Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH APLIKOM

TERNAK AYAM BROILER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

1. SITI RAHMAIDA RITONGA (2154231001)


2. TAUFIK ASMARA HADI (2154231006)
3. EMI ANGGRAINI (2154231018)
4. AGUNG MANDALA PUTRA (2154231048)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN AJARAN 2021/2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya Ternak
Unggas tentang “Pemeliharaan Ayam Broiler”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Pengantar Ilmu peternakan. Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa
yang diharapkan dan dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap
pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya
kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi
bahan pembelajaran.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak.

Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen dan Narasumber berkat
kerjasamanya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala
kerendahan hati, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Sehingga apa yang kita
harapkan dapat tercapai, dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya.
Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat ini mendapat ridho dari Tuhan Yang
Maha Esa.

2
3

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................................5
II.2. Ayam Broiler..................................................................................................................................7
II.3. Pemeliharaan Ayam Broiler...........................................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................15

3
4

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Dewasa ini jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat. Sehingga
berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya
kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani
juga turut meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi. Salah
satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ayam.
Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler,
petelur afkir, dan ayam kampung.

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan
dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi.Ayam broiler juga merupakan
salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan.
Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu
konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun
tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern
dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan
daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian
umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai,
namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan selama prosesing dan distribusi

Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen


bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya.
Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang
dijadikan acuan. Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara
penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal.

4
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Sejarah Keberadaan Ayam Broiler di Indonesia

Tidak semua orang memahami asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan ayam broiler,
meskipun hampir setiap harinya orang mendengar atau bahkan bisa jadi mengkonsumsi daging
dan telur ayam broiler. Bagi mereka ketidakpahaman tersebut memang tidak perlu dipersoalkan,
tetapi bagi peternak atau calon peternak pengetahuan tentang asal-muasal atau seluk-beluk
perkembangan ayam broiler dari waktu ke waktu penting dimiliki. Hal itu penting karena
pemahaman yang baik tentang karakteristik atau sifat-sifat ayam broiler dapat membantu dalam
melancarkan usahanya dalam beternak ayam broiler, baik untuk tipe ayam pedaging maupun
petelur. Terlebih lagi, pemahaman mengenai jenis-jenis ayam broiler yang unggul perlu
diketahui oleh setiap peternak agar dalam usaha ternaknya dapat mendatangkan keuntungan.
Berkaitan dengan hal itu saat ini dikenal adanya istilah ayam broiler komersial karena usaha
peternakan hewan unggas ini tidak terlepas dari orientasi atau tujuan mendatangkan keuntungan.
Dengan pernyataan lain, usaha peternakan ayam broiler tidak hanya diperuntukkan bagi
konsumsi sendiri melainkan untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan sehingga diperoleh
suatu keuntungan finansial (keuangan).

Usaha peternakan ayam broiler komersial dewasa ini tumbuh subur dibeberapa negara, termasuk
di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler komersial dilakukan menggunakan strains atau
bibit ayam broiler unggulan. Strains ayam broiler unggulan diperoleh dari usaha penyilangan
ayam unggulan. Semula strains ayam broiler unggulan diperoleh dengan melakukan penetasan
alami atau menitipkan pada induk ayam. Pada perkembangan waktu-waktu selanjutnya yakni
pada tahun 1844, di amerika didirikan pabrik penetasan (hatcheri) telur ayam untuk pertama kali.
Saat ini telah dikenal berbagai jenis strains ayam broiler unggul yang dikembangkan di berbagai
negara. Contohnya, di Italia dikenal terdapat strains ayam Leghorn paling diunggulkan dan
banyak dikembangkan sebagai hewan unggas yang diternakkan secara komersial (Anonim,
2011).
Di Amerika Serikat terdapat beberapa jenis atau strains ayam unggulan seperti Rhode Island
Red, Cobb, Arbor Arcres, dan Avian yang sekarang ini diunggulkan dan banyak diternakkan
secara komersial. Di Australia saat ini terdapat strains Australorp sebagai primadona hewan
unggas untuk diternakkan secara komersial. Di Prancis mempunyai strains ayam unggulan yang
dinamakan Isa Veddete dan Shaper. Di Belanda dikenal strains ayam Hybro dan Hubbart

5
6

sebagai strains ayam yang diunggulkan untuk diternakkan secara komersial, dan masih banyak
lagi yang
lain (Khaeruddin, 2009).

