Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDEKATAN TEOLOGIS DAN FILOSOFIS DALAM STUDI ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendekatan Studi Islam

Diampu oleh : Dr. Fairuz Sabiq., M.S.I

Oleh :

DEWI NURDIANA (214061014)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

PASCASARJANA UNIVERSITAS RADEN MAS SAID SURAKARTA

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ..i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Studi Islam .........................................................3

B. Pendekatan Teologis

1. Pengertian Teologis ............................................................................4


2. Pengertian Pendekatan Teologis .........................................................5
3. Macam-macam Pendekatan Teologis .................................................6
4. Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Teologis................................8
5. Contoh Pendeketan Teologis ..............................................................9

C. Pendekatan Filosofis

1. Pengertian Filosofis ..........................................................................11

2. Pengertian Pendekatan Filosofis .......................................................13

3. Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Filosofis..............................14

4. Contoh Pendekatan Filosofis ............................................................15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................17

Daftar Isi .......................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi islam adalah disiplin ilmu yang membahas Islam baik sebagai
ajaran, kelembagaan, sejarah dan kehidupan umatnya. Islam sebagai agama dan
sistem ajaran telah menjalani proses akulturasi, transmisi generasi ke generasi
dalam budaya yang beragam dan waktu yang panjang.
Secara umum, studi islam bertujuan untuk menggali dasar-dasar dan
pokok-pokok ajaran Islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang
bersifat hakiki, universal dan dinamis, serta abadi untuk dihadapkan pada
budaya dan dunia modern agar mampu memberikan alternatif pemecahan
masalah yang yang dihadapi oleh umat manusia. Dengan tujuan tersebut studi
islam akan menggunakan cara pendekatan yang relevan, diantara pendekatan
yang dipakai ialah pendekatan normatif, sntropologis, sosiologis, teologis,
fenomenologis, historis, filosofis, politis, psikologis, dan interdisipliner.
Pendekatan dalam konteks ini ialah serangkaian pendapat tentang hakikat
belajar dan pengajaran. Jika dihubungkan dengan studi islam, pendekatan
berarti serangkaian pendapat atau asumsi tentang hakikat studi islam karena
berkaitan dengan pemahaman akan Islam.
Studi Islam merupakan sebuah usaha untuk mempelajari Islam secara
mendalam dan segala bentuk seluk-beluk yang berhubungan dengan agama
Islam. Studi Islam ini mempunyai tujuan yang jelas, yang sekaligus
menunjukkan arah studi Islam tersebut. Dengan arah dan tujuan yang jelas,
dengan sendirinya, studi Islam merupakan usaha sadar dan tersusun secara
sistematis.
Kehadiran agama merupakan solusi dalam memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi manusia. Agama tidak hanya sekedar lambang kesalehan atau
berhenti sekedar konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif
dalam memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama yang demikian itu
dapat dijawab manakala pemahaman agama yang selama ini banyak

1
menggunakan pendekatan teologis normatif dilengkapi dengan pemahaman
agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara operasional konseptual
dapat memberikan jawaban. Agama dapat diteliti dengan menggunakan
berbagai paradigma.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang digambarkan di atas dan agar
pemakalah dapat lebih fokus dan terarah, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan studi islam?
2. Bagaimana pendekatan teologi dalam studi islam?
3. Bagaimana pendekatan filosofis dalam studi islam?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan studi islam.


2. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan teologis dalam studi islam
3. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan filosofis dalam studi islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Studi Islam


