemudian menyewakan dengan maksud akan mendapatkan yield
yang menguntungkan
(7). Pembiayaan Mudhârabah
Investasi yang dilakukan dengan akad kerja sama usaha antara shahibul
maal dan mudharib dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di
muka.

Taufiq Wijaya, Lembaga Keuangan Syariah Non Bank, (Yogyakarta: Gerbang


16

Media,2015), hal. 89.

15
(8). Pembiayaan Bai‟ Bithaman „Âjil
Investasi yang dilakukan akad jual-beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
(9). Hipotik
Investasi yang dilakukan dengan memberikan pinjaman dalam bentuk
hipotik untuk pembiayaan kendaraan bermotor dan rumah.17

E. Ilustrasi Atau Aplikasi Perhitungan Praktis Dalam Asuransi Syariah


Perhitungan premi asuransi pada umumnya, produk asuransi terbagi
menjadi 2 bagian, yakni produk dengan unsur tabungan dan produk tanpa
unsur tabungan, pembagian ini biasanya mengacu kemanfaatan produk dan
proteksi yang akan diterima oleh pemegang polis yang bersangkutan.
Produk dengan Unsur Tabungan diperuntukkan bagi pemegang polis yang
menginginkan dana berkembang sekaligus proteksi asuransi selama masa
perjanjian. Berdasarkan mekanisme yang ada, premi yang dibayarkan oleh
peserta terbagi menjadi 3 bagiandan salah satunya merupakan rekening peserta
yang pada gilirannya akan diinvestasikan dan peserta mendapat bagi hasil.
Produk asuransi yang menerapkan unsur tabungan sangat beragam dan
umumnya masuk dalam kelompok kepemilikan polis secara individu,
diantaranya dana investasi, diperutukkan bagi nasabah yang menginginkan
dana dalam beberapa tahun kedepan, besarnya premi disesuaikan dengan
kebutuhan pada saat polis jatuh tempo dan besarnya bagian dana tabungan
bagi peserta tergantung lamanya masa perjanjian dan usia pemegang polis,
artinya semakin lama masa perjanjian dan semakin tinggi usia pemegang polis
maka bagian yang menjadi tabungan peserta akan semakin kecil dan berlaku
juga sebaliknya.18
Tabel 1

Anggraeni Primita, NIM 08220005, Hukum Berinvestasi Pada asuransi Jiwa Syariah
17

Berbasis Unit LinK, Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Jurusan Hukum
Bisnis Syariah, Malang, 2013.
18
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep Dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insani 2004), hlm. 250.

16
Tabel 1: Mekanisme Pengelolaan Dana Produk yang Mengandung Unsur Tabungan

Contoh:
Dana investasi dengan premi tahunan sebesar Rp. 20.000.000, masa
perjanjian 5 tahun, tabbaru’ 3%, loading 7%, nisbah bagi hasil 60% peserta
dan 40% perusahaan asuransi, dengan asuransi tingkat investasi 10% per
tahun, dapat dilakukan perhitungan : Pada tahun pertama, dari premi Rp.
20.000.000. Dialokasikan 3% atau sebesar Rp. 600.000 sebagai dana tabbaru’,
dan 35% atau sebesar Rp. 7.000.000 sebagai biaya loading dan hanya
dikenakan pada tahun pertama saja, sehingga dana yang dapat diialokasikan
menjadi tabungan peserta sebesar Rp. 12.400.000. Setelah diinvestasikan
selama setahun dengan asuransi tingkat investasi 10% didapat dana sebesar
Rp. 744.000, dengan pembagian 60% peserta dan 40% perusahaan asuransi.
Dana kematian sebesar Rp. 100.000.000 yakni dari 5 tahun x Rp 20000.000
premi tahunan
Perhitungan untuk besarnya nilai tunai pada tahun pertama merupakan
penjumlahan antara tabungan peserta dan bagihasil selama setahun yakni
sebensar Rp. 13.144.000, adapun besarnya dana klaim meninggal peserta
tahun tersebut adalah Rp. 113.144.000. Tahun kedua, dari premi yang
dibayarkan dari hasil investasi yang diperoleh, maka manfaat nilai tunai

17
menjadi Rp. 34.496.610 sedangkan manfaat kalim meninggal Rp. 114.496.640
besarnya dana yang dicadangkan sesuai dengan besarnya premi yang telah
dibayarkan. Tahun ketiga sampai tahun kelima, berlaku perhitungan yang
sama, walupun dalam perhitungan sebenarnya bisa berbeda tergantung tingat
investasi yang terjadi dalam kurun watu bersangkutan.

