Makalah Dampak Korupsi - Sumartini
Makalah Dampak Korupsi - Sumartini
Disusun Oleh :
SUMARTINI
Semester 1
Jurusan Farmasi Klinik dan Komunikasi
Politekkes Genesis Medicare
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT , karena
atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Analisa Dampak
Korupsi ini dengan baik.
Penulis berterimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Pancasila
dan BPAK Bapak Marcel atas bimbingan dan bantuannya, suami dan anak-anak
yang selalu mendoakan dan memberi dukungan serta bantuan dalam penyusunan
makalah ini.
Dalam menyelesaikan Makalah Analisa Dampak Korupsi ini, penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaikinya.
Semoga Makalah Analisa Dampak Korupsi ini dapat berguna dan memberi
manfaat baik bagi penulis sendiri maupun pembaca untuk kedepannya.
Penulis
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II DASAR TEORI.........................................................................................3
2.1. Dasar Teori....................................................................................................3
2.1.1. Pengertian Korupsi.................................................................................3
2.1.2. Jenis Korupsi.........................................................................................5
BAB III....................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................6
3.1 Sebab-sebab Terjadinya Korupsi...................................................................6
3.2. Dampak dari Tindakan Korupsi...................................................................6
3.2.1. Dampak Korupsi Terhadap Sosial Kemiskinan.....................................6
3.2.2. Dampak Korupsi Terhadap Pertahanan Keamanan...............................8
3.2.3. Dampak Korupsi Terhadap Politik dan Demokrasi...............................9
3.2.4. Dampak Korupsi Terhadap Birokrasi Pemerintahan...........................10
3.2.6. Dampak Korupsi Terhadap Penegakan Hukum...................................12
3.2.7. Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan..............................................14
3.3. Peran Serta Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Memberantas Korupsi...14
BAB IV..................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................16
4.1 Kesimpulan..................................................................................................16
4.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18
Korupsi dalam bahasa latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara
harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politis maupun pegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Secara harfiah korupsi
merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika membicarakan tentang
korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi
menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, tidak hanya
pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi,
baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi
suatu fenomena.
Maakalah Korupsi 1
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali. Korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, maka
penulis tertarik untuk membahas tentang faktor penyebab korupsi dan betapa
banyak dampak kerugian yang ditimbulkan.
1.4. Manfaat
1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis, terkhusus
pada topik permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai literature tambahan bagi peneliti peneliti
selanjutnya yang juga tertarik untuk membahas bidang kajian permasalahan ini.
Maakalah Korupsi 2
BAB II
DASAR TEORI
Maakalah Korupsi 3
menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi. Nye mendefinisikan korupsi
sebagai perilaku yang menyimpang dari tugas formal sebagai pegawaipublik
untuk mendapatkan keuntungan finansial atau meningkatkan status. Selain itu,
juga bisa diperoleh keuntungan secara material, emosional, atau pun simbol.5
Kata korupsi telah dikenal luas oleh masyarakat, tetapi definisinya
belum tuntas dibukukan. Pengertian korupsi berevolusi pada tiap zaman,
peradaban, dan teritorial. Rumusannya bisa berbeda tergantung pada titik tekan
dan pendekatannya, baik dari perspektif politik, sosiologi, ekonomi dan hukum.
Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya,
kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah secara kritis oleh
banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, yang diikuti oleh Machiavelli,
telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral (moral
corruption).6 Sebetulnya pengertian korupsi sangat bervariasi. Namun demikian,
secara umum korupsi itu berkaitan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan
publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.7
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan dalam 13 pasal
( UU No.31 Tahun 1999. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30 bentuk / Jenis
tindak pidana korupsi, yang di kelompokkan menjadi :
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
Maakalah Korupsi 4
2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan
ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang
menguntungkan bagi usaha ekonominya.
3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan,
pertemanan, dan sebagainya.
4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara
sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan
pribadi.
Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis
adalah: pungutan liar, penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan,
pemberian (hadiah atau hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi
seseorang.
BAB III
PEMBAHASAN
Maakalah Korupsi 5
a) Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru
b) Kompensasi PNS yang Rendah
c) Pejabat yang Serakah
d) Law Enforcement Tidak Berjalan
e) Disebabkan law enforcement tidak berjalan dimana aparat penegak
hokum bisa dibayar mulai dari polisi, jaksa, hakim, dan pengacara, maka
hukuman yang dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan sehingga tidak
menimbulkan efek jera bagi koruptor.
f) Pengawasan yang Tidak Efektif
g) Tidak Ada Keteladanan Pemimpin
h) Budaya Masyarakat yang Kondusif KKN
Maakalah Korupsi 6
Ada beberapa dampak buruk yang akan diterima oleh kaum miskin
akibat korupsi, diantaranya. Pertama, Membuat mereka (kaum miskin) cenderung
menerima pelayanan sosial lebih sedikit. Instansi akan lebih mudah ketika
melayani para pejabat dan konglemerat dengan harapan akan memiliki gengsi
sendiri dan imbalam materi tentunya, peristiwa seperti ini masih sering kita temui
ditengah–tengah masyarakat. Kedua, Investasi dalam prasarana cenderung
mengabaikan proyek–proyek yang menolong kaum miskin, yang sering terjadi
biasanya para penguasa akan membangun prasarana yang mercusuar namun
minim manfaatnya untuk masyarakat, atau kalau toh ada biasanya momen
menjelang kampanye dengan niat mendapatkan simpatik dan dukungan dari
masyarakat. Ketiga, orang yang miskin dapat terkena pajak yang regresif, hal ini
dikarenakan mereka tidak memiliki wawasan dan pengetahuan tentang soal pajak
sehingga gampang dikelabuhi oleh oknum. Keempat, kaum miskin akan
menghadapi kesulitan dalam menjual hasil pertanian karena terhambat dengan
tingginya biaya baik yang legal maupun yang tidak legal, sudah menjadi rahasia
umum ketika seseorang harus berurusan dengan instansi pemerintah maka dia
menyediakan uang, hal ini dilakukan agar proses dokumentasi tidak menjadi
berbelit–belit bahkan ada sebuah pepatah “kalau bias dipersulit kenapa
dipermudah”.
Korupsi, tentu saja berdampak sangat luas, terutama bagi kehidupan
masyarakat miskin di desa dan kota. Awal mulanya, korupsi menyebabkan
Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional kurang jumlahnya. Untuk
mencukupkan anggaran pembangunan, pemerintah pusat menaikkan pendapatan
negara, salah satunya contoh dengan menaikkan harga BBM. Pemerintah sama
sekali tidak mempertimbangkan akibat dari adanya kenaikan BBM
tersebut harga-harga kebutuhan pokok seperti beras semakin tinggi biaya
pendidikan semakin mahal, dan pengangguran bertambah. Tanpa disadari,
masyarakat miskin telah menyetor 2 kali kepada para koruptor. Pertama,
masyarakat miskin membayar kewajibannya kepada negara lewat pajak dan
retribusi, misalnya pajak tanah dan retribusi puskesmas. Namun oleh negara hak
mereka tidak diperhatikan, karena “duitnya rakyat miskin” tersebut telah dikuras
untuk kepentingan pejabat. Kedua, upaya menaikkan pendapatan negara melalui
Maakalah Korupsi 7
kenaikan BBM, masyarakat miskin kembali “menyetor” negara untuk kepentingan
para koruptor, meskipun dengan dalih untuk subsidi rakyat miskin. Padahal
seharusnya negara meminta kepada koruptor untuk mengembalikan uang rakyat
yang mereka korupsi, bukan sebaliknya, malah menambah beban rakyat miskin
Maakalah Korupsi 8
4. Suka atau tidak suka, orientasi komersial akan semakin melunturkan
semangat profesionalisme militer pada sebagaian perwira militer yang
mengenyam kenikmatan berbisnis baik atas nama angkatan bersenjata
maupun atas nama pribadi. Selain itu, sifat dan nasionalisme dan janji ABRI,
khususnya Angkatan Darat, sebagai pengawal kepentingan nasional dan
untuk mengadakan pembangunan ekonomi bagi seluruh bangsa Indonesia
lambat laun akan luntur dan ABRI dinilai masyarakat telah beralih menjadi
pengawal bagi kepentingan golongan elite birokrat sipil, perwira menengah
ke atas, dan kelompok bisnis besar (baca: keturunan Cina). Bila ini terjadi,
akan terjadi pula dikotomi, tidak saja antara masyarakat sipil dan militer,
tetapi juga antara perwira yang profesional dan Saptamargais dengan para
perwira yang berorientasi komersial.
