Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai mahkluk dikenai oleh hukum perubahan. Baik yang berkenaan dengan
fisiknya, pemikiran, maupun tingkah lakunya. Dalam kehidupan di dunia ini, awalnya
manusia terlahir sebagai individu yang menyendiri, selanjutnya manusia berhubungan dengan
manusia lain, mereka hidup bersama dan bekerja bersama untuk mewujudkan keperluan
asasinya.
Dan setiap masyarakat, manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan,
yang berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula
perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula
perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat.
Selo Soemardjan mendefinisikan bahwa perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang
terjadi di masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku
organasasi, susunan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial, dan lain sebagainya. Dan adaapun segala perubahan yang adapada lembaga-
lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya,
termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok-
kelompok masyarakat. (Soerjono Soekanto, 2010: 259).
Dalam perjalanannya manusia mengalami perubahan, maka dengan perubahan itulah manusia
bisa berkembang. Manusia juga dapat dibedakan dari makhuluk lainnya karen adanya
perubahan dalam diri mereka terutama dari segi pengetahuan dan spiritnya.
Oleh karena ini mengakaji manusia, baik itu dari aspek fisik, pemikiran atau pun sosialnya
sangatlah penting, karena merupakan titik tolak untuk mengetahui perkembangan manusia
dan juga langkah-langkah yang telah dibuat oleh manusia untuk memakmurkan hidupnya dan
juga menjalankan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi (QS:2:30).
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pertumbuhan dan perubahan masyarakat yaitu,
pertama-pertama dari masyarakat pra-industri, masyarakat industri kemudian masyarakat
pos-industrial. Adapun untuk kali ini yang akan kelompok kami bahas adalah mengenai
masyarakat industri ke pos-industrial.
B. Perumusan Masalah
a. Jelaskan apa yang di maksud masyatakat industri secara geografi menurut Bell?
b. Sebutkan 4 dimensi atau komponen masyarakat pos industri?
C. Tujuan pembahasan
a. Untuk mengetahui apa itu masyarakat industri dan pos idustri!
b. dan mengetahui pergeseran masyarakat indistri menjadi masyarakat pos industri!

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat
Kata masyarakat yaitu merupakan terjemahan dari istilah “society” yang berarti orang yang
membentuk sebuah sistem semi yang tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar
interaksi adalah indivu-indivu yang berada pada kelompok tersebut.dan disamping itu pula
bahwa kata “masyarakat” berasal dari bahasa arab yaitu ” masyarakat”. Kata masyarakat
sendiri berasal dari kata “musyarak”, yang berarti bersama-sama atau sebelah-menyebelah.
Jadi, masyarakat berati kumpulan bersama orang ramai bersama. Adapun kata masyarakat
dalam pemakaiaannya di Indonesia di ucapkan dan di tulis masyarakat, itulah sebabnya
sampai sekarang yang kita kenal adalah istilah masyarakat bukan musyarakat.
Ralph Linton, seorang antroplog terkenal mengartikan masyarakat sebagai, semua kelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat
mengorganisasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dengan batas-batas tertentu.
M.J. Herkovits mengemukakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang
diorganisir dan mengikuti suatu tata cara hidup tertentu. Namun, ada juga yang berpendapat
bahwa masyarakat yaitu yang terdiri atas kelompok manusia yang besar dan relatif
permanen,berinteraksi secara permanen, menganut dan menjunjung sistem nilai dan
kebudayaan tertentu, serta self supporting.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komponen mayarakat yaitu
· Kelompok besar manusia yang relatif permanen
· Berinteraksi secara permanen
· Menganut dan menjunjung suatu sistem kenudayaan
· Self supporting
Sebagaimana yang telah kita bahas di atas mengenai komponen mayarakat di atas maka dapat
kita ketahui bahwa pada dasarnya manusia dapat dikatakan sebagai anggota masyarakat,
maka dengan demikian bahwa suatu masyarakat harus terdiri atas kelompok besar manusia
dan adanya hubungan interaksi secara permanen. Karena suatu masyarakat tidak mungkin
terdiri atas satu orang saja melainkan harus hidupnya secara berkelompok dan interaksi
secara permanen. Dalam hal ini yang dimaksud dengan berinteraksi secara permanen itu
yaitu bahwa kelompok besar manusia itu harus saling berhubungan antara satu individu
dengan individu yang lainnya. Karena apabila dalam suatu kelompok itu tidak saling
berinteraksi, maka kelompok tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masyarat. Sikap
permanen tersebut interaksi tersebut maksudnya adalah bahwa interaksi itu berlangsung tidak
sementara, tetapi ada kontinuitasnya.
