Anda di halaman 1dari 51

PROYEK P ENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN

DAN REF ORMASI SISTEM KEPEGAWAlAN

TAHUN ANGGARAN 2001

LAPORAN AKHIR

KAJIAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG LEMBAGA KEPRESIDENAN

KANTORMENTERINEGARA

PENDA YAGUNAAN APARATUR NEGARA

.11. J end. Sudirman Kav. 69, Jakarta Selatan

Telp. (021) 7398381-89, Fax. (021) 7398323,5252720

LAPORAN AKHIR
PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
DAN REFORMASI SISTEM KEPEGAWAIAN
KEGIATAN/TOLOK UKUR KAJIAN RANCANGAN
UNDANG-UNDANG TENTANG LEMBAGA KEPRESIDENAN
TAHUN 2001

LATAR BELAKANG

1. Adanya Permasalahan Dalam Tata Pemerintahan Indonesia:


• Belum jelasnya keberadaan, pengertian, dan batasan
kelembagaan pemerintahan pembantu Presiden, kecuali
kelembagaan Departemen yang diatur oleh UUD 1945.
• Belum mantapnya kelembagaan pemerintahan sebagal
akibat banyaknya perubahan kelembagaan pemerintahan,
terutama Departemen yang berubah.
• Permasalahan tersebut mempunyai akuntabilitas publik yang
sangat luas, sehingga perlu instrumen yang melibatkan
peran DPR, berupa Undang-undang.
2. Perlu/tidaknya Undang-undang tentang Lembaga
Kepresidenan:
• Dalam llteratur Hukum Tata Negara pada umumnya, Undang-
undang tentang Lembaga Kepresidenan tidak dikenal,
menglngat mengenal ha! tersebut blasanya secara lengkap
diatur dalam KonstutusI Negara yang bersangkutan.
• UU tentang Lembaga Kepresidenan yang mengatur
kedudukan dan hak Presiden dengan seluruh lembaga-
lembaga yang membantunya, tidak diperintahkan oleh UUD
1945 untuk mengaturnya. Lembaga Negara lain, yaltu MPR,

LLmtmt Lm 13 Urn.
cmy document\proJect\Laporan proyek luu 2001.doc
DPR, MA, BPK dan DPA diperintahkan UUD 1945 untuk
diatur lebih lanjut oleh UU.
• Namun demlkian, UUD 1945 merupakan UUD yang singkat
dan mengatur hal-hal yang pokok saja, sehingga perlu ada
penjabaran lebih lanjut dalam bentuk UU.
• Apabila dikaitkan dengan penatapan GBHN dalam Ketetapan
MPR yang merupakan pegangan bag! pelaksanaan
pemerintahan oleh Presiden, apakah susunan pemerintahan
tersebut dapat pula ditetapkan dalam Ketetapan MPR.
• Dalam pada itu dilihat dari segi politik dan kebijakan publik
perlu aturan yang menjadi acuan bag! Presiden dalam
penentuan dan pengelolaan kelembagaan pemerintahan yang
membantunya.

II. KEGIATAN

Penyusunan Rancangan Undang-undang tentang Lembaga


Kepresldenan, yang diharapkan akan menghasllkan rancangan
naskah akademlk dan (draft) rancangan Undang-undang tentang
Lembaga Kepresldenan.

III. GAMBARAN KEGIATAN

A. Dasar

Keputusan Pemlmpin Proyek Penlngkatan Kapasltas


Kelembagaan dan ReformasI SIstem kepegawalan Nomor:
1/KEP/P.PKK-RSK/3/ 2000, tanggal 27 Maret 2001.

B. Sasaran

Lmfmmmm 2 t3
c;my documeRt\pro]ect\LapOfan proyek niu 2001.doc
Sasaran yang ingin dicapai iaiah tersusunnya rancangan
naskah akademik dan (draft) rancangan Undang-undang
tentang Lembaga Kepresidenan.

C. Pendanaan

Kegiatan Penyusunan RUU tentang Lembaga Kepresidenan


memperoleh alokasi dana sebesar Rp.169.004.000,00 yang
berasal dpri Proyek Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
Reformasi Sistem Kepegawalan (Kode Nomor:
18.1.01.116263.48.01.01)

D. Lingkup Pelaksanaan Kegiatan


1. Rapat-rapat
Rapat dllaksanakan balk diantara sesama anggota Tim
maupun dengan instansi terkait terutama Lembaga
AdministrasI Negara, Badan Kepegawaian Negara dan
Arsip Nasional Indonesia, terdiri dari:
a) Rapat pembentukan Tim;
b) Rapat penyerasian pelaksanaan;
c) Rapat evaluasi.

2. Konsultasi dengan Para Pakar Hukum Tata Negara


Admlnistrasi Negara di Daerah
a)Telah dilakukan konsultasi dengan Para Pakar Hukum
Tata Negara dan Administrasi Negara di Daerah.
b)Penelitian/pengkajian dilakukan dengan tujuan
memperoleh pendapat pakar mengenal perlunya RUU
tentang Lembaga Kepresidenan serta apa yang menjadi
muatan materi dari RUU tersebut.

LL~,.3L,tisLLmt.
c;iT)y document\pro]ect\Lapor3n prayek luu 2001.doc
c) Pakar yang ditemui iaiah:
• Prof. Dr. Solly Lubis, S.H. (Guru Besar Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan)
• Azhar Rauf, S.H. (Dosen Fakultas Hukum
Universitas Andalas, Padang).
• Abdurrahman, S.H. M.H. (Dosen Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat).
•'Dr. Donald P. Rumokoy, S.H. M.H. (Dosen
Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat).
• Dr. Aminuddin llmar, M.S. (Dosen Fakultas llmu
Sosial dan llmu Politik Universitas Hassanuddin,
Makassar).

3. Lokakarya
a)Dilaksanakan di Kampus Fakultas Hukum Universitas
Hassanuddin, Makassar, tanggal 21 September 2001.
b)Tujuannya iaIah untuk memperoleh masukan dan-saran
penyempurnaan (Draft) RUU tentang Lembaga
Kepresidenan.
c)Diikuti oleh Dosen Fakultas Hukum dan Fakultas llmu
Sosial dan llmu Politik Universitas Hasanuddin,
Makassar.

4. Konsinyasi
a)Dilaksanakan di Hotel Cipayung pada tanggal 27 s.d. 29
September 2001.
b)Tujuannya iaIah untuk melakukan penyempurnaan dan
evaluasi draft yang telah disusun berdasarkan masukan
dari para Pakar.

LLmt.titAIS ULm,.
cmy documentVxoJect\Laporan proyek niu 2001.doc
c)Diikuti oleh seluruh Anggota Tim Inti Penlngkatan
Kapasltas OrganisasI Pemerintah Pusat berjumlah 20
orang.

5. Hasil Kegiatan
a)Naskah Akademis RUU tentang Lembaga
Kepresidenan.
b)(Draft) RUU tentang Lembaga Kepresidenan. Hasil
kegiatan tersebut di atas adalah sebagaimana termuat
105) dalam lampiran 1.

IV. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Penyusunan RUU tentang Lembaga Kepresidenan


pada dasarnya dapat dilaksanakan dengan baik. Secara umum
dapat dikemukakan beberapa evaluasi pelaksanaan sebagai beriku:

1. Substansial

• Penyusunan RUU tentang Lembaga Kepresidenan


bersamaan dengan diajukannya hak inisiatif dari DPR untuk
membahas mengenai RUU tentang Lembaga Kepresidenan.
• Apabila dibandingkan antara versi proyek dengan RUU versi
inisiatif DPR terdapat perbedaan pendekatan. Perbedaan
tersebut diataranya, apabila versi DPR lebih menitikberatkan
kepada jabatan presiden, sedangkan versi proyek lebih
menitikberatkan kepada kepresidenan sebagai susunan
presiden dengan para pembantunya serta deskripsi mengenai
tugas, fungsi, dan kewenangannya.

cmy document\project\Laporan proyek niu 2001.doc


• Disamping itu para pakar hukum tata negara masih belum
sependapat tentang perlunya RUU tentang Lembaga
Kepresidenan, mengingat mengenal lembaga kepresidenan
telah diatur secara jelas dalam konstitusi negara.
• Materi muatan yang diatur dalam RUU tentang Lembaga
Kepresidenan, apakah mengatur mengenal jabatan atau
tentang dirl seorang Preslden atau lembaga kepresidenan
dalam arjl lembaga eksekutif, sehlngga dengan batasan Inl
akan memberlkan arahan yang jelas menganai muatan materi
yang dituangkan dalam RUU Inl.
• Kalaupun dibentuk RUU tentang Lembaga Kepresidenan,
maka muatan materi darl RUU tersebut harusnya berupa
materl-materl yang tidak disebutkan dalam konstitusi atau
Undang-undang lain, bukan memasukan materi yang sama,
balk dalam konstitusi ataupun dalam peraturan perundangan-
undangan yang ada.