Perkembangan dan penyebaran ayam broiler komersial ke seluruh dunia amat disokong oleh
diberlakukannya sistem pasar bebas di era globalisasi. Para ahli genetika secara terus-menerus
dilakukan penelitian, persilangan, dan seleksi yang ketat sehingga pada akhirnya dihasilkan
varietas ayam broiler unggulan yang khusus menghasilka salah satu produk komersial yaitu
daging atau telur. Trend beternak ayam broiler komersial waktu-waktu selanjutnya dilakukan
lebih khusus, misalnya beternak ayam broiler komersial penghasil daging atau telur saja, tidak
kedua-duanya. Dengan begitu hasilnya dapat maksimal. Dewasa ini telah dihasilkan tidak
kurang dari tiga ratus bibit ayam broiler murni dan varietas ayam terseleksi dari potensi
genetikanya. Jenis atau varietas ayam broiler unggulan tersebut telah menyebar ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Beberapa potensi genetik pada ayam broiler (Khaeruddin, 2009)
unggulan yang telah ditingkatkan tersebut meliputi ukuran tubuh ayam broiler unggulan lebih
besar, ayam memiliki proporsi daging karkas yang tinggi, ayam memiliki kerangka tulang yang
lebih kuat, pertumbuhan badan ayam terhitung lebih cepat, ayam mempunyai warna kulit putih
atau kuning yang bersih, lebih tahan terhadap penyakit, dan yang lebih penting sebagai ayam
broiler komersial memiliki konversi pakan yang baik sehingga lebih mendatangkan keuntungan
besar bagi setiap peternak.

Perkembangan ayam broiler di Indonesia dapat dimulai abad ke- 19. Pada saat itu benua Eropa
dan ebnua Amerika sangat familiar dengan ayam Sumatra. Kondisi tersebut mendorong para
pakar perunggasan kedua benua tersebut untuk melakukan penelitian terhadap ayam Sumatra.
Pada abad ke-20 para pakar kedua benua itu menugaskan salah seorang pakar perunggasan yang
terkenal pada waktu itu bernama J.F. Mohede mengadakan penelitian tentang ayam Sumatra.
Beberapa jenis ayam Sumatra memang terkenal di masa lalu karena berbagai kelebihannya.
Selain meneliti ayam Sumatra, pakar dari negara asing itu juga meneliti ayam Kedu. Bahkan
tidak hanya J.F. Mohede yang mengadakan penelitian terhadap ayam Kedu, tetapi juga disertai
ahli yang lain yakni J. Menkens. Penelitian kedua orang pakar perunggasan tersebut dilakukan
pada tahun 1937. Saat itu ayam Kedu terkenal mempunyai kelebihan-kelebihan atau
keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan ayam yang lain, di antaranya tahan terhadap
berbagai jenis penyakit, tingkat pertumbuhan tinggi, produksi telur tinggi, cita rasa daging yang
enak, dan pemeliharaan yang mudah. Tidak heran jika ayam Kedu merupakan salah satu nenek

6
7

moyang dari ayam ras yang terbentuk di Amerika dan Inggris seperti ayam Sussex, ayam
Cornish, ayam Orpington, ayam Australorp, dan ayam Dorking (Khaeruddin, 2009).
Perkembangan populasi ayam komersial di Indonesia tercatat dimulai pada pertengahan
dasawarsa 1970-an. Perkembangan itu mencapai puncaknya pada awal 1980-an. Faktor-faktor
yang menentukan perkembangan populasi ayam broiler komersial di berbagai daerah di
Indonesia antara lain sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup,
tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan suatu
wilayah atau daerah di Indonesia. Daerah perkembangan ayam broiler saat itu belum merata di
seluruh wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia. Daerah
pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia bagian barat meliputi wilayah Pulau Jawa
dan sebagian Sumatra (Anonim, 2011).

II.2. Ayam Broiler

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan
dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi
daging ayam. Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara
khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata
1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah
ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot
badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan
daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6
sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang
optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan
konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat
pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat
pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam
pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler
mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau
delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis
lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat
diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor
(Fadillah, 2007).

7
8

Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat,
maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan
kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energy
yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak.
Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan,
pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak
kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang
dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan
kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan
berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi. Ada tiga tipe fase pemeliharaan ayam
broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase
finisher 6
minggu hingga dipasarkan (Cahyono, 1995).

Ayam broiler atau pedaging memiliki beberapa cirri, yaitu diantaranya (Anonim, 2002) :

● Bobot relatif besar

● Membutuhkan asupan makanan yang tinggi

● Pertumbuhan sangat cepat

● Mengandung banyak lemak pada tubuhnya

Ayam broiler sebagai jenis ayam pedaging yang paling populer dan paling banyak
diternakkan mempunyai ciri senang makan atau tingkat konsumsi ransumnya sangat tinggi. Bila
ransum (makanan) diberikan tidak terbatas atau ad libitum, maka ayam akan terus menerus
makan hingga merasa kenyang. Karenanya, untuk mengurangi beban produksi pengadaan pakan
dan sekaligus untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan yang baik pada ayam broiler
yang diternakkan, maka peternak hanya akan memberikan ransum pada batas tertentu sesuai
umur dan
arah pembentukan bibit yang kemudian disebut dengan konsumsi standar atau baku.