Di dalam suatu masyarakat juga menganut dan menjunjung sistem nilai dan kebudayaan.
Karena setiap masyarakat pasti memiliki sistem nilai, yaitu sikap dan perasaan-perasaan yang
diperlihatkan oleh kelompok besar manusia tersebut, mengenai keseluruhan baik dan buruk.,
yang benar dan yang salah, suka dan tidak suka. Maka dengan itu sistem nilai mempunyai
fungsi yaitu untuk mengontrol tindakan-tindakan anggota masyarakat, sehingga apabila setiap
bertindak tindakkan mereka itu harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku pada
masyarakatnya.
Adapun dalam kebudayaan yang mana mencakup keseluruhan pengetahuan, kepercayaan,
keseniaan, moral, hukum, adat istiadat, kebiasaan serta kemampuan-kemampuan lainnya
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat, juga merupakan komponen masyarakat.
Karena tidak ada mayarakat yang tanpa mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, karena
kebudayaan hanya dimiliki oleh masyarakat. Suatu masyarakat tidak lah mungkin dapat
terwujud tanpa memiliki berbagai pengetahuan, adat istiadat, hukum, dan yang lainnya.
Komponen masyarakat lainnya adalah self supporting atau memenuhi kebutuhan sendiri.
Berbagai keperluan masyarakat atau anggota-anggota masyarakat haruslah dapat mereka
penuhi sendiri. Mereka mampu dan berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Maka dengan
demikian masyarakat itu tetap survival dan tidak punah.
B. Terbentuknya masyarakat
Definisi masyarakat memang sangat relatif, tergantung kesamaan wilayah atau ciri
kebudayaan. Namun masalahnya bagaimana populasi atau sekumpulan orang merasa perlu
berkelompok yang akhirnya memiliki kesadaran sebagai anggota masyarakat. Untuk itu perlu
kiranya kita mengetahui mengenai terbentuknya masyarakat, atau dikenal dengan teori
evolusi manusia dan kebudayaan.
Ahli paleontropologi sebuah cabang antroplogi yang mempelajari asal usul kehidupan
manusia berdasarkan bukti-bukti arkeologi, telah lama berpendapat bahwa manusia
merupakan salah species primat yang berevolusi. Manusia juga dianggap sebagai primat yang
paling maju dalam mengembangkan akalnya untuk beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya. Adapun salah satu ciri yang menononjol dalam diri manusia adalah juga jenis
primat lainnya seperti binatang adalah nalurinya untuk hidup dalam kelompok.
Seseorang harus memenuhi berbagai kebutuhan untuk dapat memenuhinya dan
mempertahankan hidupnya. Namun cara-cara untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut
namun sering kali tidak dapat ia penuhi sendiri, melainkan harus bekerja sama dengan orang
lain. Maka dengan demikian inilah yang menyebabkan tiap orang mempunyai
ketergantuingan satu sama lain. Kebutuhan-kebutuhan mendasar seperti makan, reproduksi,
atau memperoleh keturunan, dan mempertahankan diri menuntut adanya hubungan dengan
sesamanya. Hubungan tersebut terjalin melalui proses komunikasi sehingga terciptalah
bahasa dan sistem tanda, baik dalam bentuk isyarat atau gerak maupun suara.
Dengan adanya komunikasi juga memungkinkan tiap orang saling memahami. Dan pada
akhirnya pengorganisasian dan pengaturan dilakukan untuk menjaga hubungan-hubungan
sosial tersebut sehingga kebutuhan individu dan kelompok dapat terpenuhi tanpa
mengorbankan individu lainnya. Karena jika tidak, kelomopok tersebut akan menghadapi
ketidak teraturan yang mengakibatkan kerugian bagi individu di dalamnya.