Pengertian pendekatan dalam KBBI ialah “proses perbuatan, cara
mendekati; usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan
hubungan dengan orang yang diteliti; metode-metode untuk mencapai
pengertian tentang masalah penelitian”. Pendekatan merupakan cara kerja
untuk memudahkan seseorang yang ingin belajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Pendekatan memiliki peran yang sangat penting dalam studi
islam karena berkaitan dengan pemahaman akan Islam. (Kodir, 2017, hal. 112)
Pendekatan bisa diartikan sebagai “dipandang atau dihampiri dengan” dan
“cara menghampiri atau memandang suatu fenomena”. Pendekatan juga bisa
bermakna sebagai “suatu disiplin ilmu”, sehingga ketika dikatakan studi islam
dengan pendekatan sosiologis maka bermakna mengkaji islam dengan
menggunakan disiplin ilmu sosiologi dan pendekatannya menggunakan teori-
teori dari disiplin ilmu sosiologi. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi
tersebut berarti fenomena sosial studi islam didekati dengan teori-teori dari
sosiologi.1
Penggambaran mengenai sesuatu sangat bergantung pada pendekatan yang
digunakan, dari segi mana kita melihatnya, dimensi apa yang diperhatikan,
unsur-unsur apa yang diungkapkan. Hasil penggambaran akan sangat berkaitan
dengan pendekatan apa yang akan dipakai. Keberadaan pendekatan menjadi
sangat penting karena keberadaannya sangat menentukan kemajuan atau
kemunduran ilmu pengetahuan dan suatu masyarakat.2
Studi Islam merupakan sebuah usaha untuk mempelajari Islam secara
mendalam dan segala bentuk seluk-beluk yang berhubungan dengan agama

1
Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam (Yogyakarta:Academia dan Tazzafa, 2007),
146-147.
2
Sartonno Kartodirjo, Pendekatan Ilmi Sosial dalam Metodologi Sejarah,
(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1992), 4.

3
Islam. Studi Islam ini mempunyai tujuan yang jelas, yang sekaligus
menunjukkan arah studi Islam tersebut. Dengan arah dan tujuan yang jelas,
dengan sendirinya, studi Islam merupakan usaha sadar dan tersusun secara
sistematis.
Pendekatan studi islam ialah cara pandang atau paradigma yang terdapat
dalam suatu bidang ilmu yang digunakan untuk memahami agama, dalam hal
ini ialah agama Islam. Pendekatan studi islam merupakan cara kerja untuk
memudahkan seseorang untuk memahami dan mendalami Islam secara luas
dan menyeluruh agar tidak muncul pola fikir yang dangkal. Dari bebeberapa
pendekatan dalam studi islam dalam makalah ini penulis akan memfokuskan
pada pendekatan teologis dan filosofis dalam studi islam.

B. Pendekatan Teologis
1. Pengertian Teologis
Secara harfiah kata Teologi berasal dari bahasa Yunani, Theos yang
berarti Allah (Tuhan) dan Logos yang berarti ilmu. Secara terminologi
teologi berarti ilmu yang membahas tentang Tuhan dan segala sesuatu yang
berkaitan dengannya.3 Teologi adalah ilmu yang membahas ajaran-ajaran
dasar dari suatu agama. Sehingga teologi bisa diartikan sebagai Ilmu yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama atau
ilmu yang mempelajari tentang Tuhan baik membahas hubungan manusia
dengan Tuhan atau Tuhan dengan manusia.
Menurut Amin Abdullah teologi adalah ilmu yang membahas tentang
keyakinan, yaitu sesuatu yang sangat fundamental dalam kehidupan
beragama, dimana semua hasil penelitian dan pemikiran harus sesuai
dengan alur pemikiran teologis, dan jika terjadi perselisihan, maka
pandangan keagamaan harus dimenangkan.4

3
Ya’kub Hamzah, Filsafat Agama Titik Temu Akal dengan Wahyu, (Jakarta: Pedoman
Ilmu 1991), hlm. 10.
4
Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas, (Yogjakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), hlm. 10

4
Teologi sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari
sesuatu agama. Setiap orang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara
mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang
dianutnya. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan-
keyakinan yang berdasarkan pada landasan kuat, yang tidak mudah
diombang-ambing oleh peredaran zaman. Teologi dalam Islam disebut juga
ilmu al-tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau esa, dan keesaan
dalam pandangan Islam disebut sebagai agama monotheisme merupakan
sifat yang terpenting diantara segala sifat Tuhan. Selanjutnya teologi Islam
disebut juga ilm al-kalam.5