2. Teknis Pelaksanaan

• Keglatan Penyusunan RUU tentang Lembaga Kepresidenan


perlu didukung oleh kajlan darl berbagal pendekatan dan studi
banding yang memadal mengenal hukum tata negara/tata
pemerintahan yang dituangkan dalam naskah akademls.

V. SARAN DAN TINDAK LANJUT

1. Mengingat keglatan Inl merupakan priorltas dalam rangka


reformasi admlnlstrasi negara, maka keglatan Inl perlu
ditlndaklanjuti, balk berupa keglatan proyek ataupun rutln.

cmy document\pfo]ect\Laporan proyek ruu 2001.doc


2. Perlunya penyempuurnaan lebih lanjut darl hasil bahasan dari
para pakar dengan mendiskusikannnya dengan kalangan
praktisi, balk dari birokrasi maupun politisi.
3. Perlunya RUU tentang Lembaga Kepresidenan versi proyek
Kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
disampaikan kepada pihak DPR sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam "Public Hearing" yang diadakan DPR.

LLm,.7j,jtsULm
c;my documeRtV>ro]ect\Laporan proyeK ruu 2001.doc
tm

ki

i-iliP

DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN


KANTOR MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
Jakarta, September 2001

5V'
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
SUSUNAN ORGANiSASI LEMBAGA KEPRESIDENAN

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

A. FILOSOFIS

1) Negara Indonesia berdosarkan otos hukum (rechstoot), tidck


berdosorkan otos kekuosaon beioka (machstcat). Landoson don
semcngot sebogol negoro hukum, moke setiop tindokan negcro
wojib mempertimbongkan podo duo kepentingon yoitu kegunoon
(doe! motigheid) don iondasan hukumnyo (rechmotigheid), oleh
kcreno itu setiop tindokan negoro (pemerintoh) wojib memiliki
keduo kepentingon tersebut.
2) Pemerintohon berdosorkon otos sistem konstituti (hukum dosor)
tidok bersifot obsolutisme (kekuosoon yong tidok terbotos),
dengon demikion pemerintohon negoro dibotosi oleh konstitusi.
3) Presiden odoloh penyelenggoro pemerintohon negoro yong
tertinggi di bowoh Mojelis Permusyoworoton Rokyot (MPR), dolom
menjolonkon Pemerintohon Negoro, kekuosoon don
tonggungjowobnyo (Consentrotion of Power ond Responsibility
upon the President).
4) Orgonisosi Lembogo Kepresidenon yong merupokon soloh sotu
kepentingon nosionol, memerlukon suotu pengoturon hukum untuk
memproteksi keberodoon kementrion yong memimpin
Deportemen di bowoh kekuosoon lembogo Kepresidenon.
B. SOSIOLOGIS

1) Belum adanya pengaturan secara hukum terhadap lembaga


Kepresidenan, sehingga adanya kepentingan struktural horisontal
dalam penerapan prinsip "check and balance" agar tercipta
proses politik yang leblh demokratis.
2) Untuk kepentingan nasional dalam penataan dan pengaturan
susunan pemerintah lembaga Kepresidenan, agar menganut
prinsip "check and balance"; efektifitas, efisiensi, partisipasi,
transparansi dan akuntabilitas publlk yang merupakan satu
kesatuan Integral.
3) Adanya kecenderungan perbedaan pemahaman Preslden dalam
menentukan susunan kablnet atau susunan pemerintahan,
termasuk hak prerogatif Preslden.

C. YURIDIS

1) Preslden adalah kepala kekuasaan eksekutif dalam negara dan dl


dalam menjalankan kewajibannya dibantu oleh satu orang Wakil
Preslden. Hubungan kerja antara Preslden dan Wakll Preslden
ditentukan oleh Preslden seteloh mengodapok Pemblcoroon
dengon Wakll Preslden dan dalam hal Preslden berhalangan tetap
maka la digantlkan oleh Wakll Preslden sampal habis masa
jabatannya.(Pasal 4 Undang-Undang Dasar 1945 dan Tap MPR No.
lll/MPR/1978).
2) Preslden dalam menjalakan kekuasaan eksekutif, sekallgus
bersama-sama dengan DPR menjalankan kekuasaan legislatif
(moodveror denlngsrecht).(Pasal 5 dan Pasal 22 UUD 1945).
3) Kekuasaan Preslden sebagal Kepala Negara diatur dalam Pasal 10
sampal dengan Pasal 15 UUD 1945 yaltu :
a. Sebagal pemegang kekuasaan tertlnggi Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara (Pasal 10)
b. Hak menyatakan perang, membuat perdamalan dan
perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan
perwakllan Rakyat (Pasal 11)

c:yull«n2VruusunpFes\nask8h8kademlkruudes200t.dac
c. Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (Pasal 12)
d. Mengangkat duta dan konsul don menerimo duto negoro loin
(Pcsol 13)
e. Membeii grosi, omnesti, cbolisi don rehabilitosl (Pcsol 14)
f. Memberi geicran, tondo joso don Iain-loin tondo kehormoton
(Posol 15)
4) Presiden dibontu oleh Menteri-menteri Negoro yong memimpin
deportemen pemerintohon, diongkot don diberhentikon oleh
Presiden.(Posol 17 oyot 1,2 don 3)

II. AZAS DAN TUJUAN

A. Memberikon ruong lingkup yong mengotur orgonisosi lembogo


Kepresidenon, termosuk di dolomnyo tentong pengoturon don
penetopon kobinet (Menteri, Secretory of Stote), Executive Agencies,
Auxiliory Agencies (Overheod Agencies), don Government
Corporotion.
B. Memberikon pedomon don orohon kepodo Presiden don Aporotur
Negoro dolom menjolonkon sesuotu yong menjodi wewenongnyo
dolom penyusunon orgonisosi lembogo Kepresidenon.

III. METODE DAN PENDEKATAN

A. Metode
Metode dolom penyusunon Noskoh Akodemis Roncongon Undong-
undong tentong Susunon Orgonisosi Lembogo Kepresidenon ini
odoloh:
1) Studi Kepustokoon, yoitu menelooh bohon-bohon boik yong
berupo Peroturon Perundong-undongon, buku-buku ilmioh, hosil
penelition, pengkojion don referensi loinnyo yong berkoiton
dengon moteri yong okon dionut dolom noskoh okodemis ini.

e;yullan2\ruusunpres\nasl(ah8k3<lefTillcniudes200l.doc
2) Studi Lapangan, yaitu mengadakan pengamatan dan peneliticn
ke instonsi-instansi vertikol don Pemerintoh Doeroh untuk
memperoloh mosukon dori berbogoi pihok yong terkclt sebogcl
bohon penyusunon ncskch ckademls.

B. Pendekoton
1) Mendengorkon pendopct pore Nora Sumber, boik dori kclangcn
Akodemis moupun prcktisi politik dolcm hukum serto pihok lain.
2) Pembohason meloiui diskusi yong diiaksanokan oleh Keiompok
Kerjo Penyusunon Noskoh Akodemis Roncongon Undong-undong
tentong Susunon Orgonisosi Lembogo Kepresidenon dengon pihok
loin yong terl<oit.

IV. PENGORGANISASIAN

Roncongon Undong-undong Susunon Orgonisosi Lembogo


Kepresidenon merupokon usoho Arsip Nosionol Republik Indonesio (ANRI)
don teloh membentuk:

1. Keiompok Kerjo Pembuoton Roncongon Undong-undong tentong


Susunon Orgonisosi Lembogo Kepresidenon.