C. Unsur-Unsur Mayarakat
Agar terciptanya dalam suatu lembaga, atau juga dapat dikatakan sebagai masyarakat maka
perlu kita ketahui bahwa masyarakat harus ada mencakupi unsur-unsur tertentu Menurut
Soerjono Soekanto dalam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut yaitu:
1. Beranggotakan minimal dua orang.
2. Berhubungan dengan waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan manusia baru yang
saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat. 3.
Menjadi sistem hidup yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain
sebagai anggota masyarakat.
Sementara itu Abdulsyani juga mengungkapkan beberapa unsur masyarakat sebagai berikut:

1. Sejumlah masnusia yang hidup bersama dalam waktu yang relative lama, di dalamnya
manusia dapat saling mengerti dan merasa dan mempunyai harapan-harapan sebagai sarana
bahwa dari hidup bersama itu terdapat system komunikasi dan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakt tersebut.

2. Manusia yang hidup bersama itu merupakan satu kesatuan

3. Manusia yang bersama itu merupakan suatu system hidup bersama, yaitu hidup bersama
yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap anggota masyarakat merasa dirinya
asing-masing terikat dengan kelompoknya.
Menurut Maria Levi bahwa unsur-unsur masyarakat adalah:
a. Ada sistem tindakan utama.
b. Saling setia terhadap pada sistem tersebutpada sistem tersebut.
c. Mampu bertahan hidup.
d. Seagian atau seluruh anggota mereproduksi atau memikirkan anggota baru.
Dari pendapat para ahli diatas ternyata pendapat mereka mengenai unsur masyarakat yaitu
sama yang pada dasarnya bahwa masyarakat adalah sekelompok orang yang terdiri dari dua
individu atau lebih yang saling berinteraksi satu sama lain dan yang berhubungan dalam
waktu yang relatif lama dan mempunyai rasa satu kesatuan, yang mana di dalamnya dari
individu-indivu tersebut dapat saling mengerti dan merasa dan mempunyai harapan-harapan
sebagai sarana bahwa dari hidup bersama itu terdapat system komunikasi dan peraturan-
peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat tersebut guna untuk
mencapai kepentingan atau tujuan bersama.
D. Perkembangan Masyarakat
Adapun sebelum kita memahami lebih lanjut mengenai masyarakat pos-industri, maka
alangkah lebih baiknya kita terlebih dahulu membahas mengenai perkembangan masyarakat,
yaitu :
a. Masyarakat Pra-Industri
Dalam buku The Coming of Post-Industrial Society, Bell (1976) menyebutkan bahwa dalam
masyarakat pra-industri, angkatan kerja yang ada umumnya banyak terlibat dalam industri-
industri ekstraktif, yaitu meliputi pertambangan, perikanan, kehutanan, pertanian. Ketika
sumber daya alam melimpah, dan orang tidak terlalu harus bergantung pada teknologi untuk
memperoleh sesuatu, maka kehidupan utama penduduk di era pra-industrial umumnya adalah
bergantung dan banyak bersinggungan dengan alam. Orang bekerja dengan kekuatan ototnya
dengan cara-cara yang telah diwarisinya, dan indrawi orang terhadap dunia terkondisi
sedemikian rupa tergantung pada elemen-elemen seperti musim, sifat dari tanah, dan jumlah
air. Ritme kehidupan masyarakat di era pra-industrial lebih cenderung dibentuk oleh siklus
dan ritme alam, sehingga jenis pekerjaan penduduk pun umumnya sangat tergantung pada
alam, yang produktifitasnya rendah, dan ekonomi pun terkait dengan wujud alam dan
fluktuasi harga bahan baku dalam ekonomi dunia. Unit kehidupan sosial yang berkembang
pada masyarakat pra-industrial adalah perluasan dari rumah tangga. Secara umum, di
masyarakat pra-industrial kesejahteraan belum dan tidak mudah tercapai, karena warga
masyarakat yang ada cenderung hanya bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk dirinya
sendiri. Di era masyarakat pra-industrial, sering terjadi jasa pelayanan domestik menjadi
murah dan berlimpah-ruah. Di Inggris, menurut Daniel Bell, sampai periode Victorian
Pertengahan, kelompok pekerja terbesar tunggal dalam masyarakat ialah pembantu rumah
tangga. Masyarakat pra-industri adalah masyarakat agraria yang terstruktur dalam cara-cara
yang rutin dan dikelola oleh otoritas tradisional.