2. Pendekatan Teologis
Pendekatan teologi dalam penelitian agama yang dimaksud disini
adalah pembahasan materi tentang ekisistensi Tuhan. Pendekatan teologi
berarti pendekatan kewahyuan atau pendekatan keyakinan peneliti itu
sendiri. Dimana agama tidak lain merupakan hak prerogatif Tuhan. Realitas
sejati dari agama adalah sebagaimana yang dikatakan oleh masing-masing
agama. Pendekatan seperti ini biasanya dilakukan dalam penelitian suatu
agama untuk kepentingan agama yang diyakini peneliti tersebut untuk
menambah pembenaran keyakinan terhadap agama yang dipeluknya itu.
Pendekatan Teologis adalah cara pandang atau analisis terhadap
masalah ketuhanan dengan menggunaan norma-norma agama atau simbol-
simbol keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol
keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling benar. Dengan
kata lain pendekatan teologi cenderung normatif karena keyakinan (teologi)
keagamaan menjadi norma dalam melihat suatu fenomena. (Mustafa, 2006).
Makna kata normatif dalam studi Islam menunjuk kepada seluruh doktrin
atau ajaran islam yang terdapat dalam nash (wahyu), yang derajat
kebenarannya bersifat mutlak.

5
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI
Press, 2002), 9.

5
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang normatif dan
subjektif terhadap agama. Pada umumnya, pendekatan ini dilakukan dari
dan oleh penganut suatu agama dalam usahanya menyelidiki agama lain.
Dengan demikian, pendekatan ini juga disebut pendekatan atau metode
tekstual, atau pendekatan kitabi maka menampakkan sifatnya yang apologis
dan dedukatif. Secara harfiah pendekatan teologis normatif dalam
memahami agama dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan
bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling
benar dibandingkan dengan yang lainnya.

3. Macam-Macam Pendekatan Teologis


Pendekatan teologis dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (Kodir,
2017, hal. 114)
a. Teologi Normatif/Apologis
Ialah upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka
ilmu ketuhanan yang menimbulkan keyakinan bahwa agama yang dianut
adalah yang paling benar dibandingkan dengan agama lain. Pendekatan
teologis nomatif merupakan studi terhadap ajaran Islam dipandang dari
sudut normativitasnya dengan menggunakan kerangka disiplin keilmuan
Teologi (ilmu ketuhanan) sebagai pendekatannya.
Pendekatan teologis dalam memahami agama secara harfiah berarti
sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu
ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari
suatu keagamaan dianggap yang paling benar dibandingkan dengan
lainnya (Nasution, 1978). Pendekatan teologi normatif adalah bentuk
pendekatan yang melihat bahwa nilai dan ajaran agama yang dianut
merupakan kebenaran absolut, mutlak dari Tuhan sehingga harus
dihormati oleh setiap penganut agama. Pendekatan teologis dalam
memahami agama menggunakan cara berpikir deduktif yaitu cara
berpikir yang berawal dari keyakinan yang diyakini benar dan mutlak

6
adanya, karena berasal dari Tuhan, sudah pasti benar, sehingga tidak
perlu dipertanyakan lebih dahulu melainkan dimulai dari keyakinan yang
selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.

b. Teologi Dialogis
Dalam KBBI “dialog” memiliki arti percakapan, cerita. Pendekatan
dialogis dalam pembahasan ini adalah metode pendekatan terhadap
agama melalui dialog nilai-nilai normatif masing-masing aliran atau
agama atau mengkaji agama tertentu dengan menggunakan perspektif
agama lain. Oleh karena itu, perlu adanya keterbukaan antara satu agama
dengan agama lainnya. Pendekatan teologi dialogis ini akan memperkaya
pemahaman antara pemeluk agama. Islam misalnya dapat membantu
agama lain untuk memberikan penjelasan tentang keyakinan dan amalan
yang kadang-kadang dianggap kurang berguna, demikian juga ummat
Islam dapat mengambil manfaat dan mencontoh kegiatan Kristen dalam
pekerjaan-pekerjaan sosial. Demikian pula antar satu agama dengan
agama lain dapat meneladani hal-hal yang positif selama tidak
mencampuradukkan prinsip-prinsip aqidah dari masing-masing agama
tersebut.