2. Tim Penyusun Noskoh Akodemis Roncongon Undong-undong tentong


Susunon Orgonisosi Lembogo Kepresidenon.

c:yullan2\niu$unpres\nesl(ah3kadeintl(ntudes2001.doc
BAB II

SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KEPRESIDENAN

UMUM

Belum adanya pengaturan yang tegas mengenai Susunan Organisasi


Kepresidenan dan munculnyo tuntuton yong kuct untuk mengotur
Lembogo Kepresidenan dalam sebuah Undang-undang maka
sangatlah mendesak untuk membentuk/menyusun sebuah Undang-
undang yang mengatur tentang Susunan Organisasi Lembaga
Kepresidenan, dengan dasar pertimbangan hal-hal sebagai berikut:
a. Lembaga Kepresidenan sebagai lembaga tinggi negara
belumdiatur oleh Undang-undang, sedangkan lembaga-lembaga
tinggi negara lainnya (Dewan Perwakilan Rakyat, Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah
Agung dan Dewan Pertimbangan Agung) telah diatur dalam suatu
Undang-undang.
b. Kekuasaan Presiden yang begitu luas dalam Undang-undang Dasar
harus diatur dalam suatu Undang-undang agar kekuasaan Presiden
dapat dikontrol.
c. Adanya kebutuhan untuk mengatur dan membatasi agar susunan
dan penyusunan organisasi pemerintahan pusat dapat dibakukan
sedemikian rupa sehingga tidak mudah diubah-ubah karena
pertimbangan politik yang berkembang dinamis.
d. Susunan pemerintahan daerah telah diatur dalam Undang-undang,
sehingga timbul pertanyaan apakah tidaak mungkin susunan
pemerintahan pusat j'uga diatur dalam suatu Undang-undang.
e. Adanya semangat "checks and balances" yang ingin diwujudkan
agar terjadi proses politik yong lebih demokrotis.

Disomping adanya keinginan yang kuat untuk membuat/menyusun


Undang-undang yang mengatur Organisasi Lembaga Kepresidenan
maka muncul pula kemauan yang kuat untuk
membentuk/menciptakan kabinet/susunan pemerintahan yang

c:yullan2\niusun pres\naskAhaluKiemlkniudes200t.doc
didasarkan atas Tap MPR otou Undong-undcng. Pemlkiron ini
didosarkan otos:
a. Adonyo keinginon untuk menyusun kobinet yong romping don
eflslen yang mencerminkcn tuntuton nyoto dcri problem yong
dihodapi mosyorakat.
b. Terjcdinya ketidakharmonisonhubungan antorc Presiden don
pembantunyo memoksao odanya "reshuffle" kobinet podo tohun
2000 yong menimbulkon beberopo okibot:
1) Pemerintoh diberi peluong untuk menentukon structure/susunon
kobinet secoro bebos, hoi ini yong menyebobkon tidok odonyo
polo yong posti don lebih rinci di dolom menentukon structure
kobinet te'rsebut.
2) Munculnyo keinginon boru untuk secepotnyo mengotur otou
membuot Undong-undong tentong susunon kobinet.

il. PENGERTIAN-PENGERTIAN

Untuk memperoloh rumuson tentong Orgonisosi Lembogo


Kepresidenon yong dopot dipertonggungjowobkon moko terlebih
dohulu horus dicori orti koto dolom kolimot yong menjodi rumusonnyo:

Rumuson tenton Orgonisosi Lembogo Kepresidenon.

Dolom Komus Besor Bohoso Indonesio, Edisi Keduo, Cetokon ke empot


Tohun 1995, Penerbit Boloi Pustoko.

"Orgonisosi" diortikon sebogoi kesotuon (susunon dsb) dolom


perkumpulon don sebogoinyo untuk tuj'uon tertentu.

"Lembogo" diortikon sebogoi bodon (orgonisosi) yong tujuonnyo


melokukon suotu penyelidikon otou melokukon suotu usoho.

"Kepresidenon" osol koto dori Presiden yong ortinyo Kepolo (lembogo,


Perusohoon don sebogoinyo)

c:yullan2\iuusunpres\n8sk8ha)(a<le(nlkRiudes2001.doc
Dengan demlkian Organlsasi Lembaga Kepresidenan dapat dlartlkan
sebagai lembaga badan/organlsasi yang merupakan kesatuan dari
tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang terdiii atas bagian-bagian untuk
memberikan wadah dan kerangka bagi pemerintahan.

III. MATERI RUU TENTANG SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KEPRESIDENAN

1. Hakekat, Asas, dan Tujuon

a. Hakekat

Susunary Organisasi Lembaga Kepresidenan merupakan suatu


tatanan sistem yang teratur secara hierarkhis dan logis
sehingga menggambarkan hubungan-hubungan,
pertanggungjawaban dan wewenang-wewenang dari
institusHnstltusi pemerintah yang berada dl dalam iingkup
struktural Lembaga Kepresidenan sebagai salah satu
Lembaga Tinggi Negara.

b. Asas

Susunan Organisasi Lembaga Kepresidenan ditentukan


keberadaannya berdasarkan pada kepentingan- dan
kebutuhan fungsional kepemerintahan yang terkait dengan
fungsi eksekutif yang bersifat politis, dan fungsi eksekutif yang
bersifat administratif dengan berpedoman pada aturan-
aturan yang berlaku dan termaktub sebagai nilai-nilai dasar
dalam Undang-undang Dasar tahun 1945.

c. Tujuan
Pengaturan tentang Susunan Organisasi Lembaga
Kepresidenan bertujuan ;
c.l. Menjabarkan Undang-undang Dasar Tahun 1945 Bab III
khususnya mulai dari Pasal 4 sampai dengan Pasal 15,
dan Bab V tentang Kementerian Negara Pasal 17 Ayat
1,2, dan 3 untuk mengatur kewenangan secara

c:yultan2\nnisunpres\nMksti«kadefflikniudes200t.doc
hierarkhial dan fungsionol dori Presiden terhadcp
lembcga-lembaga yong menjodi hok don lingkup
otoritos lembogc kepresldenon.
C.2. Memberikon pedomon kepodo pemerintah tentong
tote ccro, ketentucn don mekonisme hubungan
kewenangan politis don admlnlstrotif lembcga-lembaga
kepemerintahan di pusat yang menjadi hak dari
lembaga kepresidenan.
C.3. Membeiikan pemahaman mengenai batas-batas
kewajiban, hak dan kewenangan organisasi lembaga
kepresidenan dalam rangka menjalankan fungsi
eksekutif (kepemerintahan).

2. Materi Muatan Undang-undang

Bentuk Organisasi Lembaga Kepresidenan.

Dengan mengacu pada Undang-undang Dasar 1945 dan


peraturan perundag-undangan lainnya, make di dalam organisasi
Lembaga Kepresidenan ini kan terdiri dari:
A. Presiden dan Wakil Presiden
B. Kementrian

C. Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)


D. Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara
E. Lembcga-lembaga Non Struktural

A. Presiden dan Wakil Presiden

1) Presiden Republik Indonesia merupakan pemegang


kekuasaan pemerintahan (Pasal 4 ayat 1 UUD 1945)
2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh
seorang Wakil Presiden. Hubungan kerja antara Presiden

c:yuIUin2\ruusunpr«$\na$ICBhakadenilkniucie$2001.doc
dan Wokll Presiden diotur don ditentukon melalui
Keputuson presiden
3) Wakll Presiden bertugos membontu Presiden untuk
melckukan koordinosi dolam perencanoon, pengawoscn
don pelaksoncan pengawoscn dari dolam moupun
pengawoscn dori luor terutamo yong menyongkut
pembongunon nosionol.
4) Dolam meloksonakan kekuosoon pemerintoh negoro,
Presiden dibontu oleh Menteri-menteri yong memimpin
suotu Deportemen. Menteri-menteri diongkot don
diberhentikon oleh Presiden dengon memperhotikon
ospek profesionolisme kondisi geogrofis don kekoyoon
sumber doyo mosyorokat Indonesia.

B. Kementerion

Kementerion merupokon Deportemen yong dipimpin oleh


seorong Menteri sebogoi unsur pembontu Presiden dolam
meloksonakan fungsi-fungsi eksekutif kepemerintohonnya.
Dengon demikion seorong Menteri bertonggung jowob
secoro fungsionol kepodo Presiden. Tugos pokok Deportemen
odoloh menyelenggorokon sebogion dori tugos umum
pemerintohon don pembongunon sesuoi bidong mosing-
mosing. Ini berorti bohwo Deportemen mempunyoi fungsi lini
(line function) dori pemeringoh koreno Deportemen
merupokon peloksono tugos umum pemerintohon don
pembongunon (pouvoir executive). Untuk meloksonokon
tugos tersebut Deportemen menyelenggorokon fungsi-fungsi
sebogoi berikut:
1) Kegioton perumuson kebijoksonoon peloksonoon don
kebijoksonoon teknis pemberion bimbingon don
pembinoon serto pemberion perizinon, sesuoi dengon
goris kebijokon umum yong ditetopkon oleh Presiden don
berdosorkon podo peroturon perundongon yong berloku.
2) Meloksonokon pengeloloon otos milik negoro yong
menjodi tonggung j'owobnyo.

c:vuli«n2\nnitunpt«s\naskahalcadeiTill(ruudes2001.doe
3) Pelaksanaan fungsinya sesuai dengan tugas pokok
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
4) Pengawasan atas pelaksanaan tugas pokoknya sesuai
dengan garis kebijakan umum yang ditetakan oleh
Presiden dan berdasarkan peraturan perudangan yang
berlaku.