b. Masyarakat Industri
Dalam masyarakat industri yang secara geografis menurut Bell umumnya berada di wilayah
negara-negara Atlantik Utara ditambah Uni Soviet dan Jepang – mereka umumnya adalah
masyarakat penghasil barang. Berbeda dengan masyarakat pra-industrial yang kehidupannya
lebih banyak dikendalikan alam, kehidupan masyarakat industri ibaratnya adalah sebuah
permainan bersama fabrikasi alam yang bersifat teknis dan rasional. Modernisasi dan
kehadiran berbagai perangkat teknologi produksi atau mesin sangat mendominasi, dan ritme
kehidupan masyarakat umumnya dipacu secara mekanis. Keberadaan tenaga manual yang
harus bersaing dengan teknologi modern, menyebabkan ritme kehidupan masyarakat lantas
lebih sering menyesuaikan diri dengan irama mesin daripada irama kehidupan manusia itu
sendiri. Di era masyarakat industrial, penemuan energi dan mesin-mesin telah menggantikan
kekuatan otot dan kehadiran listrik yang merupakan dasar bagi produktifitas merupakan tanda
dari masyarakat industri. Di masyarakat industri, keahlian diuraikan ke dalam komponen-
komponen yang lebih sederhana, yaitu ahli teknik, yang bertanggungjawab atas tata letak dan
aliran kerja, serta pekerja setengah ahli. Dalam proses perkembangan masyarakat industri,
bukan tidak mungkin di satu titik tertentu, kehadiran mesin yang diciptakan manusia nantinya
justru akan menggantikan diri manusia, karena dirasakan lebih produktif dan tak berperasaan.
Di masyarakat industrial, sering terjadi manusia lantas hanya diperlakukan sebagai “benda”,
sehingga tak jarang terjadi apa yang disebut proses eksploitasi dan alienasi.
c. Masyarakat Post-Industri
Masyarakat Post Industri (Post Industrial Society): Daniel Bell Masyarakat post industri
merupakan sebuah konsep ekonomi yang menjelaskan bahwa sektor jasa menghasilkan
kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan sektor industri atau manufaktur di beberapa
negara. Perkembangan masyarakat modern yang sering disebut dengan masyarakat post-
industri.
Masyarakat pos-industri yang disebut Bell sebagai masyarakat informasi ini umumnya
didasarkan pada jasa pelayanan dan keahlian profesional. Berbeda dengan kaum petani dan
buruh yang hanya mengandalkan pada kekuatan otot secara manual, di era masyarakat post-
industrial, aktivitas perekonomian dan bahkan kehidupan sosial-politik umumnya banyak
dipengaruhi bukan hanya energi, tetapi juga informasi. Pelaku utamanya disebut kaum
profesional, karena mereka dalam bekerja berbekal dan dilengkapi dengan pendidikan dan
kepelatihannya, sehingga memperoleh jenis keahlian yang semakin dibutuhkan dalam
masyarakat pasca-industri. Berbeda dengan masyarakat industri yang ditandai dengan
kuantitas barang sebagai tanda dari standar kehidupan, maka masyarakat pasca-industri
ditandai dengan kualitas kehidupan yang diukur oleh jasa dan kesejahteraan – kesehatan,
pendidikan, rekreasi, dan seni – yang sekarang memang dikehendaki dan menjadi dambaan
bagi siapa saja.
Menurut Daniel Bell, dalam transformasi masyarakat industri menuju pasca-industri, terdapat
beberapa tahapan berbeda. Pertama, dalam perkembangan dasar masyarakat industri terdapat
perluasan transportasi dan utilitas umum yang diperlukan sebagai jasa tambahan di dalam
menggerakan barang serta semakin bertambah besarnya penggunaan energi, dan adanya
peningkatan pada non-manufaktur tapi masih membutuhkan pekerja kasar. Kedua, dalam
konsumsi massal terhadap barang dan pertumbuhan populasi, terdapat peningkatan pada
distribusi (besar maupun retail), dan keuangan, real-estate, serta asuransi, yang merupakan
pusat-pusat dari pekerjaan kantoran. Ketiga, ketika naiknya pendapatan nasional, orang
menemukan bahwa proporsi uang untuk makanan di rumah mulai menurun, dan sebaliknya
terjadi peningkatan proporsi uang yang digunakan untuk membeli bahan-bahan tahan lama
(pakaian, rumah, mobil), selanjutnya item-item mewah, rekreasi dan seterusnya.