c. Teologi Konvergensi
Kata “konvergensi” berasal dari kata “converge” yang berarti
bertemu, berkumpul atau berjumpa. Selanjutnya kata ini menjadi
“convergence” yang berarti tindakan bertemu, bersatu di satu tempat,
pemusatan pandangan mata ke suatu tempat yang amat dekat (Echols,
1994:145), atau menuju ke suatu titik pertemuan atau memusat
(Depdikbud, 1995:249). Dengan demikian yang dimaksud pendekatan
teologi konvergensi di sini adalah upaya untuk memahami agama dengan
melihat intisari persamaan atau titik temu dari masing-masing agama
untuk dapat diintegrasikan. Melalui teologi konvergensi kita melihat
unsur-unsur persamaan dari setiap agama/aliran, untuk mempersatukan

7
unsur esensial dalam agama-agama sehingga tida nampak perbedaan
yang esensial.
Sebagai contoh dalam masyarakat Islam terdapat berbagai aliran
teologis maupun aliran fikih. Mereka mungkin menganut paham
Mu’tazilah, Asyariyah atau Maturidiyah dan mengikuti imam Syafi’i atau
Hanbal. kepercayaan mereka berbeda yang memungkinkan sikap
keagamaan yang berbeda pula, tetapi mereka memiliki iman yang sama,
yaitu tetap mengakui Allah sebagai Tuhan yang Satu dan Muhammad
adalah Rasul Allah.6

4. Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Teologis


Pendekatan teologis dalam pemahaman keagamaan adalah
pendekatan yang menekankan pada bentuk forma atau simbol-simbol
keagamaan yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai yang paling
benar sedangkan yang lainnya salah. Aliran teologi yang satu begitu yakin
dan fanatik bahwa pahamnya yang benar sedangkan yang lain disalahkan,
sehingga memandang paham orang lain keliru, sesat, kafir, murtad, dan
seterusnya. Demikian pula sebaliknya yang dituduh keliru, sesat dan kafir
juga menuduh lawannya sebagai yang sesat dan kafir. Dalam keadaan
tersebut terjadilah proses saling mengkafirkan, saling menyalahkan dan
seterusnya.7
Pendekatan teologis dalam memahami agama menggunakan cara
berpikir deduktif yaitu cara berpikir yang berawal dari keyakinan yang
diyakini benar dan mutlak adanya, karena berasal dari Tuhan yang sudah
pasti benar, sehingga tidak perlu dipertanyakan lebih dahulu melainkan
dimulai dari keyakinan yang selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan
argumentasi. Dari uraian tersebut menunjukan bahwa pendektan teologis
memiliki kekurangan antara lain yaitu bersifat eksklusif, dogmatis, tidak
mau mengakui kebenaran agama lain.
6
Jurnal Hunafa Vol. 3 No. 2, Juni 2006:129-140
7
M. Rozali, Metodologi Studi Islam dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan, (Depok:
PT. Rajawali Buana Pusaka), hlm. 82-83.

8
Namun ada sisi positif dari penggunaan pendekatan teologis yaitu
dengan penggunaan pendekatan teologis ini seseorang akan memilikisikap
milintasi dalam beragama, yakni berpegang teguh kepada agama yang
diyakininya sebagaii yang benar, tanpa memandang dan meremehkan agama
lainnya. Dengan kata lain akan menambah keimanan seseorang terhadap
aliran yang dianutnya.