Dengan cara ini pula, tingkat konversi ransum pada ayam yang umurnya sama dari waktu ke
waktu akan terus diperbaiki sesuai harapan peternak, yaitu tingkat pertumbuhan yang relatif
cepat dengan jumlah porsi makanan yang kurang lebih sama atau malah lebih sedikit (Andri,
1994).

8
9

Intinya, peternak akan menginginkan agar ayam broiler (pedaging) yang dipeliharanya akan
lebih cepat dipanen dengan menghabiskan pakan seminimal mungkin. Ayam broiler sebenarnya
akan tumbuh baik dan optimal bila diternakkan pada temperatur lingkungan 19-21°C. Namun,
karena rata-rata suhu di Indonesia terbilang tinggi, maka ayam broiler terlalu banyak minum tapi
nafsu makanya berkurang, di mana hal tersebut tidak baik bagi ayam. Maka dari itu, tidak
mengherankan bila sebagaian peternak lebih senang membuka peternakan di daerah dataran
cukup tinggi dengan suhu yang sejuk dan tidak terlalu panas.

Bila dipelihara dengan baik dan mendapatkan ransum yang berkualitas, maka ayam broiler usia
di atas 6 minggu bisa menghasilkan persentase karkas (hasil potongan daging utuh tanpa
mengambil darah, bulu, kepala, cakar, maupun isi perut dan rongga dada) yang sangat tinggi,
yakni antara 65-75%. Selain faktor pemeliharaan, tingkat kecepatan pertumbuhannya, dan
persentase karkas tersebut sangat bergantung pada faktor keturunan. Karena itulah, para
peternak ayam broiler akan selalu berusaha untuk mengambil bibit ayam broiler dari bangsa
(strain) yang unggul.ntoh ayam pedaging adalah starbro, plymouth rock, cornish,
Sussex(Fadillah, 2007).

II.3. Pemeliharaan Ayam Broiler

Agar mampu terus bertahan di bidang usaha ternak ayam broiler, kita harus tahu faktor-faktor
apa saja yang merupakan penentu keberhasilan usaha ternak tersebut. Fakta membuktikan dari
tahun ke tahun kebutuhan masyarakat terhadap daging broiler terus meningkat. Seiring dengan
meningkatnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging broiler, terjadi juga peningkatan
terhadap usaha peternakan ayam broiler. Tetapi sangat disayangkan animo peternak terhadap
komoditi yang satu ini tidak disertai kestabilan keuntungan yang dapat diraih oleh peternak,
sehingga seringkali kita dengar banyak peternak yang gulung tikar.
Menurut Wirama Yuda (1996), ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau calon
peternak, agar usahanya dapat berkesinambungan, diantaranya adalah (Anonim, 2000) :
∙ Kandang

Sebelum memulai usaha ternak broiler, kita harus mempunyai kandang yang memenuhi
syarat-syarat teknis dan kesehatan ternak, antara lain : tidak bocor waktu hujan, ventilasi cukup
dan sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke dalam kandang. Jarak antar kandang
tidak terlalu rapat, dengan jarak minimal antar kandang selebar satu kandang. Saluran-saluran air
atau pembuangan di sekitar kandang harus lancar. Lantai kandang harus miring ke satu atau dua

9
10

arah untuk mempercepat proses pembersihan dan mencegah menggenangnya air di dalam
kandang.
Peralatan kandang

kandang yang vital seperti tempat pakan (feeder), tempat minuman (drinker), pemanas, seng
pelindung anak ayam (chick guard), layar/tirai penutup kandang dan alat semprot desinfektan
(sprayer) harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebab jika peralatan tersebut kurang dari
kebutuhan berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara, dapat menimbulkan problem- problem
(Priatno, 2004) :
Berat badan standar akan sulit tercapai. Jumlah ayam yang kerdil akan tinggi.

Problem penyakit yang timbul akan lebih sering dan sulit untuk diatasi.

Angka kematian tinggi serta kualitas rata-rata ayam ecara keseluruhan akan jelek.

∙ Anak Ayam DOC

Anak ayam umur sehari (DOC) yang baik mempunyai ciri-ciri : bulu kering dan bersih, berat
tidak dibawah standar (minimal ± 39 gr/ekor), lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak
menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu seperti ompalitis, ngorok ataupun pullorum
yang dapat dilihat dari adanya kotoran berwarna putih (Anonim, 2000).

