Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DISUSUN OLEH :

NAMA : ORYZA PRADNYA ISLAMIAH


STAMBUK : 16120200064

DOKTER INSTRUKTUR

drg. Andi Tenri Biba.Sp.Prost


drg. Husna Husain

BLOK ORAL PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “LAPORAN
PRAKTIKUM 1,2,dan 3” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah BLOK ORAL PATOLOGI. Selain itu, Laporan h ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pemeriksaan Sitologi, Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop, dan
Pemeriksaan Hematologi dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada drg. Erna Irawati dan Dr.drg.Nur
Asmah,Sp.KG selaku Dosen Penanggung Jawab pada Blok Oral Patologi, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya pelajari saat ini dan kedepannya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terimakasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas ini.
Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan Laporan Praktikum
ini.

Makassar, 22 September 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
PRAKTIKUM I PEMERIKSAAN SITOLOGI ...................................................................................... 4
PRAKTIKUM II PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP ........................................... 7
PRAKTIKUM III PEMERIKSAAN HEMATOLOGI ......................................................................... 12
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 12

iii
PRAKTIKUM I
PEMERIKSAAN SITOLOGI
Sitologi adalah ilmu yang mencakup penilaian sel yang berasal dari tubuh manusia baik
yang terlepas sendiri (eksfoliasi) dari permukaan epitel atau diambil dari berbagai tempat dengan
cara tertentu. Ilmu ini membantu memberikan informasi untuk mendeteksi malignansi rongga
mulut secara dini.
Pengertian Angular Cheilitis
Angular cheilitis yang sering juga disebut perlece, cheilosis atau stomatitis angular
merupakan suatu lesi, terkadang disertai inflamasi pada commisura labial baik yang terjadi
unilateral maupun bilateral, dengan nyeri atau tanpa adanya gejala.
Secara klinis, epitel pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, luka
menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam, berulserasi tetapi
tidak cenderung berdarah. Walaupun dapat terbentuk krusta eksudatif superficial, fissure ini tidak
melibatkan permukaan mukosa pada komisura didalam mulut, tetapi berhenti pada mucocutaneous
junction.
A. TUJUAN
1. Mampu melakukan pengambilan hapusan lesi Angular Cheilitis.
2. Mampu melakukan pengambilan kerokan pada permukaan lesi rongga mulut untuk
pemeriksaan Sitologi dengan baik dan benar sehingga mendapatkan hasil yang akurat

B. BAHAN DAN ALAT


Umum
1. Jas praktikum
2. Papan nama (dasar hijau, tulisan silver)
3. Diagnostik set (2 kaca mulut, 1 sonde, tempat kapas kecil)
4. Handuk putih kecil, celemek (disposible)
5. Sarung tangan sesuai ukuran
6. Pengalas meja warna putih
7. Air mineral 2 gelas

* Sitologi
1. Kaca objek 2

4
2. Pensil kaca
3. Cotton roll / spatel metal

4. Botol fiksasi
5. Larutan ethil alkohol 95 %
6. Larutan fisiologis (Nacl 0,9 %)

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN SITOLOGI


Pengambilan hapusan Lesi Angular cheilitis :
• Sebelum melakukan swab/apusan pada permukaan lesi angular cheilitis, penderita terlebih

dahulu di penderita disuruh untuk berkumur. Kemudian dilakukan apusan pada permukaan

lesi angular cheilitis dengan menggunkanan cotton bud steril sampai seluruh permukaan

kapas tertutupi. Kemudian apusan tersebut dimasukkan kedalam Stuart Transport Medium

yang telah diberi label. Pada saat membuka dan menutup medium harus dipanaskan

ujungnya terlebih dahulu.

• Simpan hasil apusan dalam kotak pendingin/tersmos yang berisi es batu kemudian di bawa
5
ke laboratorium mikrobiologi.

Pengambilan Kerokan Lesi Rongga Mulut


• Jika menggunakan spatel, lesi di kerok dan bahan yang diambil dari lesi ditempatkan pada

kaca objek dan kaca objek lain dipakai untuk menutupi, untuk selanjutnya di tarik dari tepi

ke tepi sehingga bahan merata pada permukaan kedua kaca objek.

Cara I membuat sudut 45 derajat disatu sisi untuk selanjutnya menarik kaca

• Jika menggunakan cotton roll maka sebelum digunakan, cotton roll dibasahi dengan

larutan fisiologis dan bahan dioleskan pada kedua kaca objek.

