Anda di halaman 1dari 11

MAKKIYAH DAN MADANIYYAH

Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Agama Islam

Dosen Pengampu : AM. Maqdum Biahmada , M.Pd.

Nama Kelompok :

1. Mevi Permata Sari (18130210381)


2. Zenny Oktamia R (18130210002)
3. Restu Widiandari (18130210372)
4. RM Nasrullah (18130210447)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama
Islam dengan judul “Ayat Makiyah & Madaniyah”.

Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal
mengetahui nasikh dan mansukh dalam al-quran bagi yang membaca dan juga bagi penulis
khususnya dan umumnya bagi mahasiswa Universitas Islam Kadiri Kediri

Melalui kesempatan yang sangat berharga ini kami menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana semestinya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah

Makkiyah diambil dari nama kota makkah tempat islam lahir dan tumbuh. Kata
makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu yang disebut
makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari mekah atau yang berkenaan
dengannya. Begitu pula dengan madaniyah, ia diambil dari nama kota madinah, tempat
rasululloh berhijrah dan membangun masyarakat islam serta mengembangkan islam ke segala
penjuru dunia.

Sekalipun kemudian dakwah Rasululloh melewati batas-batas wilayah kedua kota


tersebut, namun mekaha dan madinah tetap mempunyai peran yang siginifikan dalam setiap
proses pengembangan islam. Karenanya pengertian makkiah dan madaniyah tidak hanya terbata
pada ruang linngkup tempat atau penduduk yang berdiam di kedua kota tersebut, melainkan
mencakup di dalamnya priode waktu. Dari sini kemudian para ulama dalam mendefenisikan
makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang sangat sempit, mmelainkan
juga memasukkan unsur waktu yang yak terspisahkandari sejarah Rasululloh.

Imam az-zarkasyi dalam bukunya al-burhan fi ulum al-qur’an telah menyebutkan tiga
persepektif defenisi mengenai makkiyah dan madaniyah. Pertama dari persepektif masa turun
didefenisikan bahwa makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasululloh hijrah ke madinah,
walaupun bukan turun di Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah
Rasululoh hijrah ke madinah sekalipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah
peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau arafah.

Kemudian dari persepektif tempat turun, didefenisikan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat
yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyah
adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba, dan sul’a, akan tetapi
terdapat celah kelemahan dari defenisi tersebut karena terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak
diturunkan di mekah dan di madinah dan di sekitarnya. Misalnya surat at-Taubah : 42 diturunkan
di tabuk, surat az-zukhruf : 45 di turunkan di tengah perjalanan antara madinah dan mekah.
Kedua ayat tersebut, jika melihat defenisi kedua ini, tidak dapat dikategorikan ke dalam
makkiyah dan madaniyah.

Dari persepektif objek pembicaraan (wahyu), mendenfisikan makkiyah dan madaniyah


bahwa makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang mekah, sedangkan
madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang madinah. Pendefinisian
tersebut dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat a-qur’an dimulai dengan
ungkapan”ya ayyuhal ladziina” yang menjadi kriteria Madaniyyah. Namun tidak selamanya
asumsi ini benar. Surat al-baqarah, misalnya, termasuk kategori madaniyah, padahal di dalamnya
terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan 168 yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyyuhan nas
“. Lagi pula, banyak ayat al-qur’an yang tidak dimulai dengan dua ungkapan yang di atas. [1]

B. Perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah

1. Dari segi tata bahasa:

a. Surat makkiyah secara umum gaya bahasanya kuat dan keras pembicaraanya, sebab
kebanyakan yang diajak bicara orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan sombong.
Contoh dalam surat al-mudatsir dan al-qomr. Dan adapun madaniyah secara umum gaya
bahasanya lembut dan pembicaraanya halus, sebab yang menerima kebenaran secara
terbuka. Contoh dalam surat al-maidah.

b. Umunya surat-surat makkiyah ayatnya pendek-pendek dan kuat pendalilannya.


Sedangkan madaniyah ayatnya panjang-panjangdan menyebutkan hukum-hukum secara
khusus.