∙ Pakan

Pakan yang baik adalah yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam
(protein, lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino).Hal ini dapat dilihat dari
standar kebutuhan zat-zat makanan pada masing-masing eriode pemeliharaan yang dapat
dipenuhi oleh pakan tersebut. Yang juga tidak kalah penting tapi sering terlupakan adalah pakan
tersebut harus tidak menyebabkan diare, sebab diare dapat menyebabkan litter menjadi basah
sehingga konsentrasi amoniak di dalam kandang meningkat. Pada akhirnya dapat menimbulkan
penyakit dan problem berat badan (Anonim, 2002).

Obat-obatan

Meliputi antibiotika, vaksin dan vitamin yang dibutuhkan untuk membantu mempertahankan
kesehatan ayam, ataupun mengobati ayam bila terserang penyakit.

10
11

Pemilihan dan pemakaian obat-obatan yang digunakan harus tepat sesuai dengan kasus yang
dihadapi. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit tidak boleh salah untuk keefektifan terapi
pengobatan yang dijalankan. Yang wajib untuk dipahami peternak, adalah obat-obatan ini hanya
sebagai pendukung, bukan faktor utama yang menyebabkan ayam menjadi sehat. Sebab, faktor
utama untuk menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang
benar. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan bermanfaat banyak bila sanitasi dan
manajemen pemeliharannya buruk. Malah dapat menimbulkan kerugian, karena problem
penyakit akan sering muncul dan sulit untuk diatasi, yang pada
akhirnya biaya produksi menjadi tinggi (Anonim, 2011).

∙ Manajemen pemeliharaan

Faktor-faktor di atas dapat berfungsi dengan baik bila manajemen atau tatalaksana pemeliharaan
yang dijalankan benar. Manajemen yang baik akan meningkatkan efisiensi faktor-faktor
produksi, sehingga memperkecil beban pengeluaran, yang pada akhirnya dapat memperbesar
keuntungan yang
diperoleh (Cahyono, 1995).

Pemasaran

Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap
pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia kerja yang baik
apabila penanganan pemasaran broilernya dilakukan kurang rapi

dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak. Pemasaran yang baik adalah yang
tepat waktu, memakan waktu yang
sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual di sini
tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan lamanya
proses pengangkatan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan. Pemasaran yang terlambat,
walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang
proses pengangkutan ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stres pada ayam
sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban peternak.
Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat
menghasilkan daging.

11
12

BAB III
PEMBAHASAN

Peternakan Bapak Ancu Peternakan Bunga Jaya terletak di daerah Kodim Kabupaten
Sidrap yang berdiri pada tanggal 9 Maret 2007. Setelah melakukan Tanya jawab terhadap beliau,
bebarapa informasi telah diperoleh yang diantaranya yaitu

Jumlah kandang yang dimiliki sebanyak 2 kandang, yang masing-masing kandang berukuran 16
petak dan 12 petak. Populasi ayam pada kandang yang berukuran 16 petak dihuni sebanyak
kurang lebih 4000 ekor, sedangkan yang berukuran 12 petak dihuni kurang lebih 3000 ekor.

Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang
(bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-
masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Lantai kandang
menggunakan sistem litter berbahan sekam padi. Litter adalah hamparan alas kandang yang
berguna sebagai alas tidur, penghangat bagi ayam dan mengurangi kelembaban lantai
kandang. Ketebalan sekam padi sekitar 15-20 cm.

Pemberian Pakan dan Minum

Dalam sehari ayam diberi makan 3 kali. Dimana aturan pemberian makan adalah sebagai

berikut :

Usia ayam 1-20 : diberi pakan BP 11

Usia ayam 20-panen : diberi pakan BP 12

Tempat pakan yang digunakan terbuat dari bahan yang sesuai dengan umur ayam, tidak mudah
kotor dari feses ayam, mudah dicapai ayam, pakan yang tersedia sesuai dengan jumlah ayam
agar tidak terjadi perebutan pakan, dan praktis. Tempat pakan ada dua jenis, yaitu tempat
pakan yang berbentuk piring dan bulat.
Pemberian minum pada ayam broiler atau pedaging menggunakan air yang ditambahkan
dengan Vitachink. Pemberian minum ini sangat penting, diharapakan agar tempa minum ayam
tidak pernah kosong. Air minum yang disediakan harus selalu dalam keadaan bersih, dingin atau
segar. Guna menjaga kebersihan dan kesegaran air minum, air harus sering diganti agar air tidak

12
13

basi. Vaksinasi dan Penyemprotan

Vaksin yang diberiakan dipeternakan ini terhadap ayam Broiler yaitu :

1. Vaksin Tetes Mata (umur 1 minggu) menggunakan Gumboro

Vaksin di teteskan pada salah satu mata dengan menggunakan pipet. Jarak antara unjung pipet
dengan mata 1 cm. pada saat ditetes, mata harus terbuka sehingga vaksin bisa masuk dan
meresap. Untuk itu, maka harus ditunggu agar mata yang habis ditetas itu dipejamkan. Mengenai
dosis vaksinasi dengan cara ini cukup 1-2 tetes/ekor.