Disamping melaksanakan keempat fungsi in! Departemen


sebagai bagian dari fungsi kepemerlntahan juga
melaksanakan fungsi:
b. Penguasaan atas segala sesuatu yang menguasai hajat
hidJp orang banyak sesuai pasal 33 UUD 1945 menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan kebijakan umum yang
telah ditetapkan oleh Presiden dan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku.
c. Pemberian informasi kepada masyarakat sesuai dengan
tugas pokoknya berdasarkan pada garis kebijakan umum
yang telah ditetapkan oleh Presiden berdasarkan pada
peraturan perundangan yang berlaku.

Departemen yang akan dibentuk pada dasarnya


berpedoman pada ketentuan yang ada dalam pasal-pasal
UUD 1945, balk yang secara eksplisit maupun Implisit
dinyatakan di dalamnya. Dengan melihat pada tingkat
kebutuhan negara sebagai suatu sistem organisasi, maka
Kementerian/Departemen yang harus ada secara struktural
dapat ditentukan dalam dua kelompok, yaitu :

1. Kementerian Wajib
Yaitu kementerian yang karena fungsinya harus ada, dan
tidak dapat dilikuidasi dengan mudah oleh pemerintoh
karena secara eksplisit dinyatakan dalam UUD 1945.
Departemen yang termasuk dalam kategori ini adalah :
1) Dep. Pertahanan.
2) Dep. LuarNegeri

c:yutl3n2\Rmsunpres\nask&h8)cademllcn>u4es2001.doc 10
3) Dep. Dalam Negeri
4) Dep. Kehakiman
5) Dep. Keuangan
6) Dep. Ago,a
7) Dep. Pendldikan Nasional
8) Dep Kesehatan dan Kesejohtercan Sosiol
9) Dep. pertcmbangan don Energi
10 Dep. Pertonion (+ Perkebunon)
11 Dep. perekonomion (BUMN + Koperosi)
12 Dep. Eksplorosi Kelouton don Perikancn
13 Dep.Tenogo Kerjo (+ Tronsmlgrasi)
14'Dep. Komunlkosi don Perhubungon
15 Dep.Pekerjoan Umum

Kementrion Tidck Wojib


Yoitu kementerion yong dibentuk untuk
mengokomodasikan strategl politik pimpinon eksekutif
dclam menjolcnkan pemerintchan. Adopun kriteric
pembentukon kementerion ini adclah sebogoi berikut:
1) Kebutuhon untuk mengctosi permasalahcn temporer
yong songot mendesck
2) Merupokon hok prerogotif Presiden
3) Memccu pembcngunon
4) Memccu pertumbuhon ekonomi

Format Kementerion ini disesuoikon dengon kebutuhon


negoro, kondisi geogrofi, korokteristik demogrofi don
ketersedioon SDM. Kementerion yong depot
dipertimbongkoa di ontoronyo odoloh :
1) Dep. Ekologi don Lingkungon Hidup
2) Dep. Poriwisoto, kesenion don Budoyo
3) Dep. Pendoyogunoon Aporotur Negoro

c:vullan2\n<usunpres\ffaslahalaKlemlkniudes2001.doc 11
C. Lembaga Pemerintah Non Departemen

Disamping Departemen-departemen yang berada dalam


lingkup kementerian, dalam organisasi Lembaga
Kepresidenan terdapat lembaga-lembaga yang tidak
berbentuk Departemen yang disebut sebagai Lembaga
Pemerintah Non-Departemen LPND dibentuk dengan dasar
kriteria sebagai berikut:
1. Harus mampu mendukung kegiatan semua kementerian
yang bersifat lintas sektor yang sejenis.
2. Mempunyai kegiatan pelaksanaan yang bersifat khusus,
dan' tidak dapat dilaksanakan oleh semua unit di
lingkungan kementerian.

Seluruh LPND akan berada di bawah kementerian dan akan


bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya kepada
menteri yang terkait. Fungsi LPND dengan demikian adalah
sebagai pelaksana kebijakan kementerian.

Berdasarkan pada tingkat urgensi dan signifikansi fungsi


organisasional, LPND dibagi dalam dua kelompok yaitu :
a. LPNDWajib
Yaitu LPND yang keberadaannya sangat penting terutama
dalam rangka mendukung dan melaksanakan kebijakan
kementerian. Dari beberapa LPND yang sudah ada,
dengan berdasarkan pada prinsip organisasi di antaranya
kehampirsamaan tugas pokok dan fungsi, tujuan, misi dan
visinya maka LPND yang wajib ada dan tidak boleh
dirubah dan dilikuidasi secara sembarangan tanpa
mengindahkan peraturan yang berlaku adalah sebagai
berikut:

1) Gabungan BIN dan Lemsaneg;


2) ANRI;
3) Gabungan LAN dan BKN
4) Gabungan LIPI dan BPPT;

c;yuU3n2\niusunpres\nssk8h«kademlkfuude*2001.doc 17.
5) BPOM;
6) BATAB;
7) BAPETEN;
8) BARANTIN;
9) BAPEDAL;
10) BSN;
11) BPS;
12) BASURTA (BAKOSURTANAL).

b. LPND Tidak Wajib


Yaitu LPND yang dibentuk untuk menangani fungsl tertentu
dengan berdasarkan pada krlteria sebagai beriktu :
1) Menangani kegiatan yang bersifat sementara;
2) Kebutuhan nasional yang berkaltan dengan
kepentingan internasional;
3) Adanya konvensi internasional;
4) Kebutuhan daerah yang berkaitan dengan
kepentingan nasional.

Jumlah dan penamaan LPND tidak wajib ini ditentukan oleh


Presiden dengan hak Prerogatifnya. Prinsip yang harus
dipenuhi adalah bahwa tugas pokok dan fungsi LPND ini tidak
tumpang tindih dengan LPND wajib yang ada. sebagai baian
dari fungsi Departemen diintegrasikan ke dalam kementerian
yang bersesuaian atau ditransformasikan menjadi Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Adapun LPND yang dimaksud
adalah:

1) BPKP dan Bappenas diintegrasikan ke dalam Dep. Keu.


2) Perpusnas diintegrasikan ke dalam Dep. Pendidikan
Nasional.

3) BKKBN diintegrasikan ke dalam Dep. Kesehatan dan


Kesejahteraan Sosial.
4) Bulog dan LAPAN ditransformasikan menjadi BUMN.

c:yullan2\ruusunpres\naskah8ka(iemll(ruudes200l.doc n
D. Lembaga Non-Struktural

Fungsi-fungsi yang tidak tertampung dalam kementerian dan


Lembogo Pemerintch Non Deportemen okon diloksanokan
oleh Lembogo Non-Strukturol. Lembogo ini kon berbentuk
forum dengon keonggotoonnyo yong berosol dori Lembogo
pemerintohon don jugo mosyorokot yong bersifot
independen. Tugos don kewenongon lembogo Ini lebih
dititikberotkon podo perumuson, meloksonokon don
mengkoordinoslkon kebijokon pubiik yong disusun oelh
pemerintoh. Bentuk Lembogo Non-Strukturol ini dopot
dibedokon otos:
1. Bodon Koordinosi (Bokor).
Kriterio Bokor odoloh sebogoi berikut:
• Kedudukon don perononnyo di bowoh Presiden.
Tugos don kewenongon mencokup mengkoordinoslkon
don meloksonokon kebijokon
Struktur orgonisosi berbentuk Bodon Koordinosi dengon
Sekretoriot

Keonggotoon Bokor terdiri dori Presiden, Menteri don


Pejobot Eselon I
Kontor Kesekretorioton bersifot permonen.
Keberodoon Bokor bersifot permonen

Dewon, Kriterio Dewon odoloh sebogoi berikut:


Kedudukon don perononnyo bersifot independen
Tugos don kewenongon Dewon odoloh meloksonokon
perumuson kebijokon strotegis
Struktur orgonisosi berbentuk Dewon dengon Sekretoriot
keonggotoon Dewon berosol dori pejobot pemerintoh
yong ditunjuk don onggoto mosyorokot yong kompeten
kontor kesekretorioton bersifot melekot (ex-officio) podo
Eselon I yong sesuoi dengon tugos pokok don fungsinyo
Keberodoon dewon disesuoikon dengon kebutuhon
pemerintoh don bersifot jongko ponjong

c:yu[lsn2\n'usunpresVnsskahaka<lemll(ruudes2001.doc 14
3. Komisl. kriteria Komisi adalah sebagai berikut:
• kedudukan dan percnonnya bersifot independen
• Tugos don kewencngon Komisi adalah
melaksanakanperumusan dan pelaksanaan kebljakan
teknis
• Struktur organisasi berbentuk Komisi dengan Sekretariat
(ST* • Keanggotaon Komisi berasal darl pejobat pemerintah
yang ditunjuk dan anggota masyarakat yang kompeten
• Kantor kesekretariatan berslfat melekat (ex-offlcio) pada
Eselon I yang sesual dengan tugas pokok dan fungslnya.
• Keberadaan Komisi leblh berslfat temporer bergantung
pada krusiai dan signlflkansi permasalahan yang
dihadapl oleh pemerintah, sehlngga keberadaannya
berslfat jangka pendek.