2. Dari segi isinya:

Umumnya surat-surat makkiyah menetapkan tentang tauhid dan akidah yang selamat
secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiya dan percaya dengan hari kebangkitan,
sedangkan madaniyah secara umum menerangkan tentang perician ibadah dan mu’amalah karena
yang diajak bicara orang-orang telah terikrar dalam jiwa mereka tauhid dan aqidah yang selamat.

C. Ciri-ciri Spesifik Makkiyah dan Madaniyah

1. Makkiyah

a. Di dalamnya terdapat ayat sajdah

b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”

c. Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan nas” dan tidak ada ayat dimulai dengan
ungkapan “ya ayyuahl ladzina”, kecuali dalam surat al-hajj karena di penghujung surat
itu terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyyuhal ladzina”.

d. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat terdahulu

e. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan iblis, kecuali surat al-baqarah

f. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong seperti alif lam mim dan
sebagainya, kecuali surat al-baqarah dan ali-imran.
2. Madaniyah

a. Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had

b. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum muanafik, kecualai surat al-ankabut

c. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitabin.

Berdasarkan ttitk tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesisfk makkiyah dan
madaniyah sebagai berikut.

1. Makkiyah

a. Menjelaskan ajaran monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah


kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan
perihalnya, neraka dengan siksanya, syurga dan kenikmatannya, dan mendebat kelompok
musyrikin dengan argumentasi-argumentasi rasional dan naqli.

b. Menetapkan fondasi-fondasi umum bagi pembentukan hukum syara’ dan keutamaan-


keutamaan akhlak yang harusdimilki anggota masyarakat. Juga berisiskan celaan-celaan
terrhadap kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin, mengonsumsi harta anak
yatim secara zalim serta uraian tentang hak-hak.

c. Menuturkan kisah para nabi dan umat-umat terrdahulu serta perrjuangan Muhammad
dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin

d. Banyak terdapat kesamaan bunyi

e. Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras

f. Banyak mengandung kata-kata sumpah

2. Madaniyah

a. Menjelaskan permasalahan ibadah, muamalah, hududd, bangunan rumah tangga,


warisan, keutamaan jihad, kehidupan social, aturan-aturan pemerintah menangani
perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’

b. Mengkhitabi ahli kitab yahudi dan nashrani dan mengajaknya masuk islam, juga
menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan kitab Allah adan menjauhi
kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran

c. Mengungkap langka-langkah orang-orang munafik

d. Surat dan sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum dengan


terang dan menggunakan ushlub yang terang pula.
D. Klasifikasi Ayat-ayat dan Surat-surat Al-Qur’an

Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah, para ulama bersandar pada
dua cara utama: sima’i naqli (pendengaran seperti apa adanya) dan qiyashi ijtihad (bersifat
ijtihad). Cara pertama berdasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang hidup pada saat
dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari
para sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu.

Cara qiyashi ijtihad didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyyah. Apabila dalam
surat makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa
madani, maka dikatakan ayat itu madani. Begitu pula sebaliknya apabila dalam surat madaniyah
terdapat suatu ayat yang mengandung sifat makki atau peristiwa makki, maka ayat tadi dikatakan
sebagai ayat makkiyah. Oleh karena itu, para ahli mengatakan, “setiap surat yang dalamnya
mengandung kisah para nabi atau uamt-umat terrdahulu, maka surat itu adalah makkiyah.dan
seretiap surat di dalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan hukum, maka surat itu adalah
madaniyah.

Untuk membedakan makkiyah dana madaniyah, para ulama mempunyai tiga macam
pandangan yangmasing-masing mempunyai dasar-dasarnya sendiri.

1. Dari segi waktu turunnya

2. Dari segi tempat turunnnya

3. Dari sisi sasarannya

Para ulama antusias untuk menyelidiki surat-surta makkiyah dan madaniyah. Mereka
meneliti al-qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuia dengan turunnya,
dengan memperhatikan waktu , tempat danpola kalimat. Lebih dari itu mereka mengumpulkan
antara waktu, tempat dan pola kalimat. Abul qasim al-hasan bin Muhammad bin habib an-
naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-tanbih’ala fadhli ulum al-qur’an, “di antara ilmu-ilmu
al-qur’an yangpaling mulia adalah ilmu tentng nuzul al-qur’an dan sekitarnya. Seperti yang
diturunkan di waktu malam/siang, diturunkan secara bersama-sama atau yang turun secara
tersendiri, ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniyah dan sebaliknya, serta ayat-ayat yang
diperselisihkan antara madani dan makki. Orang yang tidak mengetahui dan tidakp dapat
membedakannya ia tidak berhak berbicara tentang al-qur’an. Ada tiga tahap dalam masa
turunnya al-qur’an di mekah menurut abu qasim yaitu tahap permulaan, tahap pertengahan dan
tahap penghabisan.