• Segera setelah bahan ditempatkan pada kaca objek, kaca objek difiksasi ke dalam larutan

ethol alkohol 95 %.

• Fiksasi selama 30 menit, kemudian di keringkan di udara terbuka dan siap untuk dikirim

ke laboratorium Sitologi bersama keterangan klinis yang ada.

6
PRAKTIKUM II
PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP

A. MIKROSKOP CAHAYA
Mikroskop yang umum digunakan adalah mikroskop cahaya, baik cahaya yang berasal dari
sinar matahari atau lampu listrik yang ditempatkan pada badan mikroskop tersebut sebagai sumber
cahaya. Jenis ini tergolong sederhana dengan lensa okuler/lensa pengamat tunggal (mikroskop
monokuler) maupun yang memiliki lensa okuler ganda (mikroskop binokuler).

Mikroskop terdiri dari bebrapa bagian penyusunnya. Terdiri dari bagian mekanik yang
ditunjukan pada nomor 1-9 dan bagian optik yang ditunjukan pada nomor 10-12. Bagian-bagian
dan fungsi setiap bagian tersebut dapat terlihat pada gambar dibawah ini:

7
Keterangan :
1. Kaki mikroskop, berfungsi sebagai penopang mikroskop sehingga berdiri tegak
2. Lengan mikroskop, berfungsi sebagai pegangan mikroskop.
3. Meja sediaan, berfungsi sebagai tempat meletakkan sediaan yang akan diamati, dilengkapi
dengan lubang tempat keluarnya cahaya yang akan melewati sediaan dan lensa.
4. Penjepit sediaan, berfungsi untuk memastikan sediaan pada posisi stabil dan memudahkan
pergerakan sediaan.
5. Cermin (cekung/datar) atau lampu, berfungsi untuk memantulkan cahaya. Bila cahaya cukup
digunakan cermin datar, jika cahaya kurang memadai digunakan cermin cekung. Namun saat
ini telah banyak digunakan lampu listrik sebagai pengganti sumber cahaya.
6. Makrometer, berfungsi sebagai pengatur fokus kasar.
7. Mikrometer, berfungsi sebagai pengatur fokus halus.
8. Tabung mikroskop, berfungsi sebagai penghubung antara lensa okuler, lensa bjektif dan
cahaya yang masuk.
9. Resolver, sebagai tempat melekatnya lensa objektif.
10. Kondesor, berfungsi memfokuskan sinar yang masuk dan melewati sediaan yang diamati
11. Diafragma, berfungsi mengatur banyaknya cahaya yang akan masuk dan melewati sediaan.
12. Lensa objektif, berfungsi untuk memerbesar dan memperjelas resolusi bayangan sediaan.
Terdapat dalam beberapa jenis dan ukuran perbesaran; lensa scanning (2,5x - 4x), lensa
perbesaran menengan (10x, 20x), lensa perbesaran tinggi (40x, 45x), dan lensa yang
menggunakan oli imersi (90x, 100x).
13. Lensa okuler, merupakan bagian yang dekat dengan mata yang berfungsi untuk
memperbesar bayangan sediaan. Terdapat dalam ukuran perbesaran 5x, 10x, dan 15x 14.
Dioptering, bagian yang berfungsi untuk mengatur kekuatan lensa agar dapat menyesuaikan
kondisi mata kiri dengan mata kanan.
Prinsip kerja dari mikroskop ini adalah, cermin atau sumber cahaya akan masuk ke
melalui diafragma dan kondensor. Diafragma akan mengatur jumlah cahaya yang masuk,
kemudian kondensor akan memfokuskan cahaya tersebut untuk masuk dan melewati sediaan.
Cahaya tersebut kemudian akan diteruskan melewati lensa ojektif. Lensa objektif akan
mengkoreksi cahaya yang masuk, memperbesar bayangan dan memfokuskan bayangan. Proses
memfokuskan bayangan ini dibantu dengan memutar makrometer dan mikrometer. Kemudian

8
bayangan tersebut akan diperbesar kembali oleh lensa okuler, sehingga diperoleh bayangan dari
sediaan yang berukuran lebih besar.