2. Vaksin bawah kulit (umur 2 minggu) menggunakan ND

Vaksin ini dilakukan dengan cara menyuntikkan bagian belakang leher, namun penyuntikan ini

diharapkan tidak sampai kdaging.

Sealai vaksinasi penyemprotan juga dilakukan, yaitu dengan cara mengisi tangki dengan air yang
dicampur dengan desinvektan. Dengan perbandingan 1:15 liter air. Penyemprotan
dilakukan dengan merata.

Penyakit dan Penanga

Berak Kapur (Pullorum)

Penyakit ini mudah terlihat dari warna kotoran yang ada terlihat diare pada ayam berwarna putih
dan setelah kering menjadi serbuk putih. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella
pullorum. Kematian dapat terjadi setelah ayam 4 hari terinfeksi. Penularannya
melalui kotoran. Pengobatan penyakit ini belum begitu memuaskan.

Obat-obatan untuk mengatasi penyakit pada ayam broiler antara lain antibiotik, vaksin, dan
vitamin. Sebenarnya obat-obatan adalah pendukung. Sanitasi dan tata laksana pemeliharaan
yang benar adalah yang utama. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan ada gunanya

apabila manajemen pemeliharaannya buruk.

Panen
Panen adalah tahap akhir dalam proses pemeliharaan ayam pedaging. Disinilah akan

diketahui berhasil dan tidaknya usaha beternak ayam pedaging

Panen dilakukan pada saat umur ayam mencapai 5-7 minggu, dan biasanya bobot ayam yang
dimiliki Bapak Ancu berkisar 1,7-2 kg/ayam. Ayam yang tidak sampai bobot sekian, akan

13
14

dipisahkan dimana kata lainnya adalah pensortiran.

Agar suasana kerja saat memanen ayam menjadi nyaman, gantung tempat pakan dan minum
sehingga tidak banyak pakan dan air minum yang tumpah saat ayam dipanen, terutama saat
proses penyekatan ayam. Pada proses penyekatan ayam lakukanlah secara bertahap agar ayam
yang dipanen tidak lumpuh karena lemas. Hal ini sangat perlu dilakukan karena dapat berakibat
ayam mati menumpuk (over lapping). Jangan menangkap ayam secara kasar karena bisa
menyebabkan memar, tulang sayap dan kaki patah bahkan bisa menyebabkan ayam mati karena
stres.

14
15

BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Pelaksanaan kemitraan usaha peternakan ayam broiler di Daerah Istimewa Yogyakarta
khususnya Kabupaten Bantul, Sleman, dan Kulon Progo pada dasarnya sudah berjalan dengan
baik sesuai dengan prinsip kemitraan yang diatur dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor 13/PERMENTAN/PK.240/5/2017, sehingga tidak
ditemukan unsur-unsur praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat. Terkait dengan permasalahan harga yang tidak stabil di pasar,
disebabkan oleh bakul-bakul pengantaran ayam yang dengan mudah menentukan harga
pembelian ayam karena tidak adanya harga acuan di tingkat bakul-bakul pengantaran ayam yang
belum diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2018
tentang Harga Acuan Pembelian Di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat
Konsumen.

B. Saran
Mengacu pada kesimpulan tersebut, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Pemerintah seharusnya melakukan revisi terhadap Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 96 Tahun 2018 tentang Harga Acuan Pembelian Di Tingkat Petani dan Harga
Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen mengenai pengaturan harga acuan pembelian di tingkat
bakul-bakul pengantaran ayam agar tidak ada pihak yang dirugikan.
2. Pemerintah seharusnya meningkatkan kinerjanya dalam melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kemitraan usaha peternakan ayam broiler agar dapat berjalan
lebih baik lagi.
3. Perusahaan peternakan seharusnya memberikan kesempatan bagi para peternak sebagai rekan
mitranya untuk memilih dan mengetahui secara pasti mengenai kualitas sarana produksi ternak
(sapronak) yang akan diberikan kepada peternak.

15

Anda mungkin juga menyukai