E. Hubungan Kerja Instltuslonal Antar Lembaga

Umum
1. Berlakunya suatu peraturan perundang-undangan baru
membawa konsekuensi bahwa segala tindakan hukum,
hubungan hukum dan akibat hukum yang terjadi balk
sebelum, pada saat maupun sesudah peraturan
dinyatakan berlaku, tunduk pada ketentuan baaj.
2. Jlka penerapan ketentuan dinyatakan ditunda sementara
bagi tindakan hukum, hubungan hukum atau akibat
hukum tertentu, maka ketentuan baru memuat secara
tegas tindakan hukum, hubungan hukum atau akibat
hukum dimaksud serta jangka waktu atau syarat-syarat
bagI berakhlrnya penundaan sementara penerapan
peraturan baru.

c:yullsn2\ruusunpres\naskahakadenilkniudes2001.(ioc IS
Khusus
Dengan beriakunya Undang-undang tentang Susunan
Organisasi Lembaga Kepresldenan kemungkinan terjadi
perubahan kelembagaan yang ada, baik kementerian, LPND
maupun lembaga non struktural adalah sangat besar. Untuk
mengantisipasi ha! tersebut dipeiiukan aturan peralihan yang
memuat:
1. pembatasan tenggang waktu/tolerasi waktu terhadap
penerapan aturan baru, misalnya 1 anggaran.
2. Terhadap kelembagaan yang sudah ada kemungkinan
akan dilikuidasi perlu diberi batasan waktu sampai kapan
dilakukan pemberesan terhadap;
- aset

- perikatan yang ada


- ketentuan peraturan yang melandasi berdirinya
lembaga tersebut
3. pengangkatan Pejabat sementara dalam suatu lembaga
oleh Presiden maslh tetap berlaku untuk jangka waktu
yang ditentukan sejak tanggal pengundangan.

c:yutlan2\niusunpres\na3laihalca<!emllcruudes2001.doc 16
BAB III

PENUTUP

1. Pengaturan susunan organisasi lembaga kepresidenan yang


berdasarkan kepada UUD 1945 memberi kejelasan
kewenangan dan pertcnggungjowaban presiden dolcm
menjolonkan tugos dolcm kopcsitcs sebogoi kepoia
pemerintohan don kepoia negoro.

2. Undong-Undong ini menjodi ocuon bogi perundong-


undongon orgonik yong dibentuk guno mengotur susunon
orgonisosi dontoto kerjo lingkungon lembogo kepresidenon
yong meliputi : Kementerlon, LPND, Sekretoriot tertinggi/tinggi
Negoro don lembogo-lembogo non strukturo! (misoi: Dewon
nosinol, Bodon don loin-loin)

3. Undong-undong ini tidok berorti menghopuskon otou


mengeliminir mokno hok prerogotif presiden sebogoimono
ditegoskon dolom UUD 1945, nomun lebih menenpotkon hok
prerogotif tersebut dolom suotu totonon yong lebih teroroh,
tronsporon, responsibility, okomodotif untuk memenuhi rose
kepotuhon mosyorokot.

4. Bohwo dengon berlokunyo Undong-undong ini okon


menyotokon tidok berlokunyo logi Undong-undong otou
peroturon orgonik loinnyo, boik secoro keseluruhon moteri
perundong-undongon dimoksud otou posol-posol tertentu
sejouh moteri dimoksud diotur/dituongkon kemboli dolom
posol-posol Undong-undong ini. Pemberlokuon Undong-
undong ini bilomono teloh dituongkon dolom lemboron
negoro don berito negoro.

3£9£9fi
cro Cv cn>

c:yutlan2\ruusunpres\nasl(ahal(adeinikiuude3200l.doc 17
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR TAHUN 2001
TENTANG
LEMBAGA KEPRESIDENAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa peraturan pemndang-undangan yang berlaku


belum secara tuntas mengatur Lembaga
Kepresidenan sebagai salah satu Lembaga Tinggi
Negara;
b. bahwa belum adanya Undang-undang yang mengatur
lembaga kepresidenan, sehingga mengakibatkan tidak
adanya landasan hukum dalam menyusun lembaga
kepresidenan;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b, maka perlu
ditetapkan Undang-undang tentang Lembaga
Kepresidenan;

Menimbang 1. Pasal 4 ayat(2), 5 ayat(2),6 ayat(1), 8, 10, 11^ 12, 13,


14, 15, 17, 20, dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar
1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis
Besar Hainan Negara;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor VI/MPR/1999 tentang Pencalonan
dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia;
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor VII/MPR/1999 tentang
Pengangkatan Presiden Republik Indonesia;

e:yullan2\ruusi/npres\ntulempres2S62001.doc
5. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor VlII/MPR/1999 tentang
Pengangkatan Wakil Presiden Republik Indonesia;

Dengan Persetujuan Bersama:


DEWAN PBRWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG LEMBAGA


KEPRESIDENAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan:


1. Lembaga Kepresidenan adalah lembaga eksekutif yang meliputi Presiden
dan Wakil Presiden, Sekretariat Negara, Kementerian Negara, Lembaga
Pemerintahan Non-Kementerian, dan Lembaga Khusus Negara yang
menjalankan tugas kenegaraan dan/atau tugas pemerintahan di dalam Negara
Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945;
2. Presiden adalah Pemimpin Penyelenggara Negara dan Pemerintahan dalam
Negara Republik Indonesia.
3. Wakil Presiden adalah Wakil Pemimpin Penyelenggara Pemerintahan dalam
Negara Republik Indonesia.
4. Lembaga Tertinggi Negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
5. Lembaga Tinggi Negara adalah Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, Badan Pemeriksa Keuangan, Dewan Pertimbangan
Agung, dan Mahkamah Agung.
6. Kementerian Negara adalah lembaga departemen pemerintah yang
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan, dipimpin oleh Menteri.
7. Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin Kementerian Negara.

c:yullan2\ruusunpres\niulempres2562001.doc
Menteri ad interim adalah Menteri yang ditugasi oleh Presiden untuk
sementara waktu menjabat sebagai Menteri bidang lain, karena Menteri lain
tersebut berhalangan sementara dalam melaksanakan tugasnya.
9. Jabatan Setingkat Menteri adalah jabatan-jabatan yang ditetapkan oleh
Presiden dan mempunyai kewenangan serta tanggung jawab setara dengan
Menteri.
10. Lembaga Negara Non-Kementrian adalah lembaga negara yang bersifat
profesional dalam menyelenggarakan tugas negara tertentu.
11. Lembaga Pemerlntah Non-Kementerian adalah lembaga pemerintah yang
bersifat profesional dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan tertentu
dan tidak dipimpin oleh Menteri.
12. Lembaga Khusu? Negara adalah lembaga yang dibentuk dalam jangka
waktu tertentu untuk melakukan tugas khusus.
13. Sekretarlat Negara adalah Sekretariat yang membantu Presiden dan Wakil
Presiden dalam penyelenggaraan urusan kenegaraan dan pemerintahan.
14. Jabatan Politik adalah jabatan yang ditetapkan berdasarkan pemilihan dan
pertimbangan politik.
15. Kepala Daerah adalah Gubemur,Bupati dan Walikota.
16. Kabinet adalah Lembaga yang terdiri dari Presiden, Wakil Presiden dan Para
Menteri Negara.
17. Sidang Kabinet adalah Rapat Kabinet yang dipimpin oleh Presiden atau
Wakil Presiden dihadiri oleh para Menteri dan bila diperlukan dapat dihadiri
oleh Kepala LPNK dan Pimpinan Lembaga Khusus Negara Tertentu yang
terkait.

BAB II
KEDUDUKAN

Pasal 2

(1) Presiden adalah mandataris dan bertanggung jawab kepada Majelis


Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

(2) Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.