1. Tahap permulaan di mekah ( marhala ibtidaiyyah)

a. Surat al-alaq [96]


b. Surat almudatsir [74]

c. Surat at-takwir [81]

d. Surat al-a’la [87]

e. Surat al-lail [92]

f. Surat al-insyirah[94]

g. Surat al-‘adiyat [100]

h. Surat at-takwir [102

i. Surat an-najm [53]

2. Tahap pertengahan di mekah (marhalah mutawassithah)

a. Surat ‘abasa [80]

b. Surat ath-thin [95]

c. Surat al-qori’ah [101]

d. Surat al-qiyamah [75]

e. Surat al-mursalat [77]

f. Surat al-balad [90]

g. Surat al-hijr [15]

3. Tahap penghabisan di mekah (marhalah khataniyah)

a. Surat ash-shaffat [37]

b. Surat al-dzuhkruf [43]

c. Surat ad-dukhon [44]

d. Surat adz-dzariyat [51]

e. Surat al-kahfi [18]

f. Surat Ibrahim [14]

g. Surat as-sajdah [32]

Tiga tahap tersebut tampak jelas tanda-tanda kemakkiyahannya karena dalam hal
susunan kalimatnya, masing-masing tampak sebagai kesatuan wawasan yang terjadi dengan
sendirinya.

Adapun madaniyah ada dua puluh surat, yaitu:

a. Al-baqarah k. Al-hujurat

b. Ali-imran l. Al-hadid

c. An-nisa m. Al-mujadilah

d. Al-maidah n. Al-hasyr

e. Al-anfal o. Al-mumtahanah

f. At-taubah p. Al-jumu’ah

g. An-nur q. Al-munafiqun

h. Al-ahzab r. Ath-thalaq

i. Muhammad s. Ath-thahrim

j. Al-fath t. An-nashr

Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas surat, yaitu:[3]

a. Al-fatihah g. Al-qadr

b. Ar-ra’d h. Al-bayyinah

c. Ar-rahman i. Az-zalzalah

d. Ash-shafh j. Al-ikhlas

e. Ath-taghabun k. Al-falaq

f. Al-mutaffifin l. An-nas

E. Perselisihan Ulama’ Mengenai kategori Makkkiyah dan Madaniyah

Dalam kitab karangan manna’ al-qaththani yang berjudul pengentar studi ilmu al-Qur’an
menebutkan bawha yang terpenting dalam objek kajian par ulama yang diturunkan di mekkah
atau madinah sesrta yang menjadi perselisihan, yaitu:
1. Ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniyah

Contohnya dalam surat al-Hujurat ayat 13. Ayat tersebut diturunkan di mekah pada hari
penaklukan kota mekah tetapi sebenarnya madaniyah karena diturunkan selepas hijrah. Di
samping itu, seruannyapun bersifat umum. Ayat seperti ini oleh oleh para ulama tidak dinamakan
makkiyah dan tidak madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yag diturunkan di
mekah namun hukumnya mdaniyah.

2. Ayat-ayat madaniyah dalam surat makkiyah

Misalnya surat al-an’am, ibnu abbas berkata surat ini diturunkan sekaligus di mekah, maka ia
adalah makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di madinah yaitu ayat 151-153. Dan surat al-
hajj adalah makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyyah yaitu ayat 19-21.

3. Yang diturunkan di mekah namun hukumnya madaniyah

4. Ayat yang diturunkan di madinah namun hukumnya makkiyah

Mereka memberi contoh dengan surat al-mumtahanah, surat ini diturunkan di madinah dilihat
dari segi turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk mekah. Juga
seperti permusuhan aurat at-taubah yang diturnkan di madinah, tetapi seruannya ditujukan
kepada orang-orang musyrik di mekah.