5. Contoh Pendekatan Teologis


Contoh penggunaan pendekatan teologi terhadap islam yang
dilakukan oleh Uskup Kenneth Gragg. Beliau adalah seorang teolog yang
handal berbahasa Arab. Selama bertahun-tahun beliau menjalin hubungan
dengan orag Islam untuk membangun kesamaan pandangan antara Kristen
dan Islam. Melalui sejumlah hasil penelitiannya, Gragg berusaha
menunjukan kepada Barat-Kristen perihal elemen keindahan dan nilai
agamis yang menumbuhkan tradisi Islam dan hal mana orang Kristen harus
terbuka terhadap hal ini.
Gragg menyatakan bahwa sebenarnya orang Islam adalah orang
Kristen yang tak pernah menunjukan pengamalan agamisnya secara cukup
mendalam untuk mengakui fakta itu dan beliau berusaha mengakui batasan
agama Kristen-Islam. Hasil analisa terakhirnya, Gragg tetap bermaksud untu
mengubah keyakinan umat Islam menjadi Kristen. Pada akhirnya, beliau
menunjukan keyakinan aslinya bahwa orang Islam haruslah menjadi Kristen
karena hal itu merupakan satu-satunya solusi agar mereka bisa menjadi
seorang muslim yang sejati.
Tabrani dalam bukunya menyatakan beberapa fenomena yang
menarik untuk diteliti dengan menggunakan teologis, dianataranya yaitu
sebagai berikut:8
a. Melacak teologi yang dianut golongan Ahmadiyah terkait dengan ajaran
dan keyakinannya;
8
Tabrani, Arah Baru Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Penerbit Ombak), hlm. 146-
147.

9
b. Organisasi Jemaah Tabligh terkait dengan aktivitas dakwahnya;
c. Komunitas muslim Bugis, Makassar, Betawi dan Bima tentang keinginan
kuat mereka untuk naik haji;
d. Sekte Kristen Davidian pimpinan Dvid Coresh bersama 80 orang
pengikutnya melakukan bunuh diri massal pada April 1993;
e. Sekte Shinto Aum Shirkyu yang melakukan pembunuhan dengan
menebarkan gas beracun di Jepang;
f. Sekte Hari Kiamat Kristen yang ingin menjeput kedatangan hari Kiamat
pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1999 jam 9 menit ke-9 dan detik ke-9;
g. Sekte pondok Nabi di Bogor Jawa Barat.

Keyakinan akan teologi yang dianut dapat melahirkan sebagaian sifat yang
terkesan negatif, tetapi keyakinan teologis ini memberikan corak khas
kepada agama karena sifat militansinyayang begitu tinggi.

10
C. Pendekatan Filosofis
1. Pengertian Filosofis
Kata Filosofis berasal dari kata filsafat yang berarti cinta pada
kebenaran, ilmu dan hikmah (Kodir, 2017). Filsafat juga berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.9 Dalam KBBI filsafat
berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, asas-asas, hukum dan sebagainya terhadap segala yang ada pada
alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti “adanya” sesuatu.
Istilah filsafat dapat ditinjau dalam dua segi, yaitu segi semantik dan
segi praktis. Dalam segi semantik, filsafat berasal dari bahasa arab yaitu
falsafah. Dari bahasa Yunani yaitu philosophia yaitu pengetahuan hikmah.
Jadi berarti cinta pengetahuan sebagai tujuan hidupnya dan mengabdikan
dirinya pada pengetahuan. Lalu dari segi praktis, filsafat yaitu alam pikiran
yang artinya berfilsafat itu berpikir. Seorang filosof memikirkan hakikat
segala sesuatu dengan sungguh-sungguh didalam tugasnya filsafat
merupakan hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Jadi filsafat ialah ilmu yang
mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
Filsafat merupakan cara berpikir yang mendalam, sistematik, radikal
dan universal dalam mencari kebenaran, inti, hikmah, atau hakikat
mengenai segala sesuatu yang ada (Kodir, 2017). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa filsafat pada intinya adalah upaya atau usaha untuk
menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada
dibalik objek fenomena. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan
inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriah. Dalam kajian Islam berpikir
filosofis dapat digunakan dalam memahami agama, dengan maksud agar
hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami
secara saksama.

9
Omar Mohammad AL-Toumy Al-Syaibani. Filsafah Pendidikan Islam. (terj.)
Langgulung dari judul aslifalsafah al-tarbiyah al-islamiyah. (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang.1979).
hlm. 25.