(S)

ayullan2\ruusunpres\ivulewpres2S62001.doe
Pasal 3

Sekretariat Negara, Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non Kementerian,


dan Lembaga Khusus Negara yang menjalankan tugas untuk kepentingan Negara
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.

BAB III
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 4

Presiden mempunyai kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan


melaksanakan tugas kenegaraan sesuai dengan Undang-undang Dasar, Ketetapan-
ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan perundang-undangan lainnya.

Pasal 5

(1) Selaku Kepala Negara,Presiden mempunyai wewenang:


a. memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut,
Angkatan Udara, dan Kepolisian Republik Indonesia;
b. mengangkat para Kepala Staf Angkatan atas usul Panglima Tentara
Nasional Indonesia;
c. mengesahkan Pejabat Negara/Pejabat Politik pada Lembaga
Tertinggi/Tinggi Negara dan/atau pada Lembaga Negara;
d. memberi gelar, tanda jasa, dan Iain-lain tanda kehormatan kepada
Warga Negara Indonesia dan/atau Warga Negara Asing yang telah
beijasa besar kepada Negara dan/atau Pemerintah.

(2) Selaku Kepala Negara, Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan


Rakyat mempunyai wewenang:
a. mengangkat Panglima Tentara Nasional Indonesia dan Kepala
Kepolisian Republik Indonesia;

b. menyatakan perang;
c. menyatakan negara dalam keadaan bahaya.

c:yullan2\ruusunpres\rvulempres2S6200t.doe
(3) Selaku Kepala Negara, Presiden dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai wewenang:
a. mengangkat Duta;
b. memberikan amnesti dan abolisi.

(4) Selaku Kepala Negara, Presiden dengan memperhatikan pertimbangan


Mahkamah Agung mempunyai wewenang memberikan grasi dan/atau
rehabilitasi.

(5) Selaku Kepala Pemerintahan,Presiden mempunyai wewenang:


a. mengangkat dan memberhentikan Menteri;
b. mengangkat-dan memberhentikan pejabat pemerintahan tertentu atas
persetujuan Komisi Kepegawaian Negara;
c. mengajukan Rancangan Undang-undang kepada Dewan Perwakilan
PS) Rakyat;
d. mengesahkan Rancangan Undang-undang yang telah disetujui
bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat menjadi Undang-undang;
e. menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang;
f. menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-
undang dan/atau untuk mengisi kekosongan peraturan perundang-
undangan dalam menjalankan pemerintahan;
(55)
g. menetapkan Keputusan Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugas
pengaturan administrasi negara dan administrasi pemerintahan;
h. menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 6

(1) Tugas Wakil Presiden membantu Presiden dalam melaksanakan tugas


sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.

(2) Wakil Presiden menggantikan Presiden apabila Presiden berhenti atau


berhalangan tetap.

Pasal 7

c:yullan2\ivusunpres\ruulempres2S6200l.<loe
(1) Kementerian Negara mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kementerian Negara mempunyai wewenang penetapan dan atau pelaksanaan


kebijakan pemerintah tertentu sesuai dengan bidang tugasnya.

(3) Dalam hal Menteri berhalangan sementara,jabatan Menteri untuk sementara


dirangkap oleh Menteri lain sebagai Menteri ad interim.

(4) Dalam hal Menteri berhalangan tetap, jabatan Menteri digantikan oleh
Menteri yang bam. -

Pasal 8

(1) Lembaga Negara Non-Kementrian mempunyai tugas menunjang keselumhan


tugas negara di bidang tertentu.

(2) Lembaga Negara Non-Kementrian mempunyai wewenang melaksanakan


tugas negara bidang tertentu sesuai dengan peraturan pemndang-undangan
yang berlaku.

Pasal 9

(1) Lembaga Pemerintah Non-Kementerian mempunyai tugas menunjang


keselumhan tugas pemerintahan di bidang tertentu.

(2) Lembaga Pemerintah Non-Kementerian mepunyai wewenang melakukan


pengkajian, penetapan, pemmusan standar, dan penyelenggaraan tugas
penunjang terhadap keselumhan tugas pemerintahan di bidang tertentu.

Pasal 10

c;yullan2\ivusunpres\rvulempres2562001.doe
(1) Lembaga Khusus Negara melaksanakan tugas-tugas khusus pemerintahan
dalam jangka waktu dan keadaan tertentu yang tidak dilaksanakan oleh
Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Lembaga Khusus Negara mempunyai wewenang menangani dan melakukan


tindakan untuk mengatasi masalah tertentu yang ditugaskan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 11

(1) Sekretariat Negara mempunyai tugas menyelenggarakan kesekretariatan bagi


Presiden dan Wakil Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan.

(2) Sekretariat Negara mempunyai wewenang memfasilitasi kegiatan


penyelenggaraan administrasi Kepresidenan.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugasnya selaku Kepala Pemerintahan, Presiden


menyelenggarakan Sidang Kabinet.

BAB IV

ORGANISASIDILINGKUNGAN KEPRESIDENAN

e!yullan2\ruusunpres\ruulempres2S62001.<loe
Bagian Pertama
Sekretariat Negara

Pasal 13

(1) Sekretariat Negara dipimpin oleh seorang Sekretaris Negara yang


berkedudukan setingkat Menteri.

(2) Organisasi Sekretariat Negara diatur lebih lanjut dengan Keputusan


Presiden.

Bagian Kedua
Lembaga Khusus Negara

Pasal 14

Lembaga Khusus Negara dapat berbentuk Dewan atau Komisi yang dibentuk
sesuai dengan kebutuhan dan atau berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 15

Keanggotaan Lembaga Khusus Negara dapat terdiri dari:


a. unsur pemerintah;
b. unsur masyarakat;
c. unsur profesi;
d. unsur parpol; dan
e. unsur lain sesuai kebutuhan.

Pasal 16

(1) Dewan mempimyai tugas memberikan pertimbangan kepada Presiden di


bidang politik, ekonomi, agama, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, ilmu
pengetahuan dan teknologi.

cyull8n2\fwsunpres\mulempres2S62001.doc
(2) Dewan terdiri dari tenaga ahli di bidangnya yang diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.
(3) Dewan dibentuk sesuai kebutuhan dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Pertimbangan Agung.

Pasal 17

(1) Komisi melaksanakan tugas khusus yang ditetapkan berdasarkan Undang-


undang.
(2) Masa keija dan tata cara pengangkatan anggota Komisi diatur tersendiri
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BABV
KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 18

Dalam rangka menjalankan kewenangan di bidang pemerintahan, Presiden selaku


Kepala Pemerintahan, membentuk Kementerian Negara dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:

a. tugas-tugas pemerintah yang secara jelas disebutkan dalam Undang-Undang


Dasar 1945 serta perubahannya;
b. kebutuhan dasar masyarakat yang bersifat pokok;
c. potensi bangsa dan wilayah negara, dilihat baik dari aspek geografis,
keunggulan sumber daya, dan karakteristik demografi;
d. pengaturan ketertiban penyelenggaraan administrasi pemerintahan.

Pasal 19

(1) Dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,


maka Kementerian Negara terdiri dari:
a. Kementerian Dalam Negeri;
b. Kementerian Luar Negeri;
c. Kementerian Pertahanan;
d. Kementerian Keuangan;

cyullan2\ruusunpres\niulempres2S62001.doc
e. Kementerian Agama;
f. Kementerian Hukum dan Penindang-undangan;
g. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi;
h.. Kementerian Kependudukan dan Tenaga Keija;
i. Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial;
j. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan;
k. Kementerian Perhubungan;
1. Kementerian Pertambangan dan Energi;
m. Kementerian Pertanian dan Kehutanan;
n. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
0. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara.

(2) Susunan Kementerian sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) adalah Susunan


Kementerian yang wajib ada dalam setiap periode pemerintahan.

Pasal 20

(1) Apabila diperlukan, Presiden dapat membentuk kementerian lain selain


kementerian sebagaimana tersebut dalam Pasal 19.
(2) Pembentukan Kementerian sebagaimana disebut dalam ayat (1) Pasal ini
dengan memperhatikan:
a. saran-saran Dewan Perwakilan Rakyat;
b. kebutuhan pembangiman;
c. kemampuan keuangan negara;
d. perkembangan global.

BAB VI
LEMBAGA NEGARA NON-KEMENTRIAN

Pasal 21

Dalam rangka pelaksanaan tugas selaku Kepala Negara, Presiden dibantu oleh
Lembaga Negara Non-Kementerian berdasarkan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.