Tabel 2

Tabel 2: Mekanisme Pengelolaan Dana yang tidak mengandung unsur Tabungan

a. Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dikurangi biaya


pengelolaan dimasukkan ke dalamrekening khusus (semuanya dimasukkan
dalam rekening tabarru’
b. Kumpulan dana peserta diinvestasikan sesuai dengan prinsip syariah
c. Hasil investasi dimasukkan kedalam kumpulan dana peserta, kemudian
dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi reasuransi)
d. Surplus kumpulan dana peserta dibagikan dengan sistem bagi hasil, misal
40% peserta dan 60% perusahaan.19

BAB III
19
Muhammad Syakir Sula,  Ibid, hlm. 254.

18
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah yaitu tidak boleh
mengandung unsure gharar, maisir dan riba. Mekanisme pengelolaan dana
pada asuransi jiwa syariah :
1. Perusahaan sebagai pemegang amanah
2. Sistem pada produk saving (ada unsur tabungan)
3. Sistem pada produk non saving
Kemudian, metode dan skim asuransi syariah memperoleh keuntungan dan
laba yaitu :
1. Bagi hasil surplus underwriting
2. Bagi hasil investasi
3. Dana Pemegang Saham
4. Loading (Kontribusi Biaya)
Pada asuransi syariah, sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening
tabarru’. Yaitu rekening dana tolong-menolong dari seluruh peserta yang sejak
awal sudah diakadkan dengan ikhlas oleh peserta untuk keperluan saudara-
saudarannya apabila ada yang ditakdirkan Allah meninggal dunia atau
mendapat musibah kerugian materi, kecelakaan dan sebagainnya.
Investasi ke lembaga keuangan syariah lainnya, seperti reksadana
syariah,obligasi syariah, modal ventura syariah, leasing syariah, pegadaian
syariah, koperasi, dan lain sebagainya.
Jenis jenis usaha investasi di Asuransi Syariah yaitu:
1. Portofolio Investasi
2. Instrumen Investasi pada Asuransi Syariah
Beberapa jenis Investasi Syariah yang saat ini diimplementasikan di
perusahaan asuransi syariah di Indonesia diantaranya sebagai berikut:
Deposito mudharabah, Obligasi syariah, Reksadana syariah, Saham,

19
Penyertaan langsung, Bangunan, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Bai
Bithaman Ajil, Hipotik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Syafi’i. 1994. Asuransi dalam Perspektif Islam: Syarikat Takaful


Indonesia. Jakarta.
Iqbal Muhaimin. 2006. Asuransi Umum Syariah. Jakarta: Gema Insani.
Primita, Anggraeni. 2013. Hukum Berinvestasi Pada asuransi Jiwa Syariah
Berbasis Unit LinK, Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, Jurusan Hukum Bisnis Syariah, Malang.
Sanabila, Sistem Pengelolaan Dana Dengan Unsur Tabungan Pada Asuransi
Syariah (Tafakul), Diakses dari www.sanabila.com/2015/07/sistem-
pengelolaan-dana-dengan-unsur.html?m=1,
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Sula, Muhammad Syakir. 2004. Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan
Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani.
Syaichoni, Ahmad. 2012. “Perbedaan Tingkat Pendapatan Premi Asuransi
Sebelum Dan Pada Saat Adannya Corporate Social Responsibility Di
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Syariah Kantor Unit
Operasional Tulungagung”. Skripsi SI STAIN Tulungagung, Jurusan
Ilmu Syariah Muamalah, Tulungagung.
Wijaya, Taufiq. 2015. Lembaga Keuangan Syariah Non Bank. Yogyakarta:
Gerbang Media.

21

Anda mungkin juga menyukai