11
Filsafat sebagai pendekatan keilmuan setidaknya ditandai antara lain
dengan tiga ciri, yaitu sebagai berikut:10
a. Kajian, telaah dan penelitian filsafat selalu terarah kepada pencarian atau
perumusan ide-ide dasar atau gagasan yang bersifat mendasar-
fundamental terhadap ibjek persoalan yang dikaji. Ide atau pemikiran
yang fundamental biasanya diterjemahkan dengan istilah teknis
kefilsafatan sebagai “al-falsafatu al-ula”, substansi, hakekat, atau esensi.
Dimana pemikiran yang fundamental ini bersifat umum, mendasar, dan
abstrak.
b. Pengenalan, pendalaman persoalan-persoalan, dan isu-isu fundamental
dapat membentuk cara berpikir kritis.
c. Kajian dan pendekatan falsafati yang bersifat seperti dua hal diatas, akan
dapat memberntuk mentalitas, cara berpikir dan kepribadian yang
megutamakan kebebasan intelektual, sekaligus mempunyai sikap toleran
terhadap berbagai pandangan dan kepercayaan yang berbeda serta
terbatas dari dogmatisme dan fanatisme.

Mengkaji islam secara filosofis, akan menjadikan segala sesuatu


disandarkan kepada konteks baik itu berupa kebaikan sosial, local wisdom,
rasionalitas dan lain-lain. Ia juga akan bersandar pada analisa rasio manusia,
yang akan bersfat relatif. Kegiatan berfilsafat menurut Louis O. Kattsoff
adalah kegiatan berpikir secara:11

a. Mendalam : dilakukan sedemikian rupa hingga dicari sampai batas akal


tak sanggup lagi.
b. Radikal : sampai ke akar-akarnya sehingga tidak ada lagi yang tersisa.
c. Sistematik: dilakukan secara teratir dengan menggunakan metode
berpikir tertentu.

10
Tabrani, Arah Baru Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta: Penerbit Ombak), hlm. 182-
183.

11
Ibid. Hlm. 183.

12
d. Universal: tidak dibatasi hanya pada satu kepentingan kelompok tertentu,
tetapi menyeluruh.

2. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis berarti studi proses tentang kependidikan yang
didasari nilai-nilai ajaran Islam menurut konsep cinta terhadap kebenaran,
ilmu dan hikmah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Pendekatan
filosofis dalam arti praktis merupakan pendekatan yang penilaiannya
berdasaran akal (rasional). Ukuran benar dan salahnya ditentukan dengan
penilaian akal, dapat diterima oleh akal atau tidak (Kodir, 2017).
Pendekatan filosofis adalah melihat suatu permasalahan dari sudut
tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan
permasalahan itu dengan menggunakan metode analisis spektulatif. Pada
dasarnya filsafat adalah berpikiran untuk memecahkan masalah atau
pertanyaan dan menjawab suatu persoalan, namun demikian tidak semua
berpikir untuk memecahkan dan menjawab suatu permasalahan dapat
disebut filsafat. Dimaksud filsafat disini adalah berpikir secara sistematis,
radikal dan universal. Di samping itu, filsafat mempunyai bidang (objek
yang dipikirkan) sendiri, yaitu bidang atau permasalahan yang bersifat
filosofis yakni bidang yang terletak di antara dunia ketuhanan yang ghaib
dengan dunia ilmu pengetahuan yang nyata. Dengan demikian filsafat yang
menjembatani kesenjangan antara masalah-masalah yang bersifat
keagamaan semata-mata dengan masalah yang bersifat ilmiah.
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang seringkali terjebak pada
pengamalan agama yang bersifat substansi semata, hanya meyakini
kebenaran agama dalam hati, tetapi tidak diikuti dengan pelaksanaan ibadah
formal. Pengamalan agama yang mereka terapkan hanyalah bersifat hakikat.
Misalnya sudah tidak lagi tertarik melaksanakan ibadah haji, puasa zakat,
dan ibadah-ibadah formal lainnnya. Namun demikian, pendekatan filosofis
ini tidak berarti menafikan atau menyepelekan bentuk pengamalan agama
yang bersifat formal. Filsafat mempelajari segi batin yang bersifat esoterik,

13
sedangkan bentuk (forma) memfokuskan segi lahiriah yang bersifat
eksoterik. Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya
mempergunakan akal pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan
pendekatan filosofis dalam memahami ajaran agamanya.

3. Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Filosofis


Kelemahan dalam penggunaan pendekatan filosofis ialah terkadang
seringkali seseorang terjebak pada pengamalan agama yang bersifat
substansi semata, hanya meyakini kebenaran agama dalam hati, tetapi tidak
diikuti dengan pelaksanaan ibadah formal. Pengamalan agama yang
diterapkan hanyalah bersifat hakikat, misalnya sudah tidak tertarik lagi
melaksanakan ibadah haji, puasa, zakat dan ibadah-ibadah formal lainnya.
pendekatan ini masih belum bisa diterima secara merata oleh kaum
tradisionalis formalistis yang cenderung memahami agama terbatas pada
ketetapan melaksanakan aturan-aturan-aturan formalistik dari pengalaman
agama.12
Seperti yang sudah dijelaskan dalam contoh pendekatan filosofis
sebelumnya bahwa dengan menggunakan pendekatan filosofis seseorang
akan dapat memberikan makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan
dapat pula mendapat hikmah dan ajaran yang terkandung didalamnya.
Dengan kata lain ketika seseorang mengerjakan suatu amal ibadah dia tidak
akan merasa bosan dan merasakan bahwa ibadah bersifat formalistis belaka,
karena dengan pendekatan filosofis ini semakin seseorang itu mampu
mengenali makna filosofis dari suatu ajaran agama terutama agama Islam,
maka semakin meningkat juga sikap, penghayatan, dan daya spiritual yang
dimiliki seseorang.

12
M. Rozali, Metodologi Studi Islam dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan,
(Depok: PT. Rajawali Buana Pusaka), hlm. 99-100.

14
Manfaat yang bisa didapat ketika seseorang menggunakan
pendekatan filosofis dalm kajiannya adalah sebagai berikut:
a. Agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan
dipahami secara seksama;
b. Setiap individu dapat memberi makna terhadap segala sesuatu yang
dijumpainya dan mengambil hikmah sehingga ketika melakukan ibadah
atau apapun, ia tidak mengalami degradasi spiritualitas yang
menimbulkan kebosaan;
c. Membentuk pribadi yang selalu berpikir kritis (Critical Though);
d. Adanya kebebasan intelektual (Intellectual Freedom);
e. Membentuk pribadi yang selalu toleran.

Islam sebagai agama yang banyak menyuruh penganutnya


menggunakan akal pikiran sudah dapat dipastikan sangat memerlukan
pendekatan filosofis dalam memahami ajaran agamanya.

4. Contoh Pendekatan Filosofis


Muhammad Al-Jurjawi dalam bukunya Hikmah Al-Tasyri’ wa
Falsafatuhu memberikan contoh ketika dalam ajaran agama Islam
mengajarkan kita untuk melaksanakan shalat secara berjamaah di dalamnya
terselip hikmah hidup agar kita bisa hidup secara berdampingan dengan
orang lain. Dengan diwajibkannya puasa kita bisa merasakan rasa lapar
yang dirasakan oleh orang yang hidup serba kekurangan sehingga
memunculkan rasa simpati dan empati.
Begitu pun dengan ibadah haji yang dilaksanakan di Mekkah, dalam
waktu yang bersamaan, gerak danbentuk ibadah (manasik) yang sama
dengan lainnya didalamnya terdapat hikmah agar orang yang
mengerjakannya berpandangan luas, merasa bersaudara dengan sesama
muslim dari seluruh penjuru dunia.
Thawaf yang dilakukan pun mengandung makna bahwa hidup penuh
harus penuh dengan dinamika yang tak kenal lelah yang semuanya harus