Pasal 22

e:yullan2\fvusunpres\ivulempres2S62001.doe
Lembaga Negara Non-Kementerian terdiri dari:
a. Bank Indonesia
b. Tentara Nasional Indonesia
c. Kepolisian Negara Republik Indonesia
d. Kejaksaan Agung
e. Badan Intelijen Negara

BAB VII
LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN

Pasal 23

Dalam rangka pelaksanaan tugas Presiden selaku Kepala Pemerintahan, Presiden


membentuk Lembaga Pemerintah Non Kementerian dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:

a. kebutuhan untuk mendukung kegiatan Kementerian;


b. kebutuhan adanya kegiatan yang bersifat khusus, dan tidak dapat
dilaksanakan oleh semua unit di lingkungan Kementerian;
c. adanya konvensi intemasional.

Pasal 24

(1) Dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20,


maka Lembaga Pemerintah Non-Kementerian terdiri dari:
a. Lembaga Sandi Negara(Lemsaneg);
b. Arsip Nasional Republik Indonesia(ANRI);
b. Lembaga Administrasi Negara(LAN);
c. Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Nasional(LPPN);
d. Badan Kepegawaian Negara(BKN);
e. Badan Riset, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Badan RIPTEK)(merger
LIPI dan BPPT);

c;yullan2\ivusunpresVuulempres2S6200l.(loe
f. Badan Pengawasan Obat dan Makanan(BPOM);
g. Badan Tenaga Nuklir Nasional(BATAN);
h. Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional(BAPETEN);
i.. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan(BAPEDAL);
j. Badan Standardisasi Nasional(BSN);
k. Badan Pusat Statistik(BPS);
1. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan(BAKOSURTANAL).

(2) Susunan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian sebagaimana dimaksud


dalam ayat(1) adalah Susunan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang
wajib ada dalam setiap periode pemerintahan.

Pasal 25

(1) Apabila diperlukan, Presiden dapat membentuk Lembaga Pemerintah Non-


Kementerian selain Lembaga Pemerintah Non-Kementerian sebagaimana
tersebut dalam Pasal 24.
(2) Pembentukan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, sebagaimana
disebut dalam ayat(1)Pasal ini, dengan memperhatikan:
a. kebutuhan pembangunan;
b. perkembangan global;
c. kemampuan keuangan negara.

BAB VII
HUBUNGAN KERJA

Bagian Pertama
Presiden dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Pasal 26

(1) Presiden bertanggung jawab kepada Majelis dan pada akhir masa jabatannya
memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan Hainan Negara yang
ditetapkan oleh Undang-undang Dasar atau Majelis di hadapan Sidang
Majelis.

ayullan2\nJtisunpres\ruulempres2S6200i.doe
(2) Presiden wajib memberikan pertanggungjawaban di hadapan Sidang
Istimewa Majelis yang khusus diadakan untuk meminta pertanggungjawaban
Presiden dalam pelaksanaan haluan negara yang ditetapkan oleh Undang-
undang Dasar atau Majelis.

Bagian Kedua
Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Pasal 27

(1) Dewan Perwakilan Rakyat yang seluruh anggotanya adalah Anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat berkewajiban senantiasa mengawasi tindakan-
tindakan Presiden dalam rangka pelaksanaan Haluan Negara.

(2) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat menganggap Presiden sungguh


melanggar Haluan Negara, maka Dewan Perwakilan Rakyat menyampaikan
memorandum untuk mengingatkan Presiden.

(3) Apabila dalam waktu tiga bulan Presiden tidak memperhatikan memorandum
Dewan Perwakilan Rakyat tersebut pada ayat (2) pasal ini, maka Dewan
Perwakilan Rakyat menyampaikan memorandum yang kedua.

(4) Apabila dalam waktu satu bulan memorandum yang kedua tersebut pada ayat
(3) pasal ini, tidak diindahkan oleh Presiden, maka Dewan Perwakilan
Rakyat dapat meminta Majelis mengadakan Sidang Istimewa untuk meminta
pertanggungjawaban Presiden.

(5) Presiden bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat membentuk Undang-


undang termasuk menetapkan Undang-undang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.

(6) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(7) Presiden tidak dapat membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.

c:yullan2\)vusunpres\fvulempres2562001,tloe
(8) Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara Dewan Perwakilan
Rakyat.

Bagian Ketiga
Presiden dengan Dewan Pertimbangan Agung

Pasal 28

(1) Presiden berhak meminta saran dan pertimbangan kepada dan untuk dijawab
oleh Dewan Pertimbangan Agung.

(2) Dewan Pertimbangan Agung berhak mengajukan usul dan wajib mengajukan
pertimbangan yang diminta oleh Presiden.

Bagian Keempat
Presiden dengan Badan Pemeriksa Keuangan

Pasal 29

(1) Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Presiden menerima tembusan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
yang diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Bagian Kelima
Presiden dengan Mahkamah Agung

Pasal 30

(1) Presiden meminta dan menerima pertimbangan dalam bidang hukum dari
Mahkamah Agung sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

(2) Presiden meminta dan menerima pertimbangan hukum dari Mahkamah


Agung untuk pemberian/penolakan grasi dan rehabilitasi.

ayullan2\ivusunprts\ivulempres2562001.doc
Bagian Keenam
Presiden dengan Kepala Daerah

Pasal 31

(1) Gubemur sebagai wakil Pemerintah berada di bawah dan bertanggung


jawab kepada Presiden.

(2) Tata cara pelaksanaan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada


ayat(1), ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

(3) Presiden mengesahkan Penetapan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

(4) Presiden atau pejabat lain yang ditunjuk untuk bertindak atas nama
Presiden melantik Gubemur.

(5) Gubemur atas nama Presiden melantik Bupati dan Walikota.

(6) Presiden, melalui Menteri Dalam Negeri menerima laporan atau penjelasan
Pemerintah Daerah, sekurang-kurangnya sekali dalam setahun atau apabila
diminta oleh Presiden.

(7) Presiden mengesahkan Keputusan DPRD tentang Pemberhentian Kepala


Daerah.

(8) Presiden memberhentikan Kepala Daerah tanpa melalui Keputusan DPRD


apabila terbukti melakukan tindak pidana kejahatan diancam dengan
hukuman lima tahun atau lebih, atau diancam dengan hukuman maksimal
sebagaimana yang diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana.

(9) Presiden memberhentikan untuk sementara Kepala Daerah yang diduga


melakukan makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah
Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa melalui Keputusan DPRD.

cyullan2\fvusuni>ns\rvtslentprts2S6200l.doc
(10) Presiden memberhentikan Kepala Daerah yang terbukti melakukan makar
dan perbuatan yang dapat memecah belah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang dinyatakan dengan keputusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tanpa persetujuan DPRD.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 32

(1) Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kelembagaan


Sekretariat Kepresidenan, Kementerian Negara, Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian, dan Lembaga Khusus Negara masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.

(2) Ketentuan pelaksanaan sebagai tindak lanjut Undang-undang ini sudah


selesai selambat-Iambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-undang ini
ditetapkan.

Pasal 33

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang


ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
Pada tanggal
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABDURRAHMAN WAHID

16
ayullan2\ruusunpres\ruulempres2S62001.doe
Konsep TgL 25 Juni 2001

RANCANGAN PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


TENTANG
LEMBAGA KEPRESIDENAN

I. UMUM

Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945, kedaulatan ada di tangan rakyat


dan dilakukan sQpenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai
penjelmaan selunih rakyat Indonesia. Salah satu tugas dari Majelis adalah
mengangkat Presiden untuk menjalankan haluan negara.

Sejak Indonesia merdeka, pengaturan lembaga kepresidenan masih


tersebar di beberapa peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Sebagai
dampaknya, maka menimbulkan beberapa penafsiran berbeda dalam masyarakat
dan adanya ketidakjelasan mengenai apa yang hams dilakukan dan tidak
dilakukan oleh Presiden, sehingga memerlukan pengaturan lembaga kepresidenan
yang lebih komprehensif.

Selain karena adanya kebutuhan mengenai pengaturan tentang lembaga


kepresidenan, keberadaan Undang-undang ini juga tidak terlepas dari semakin
terbukanya masyarakat Indonesia yang menuju masyarakat yang lebih
demokratis. Hal ini terlihat dengan diakomodasikannya sejumlah pendapat
masyarakat tentang lembaga kepresidenan.

Hal lain yang perlu diakomodasi dalam pengaturan tentang lembaga


kepresidenan adalah pengaturan mengenai lembaga-lembaga yang diperlukan
untuk mewadahi tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan,
sebagaimana diamanatkan di dalam peraturan perundang-undangan yang ada.

yullan2\rpenjelassan.doc
Lembaga-lembaga yang mewadahi tugas dan fimgsi penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan tersebut perlu ada secara terus-menems sampai ada
perubahan-perubahan lingkungan strategis yang ada, yang ditetapkan dengan
undang-undang.