Maakalah Korupsi 9
dua aspek penting yang terkait dengan demokrasi: prosedur dan substansi.
Negara-negara demokrasi baru seperti Indonesia umumnya masih tergolong ke
dalam demokrasi prosedural. Yang sudah berjalan adalah aspek-aspek yang terkait
dengan pemilihan umum. Hal ini tidak cukup menjamin berlangsungnya
demokrasi yang dapat meminimalkan korupsi. Para aktor yang korup dalam
demokrasi prosedural dapat memanipulasi pemilihan umum yang justru membuat
mereka menjadi pemegang tampuk kekuasaan.
Maakalah Korupsi 10
3.2.5. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi
Maakalah Korupsi 11
trilliun, sebuah angka yang fantastis. Hutang tersebut terbagi atas dua sumber,
yaitu pinjaman sebesar US$69,03 miliar (pinjaman luar negeri US$68,97 miliar)
dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar US$132,05 miliar. Berdasarkan jenis
mata uang, utang sebesar US$201,1 miliar tersebut terbagi atas Rp956 triliun,
US$42,4 miliar, 2.679,5 miliar Yen dan 5,3 miliar Euro. Posisi utang pemerintah
terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2009, jumlah utang yang dibukukan
pemerintah sebesar US$169,22 miliar (Rp1.590,66 triliun). Tahun 2010,
jumlahnya kembali naik hingga mencapai US$186,50 miliar (Rp1.676,85
triliun). Posisi utang pemerintah saat ini juga naik dari posisi per April 2011 yang
sebesar US$197,97 miliar. Jika menggunakan PDB Indonesia yang sebesar
Rp6.422,9 triliun, maka rasio utang Indonesia tercatat sebesar 26%.
Sementara untuk utang swasta, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan
jumlah nilai utang pihak swasta naik pesat dari US$73,606 miliar pada 2009 ke
posisi US$84,722 miliar pada kuartal I 2011 atau setara 15,1%. Secara year on
year (yoy) saja, pinjaman luar negeri swasta telah meningkat 12,6% atau naik dari
US$75,207 pada kuartal I 2010. Dari total utang pada tiga bulan pertama tahun
ini, utang luar negeri swasta mayoritas disumbang oleh pihak non-bank sebesar
US$71,667 miliar dan pihak bank sebesar US$13,055 miliar
(www.metronews.com /read/news/ 2011,14 Juni 2011). Bila melihat kondisi
secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal digunakan untuk kegiatan yang
produktif hutang dapat dikembalikan. Apabila hutang digunakan untuk menutup
defisit yang terjadi, hal ini akan semakin memperburuk keadaan. Kita tidak bisa
membayangkan ke depan apa yang terjadi apabila hutang negara yang kian
membengkak ini digunakan untuk sesuatu yang sama sekali tidak produktif dan
dikorupsi secara besar-besaran.