15
tertuju dengan niat beribadah hanya karena Allah semata. Sa’i dalam haji
mengandung makna bahwa dalam hidup kita tidak boleh berputus asa
danterus mencoba. Wukuf di Arafah maknanya adalah agar kita saling
mengenal, mengenal siapa dirinya, Tuhannya dan sesama manusia
dibelahan dunia lainnya. kegiatan melempar jumroh yang dilakukan pun
memiliki makna bahwa kita sebagai manusia harus membuang jauh-jauh
sifat-sifat negatif yang ada dalam diri kita dan menggantinya dengan sifat-
sifat yang positif.13
Makna-makna yang disebutkan diatas dapat ditemukan melalu
pendekatan filosofis. Dengan menggunakan pendekatan filosofis seseorang
akan dapat memberi makna terhadap sesuatu yang dijumpainya, dan dapat
pula menangkap hikmah dan ajaran yang terkandung di dalamnya. Dengan
kata lain ketika seseorang mengerjakan suatu amal ibadah tidak akan merasa
bahwa hal yang dilakukan tersebut hanya sebatas suatu kegiatan yang
bersifat formalitas belaka. Semakin mampu menggali makna filosofis dari
suatu ajaran agama, maka semakin meningkat pula sikap, penghayatan, dan
daya spiritualitas yang dimiliki seseorang.

13
Abuddin Nata. Metodologi Studi Islam. (Jakarta: Rajawali Press, 2014). Hlm. 44.

16
BAB III
KESIMPULAN

Setelah melakukan pembahasan diatas mengenai pendekatan teologis dan

filosofis dalam studi islam, maka penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu:

1. Pendekatan studi islam ialah cara pandang atau paradigma yang terdapat

dalam suatu bidang ilmu yang digunakan untuk memahami agama, dalam

hal ini ialah agama Islam. Pendekatan studi islam merupakan cara kerja

untuk memudahkan seseorang untuk memahami dan mendalami Islam

secara luas dan menyeluruh agar tidak muncul pola fikir yang dangkal.

2. Pendekatan Teologis adalah cara pandang atau analisis terhadap masalah

ketuhanan dengan menggunaan norma-norma agama atau simbol-simbol

keagamaan yang masing-masing bentuk forma atau simbol-simbol

keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang paling

benar.Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang normatif dan

subjektif terhadap agama.

3. Pendekatan filosofis berarti studi proses tentang kependidikan yang didasari

nilai-nilai ajaran Islam menurut konsep cinta terhadap kebenaran, ilmu dan

hikmah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Pendekatan filosofis

dalam arti praktis merupakan pendekatan yang penilaiannya berdasaran akal

(rasional). Ukuran benar dan salahnya ditentukan dengan penilaian akal,

dapat diterima oleh akal atau tidak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdullah, Amin. 1999. Studi Agama: Normativitas atau Historisitas. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Al-Syaibani, Omar Mohammad AL-Toumy. 1979. Filsafah Pendidikan Islam.


(terj.) Langgulung dari judul aslifalsafah al-tarbiyah al-islamiyah. Jakarta:
Bulan Bintang.

Kartodirjo, Sartonno. 1992. Pendekatan Ilmi Sosial dalam Metodologi Sejarah.


Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Kodir. (2017). Metodologi Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Mustafa. (2006). Reorientasi Teologi Islam dalam Konteks Pluralisme Beragama.


Hunafa, 131.

Nasution, Harun. (1978). Teologi Islam (Ilmu Kalam). Jakarta: UI Press.

Nasution, Khoiruddin. 2007. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Academia dan


Tazzafa

Nata, Abuddin. 2014. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Rozali. (2020). Metodologi Studi Islam . Depok : PT. Rajawali Buana Pustaka.

Tabrani, 2015, Arah Baru Metodologi Studi Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Jurnal:

Jurnal Hunafa Vol. 3 No. 2, Juni 2006:129-140

18

Anda mungkin juga menyukai