Undang-undang ini lebih bersifat komprehensif, karena memberikan


pengaturan pengaturan yang lebih tegas bagi Presiden Republik Indonesia. Sifat
ketegasan pengaturan undang-undang ini bukan untuk memberikan pembatasan
kepada Presiden Republik Indonesia, tetapi akan mempeqelas kedudukan
Presiden Republik Indonesia dalam menjalankan roda pemerintahan dan roda
kenegaraan,

Adanya pembatasan dalam Undang-undang ini juga untuk mencegah


teijadinya pemusatan kekuasaan dan menghindan penyalahgunaan jabatan yang
dilakukan oleh Presiden dalam masa tugasnya sebagai Presiden.

Undang-undang ini juga telah menampung aspirasi yang ada di


masyarakat selama ini serta menampung hal-hal yang belum pemah diatur selama
ini dalam sistem kepresidenan.

Materi muatan lainnya yang mendapat porsi yang lebih dari mated muatan
yang ada, adalah materi muatan tentang tugas kepresidenan. Pada materi muatan
tentang tugas kepresidenan, undang-undang ini memberikan batasan yang jelas
secara hukum, tentang tindakan apa yang hams dilakukan seseorang ketika
menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

Melalui pengaturan undang-undang tentang lembaga kepresidenan yang


lebih komprehensif, diharapkan masalah lembaga kepresidenan yang dicita-
citakan oleh bangsa Indonesia selama ini dapat menjawab segala permasalahan
dan segala tantangan yang berhubungan dengan masalah lembaga kepresidenan.

yullan2\rpenjelassan.doc
II. PASALDEMIPASAL

Pasal 1
Cukupjelas

Pasal 2
Ayat(1)
Cukupjelas
Ayat(2)
Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu kesatuan dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu
pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah negara kepada
MPR cukup dilakukan oleh Presiden selaku mandataris.

Pasal 3
Cukupjelas

Pasal 4
Cukupjelas

Pasal 5
Ayat(1)
Cukupjelas
Ayat(2)
Cukupjelas
Ayat(3)
Cukupjelas
Ayat(4)
Cukupjelas
Ayat(5)
p*) Hurufa
Cukupjelas
Hurufb
Pejabat pemerintahan tertentu adalah pejabat yang
menduduki jabatan-jabatan Kepala Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian, dan jabatan setingkat eselon I lainnya.
(nonpartisan)
Hurufc
Cukup jelas
Hurufd
Cukupjelas
Huruf e
Cukupjelas
Huruff
Cukupjelas
Hurufg

yullan2\rpenjelassan.doc
Cukup jelas
Hurufh
Cukup jelas

Pasal 6
Ayat(1)
Cukup jelas
Ayat(2)
Apabila Presiden berhalangan tetap maka Wakil Presiden
melaksanakan tugas-tugas kepresidenan. Untuk melaksanakan
tugas tersebut Wakil Presiden perlu dikukuhkan sebagai
Mandataris oleh MPR dalam Sidang Istimewa, dengan jabatan
tetap sebagai Wakil Presiden sampai berakhir masa jabatan
Presiden yang digantikannya.

Pasal 7
Ayat(1)
Cukup jelas
Ayat(2)
Cukup jelas
Ayat(3)
Berhalangan sementara apabila Menteri yang bersangkutan tidak
menjalankan tugasnya untuk jangka waktu tertentu yaitu tidak
lebih dari 14(empat belas) hari.
Ayat(4)
Berhalangan tetap apabila Menteri yang bersangkutan tidak lagi
mampu menjalankan tugasnya, seperti antara lain karena sakit
terns menerus, mengundurkan diri, atau meninggal dunia dan Iain-
lain. Dalam hal berhalangan tetap Presiden segera mengangkat
Menteri baru sebagai pengganti yang berhalangan, s'elambat-
19) lambatnya 3 (tiga) hari keija sejak Menteri yang digantikannya
dinyatakan berhalangan tetap dengan Keputusan Presiden.
Pasal 8
Ayat(1)Cukup jelas(Lembaga Negara Non-Kementerian)
Ayat(2)Cukup jelas
Pasal 9
Ayat(1)
Mengingat Lembaga Pemerintah Non-Kementerian merupakan
lembaga pemerintah yang bersifat professional dalam menjalankan
tugas pemerintahan tertentu, maka Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian dipimpin oleh tenaga profesional dari Pegawai
Negeri sipil dan merupakan jabatan karir.

Ayat(2)
Cukup jelas.

yullan2\rpenjelassan.doc
Pasal 10
Ayat(1)
Tugas-tugas khusus pemerintahan untuk jangka waktu tertentu
dimaksud-kan bahwa tugas Lembaga Khusus Negara disesuaikan
dengan kerangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas khusus tersebut. Apabila tugas tersebut telah selesai maka
Lembaga Khusus Negara tersebut dibubarkan, selling dengan
pencabutan atau peninjauan kembali Undang-undang yang
mendasarinya.
Tugas-tugas khusus pemerintahan imtuk keadaan tertentu
dimaksudkan tugas pemerintahan yang memerlukan prioritas
penanganan untuk diselesaikan secara khusus.
m
Ayat(2)Cukup jelas
Pasal 11
Ayat(1)
Tugas-tugas kesekretariatan merupakan tugas-tugas yang bersifat
adminsitratif untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
Presiden selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dan
tugas-tugas Wakil Presiden dalam membantu Presiden.
Ayat(2)
Cukup Jelas

Pasal 12
Cukup Jelas

Pasal 13
Cukup jelas.
f*!

Pasal 14
Dewan merupakan lembaga yang melaksanakan tugas memberikan
ise,
pertimbangan atas hal-hal tertentu kepada Presiden. Komisi merupakan
lembaga yang melaksanakan tugas khusus yang bersifat operasional.

Pasal 15
Cukup jelas.
m
Pasal 16
Untuk menunjang pelaksanaan tugas dewan dibentuk Sekretariat Dewan.
Sekretariat Dewan dapat secara ex-officio dilaksanakan oleh umt keija
dilingkungan instansi pemerintah yang secara fungsional menangani
bidang tugas Dewan,

Pasal 17
Untuk memmjang pelaksanaan tugas Komisi dapat dibentuk Sekretariat
Komisi yang berdiri sendiri yang ditetapkan lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden.

yutlan2\rpenjelassan.doc
Pasal 18
Cukup jelas(berbentuk departemen)

Pasal 19
Cukup jelas(dapat berbentukportofolio atau non portofolio)
Pasal 20
Ayat(1)Cukup jelas
Ayat(2)Cukup jelas

Pasal 21
Cukupjelas(Lembaga Negara Non-Kementerian)

Pasal 22
Cukupjelas

Pasal 23
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian pada dasamya dibentuk untuk
mendukung tugas Kementerian. Di samping itu, juga tidak menutup
kemungkinan untuk membantu instansi lainnya yang terkait baik di Pusat
maupun Daerah.

Pasal 24
Ayat(1)
Cukup jelas
Ayat(2)
Cukup jelas

Pasal 25
Ayat(1)
Cukup jelas
Ayat(2)
Cukup jelas

Pasal 26
Ayat(1)
Cukup jelas

Ayat(2)
Cukup jelas

Pasal 27
Ayat(1)
Cukup jelas
Ayat(2)

yulian2\rpenjela5san.doc
Cukup jelas
Ayat(3)
Cukup jelas
Ayat(4)
Cukup jelas
Ayat(5)
Cukup jelas
Ayat(6)
Cukup jelas
Ayat(7)
Cukup jelas
Ayat(8)
Cukup jelas

Pasal 28
Ayat(1)
Cukup jelas

Ayat(2)
Cukup jelas

**1 Pasal 29
Ayat(1)
Cukup jelas

Ayat(2)
Cukup jelas

Pasal 30
Cukup jelas
r3ri

Pasal 31
Ayat(1)
Cukup jelas
Ayat(2)
Cukup jelas
Ayat(3)
Cukup jelas
Ayat(4)
Cukup jelas
Ayat(5)
Cukup jelas
Ayat(6)
Cukup jelas
Ayat(7)
Cukup jelas

yullan2\rpenjelass3n.doc

ff:
Ayat(8)
Cukupjelas
Ayat(9)
Cukupjelas
Ayat(10)
Cukupjelas

Pasal 32
Cukupjelas

Pasal 33
Cukupjelas

yull3n2\rpenjet3ssan.doc

Anda mungkin juga menyukai