5. Yang serupa dengan yang diturnkan di mekah dalam kelompok madaniyah

Yang dimaksud para ulama disini adalah ayat-ayat yang terdapat pada madaniyah tetapi
mempunyai gaya bahasa danciri seperti makkiyah. Contohnya firman Allah dalam surat al-anfal
ayat 32 yang madaniyah. Hal ini dikarenakan permintaan orang musyrik untuk disegerakan azab
adalahdi mekah.

6. Yang serupa dengan yang diturunkan di madinah dalam kelompok madaniyah

Yang dimaksud ulama disini adalah kebalikan dari sebelumnya dalam surat an-najm ayat 32.

7. Ayat yang dibawa dari mekah ke madinah

Contohnya ialah dalam surat al-a’la. HR. al-bukhori dan al-bara’ah bin azb yang mengatakan
bahwa: “ bahwa yang oertama kali datang kepada kami dikalangan sahabat nabi adalah mush’ab
bin umair dan ibnu ummi maktum. Keduanya membacakan al-qur’an kepada kami, setelah itu
datanglah ammar, bill dan sa’ad, kemudain datang pua umar bin khattab sebagai orang nomor
yang kedua puluh.baru setelah itu datang nabi, aku melihat penduduk madinah bergembira
setelah aku membaca “Sabbihisma robbikal a’la.

8. Ayat yang dibawa dari madinah ke mekah

Contohnya ari awal surat at-taubah yaitu ketika rasululloh memerintahkan kepada abu bakar
untuk pergi haji pada tahuan kesembilan dan hal inipun disampaikan kepada kaum musyrikin
bahwa tahun tidak seorangpun orang musyrik boleh berhaji.

9. Ayat yang turun di waktu malam dan siang

Kebanyakan ayat turun pada siang hari , abu qasim an-naisaburi telah menelitinya. Contoh di
bagian surat al-imran dan yang lainnya.

10. Ayat yang turun di musim panas dan musim dingin

Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas tentang ayat kalalah yang terdapat
di akhir surat an-nisa. Contoh lain ialah ayat-ayat yang turun dalam perang tabuk, yang terjadi
pada musim panas seperti yang dinyatakan dalam surat at-taubah ayat 81. Sedangkan musim
dingin mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mengenai “tuduhan bohong” yang terdapat
dalam surat an-nur.

11. Yang turun di waktu menetap atau perjalanan

Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an turun pada saat nabi dalam keadaan menetap.
Akan tetapi, karena kehidupan Rasululloh tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan
Allah, maka wahyu pun turun dalam peperangan tersebut. Contohnya awal-surat al-Anfal yang
turun pada waktu perang badar.

F. Tujuan mempelajari Makkiyah dan Madaniyah

1) Untuk menambah keyakinan bahwa al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan di bawah
otoritas Allah semata bukan berdasarkan keinginan nabi

2) Untuk mempermudah memahami al-Qur’an

3) Agar bisa memahami nasikh (hukum yang menghapus) dan mansukh (hukum yang dihapus)
jika terdapat dua ayat yaitu madaniyah dan makkiyah yang keduanya memenuhi syarat nasakh
maka ayat mmadaniyah tersebut menjadi nasakh bagi ayat makkiyah karena ayat madaniyah
datang belakangan setelah ayat makkiyah

4) Untuk mengetahui kronologis penurunan syari’ah yang berangsur-angsur

5) Untuk mengetahui perjalanan Rasulullah

6) Untuk mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga otensitas al-
qur’an.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Surat makkiyah diturunkan di mekah sebelum rasululloh hijrah, sedangkan madinah turun di
madinah sesudah nabi hijrah

2. Ayat dala surat makkiyah umumnya pendek, sedangkan ayayt dalam madaniyah umumnya
panjang

3. Surat makkiyah mengandung keterangan dan penjelasan tentang keimanan, perbuatan baik dan
jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal shaleh, siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah
para rasul dan nabi, cerita umat terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan
dan ibarat. Madaniyyah pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup
kemasyarakatan atau masalah muamalah.

Anda mungkin juga menyukai