Perbesaran pada mikroskop diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran perbesaran lensa objektif
dan lensa okuler, contohnya jika perbesaran lensa objektif adalah 40x dan lensa okuler 10x maka
diperoleh hasil perbesaran 400x.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengunakan mikroskop antara lain:

1. Pastikan kondensor berada di tengah dan pada posisi yang tepat.


2. Pastikan lensa objektif telah berasa posisi yang benar dan lensa okuler telah dipasang sesuai
dengan perbesaran yang diinginkan.
3. Pastikan bagian optik dalam keadaan bersih, bebas lemak dan debu.
4. Sesuaikan jumlah cahaya yang masuk dengan mengatur difragma dan kondensor.
5. Pastikan memberihkan lensa yang telah terkena oli imersi dengan tissue lensa.
6. Sebelum mengganti sediaan, pastikan menurunkan meja mikroskop terlebih dahulu untuk
meminimalisir kerusakan pada lensa dan sediaan.

PENGGUNAAN MIKROSKOP

Mikroskop merupakan instrumen optik canggih yang menjadi salah satu asset di dalam
laboratorium. Penggunaan mikroskop yang benar sangatlah penting bagi seorang yang bergerak
dibidang kesehatan. Hasil dari penggunaan mikroskop yang baik akan menghasilkan gambaran
9
yang baik apakah itu kekontrasan, intensitas konsentrasi dalam sel hingga batas tegas dari bagian
satu dengan bagian lainnya.
Berikut ini adalah cara penggunaan mikroskop yang benar.
1. Persiapan penggunaan mikroskop
a. Letakkan mikroskop pada permukaan yang stabil dan rata dan hindarkan dari sinar
matahari secara langsung.
b. Pastikan penguat daya lampu mikroskop pada kondisi terendah
c. Pastikan sambungan sumber listrik terpasang dengan benar dan kuat
d. Hubungkan stop kontak dengan sumber tenaga listrik
e. Tekan tombol “ON” 2
2. Pengamatan menggunakan mikroskop
a. Atur kekuatan cahaya lampu dengan memutar pengatur intensitas cahaya sesuai dengan
perbesaran, makin besar kekuatan lensa makin besar intensitas cahaya yang diberikan.
b. Tempatkan sediaan yang akan dilihat pada meja sediaan tepat di tengah lubang cahaya.
c. Putar Revolving lensa objektif pada perbesaran objektif 10x lalu putar.
d. Lihat dengan dua mata terbuka sambil memutar makrometer/pemutar kasar sehingga
meja sediaan kearah atas.
e. Fokuskan dengan memutar micrometer.
f. Pembesaran mikroskop dapat diubah dengan cara memutar revolver lensa objektif
(khusus untuk perubahan dari 10x ke 40x lensa objektif).
g. Jika lensa objektif di ubah maka focus diperjelaskan kembali dengan mengatur
micrometer.
h. Khusus untuk perbesaran 10/100x, tambahkan minyak imersi dengan meneteskan di
sediaan. i. Untuk perbesaran 10x100 kali, tempelkan terlebih dahulu lensa objektif hingga
menyentuh sediaan, kemudian turunkan meja sediaan dengan memutar micrometer.

i. Pembesaran mikroskop dapat diubah dengan cara memutar revolver lensa objektif
(khusus untuk perubahan dari 10x ke 40x lensa objektif).
j. Jika lensa objektif di ubah maka focus diperjelaskan kembali dengan mengatur
micrometer.
k. Khusus untuk perbesaran 10/100x, tambahkan minyak imersi dengan meneteskan di

10
sediaan.
i. Untuk perbesaran 10x100 kali, tempelkan terlebih dahulu lensa objektif hingga
menyentuh sediaan, kemudian turunkan meja sediaan dengan memutar micrometer

11
PRAKTIKUM III
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

A. DEFINISI

Pemeriksaan hematologi rutin untuk melihat kecenderungan infeksi berat akibat


infeksi serotipe virus dengue tertentu. Penentuan serotipe virus dengue penting untuk
epidemiologi dan juga menentukan potensi patogenitas penyakit tersebut terhadap
populasi. Penelitian terbaru untuk menentukan serotipe virus dengue yang bersirkulasi
di setiap daerah perlu dilakukan untuk melihat potensi patogenitas virus dengue di
daerah dan waktu tersebut. pemeriksaan hematologi rutin kadar hemoglobin, nilai
hematokrit, jumlah leukosit, dan jumlah trombosit setiap serotipe virus dengue.
Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi lengkap.

Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari;

• hemoglobin/Hb,

• hematokrit (HCT),

• hitung jumlah sel darah merah/eritrosit,

• hitung jumlah sel darah putih/leukosit,

• hitung jumlah trombosit dan

• indeks eritrosit.

Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari;

• pemeriksaan darah rutin ditambah hitung jenis leukosit dan

• pemeriksaan morfologi sel/ sediaan apus darah tepi (SADT)/Gambaran darah tepi
(GDT)/morfologi darah tepi (MDT) yaitu ukuran, kandungan hemoglobin,
anisositosis, poikilositosis.

12
B. ERITROSIT (SEL DARAH MERAH)

Komposisi membran eritrosit seperti juga membran sel lainnya yaitu terdiri dari;

• Trilaminar structure

• outer hydrophilic

• Central hydrophobic

• Inner hydrophilic

Protein

• Integral: perpanjangan dari permukaan luar ke dalam

• Perifer: permukaan sitoplasma di bawah lapisan lemak

Lipid Membran eritrsit:

• 95% lipid terdiri dari: Kolesterol tidak teresterifikasi yang akan berpengaruh
terhadap area permukaan: permeabilitas cation pasif Phospholipid bilayer
mobilitasnya berkontribusi terhadap fluiditas membran

• 5% sisanya terdiri dari glicolipid dan Free fatty acids Protein membran: Integral
(glycophorin A, B, C dan pita 3), pita 3 merupakan tempa mengikatkan cytoskeleton
terhadap lapisan lipid juga sebagai anion pertukaran protein.

Karakteristik Eritrosit:

Karakteristik eritrosit yang utama yaitu perubahan bentuk hal ini penting karena
eritrosit harus bersifat flexible untuk menyusup ke kapiler-kapiler yang sangat kecil.
Peningkatan konsentrasi hemoglobin atau penurunan fluiditas dapat menurunkan
kemampuan berubah bentuk. Akumulasi dari merman kalsium mengakibatkan sel
kaku, berkerut dan mengurangi kemampuan berubah bentuk. Permeabilitas juga
dibutuhkan seperti H2), Cl-, HCO3- dapat melewati membran secara bebas.

Pompa kation mengatur keseimbangan Na+ dan K-. Deviasi dari permeabilitas influk
Natrium akan mengakibatkan sel berubah bentuk. Karena Secara fungsi eritrosit
berhubungan erat dengan hemoglobin, maka dibawah ini akan dibahas juga mengenai

13
pembentukan hem sebagai unsure pembentuk hemoglobin.

Indeks eritrosit adalah batasan untuk ukuran dan isi hemoglobin eritrosit. Istilah lain
untuk indeks eritrosit adalah indeks kospouskuler. Indeks eritrosit terdiri atas:

• Isi/volume atau ukuran eritrosit (MCV: mean corpuscular volume atau volume
eritrosit rata-rata),

• Berat (MCH: mean corpuscular hemoglobin atau hemoglobin eritrosit rata-rata),

• Konsentrasi (MCHC: mean corpuscular hemoglobin concentration atau kadar


hemoglobin eritrosit rata-rata), dan

• Perbedaan ukuran (RDW: RBC distribution width atau luas distribusi eritrosit).

C. PEMERIKSAANHITUNGJENIS

1. Darah Rutin

• Hemoglobin

• Laju Endap Darah

• Hitung leukosit

• Hitung jenis leukosit

2. Darah lengkap/ complete blood count (CBC)

• Hemoglobin

• Hematokrit

• Trombosit

• Hitung leukosit

• Hitung jenis leukosit

• Eritrosit.

• Laju Endap Darah

14
3. Pemeriksaan Khusus

• Retikulosit

• Coomb test

• Gambaran darah tepi

• Sumsum tulang

• Analisis Hemoglobin

D. JENIS KELAINAN HEMATOLOGI

1. Anemia

Anemia merupakan suatu keadaan yang mengambarkan kadar hemoglobin (Hb) dalam
darah kurang dari normal atau sedang

mengalami penurunan.

Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin
yang dikandungnya seperti:

a. Makrositik, pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan
jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik yaitu:

b. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan gangguan
sintesis DNA.

c. Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang dipercepat dan peningkatan


luas permukaan membran.

d. Mikrositi, mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh defisiensi besi,
gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.

e. Normositik, pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara
berlebihan, penyakit- penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal, dan hati.

2. Leukopenia

15
Leukopenia adalah suatu keadaan di mana jumlah leukosit kurang dari normal, yaitu
kurang dari 3.500/mm3 atau kurang dari 4.000/mm3 (Hoffbrand, 2005). Jumlah
leukosit normal dalam sirkulasi darah mengandung 4.000 sampai 11.000/mm3

Jenis sel leukosit yang mengalami penurunan dapat berupa eosinopenia, basopenia,
neutropenia, limfopenia, dan monositopenia

Faktor yang menyebabkan leukopenia:

➢ Infeksi

➢ Bakteri: typhus abdominalis, paratyphus, brucellosis

a. Virus: influenza, campak, rubella, hepatitis, dengue

b. Protozoa: malaria (serangan akut)

c. Rickettsia: typhus, scrub typhus

d. Infeksi akut: TBC milier, osteomyelitis berat, septicemia.

➢ Radiasi

➢ Agranulositois, neutropenia karena obat

➢ Obat-obat sitostatika: myleran, mercaptopurin

➢ Keracunan oleh zat benzene, urethane, Au

➢ Depresi sumsum tulang pada anemia aplastik, osteosklerosis,

mielofibrosis, infiltrasi neoplasma

➢ Defisiensi: anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik,

hipoadrenalisme, hipopituitarisme

➢Benda imun lain: PAP (Primary Atypical Pneumonia),

mononukleosis infeksiosa, sindrom felty

16
3. Leukemia

Leukemia adalah suatu penyakit neoplasma yang mengenai sel dari sistem
hematolimfopoietik dengan karakteristik infiltrasi sel leukosit ke darah, sumsum
tulang, dan jaringan lain. Hal ini dapat menyebabkan

terganggunya homeostasis tubuh sehingga terjadi gangguan pada berbagai sistem


organ.

Leukemia dibagi menjadi empat tipe utama yaitu;

leukemia mieloblastik akut (LMA), leukemia limfositik akut (LLA), leukemia


mieloisitik kronik (LMK), leukemia limfositik kronik (LLK).

Ini didasarkan pada asal sel dan tipe sel yang mendominasi sumsum tulang.
Berdasarkan sel asal leukemia ada dua yaitu mieloid serta limfoid. Pada leukemia akut
tipe sel yang mendominasi adalah sel leukosit yang imatur. Pada leukemia kronik
terjadi penumpukan sel leukosit yang sudah matur

KESIMPULAN

Angular cheilitis yang sering juga disebut perlece, cheilosis atau stomatitis angular
merupakan suatu lesi, terkadang disertai inflamasi pada commisura labial baik yang terjadi
unilateral maupun bilateral, dengan nyeri atau tanpa adanya gejala.
Secara klinis, epitel pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu
mengerut, luka menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fissure yang dalam,
berulserasi tetapi tidak cenderung berdarah. Walaupun dapat terbentuk krusta eksudatif
superficial, fissure ini tidak melibatkan permukaan mukosa pada komisura didalam mulut,
tetapi berhenti pada mucocutaneous junction.
Mikroskop yang umum digunakan adalah mikroskop cahaya, baik cahaya yang berasal
dari sinar matahari atau lampu listrik yang ditempatkan pada badan mikroskop tersebut sebagai
sumber cahaya. Jenis ini tergolong sederhana dengan lensa okuler/lensa pengamat tunggal
(mikroskop monokuler) maupun yang memiliki lensa okuler ganda (mikroskop binokuler).

Mikroskop terdiri dari 2 bagian yaitu, 1. bagian mekanik yang mana ada, Kaki
mikroskop, Lengan mikroskop, Meja sediaan, Penjepit sediaan, Cermin (cekung/datar),
Makrometer, Mikrometer, Tabung Mikroskop, dan Resulver. 2. Bagian optik terdiri dari :
Kondesor, Diagfragma, Lensa Objektif.

17
Pemeriksaan hematologi rutin untuk melihat kecenderungan infeksi berat akibat infeksi
serotipe virus dengue tertentu. Penentuan serotipe virus dengue penting untuk epidemiologi
dan juga menentukan potensi patogenitas penyakit tersebut terhadap populasi.

Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari; hemoglobin/Hb, hematokrit (HCT), hitung


jumlah sel darah merah/eritrosit, hitung jumlah sel darah putih/leukosit, hitung
jumlah trombosit dan indeks eritrosit.

Pemeriksaan hematologi lengkap (complete blood count) terdiri dari; pemeriksaan


darah rutin ditambah hitung jenis leukosit dan pemeriksaan morfologi sel/ sediaan
apus darah tepi (SADT)/Gambaran darah tepi (GDT)/morfologi darah tepi (MDT)
yaitu ukuran, kandungan hemoglobin, anisositosis, poikilositosis.

18

Anda mungkin juga menyukai