Maakalah Korupsi 13
3.2.7. Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan
Melihat kerusakan lingkungan hutan yang begitu parah seharusnya
sudah membuat negara ini menindak dengan keras terhadap pelaku-pelaku
kejahatan kerusakan lingkungan, terutama yang disertai praktik KKN. Dalam
praktik KKN di ranah lingkungan hidup yang patut diwaspadai adalah para pelaku
perusak lingkungan yang datang dari kalangan pemodal besar seperti perusahaan-
perusahaan besar yang terlibat di sektor kehutanan maupun pertambangan. Hal ini
ditegaskan oleh mantan wakil ketua KPK Chandra Hamzah dalam sebuah
worksop investigasi kasus lingkungan di Jakarta, dimana menurutnya,
perusahaan-perusahaan yang melakukan kerusakan terhadap alam umumnya sulit
ditindak karena mereka mengantongi izin usaha yang cukup. Karena itu
menurutnya, yang perlu diwaspadai adalah proses kontrol administrasi dalam
pemberian izin sebelum perusahaan-perusahaan tersebut beroperasi. Baik itu izin
usaha baik dari pemerintah daerah maupun dari pemerintah pusat. Lalu menurut
beliau, perusahaan-perusahaan kecil yang bergerak di bidang kehutanan namun
pada RKAT tahun berikutnya tercatat memiliki jumlah keuntungan yang sangat
besar, maka patut dicurigai perusahan tersebut mendapatkan hasil bukan dari
pohon-pohon yang mereka tanam melainkan dari hutan-hutan alam yang
seharusnya tidak boleh ditebang.
Permasalahan yang terjadi, masyarakat kita kurang peduli akan kerugian
ekologis ini, seringkali pelaku-pelaku usaha yang menyebabkan kerusakan
lingkungan hanya terfokus mengenai ganti rugi terhadap penduduk setempat.
Memang benar ganti rugi itu perlu bahkan itu kewajiban mereka, namun ganti
kerugian oleh para pelaku usaha jangan hanya sebatas ganti rugi materi kepada
manusia, namun juga kepada alam. Alam yang rusak tidak bisa diperbaiki hanya
dengan semalam perlu waktu berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin saja
kerusakan tersebut tidak akan bisa diperbaiki.
Maakalah Korupsi 15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Korupsi memiliki 3 aspek Pertama pengkhianatan terhadap kepercayaan
atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang, pengambilan
keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk
korupsi yang mencangkup penyapan pemersasn, penggelapan dan nepotisme
Korupsi selalu bermuladan berkembang di sector public dengan bukti-bukti yang
nyata bahwa dengan kekuasaan itulah pejabat public dapat menekan atau memeras
para pencari keadilan atau mereka yang memerlukan jasa pelayanan dari
pemerintah. Korupsi di Indonesia sudah tergolong kejahatan yang merusak,
berbagai dampak kerugian yang ditimbulkan tidak hanya pada keuangan Negara
dan potensi ekonomi Negara tetapi juga meluluhlantakkan pilar-pilar sosial
budaya moral, politik dan tatanan hukum dan keamanan nasionalserta dampak
terhadap lingkungan sekitar. Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat
dibutuhkan dalam mengawali upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. Bentuk – bentuk peran serta
mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi menurut UU No. 31 tahun
1999 yang meliputi hak mencari, untuk memperoleh layanan dalam mencari,
menyampaikan saran dan pendapat, memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang
laporan yang diajukan, dan hak untuk memperoleh perlindungan hukum.
4.2 Saran
1. Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
2. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya sikap anti korupsi di dalam kehidupan sehari-hari
3. Diharapkan pemerintah selalu memperbaiki sistem pemberantasan korupsi
melihat dampak yang di timbulkan sangat merugikan berbagai pihak di
negara terutama masyarakat.
4. Semoga kedepannya negeri ini jauh dari korupsi.
Maakalah Korupsi 16
DAFTAR PUSTAKA
Maakalah Korupsi 17
LAMPIRAN
Maakalah Korupsi 18