E. Pergeseran Masyarakat dari Masyarakat Industri Menjadi Masyarakat Post
Industri
Pergeseran masyarakat dari tahap industri ke post-industri sudah barang tentu tidak terjadi
secara tiba-tiba. Salah satu indikasi terpenting atas hal tersebut adalah bergesernya sebagian
besar angkatan kerja dari sektor pertanian (sektor primer) dan manufaktur (sektor sekunder)
ke sektor-sektor jasa (sektor tersier). Perkembangan lapangan kerja di bidang informasi,
khususnya di lingkungan kantoran yang melahirkan pekerja “kerah putih” ikut menopang
pesatnya pertumbuhan sektor-sektor jasa tersebut. Pekerjaan di bidang informasi itu sendiri
sangat beragam, mulai dari pemograman dan pembuatan perangkat lunak komputer hingga ke
pengajaran dan penelitian berbagai hal yang berkaitan dengan pengelolaan informasi dan
dampak perkembangan teknologi informasi. Industri-industri informasi seperti penyedia
jaringan data, dan jasa-jasa komunikasi merupakan pekerjaan di bidang informasi yang
tumbuh di era masyarakat post-industrial dan semua itu membuat pekerjaan informasi
menjadi pilar terpenting perekonomian. Sistem stratifikasi dan kekuasaan masyarakat post
industri dapat dibandingkan dengan tipe masyarakat awal pra industri dan masyarakat
industri yang berdasarkan alokasi sumber-sumber langka. Sumber utama masyarakat pra
industri ialah tanah. Disini penguasa masyarakat pra industri adalah pemilik tanah dan militer
sedangkan kekuasaannya berdasarkan atas kekuatan. Sumber utama masyarakat industri
adalah mesin dan yang berkuasa adalah kaum pengusaha sedangkan kekuasaan mereka
berdasarkan pengaruh tak langsung dalam politik. Sumber utama masyarakat post industri
adalah pengetahuan dan kekuasaan dominan dipegang kaum ilmuwan dan peneliti. Dalam
kajian dan perkembangan ilmu sosial, konsep tentang.
Masyarakat post industri dalam karya Daniel Bell sebenarnya tidak muncul begitu saja dari
hasil perenungan. Bell mengemukakan prediksinya tentang kehadiran masyarakat post
industri karena adanya kecenderungan data yang memperlihatkan perubahan yang terjadi di
masyarakat, terutama berkaitan dengan munculnya jenis-jenis pekerjaan baru di masyarakat.
Kecenderungan utama yang mengiringi proses terbentuknya masyarakat post industri adalah
kemunculan dan pesatnya pertumbuhan berbagai jenis lapangan kerja yang berhubungan
dengan informasi, meningkatnya bisnis dan industri dengan produksi, transmisi dan analisis
informasi, serta meningkatnya sentralitas peran para teknolog, yaitu para manajer dan
profesional terdidik yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah dan memanfaatkan
informasi untuk keperluan pembuatan keputusan.
Tentang kecenderungan munculnya berbagai pekerjaan di sektor jasa, khususnya bidang
informasi, dalam The Coming of Post Industrial Society, Daniel Bell (1976) lebih rinci
mengemukakan bahwa setelah pergantian abad, hanya ada tiga pekerja dari setiap sepuluh
pekerja dalam negeri bekerja dalam industri jasa dan tujuh dari sepuluh pekerja terlibat dalam
produksi barang. Sampai tahun 1950-an, proporsi tersebut menjadi lebih seimbang.
Memasuki tahun 1968, proporsi berubah sehingga enam dari setiap sepuluh pekerja bekerja
dalam bidang jasa. Kemudian pada tahun 1980-an, dengan naiknya dominansi jasa pelayanan,
nyaris tujuh dari setiap sepuluh pekerja bekerja dalam industri jasa. Menurut fakta sejarah
yang terjadi, perubahan lapangan pekerjaan ke bidang jasa memang bukan merupakan
perubahan yang sifatnya instant, tiba-tiba hadir melangkahi trend jangka panjang
perkembangan masyarakat sebelumnya. Sebagai contoh, di Amerika, sebagaimana dikaji
Bell, dari tahun 1870 sampai 1920, terjadi perpindahan pekerjaan masyarakat dari bidang
pertanian ke industri: lapangan pekerjaan dalam bidang jasa naik cepat dalam bidang industri
dan peningkatan besar dalam bidang jasa berada pada bidang-bidang tambahan dari
transportasi, utilitas, dan distribusi. Ini adalah periode sejarah dari industrialisasi dalam
kehidupan bangsa Amerika. Namun, setelah tahun 1920, tingkat pertumbuhan pada sektor
non-pertanian mulai melandai. Lapangan pekerjaan industri masih meningkat jumlahnya,
tetapi proporsi dari total lapangan pekerjaan cenderung menurun, ketika lapangan pekerjaan
dalam bidang jasa mulai tumbuh dengan tingkat yang lebih cepat, dan dari tahun 1968 sampai
1980, apabila kita mengambil bidang manufaktur sebagai kunci utama bagi sektor industri,
maka tingkat pertumbuhan akan kurang sampai separuh angkatan kerja secara keseluruhan.
Terlepas apapun perubahan yang terjadi, dan seberapa besar proporsi pekerjaan di bidang jasa
yang tumbuh, perubahan masyarakat menjadi masyarakat post-industri sesungguhnya tidak
hanya ditandai dengan perubahan pada sektor distribusi (tempat masyarakat menjadi seorang
pekerja) namun juga pada pola pekerjaan, yakni jenis pekerjaan yang mereka kerjakan,
seperti menjadi guru, dokter, programer, dan lain-lain.
F. Dimensi Masyarakat Pos-Industri
Menurut Bell, konsep masyarakat pos-industri dapat dipahami lewat empat dimensi atau
komponen, yaitu :
a. Dimensi yang menyangkut sektor ekonomi, dimensi yang berkaitan dengan sektor ekonomi
maksudnya yaitu masyarakat yang bekerja sebagai penghasil barang beralih menjadi
masyarakat yang berperan sebagai pekerja yang menawarkan jasa. Hal ini dikarenakan
industri yang semakin maju, contohnya adalah semakin besar prosentase angkatan kerja yang
bergerak meninggalkan sektor pertanian menuju ke sektor manufaktur ekonomi.
b. Dimensi lapangan pekerjaan, maksudnya yaitu terdapat perubahan dalam jenis kerja seperti
keunggulan kelas profesional dan teknis. Jenis pekerjaan yang menjadi jantung pada
masyarakat post industri antara lain adalah para ilmiawan, insinyur, teknis.
c. Dimensi pengetahuan Pemusatan pengetahuan teoritis sebagai inovasi pembentuk
kebijaksanaan bagi masyarakat. Pemusatan pengetahuan teoritis sebagai inovasi pembentuk
kebijaksanaan bagi masyarakat. Dalam era post industri teoritis abstrak lebih unggul dari
pengetahuan yang konkrit (penemuan) karena pengetahuan teoritis dianggap penting sebagai
sumber keputusan-keputusan kebijakan.
d. Demensi orientasi masa depan, yaitu dimensi orientasi masa depan pada masyarakat post
industri dikendalikan oleh teknologi. Dengan kata lain masyarakat post-industri bisa
berencana dan mengontrol pertumbuhan teknologi. Era post-industrial society ditandai
dengan:
1) Ekonomi menuju transisi dari memproduksi barang menjadi menyediakan jasa.
2) Pengetahuan menjadi bentuk modal yang berharga.
3) Memproduksi ide adalah jalan utama untuk menumbuhkan ekonomi.
4) Melalui proses globalisasi dan automasi, nilai dan kepentingan terhadap ekonomi ala kerah
biru (buruh), pekerjaan yang tidak bersatu, termasuk buruh manual (contoh: pekerjaan lini
perakitan) menurun. Lalu pekerjaan profesional (seperti ilmuwan, profesional di bidang
industri kreatif, dan profesional IT) bertumbuh.
5) Teknologi, sains, dan keterampilan informasi meningkat dan jadi kebiasaan sehari-hari.
Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa masyarakat post industri adalah masyarakat yang
sangat terdidik, sehingga pengetahuan merupakan sumber dari segalanya. Masyarakat post
industri bekerja atas pengetahuan praktis, yakni pengetahuan yang datang setelah melakukan
sesuatu, bukan dari riset murni, dan tokoh yang representatif adalah para penemu seperti
Jams Watt dan Thomas Alfa Edisen. Masyarakat post industri berdasar pada pengetahuan
teoritis, yaitu berupa pengetahuan-pengetahuan yang dikembangkan di universitas-
universetas dan lembaga-lembaga riset. Dalam masyarakat post industri terjadi perubahan
bentuk ekonomi yaitu dari barang ke jasa. Karena masyarakat post industri bertumpu pada
informasi, kaum profesional semakin dibutuhkan. Hal tersebut disebabkan para kaum
profesional tersebut memiliki informasi yang diperlukan. Dalam hal ini, ramalan sosial
bertugas mengidentifikasikan beberapa rintangan terhadap perubahan arah masyarakat yang
berorientasi jasa tersebut. Salah satunya adalah rintangan produktivitas.
Bell menyatakan bahwa produktivitas dan output yang berupa barang tumbuh lebih cepat
daripada jasa-jasa. Dalam jasa terdapat hubungan antara orang dengan orang daripada orang
dengan mesin. Karena ketergantungan tersebut merupakan ketergantungan terhadap orang
yang jasa-jasanya tetap harus dibayar maka biaya terus meningkat.
Menurut Bell dalam masyarakat sering terjadi perubahan struktural yang mempengaruhi
pengetahuan dan teknologi. Pertumbuhan penting tak hanya terjadi dalam tingkat penemuan-
penemuan saja tapi dalam skala kehidupan pun terjadi peningkatan-peningkatan. Menurut
Bell, beberapa keputusan penting yang harus dihadapi masa depan masyarakat post-industri
antara lain : metode pembiayaan pendidikan tinggi, evaluasi riset yang hasilnya dapat dipakai
untuk alokasi masa depan sumber-sumber penelitian yang langka, penentuan proses kondisi
dan setting untuk penciptaan kreativitas dan produktivitas, proses penemuan-penemuan
teknologis yang dibuat dalam laboratorium bias ditransfer sehingga lebih siap untuk
diproduksi, analisa arah dan kecepatan perkembangan pengetahuan dan tata cara penyesuaian
guru-guru terhadap perkembangan terakhir, masalah monitoring perubahan sosial
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana penjelasan diatas mengenai masyarakat pos-industri maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa masyarakat post-industri adalah masyarakat yang sangat terdidik,
sehingga pengetahuan merupakan sumber dari segalanya. Masyarakat post-industrial berbeda
dengan dua jenis masyarakat sebelumnya, yaitu masyarakat pra-industri dan masyarakat
industri.
Bila kekuatan utama masyarakat pra-industri terletak pada sumber daya alam, terutama lahan,
dan masyarakat industri pada mesin, maka dalam masyarakat post-industrial adalah informasi
serta teknologi informasilah sebetulnya yang menjadi kekuatan utamanya. Tanpa memiliki
kemampuan untuk mengolah informasi dan dukungan teknologi informasi, sehingga dengan
menggunakan hal tersebut setiap orang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan, maka
mereka dapat menjual jasa. Dan selain itu juga dalam masyarakat post industri terjadi
perubahan bentuk ekonomi yaitu dari barang ke jasa. Karena masyarakat post industri
bertumpu pada informasi, kaum profesional semakin dibutuhkan. Hal tersebut disebabkan
para kaum profesional tersebut memiliki informasi yang diperlukan.
Adapun faktor yang melatarbelakangi terjadinya hal tersebut adalah ketika seseorang ingin
membuka lapangan pekerjaan secara pribadi, maka mereka tidak bisa merealisasikannya,
dikarenakan mereka terbentur dengan modal, sehingga kebanyakan orang pada saat ini lebih
memilih untuk menjual jasa.
B. Saran
Setelah penulis simpulkan dari keseluruhan pembahasan, penulis perlu memberi saran-saran
yang erat kaitannya dengan pembahasan tersebut, dan hal ini perlu kiranya disampaikan agar
pembaca pada umumnya dapat memahami apa yang diinginkan penulis dari pembahasan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai