Nama Kelompok :
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama
Islam dengan judul “Ayat Makiyah & Madaniyah”.
Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam hal
mengetahui nasikh dan mansukh dalam al-quran bagi yang membaca dan juga bagi penulis
khususnya dan umumnya bagi mahasiswa Universitas Islam Kadiri Kediri
Melalui kesempatan yang sangat berharga ini kami menyampaikan ucapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana semestinya.
BAB II
PEMBAHASAN
Makkiyah diambil dari nama kota makkah tempat islam lahir dan tumbuh. Kata
makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu yang disebut
makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari mekah atau yang berkenaan
dengannya. Begitu pula dengan madaniyah, ia diambil dari nama kota madinah, tempat
rasululloh berhijrah dan membangun masyarakat islam serta mengembangkan islam ke segala
penjuru dunia.
Imam az-zarkasyi dalam bukunya al-burhan fi ulum al-qur’an telah menyebutkan tiga
persepektif defenisi mengenai makkiyah dan madaniyah. Pertama dari persepektif masa turun
didefenisikan bahwa makkiyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasululloh hijrah ke madinah,
walaupun bukan turun di Mekah, sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah
Rasululoh hijrah ke madinah sekalipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah
peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekah atau arafah.
Kemudian dari persepektif tempat turun, didefenisikan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat
yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyah
adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba, dan sul’a, akan tetapi
terdapat celah kelemahan dari defenisi tersebut karena terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak
diturunkan di mekah dan di madinah dan di sekitarnya. Misalnya surat at-Taubah : 42 diturunkan
di tabuk, surat az-zukhruf : 45 di turunkan di tengah perjalanan antara madinah dan mekah.
Kedua ayat tersebut, jika melihat defenisi kedua ini, tidak dapat dikategorikan ke dalam
makkiyah dan madaniyah.
a. Surat makkiyah secara umum gaya bahasanya kuat dan keras pembicaraanya, sebab
kebanyakan yang diajak bicara orang-orang yang berpaling dari kebenaran dan sombong.
Contoh dalam surat al-mudatsir dan al-qomr. Dan adapun madaniyah secara umum gaya
bahasanya lembut dan pembicaraanya halus, sebab yang menerima kebenaran secara
terbuka. Contoh dalam surat al-maidah.
Umumnya surat-surat makkiyah menetapkan tentang tauhid dan akidah yang selamat
secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiya dan percaya dengan hari kebangkitan,
sedangkan madaniyah secara umum menerangkan tentang perician ibadah dan mu’amalah karena
yang diajak bicara orang-orang telah terikrar dalam jiwa mereka tauhid dan aqidah yang selamat.
1. Makkiyah
c. Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuhan nas” dan tidak ada ayat dimulai dengan
ungkapan “ya ayyuahl ladzina”, kecuali dalam surat al-hajj karena di penghujung surat
itu terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyyuhal ladzina”.
e. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan iblis, kecuali surat al-baqarah
f. Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong seperti alif lam mim dan
sebagainya, kecuali surat al-baqarah dan ali-imran.
2. Madaniyah
Berdasarkan ttitk tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesisfk makkiyah dan
madaniyah sebagai berikut.
1. Makkiyah
c. Menuturkan kisah para nabi dan umat-umat terrdahulu serta perrjuangan Muhammad
dalam menghadapi tantangan-tantangan kelompok musyrikin
e. Ayat dan suratnya pendek-pendek dan nada serta perkataannya agak keras
2. Madaniyah
b. Mengkhitabi ahli kitab yahudi dan nashrani dan mengajaknya masuk islam, juga
menguraikan perbuatan mereka yang telah menyimpangkan kitab Allah adan menjauhi
kebenaran serta perselisihannya setelah datang kebenaran
Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah, para ulama bersandar pada
dua cara utama: sima’i naqli (pendengaran seperti apa adanya) dan qiyashi ijtihad (bersifat
ijtihad). Cara pertama berdasarkan pada riwayat shahih dari para sahabat yang hidup pada saat
dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari
para sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu.
Cara qiyashi ijtihad didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan madaniyyah. Apabila dalam
surat makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa
madani, maka dikatakan ayat itu madani. Begitu pula sebaliknya apabila dalam surat madaniyah
terdapat suatu ayat yang mengandung sifat makki atau peristiwa makki, maka ayat tadi dikatakan
sebagai ayat makkiyah. Oleh karena itu, para ahli mengatakan, “setiap surat yang dalamnya
mengandung kisah para nabi atau uamt-umat terrdahulu, maka surat itu adalah makkiyah.dan
seretiap surat di dalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan hukum, maka surat itu adalah
madaniyah.
Untuk membedakan makkiyah dana madaniyah, para ulama mempunyai tiga macam
pandangan yangmasing-masing mempunyai dasar-dasarnya sendiri.
Para ulama antusias untuk menyelidiki surat-surta makkiyah dan madaniyah. Mereka
meneliti al-qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk ditertibkan sesuia dengan turunnya,
dengan memperhatikan waktu , tempat danpola kalimat. Lebih dari itu mereka mengumpulkan
antara waktu, tempat dan pola kalimat. Abul qasim al-hasan bin Muhammad bin habib an-
naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-tanbih’ala fadhli ulum al-qur’an, “di antara ilmu-ilmu
al-qur’an yangpaling mulia adalah ilmu tentng nuzul al-qur’an dan sekitarnya. Seperti yang
diturunkan di waktu malam/siang, diturunkan secara bersama-sama atau yang turun secara
tersendiri, ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniyah dan sebaliknya, serta ayat-ayat yang
diperselisihkan antara madani dan makki. Orang yang tidak mengetahui dan tidakp dapat
membedakannya ia tidak berhak berbicara tentang al-qur’an. Ada tiga tahap dalam masa
turunnya al-qur’an di mekah menurut abu qasim yaitu tahap permulaan, tahap pertengahan dan
tahap penghabisan.
f. Surat al-insyirah[94]
Tiga tahap tersebut tampak jelas tanda-tanda kemakkiyahannya karena dalam hal
susunan kalimatnya, masing-masing tampak sebagai kesatuan wawasan yang terjadi dengan
sendirinya.
a. Al-baqarah k. Al-hujurat
b. Ali-imran l. Al-hadid
c. An-nisa m. Al-mujadilah
d. Al-maidah n. Al-hasyr
e. Al-anfal o. Al-mumtahanah
f. At-taubah p. Al-jumu’ah
g. An-nur q. Al-munafiqun
h. Al-ahzab r. Ath-thalaq
i. Muhammad s. Ath-thahrim
j. Al-fath t. An-nashr
a. Al-fatihah g. Al-qadr
b. Ar-ra’d h. Al-bayyinah
c. Ar-rahman i. Az-zalzalah
d. Ash-shafh j. Al-ikhlas
e. Ath-taghabun k. Al-falaq
f. Al-mutaffifin l. An-nas
Dalam kitab karangan manna’ al-qaththani yang berjudul pengentar studi ilmu al-Qur’an
menebutkan bawha yang terpenting dalam objek kajian par ulama yang diturunkan di mekkah
atau madinah sesrta yang menjadi perselisihan, yaitu:
1. Ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniyah
Contohnya dalam surat al-Hujurat ayat 13. Ayat tersebut diturunkan di mekah pada hari
penaklukan kota mekah tetapi sebenarnya madaniyah karena diturunkan selepas hijrah. Di
samping itu, seruannyapun bersifat umum. Ayat seperti ini oleh oleh para ulama tidak dinamakan
makkiyah dan tidak madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yag diturunkan di
mekah namun hukumnya mdaniyah.
Misalnya surat al-an’am, ibnu abbas berkata surat ini diturunkan sekaligus di mekah, maka ia
adalah makkiyah, kecuali tiga ayat yang diturunkan di madinah yaitu ayat 151-153. Dan surat al-
hajj adalah makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyyah yaitu ayat 19-21.
Mereka memberi contoh dengan surat al-mumtahanah, surat ini diturunkan di madinah dilihat
dari segi turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk mekah. Juga
seperti permusuhan aurat at-taubah yang diturnkan di madinah, tetapi seruannya ditujukan
kepada orang-orang musyrik di mekah.
Yang dimaksud para ulama disini adalah ayat-ayat yang terdapat pada madaniyah tetapi
mempunyai gaya bahasa danciri seperti makkiyah. Contohnya firman Allah dalam surat al-anfal
ayat 32 yang madaniyah. Hal ini dikarenakan permintaan orang musyrik untuk disegerakan azab
adalahdi mekah.
Yang dimaksud ulama disini adalah kebalikan dari sebelumnya dalam surat an-najm ayat 32.
Contohnya ialah dalam surat al-a’la. HR. al-bukhori dan al-bara’ah bin azb yang mengatakan
bahwa: “ bahwa yang oertama kali datang kepada kami dikalangan sahabat nabi adalah mush’ab
bin umair dan ibnu ummi maktum. Keduanya membacakan al-qur’an kepada kami, setelah itu
datanglah ammar, bill dan sa’ad, kemudain datang pua umar bin khattab sebagai orang nomor
yang kedua puluh.baru setelah itu datang nabi, aku melihat penduduk madinah bergembira
setelah aku membaca “Sabbihisma robbikal a’la.
Contohnya ari awal surat at-taubah yaitu ketika rasululloh memerintahkan kepada abu bakar
untuk pergi haji pada tahuan kesembilan dan hal inipun disampaikan kepada kaum musyrikin
bahwa tahun tidak seorangpun orang musyrik boleh berhaji.
Kebanyakan ayat turun pada siang hari , abu qasim an-naisaburi telah menelitinya. Contoh di
bagian surat al-imran dan yang lainnya.
Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas tentang ayat kalalah yang terdapat
di akhir surat an-nisa. Contoh lain ialah ayat-ayat yang turun dalam perang tabuk, yang terjadi
pada musim panas seperti yang dinyatakan dalam surat at-taubah ayat 81. Sedangkan musim
dingin mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mengenai “tuduhan bohong” yang terdapat
dalam surat an-nur.
Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an turun pada saat nabi dalam keadaan menetap.
Akan tetapi, karena kehidupan Rasululloh tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan
Allah, maka wahyu pun turun dalam peperangan tersebut. Contohnya awal-surat al-Anfal yang
turun pada waktu perang badar.
1) Untuk menambah keyakinan bahwa al-qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan di bawah
otoritas Allah semata bukan berdasarkan keinginan nabi
3) Agar bisa memahami nasikh (hukum yang menghapus) dan mansukh (hukum yang dihapus)
jika terdapat dua ayat yaitu madaniyah dan makkiyah yang keduanya memenuhi syarat nasakh
maka ayat mmadaniyah tersebut menjadi nasakh bagi ayat makkiyah karena ayat madaniyah
datang belakangan setelah ayat makkiyah
6) Untuk mengetahui kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga otensitas al-
qur’an.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Surat makkiyah diturunkan di mekah sebelum rasululloh hijrah, sedangkan madinah turun di
madinah sesudah nabi hijrah
2. Ayat dala surat makkiyah umumnya pendek, sedangkan ayayt dalam madaniyah umumnya
panjang
3. Surat makkiyah mengandung keterangan dan penjelasan tentang keimanan, perbuatan baik dan
jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal shaleh, siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah
para rasul dan nabi, cerita umat terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan
dan ibarat. Madaniyyah pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup
kemasyarakatan atau masalah muamalah.