Anda di halaman 1dari 23

DISPERSI

KASAR
Ilham

Intan

M Aditya

Sri
Mengingat Kembali J enis
Dispersi
DISPERSI KASAR
Dispersi kasar merupakan sesuatu yang di
dalamnya terdispersi partikel- partikel padat
yang tidak larut dalam medium cair. Sistem
partikel yang mempunyai ukuran yang
besar.

Suatu campuran fluida yang mengandung


partikel padat. Atau dengan kata lain
campuran heterogen dari zat cair dan zat
padat yang dilarutkan dalam zat cair
tersebut. Bentuk sediaan dari dispersi kasar
yaitu Suspensi dan Emulsi.
SUSPENSI
Suspensi merupakan dispersi kasar dimana partikel zat padat
yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair, Diameter >
0.1 mikrometer.

Suspensi yang baik adalah zat yang tersuspensi tidak boleh


cepat mengendap, jika mengendap maka tidak boleh
membentuk gumpalan padat tapi harus terdispersi kembali jika
dikocok, dan Suspensi tidak boleh terlalu kental untuk dituang
dengan mudah.
SIFAT ANTARMUKA SUSPENSI
• Partikel – Partikel dalam suspensi cair lebih cenderung untuk
berflokulasi yaitu membentuk gumpalan-gumpalan yang lunak dan
ringan yang bersatu karena adanya gaya van der waals yang lemah.
• Kondisi tertentu dapat melekat dengan gaya yang lebih kuat yaitu
agregat / caking
• W = ∆F = γSL. ∆A
agar ∆F = 0 partikel beraglomerasi, Maka ∆F diturunkan dengan
penambahan surfaktan (tidak bisa sampai 0).
• Gaya antar partikel juga mempengaruhi derajat flokulasi dan
penggumpalan suatu suspensi.
• Gaya tarik menarik : gaya london van der wals.
• Gaya tolak menolak : interaksi lapisan listrik rangkap.
Note
Flokulasi, di bidang kimia, adalah proses ketika koloid
keluar dari suspensi dalam bentuk flok atau serpihan,
baik secara spontan atau karena penambahan suatu
agen penjernih.

Ket :
W / ∆ F = energi bebas permukaan
Ỳ SL = tegangan antar muka antara medium cair dan
partikel padat
∆ A = Luas permukaan total
SIFAT ANTARMUKA SUSPENSI

Jika suspensi diaduk maka bidang irisnya adalah b-b’, bukan a-a’
(permukaan sejati).
PENGENDAPAN SUSPENSI
• Kestabilan fisika: menjaga partikel supaya tetap
terdistribusikan secara merata keseluruh dispersi.

• Kecepatan pengendapan mengikuti hukum stokes :

V = d2 (ρs – ρo) g
18 ŋo
PENGENDAPAN SUSPENSI
Jika mempertimbangkan ketidaksamaan bentuk dan ukuran
maka:
EFEK GERAK BROWN
Untuk partikel dengan diameter 2 – 5 mikrometer, maka gerak brown
melawan pengendapan sampai jumlah yang dapat diukur pada suhu
kamar

PARAMETER PENGENDAPAN
• Dua parameter : volume sedimentasi dan derajat flokulasi
• Volume sedimentasi F = perbandingan volume akhir endapan Vu
terhadap volume awal dari suspensi Vo
• F = Vu / Vo
• F bisa < 1 atau > 1
PARAMETER PENGENDAPAN
• Jika F = 1  keseimbangan flokulasi (flocculation equilibrium)
menunjukkan tidak adanya supernatan jernih pada pendiaman.
• Jika F > 1  volume akhir endapan adalah lebih besar dari
suspensi awal hal ini terjadi karena hasil flokulat yang terbentuk
dalam suspensi begitu longgar dan lunak sehingga volume yang
dapat dicapai lebih besar dari volume suspensi awal
• Jika f < 1  volume akhir endapan lebih kecil dari volume awal
• Parameter volume sedimentasi memberikan jumlah flokulasi secara
kualitatif.
PARAMETER PENGENDAPAN
• Jika suspensi mengalami deflokulasi sempurna maka volume akhir
endapan relatif kecil.
• Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar
daripada F, karena β menghubungkan volume endapan yang
mengalami flokulasi dengan volume dalam suatu sistem yang
mengalami deflokulasi.

β = Volume akhir endapan dari suspensi yang flokulasi


Volume akhir endapan dari suspensi yang deflokulasi
FORMULASI SUSPENSI
Pendekatan yang biasa digunakan dalam membuat suspensi yang stabil secara fisika dapat
dimasukkan dalam 2 kategori, yaitu :
• penggunaan pembawa yang berstruktur untuk menjaga partikel-partikel yang mengalami
deflokulasi dalam suspensi,
• dan penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk menghasilkan flokulat (gumpalan) yang
walaupun cepat mengendap, tetapi mudah disuspensi kembali dengan sedikit pengocokkan.

Pertimbangan Rheologi. Prinsip rheologi bisa diterapkan untuk penyelidikan dari faktor-faktor
berikut :
• viskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari partikel-partikel zat
terdispersi, perubahan dalam sifat-sifat aliran dari suspensi bila wadahnya dikocok dan bila
produk tersebut dituang dari botol
kualitas penyeberan dari cairan bila digunakan untuk suatu bagian permukaan yang akan
diobati.

Pertimbangan rheologi juga penting dalam pembuatan suspensi.


EMULSI
Emulsi adalah suatu sistem yang mengandung paling sedikit dua fase
cair yang tidak bercampur, dimana satu diantaranya didispersikan
sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Diameter fase disper: 0,5 – 10
mikron.

Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar
(sebagai contoh : air), sedangkan lainnya relatif nonpolar (sebagai
contoh : minyak). O/W untuk umumnya obat oral dan makanan , W/O,
beberapa obat luar, mentega dan saus.

Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-bola keseluruh fase


kontinu air, sistem tersebut dikenal sebagai suatu emulsi minyak
dalam air (o/w). Bila fase minyak bertindak sebagai fase kontinu,
emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (w/o).
TIPE EMULSI TERGANTUNG
EMULGATOR
• Emulgator hidrofilik, emulsi bertipe o/w
contoh: surfaktan dengan HLB tinggi (Na Lauril sulfat, tea stearat,
sabun monovalen) dan hidrokoloid.

• Emulgator hidrofobik, emulsi bertipe w/o


contoh: surfaktan dengan HLB rendah (sabun polivalent, ester
sorbitan (span), kolesterol.
TEORI EMULSIFIKASI
• Minyak-air dicampur, dikocok cepat pisah kohesi > adhesi.
• Emulsi, minyak dibuat menjadi bentuk tetesan kecil, peningkatan
energi bebas permukaan karena peningkatan luas permukaan,
bertendensi untuk bergabung kembali.
• Perlu emulgator untuk mengurangi laju penggabungan.

TIPE EMULGATOR
• Surfaktan (lihat materi fenomena antar muka) (ex: tea oleat,
span, tween)
• Koloid hidrofilik (lihat materi koloid) (ex:akasia, gelatin)
• Partikel padat yang terbagi halus (ex: bentonit, veegum)
FUNGSI SURFAKTAN
• Membentuk lapisan monomolekuler.

• Menurunkan tegangan antar muka.

• Dikombinasi menghasilkan hasil yang lebih baik, misalnya span

(lipofilik) dengan tween (hidrofilik) menghasilkan surfaktan dengan HLB

yang sesuai dengan minyaknya.


ADSORBSI PARTIKEL PADAT
Partikel padat yang terbagi halus yang dibasahi hingga derajat tertentu oleh
minyak dan air dapat bekerja sebagai bahan pengelmulsi.

Hal ini disebabkan partikel padat tersebut terkonsentrasi pada antar muka,
tempat partikel tersebut menghasilkan suatu selaput partikular di sekitar
tetesan terdispersi sehingga mencegah penggabungan.

Serbuk yang lebih mudah dibasahi dengan air membentuk emulsi m/a,
sedangkan yang lebih mudah dibasahi dengan minyak membentuk emulsi a/m
ADSORBSI
MONOMOLEKULER
Zat yang aktif pada permukaan, mengurangi tegangan antarmuka karena
adsorpsinya pada batas minyak/air membentuk lapisan-lapisan monomolekular.

Tetesan-tetean terdispersi dikelilingi oleh suatu lapisan monolayer yang saling


melekat yang membantu mencegah terjadinya pengelompokkan antar dua
tetesan ketika kedua tetesan tersebut saling mendekat.
ADSORBSI MOLEKULAR
Adsorsi molekular dapat terjadi dengan penggunaan zat pengemulsi
(seperti; koloida liofilik berhidrat) yang dapat membentuk suatu lapisan
multimolekular pada antarmuka dan bukan suatu lapisan monomolekular.

Karena zat pengemulsi itu membentik lapisan-lapisan multilayer sekeliling


tetesan yang bersifat hidrofilik, maka zat ini cenderung untuk membentuk
emulsi o/w.
STABILITAS FISIK DARI
EMULSI
Dalam pertimbangan-pertimbangan ini, ketidakstabilan dari emulsi farmasi bisa digolongkan sebagai
berikut :
a. flokulasi dan creaming
b. pengabungan dan pemecahan
c. berbagai jenis perubahan kimia dan fisika
d. inversi fase.

Creaming.
Jika fase terdispersi kurang rapat dibandingkan dengan fase kontinu, yang merupakan hal umum pada
emulsi o/w, kecepatan sedimentasi menjadi negatif, yakni dihasilkannya creaming yang mengarah ke
atas.
Jika fase dalam lebih berat dari fase luar, bola-bola akan mengendap, fenomena ini sering terdapat
pada emulsi tipe w/o dimana fase dalamnnya lebih rapat dari pada fase kontinu minyak, efek ini dikenal
sebagai creaming yang mengarah ke bawah.
STABILITAS FISIK DARI
EMULSI
Penggabungan dan Pemecahan
Jika terjadi pemecahan maka pencampuran biasa tidak bisa mengsuspensikan kembali bola-bola
tersebut dalam suatu bentuk emulsi yang stabil, karena lapisan yang mengelilingi partikel-partikel
tersebut telah dirusak dan minyak cenderung untuk bergabung.

Penilaian Kestabilan
Menurut King dan Mukherjee, satu-satunya metode yang tepat untuk menentukan kestabilan meliputi
analisis frekuensi ukuran dari emulsi tersebut dari waktu ke waktu dengan makin lamanya produk
tersebut. Untuk emulsi yang pecah dengan cepat, penyelidikkan mikroskopis dari fase dalam yang
terpisah adalah cukup, walaupun pemisahan sulit untuk dibaca dengan suatu ukuran ketelitian.

Inversi Fase
Jika dikontrol dengan tepat selama pembuatan emulsi, inversi fase atau pengubahan fase seringkali
menghasilkan suatu produk yang lebih halus.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai