Anda di halaman 1dari 17

Jurnal 2016 Vol.

NUSAMBA

ANALISIS VARIABEL ROE, EPS, PER, SENSITIVITAS KURS,


SENSITIVITAS INFLASI, SENSITIVITAS SUKU BUNGA
DAN PENGARUHNYA TERHADAP
HARGA SAHAM PERUSAHAAN
(Studi Pada Perusahaan yang Masuk dalam Indeks LQ45 Periode 2010-2013)

Dedi Suselo
Institut Agama Islam Negeri Tulungagung

Abstrac: The research aims to investigate the influence of ROE, EPS, PER, the sensitivity
of exchange rate, the sensitivity of inflation, and the sensitivity of interest rate variables on
stock prices in the LQ45 index time period 2010 to 2013. Population of the research are 45
companies in the LQ45 index. The analysis method of the research is multiple regression
linier. The results of the research indicated that ROE, EPS, PER, the sensitivity of exchange
rate, and the sensitivity of inflation has significant positive effect on stock prices. The
sensitivity of interest rate has significant negative effect on stock prices. The research
contributed to the development of the sciene of management and investment, especially the
influence of ROE, EPS, PER, the sensitivity of exchange rate, the sensitivity of inflation,
and the sensitivity of interest rate variables on stock prices.
Keywords: ROE, EPS, PER, The Sensitivity of Exchange Rate, The Sensitivity of
Inflation, The Sensitivity of Interest Rate

PENDAHULUAN ketidakpastian pasar modal khususnya


Di era persaingan bisnis yang semakin Indonesia yang merupakan pasar yang masih
ketat, seluruh perusahaan dituntut untuk berkembang yang menjadikan penyebaran
meningkakan kinerja dan bertahan pada informasi masih kurang efisien.
kinerja yang terbaik. Aspek internal dan Investor sangat membutuhkan informasi
eksternal tentunya menjadi penilaian yang yang akurat dalam kegiatan investasi yang
sangat penting untuk menjamin terciptanya dilakukan. Informasi yang dimaksudkan
kinerja yang diinginkan. Kebutuhan modal terkait dengan informasi harga saham yang
dan sumber permodalan yang cukup juga ikut banyak digunakan para investor sebagai
berperan besar dalam mewujudkan tujuan ukuran kinerja perusahaan. Harga saham
utama perusahaan untuk meningkatkan merupakan harga suatu saham yang terjadi di
kesejahteraan para pemegang saham. Pasar pasar bursa pada saat tertentu yang
modal menjadi media tepat untuk ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan
memperoleh dana. Oleh karena itu, semakin oleh permintaan dan penawaran saham yang
baiknya kinerja pasar modal Indonesia bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto,
menciptakan peluang yang tinggi bagi para 2010:167). Harga saham yang cukup tinggi
investor dalam negeri maupun luar negeri akan memberikan keuntungan, yaitu berupa
untuk berinvestasi khususnya di investasi capital gain untuk orientasi jangka pendek,
saham. Disisi lain, para investor dividen untuk orientasi jangka panjang dan
berpandangan investasi di pasar modal citra yang lebih baik bagi perusahaan
khususnya saham memiliki resiko yang sehingga memudahkan manajemen untuk
tinggi “high risk high return”. Kekhawatiran mendapatkan dana dari luar perusahaan.
ini juga muncul sebagai akibat dari Kaitanya dengan harga suatu saham, terdapat
Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
47
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

beberapa faktor yang mempengaruhi harga Faktor lainnya yang sering digunakan
saham perusahaan baik yang berasal dari para investor sebagai informasi akurat terkait
fundamental perusahaan maupun makro dengan harga saham adalah laba per lembar
ekonomi perusahaan. Secara umum, faktor saham (EPS). EPS merupakan pemberian
yang banyak dikaji sebelumnya meliputi keuntungan yang diberikan kepada para
return on equity (ROE), earning price share pemegang saham dari setiap lembar saham
(EPS), price earning ratio (PER) untuk yang dimiliki (Fahmi, 2012:96). EPS dapat
mewakili faktor fundamental (controllable) digunakan oleh para investor sebagai
perusahaan. Faktor lainnya seperti kurs, informasi besarnya laba bersih perusahaan
inflasi, dan suku bunga banyak diteliti yang siap dibagikan untuk pemegang saham
ebelumnya untuk mewakili faktor eksternal perusahaan (Tandelilin, 2010:374). Penelitian
(uncontrollable) perusahaan. telah dilakukan sebelumnya untuk melihat
Faktor fundamental pertama yang banyak pengaruh variabel earning per share (EPS)
dikaji terkait dengan harga saham adalah dengan harga saham. Hasil penelitian
return on equity (ROE). ROE merupakan menunjukkan bahwa variabel EPS memiliki
rasio untuk mengukur kemampuan pengaruh terhadap harga saham (Mawardi,
manajemen bank dalam mengelola kapital 2009; Setianingrum, 2009; Kusumawardani,
yang ada untuk mendapatkan net income 2011; Patriawan, 2011; Ramadhan, 2011;
(Kasmir, 2012:328). Semakin tinggi ROE Nurdhiana, 2012; Wahyuni, 2012; Pontoh,
berarti semakin baik kinerja perusahaan 2009; Abigael dan Ika, 2008; Safitri, 2013;
dalam mengelola modalnya untuk Amanda et al., 2013; Rahmi et al., 2013;
menghasilkan keutungan bagi pemegang Itabillah, 2013; Choirani et al, 2013; Indah,
saham. Selain itu, ROE yang terus meningkat 2013; Yanti, 2013; Machfiro dan
menunjukkan bahwa manajemen Sukoharsono, 2013; Ervinta dan Zaroni
memberikan pemegang saham keuntungan ,2013; Ghozali, 2013; dan Suselo, 2014).
yang meningkat setiap tahun untuk investasi Namun terdapat juga penelitian yang
mereka (Chan et al., 2012). Penelitian menunjukkan bahwa EPS tidak memiliki
sebelumnya yang mengkaji pengaruh pengaruh terhadap harga saham Permana
variabel return on equity (ROE) terhadap (2009). Berdasarkan hasil penelitian yang
harga saham telah banyak dilakukan. Hasil telah dilakukan sebelumnya terbukti adanya
penelitian menunjukkan bahwa variabel ROE inkonsistensi hasil penelitian.
memiliki pengaruh terhadap harga saham Rasio PER secara teori juga menjadi
(Kusumawardani, 2011; Patriawan, 2011; cerminan dari harga saham suatu perusahaan.
Amanda et al., 2013; Rahmi et al., 2013; PER merupakan perbandingan antara harga
Rakasetya et al., 2013; Choirani et al., 2013; pasar atau saham (market price) dengan
Machfiro dan Sukoharsono, 2013; dan earning per share dari saham yang
Suselo, 2014). Sementara itu, penelitian bersangkutan (Ang, 2007:324). Semakin
lainnya menemukan hasil yang berbeda besar PER berarti harga pasar dari setiap
bahwa variabel ROE tidak memiliki lembar saham akan semakin baik. Tetapi
pengaruh terhadap harga saham semakin rendah PER maka semakin besar
(Setianingrum, 2009; Permana, 2009; daya tarik saham sebagai suatu investasi.
Pontoh, 2009; Wahyuni, 2012; Abigael dan Pengujian untuk melihat pengaruh variabel
Ika, 2008; Itabillah, 2013; Yanti dan Safitri, price earing rasio (PER) terhadap harga
2013). Beberapa hasil penelitian sebelumnya saham perusahaan banyak dilakukan oleh
menunjukkan adanya inkonsistensi hasil para peneliti sebelumnya. Hasil penelitian
penelitian, hal ini menjadi menarik untuk sebelumnya menunjukkan bahwa variabel
dilakukan penelitian kembali. PER memiliki pengaruh terhadap harga
saham (Mawardi, 2009; Stella, 2009;
Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
48
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

Kusumawardani, 2011; Abigael dan Ika, Menike, 2006; Hancocks, 2010; Adaramola
2008; Safitri, 2013; Rahmi et al., 2013; dan Olugbenga, 2011; Achmad dan Liana,
Choirani et al., 2013; Indah, 2013; Ervinta 2012; Atik, 2012; Pontoh, 2009; Yogaswari
dan Zaroni, 2013; dan Suselo, 2014). Namun et al., 2012; Ilham, 2013; Talla, 2013; dan
terdapat juga penelitian yang menunjukkan Suselo, 2014). Namun terdapat juga
bahwa variabel PER tidak memiliki pengaruh penelitian yang menguji pengaruh variabel
terhadap harga saham (Permana, 2009; kurs terhadap harga saham dan hasil
Ramadhan, 2011; Wahyuni, 2012; penelitian menunjukkan bahwa variabel kurs
Nurdhiana, 2012; Rakasetya et al., 2013; tidak memiliki pengaruh terhadap harga
Amanda et al., 2013; Yanti dan Safitri, saham (Maryanne, 2009; Perdana, 2009;
2013). Berdasarkan hasil penelitian yang Alfisah, 2010; Raharjo, 2010; dan Efni
telah dilakukan sebelumnya terbukti adanya 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang
inkonsistensi hasil penelitian. telah dilakukan sebelumnya terbukti adanya
Menganalisis faktor apa saja yang inkonsistensi hasil penelitian.
berdampak pada harga saham tidak hanya Faktor inflasi secara teori maupun praktis
pada sisi internal perusahaan saja, faktor juga memiliki dampak terhadap harga saham.
lainnya yang justru dianggap penting adalah Inflasi merupakan kenaikan harga-harga pada
faktor eksternal perusahaan. Istilah lain dari barang komoditas. Perubahan dalam inflasi
faktor eksternal adalah uncontrollable mampu mempengaruhi aktivitas perdagangan
variable yang merupakan komponen diluar internasional, yang akan berpengaruh
perusahaan yang tidak dapat dikendalikan terhadap permintaan dan penawaran suatu
oleh perusahaan secara langsung. Oleh mata uang dan karenanya mempengaruhi
karena itu, perubahan dalam faktor eksternal kurs (Madura, 2006:128). Penelitian ini
akan memiliki dampak yang beragam menggunakan sensitivitas perusahaan
terhadap harga saham. Faktor pertama adalah terhadap inflasi sebagai pengukuran inflasi.
nilai tukar atau kurs yang merupakan Penelitian sebelumnya yang mengkaji
perbandingan nilai antara dua mata uang. pengaruh variabel inflasi terhadap harga
Kurs berubah atau bergerak setiap saat, saham menunjukkan hasil yang beragam.
kondisi ini memaksa para pemegang mata Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
uang asing memperoleh kesempatan untuk variabel inflasi memiliki pengaruh terhadap
mendapatkan keuntungan maupun kerugian harga saham (Menike, 2006; Mawardi, 2009;
akibat perubahan tersebut. Perubahan nilai Maryanne, 2009; Shiblee, 2009; Permana,
tukar mempunyai pengaruh negatif terhadap 2009; Raharjo, 2010; Pontoh, 2009;
harga saham Madura (2000:86). Setiap Yogaswari et al., 2012; Hancocks, 2010;
perusahaan memiliki respon terhadap Efni, 2013; Ilham, 2013; Talla, 2013;
perubahan kurs yang terjadi, respon ini Rakasetya et al., 2013; Indah, 2013; dan
dianggap sebagai risiko kurs atau risiko nilai Suselo (2014). Namun terdapat juga
tukar. Pengujian kurs dalam penelitian ini penelitian yang menunjukkan bahwa variabel
diukur menggunakan sensitivitas perusahaan inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap
terhadap perubahan kurs dalam periode harga saham (Utami dan Rahayu, 2003;
pengamatan. Perubahan dalam variabel kurs Perdana, 2009; Alfisah, 2010; Adaramola
menimbulkan dampak terhadap harga saham dan Olugbenga, 2011; Ramadhan, 2011; dan
perusahaan. Beberapa penelitian telah Atik, 2012). Berdasarkan hasil penelitian
dilakukan sebelumnya untuk melihat yang telah dilakukan sebelumnya terbukti
pengaruh variabel kurs dengan harga saham. adanya inkonsistensi hasil penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor suku bunga dapat didefinisikan
variabel kurs memiliki pengaruh terhadap sebagai tingkat pengembalian aset yang
harga saham (Utami dan Rahayu, 2003; mempunyai risiko mendekati nol.
Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
49
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

Peningkatan suku bunga membuat nilai imbal TINJAUAN PUSTAKA DAN


hasil dari deposito dan obligasi menjadi lebih PERUMUSAN HIPOTESIS
menarik, sehingga banyak investor pasar
modal yang mengalihkan portofolio Return on Equity (ROE)
sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan Return on equity (ROE) merupakan suatu
minimnya permintaan akan menurunkan pengukuran dari penghasilan yang tersedia
harga saham dan sebaliknya (Prastowo, bagi para pemilik perusahaan atas modal
2008:9). Perusahaan dalam operasional yang diinvestasikan kepada perusahaan
perusahaan, akan menghadapi risiko suku (Syamsuddin, 2009:64). Definisi lain
bunga terutama timbul terutama dari menyebutkan bahwa ROE adalah
pinjaman untuk tujuan modal kerja dan kemampuan modal sendiri (ekuitas) dalam
investasi. Suku bunga dalam penelitian ini menghasilkan keuntungan yang tersedia bagi
diukur menggunakan sensitivitas perusahaan pemegang saham (Moeljadi, 2006:53). Bagi
terhadap suku bunga. Hasil penelitian lembaga keuangan terutama bank rasio ini
sebelumnya menunjukkan bahwa variabel amat penting bagi pemegang saham dan
suku bunga memiliki pengaruh terhadap calon investor untuk mengukur kemampuan
harga saham (Utami dan Rahayu, 2003; bank atau lembaga keuangan dalam
Menike, 2006; Maryanne, 2009; Perdana, memperoleh laba bersih yang dikaitkan
2009; Permana, 2009; Hancocks, 2010; dengan deviden (Dendawijaya, 2009:119).
Adaramola dan Olugbenga, 2011; Achmad Dari beberapa definisi di atas, dapat
dan Liana, 2012; Atik, 2012; Yogaswari et disimpulkan bahwa return on equity (ROE)
al., 2012; dan Suselo, 2014). Namun terdapat adalah rasio pengukuran yang menunjukkan
juga penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola
variabel suku bunga tidak memiliki pengaruh modal dari para investor untuk mendapatkan
terhadap harga saham (Alfisah, 2010; laba besih. Dengan kata lain rasio ini bisa
Raharjo, 2010; Ramadhan, 2011; dan Talla, digunakan untuk melihat kemampuan
2013). Berdasarkan hasil penelitian yang perusahaan menggunakan modal sendiri
telah dilakukan sebelumnya terbukti adanya untuk menghasilkan laba bersih serta menjadi
inkonsistensi hasil penelitian. tolok ukur dalam memberikan return kepada
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini pemegang saham/investor.
dilakukan untuk mengkaji pengaruh variabel Semakin tinggi ROE berarti semakin baik
ROE, EPS, PER dan sensitivitas kurs, inflasi, kinerja perusahaan dalam pengelola
dan suku bunga terhadap harga saham di modalnya untuk menghasilkan keuntungan
pasar modal Indonesia. Keterbaruan dari bagi pemegang saham. Suatu angka ROE
penelitian ini yaitu penambahan variabel yang bagus akan membawa keberhasilan bagi
ROE yang mengacu pada penelitian Safitri perusahaan yang akan mengakibatkan
(2013), serta penggunaan variabel sensitivitas tingginya harga saham dan membuat
untuk mengukur pengaruh variabel makro perusahaan dapat dengan mudah menarik
ekonomi terhadap perusahaan yang mengacu dana baru (Ciaran, 2004:56). Semakin
pada penelitian Tirapat & Nittayagasetwat mampu perusahaan memberikan keuntungan
(1999), dan Suselo (2014) serta periode bagi pemegang saham maka semakin besar
pengamatan yang lebih up to date terhitung saham tersebut diinginkan untuk dibeli.
Januari 2010 sampai dengan Desember 2013. Dengan demikian dapat dikatakan return on
equity berpengaruh positif terhadap harga
saham. Hipotesis yang dimunculkan adalah
sebagai berikut.

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
50
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

H1: Return on equity (ROE) yang tinggi Price Earning Ratio (PER)
semakin meningkatkan harga saham Price earning ratio (PER) merupakan
perusahaan. rasio untuk mengukur seberapa besar jumlah
yang bersedia dibayarkan oleh investor untuk
Earning Per Share (EPS) setiap dollar laba pada periode tertentu (Ross
Rasio keuangan yang sering digunakan et al., 2009:92). Pada prinsipnya PER
oleh investor saham (atau calon investor memnberikan indikasi mengenai jangka
saham) untuk menganalisis kemampuan waktu yang diperlukan untuk
perusahaan mencetak laba berdasarkan mengembalikan dana pada tingkat harga
saham yang dipunyai adalah Earning Per saham dan keuntungan perusahaan pada
Share (EPS) atau laba perlembar saham suatu periode tertentu. Rasio ini
(Hanafi dan Halim, 2007:187). EPS adalah menggambarkan kesediaan investor
bentuk pemberian keuntungan yang membayar sejumlah untuk setiap rupiah
diberikan kepada para pemegang saham dari perolehan laba perusahaan (Siamat,
setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi, 2004:279). PER adalah rasio yang
2012:96). EPS dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa banyak jumlah yang
beberapa macam analisis. EPS dapat rela dikeluarkan oleh para investor untuk
digunakan untuk menganalisis profitabilitas membayar setiap dolar laba yang dilaporkan
suatu saham oleh para analis surat berharga. (Brigham dan Houston, 2006:110).
EPS mudah dihubungkan dengan harga pasar Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat
suatu saham dan menghasilkan rasio PER disimpulkan bahwa PER merupakan ukuran
(Price Earning Ratio). PER adalah harga dari jumlah yang bersedia investor bayar
pasar atau saham dibagi dengan EPS-nya untuk setiap rupiah atau dolar laba
(Hanafi dan Halim, 2007:191). Nilai EPS perusahaan.
yang diharapkan akan mempengaruhi tingkat Nilai PER yang tinggi sering kali
kepercayaan investor terhadap investasi diartikan bahwa perusahaan memiliki
dalam perusahaan tersebut. prospek pertumbuhan di masa mendatang
Perilaku investor terhadap harga saham yang signifikan (Ross et al., 2009:92).
dipengaruhi oleh informasi laba yang dalam Meskipun perhitungan PER didasarkan pada
hal ini diwakili oleh EPS sebagai cerminan angka-angka yang diperoleh di masa lalu,
kinerja keuangan perusahaan selama periode namun nilainya ditentukan oleh investor yang
tertentu. Jika laba per saham lebih tinggi, berfokus pada masa depan (Ciaran,
maka prospek perusahaan lebih baik, 2004:158). Semakin tinggi rasio PER
sementara jika laba per saham lebih rendah menandakan bahwa investor memiliki
berarti kurang baik, dan laba per saham harapan yang baik tentang perkembangan
negatif berarti tidak baik (Samsul, 2006:167). perusahaan, sehingga investor bersedia
Dari uraian tersebut diketahui bahwa EPS membayar mahal untuk pendapatan per
memiliki hubungan positif terhadap harga saham tertentu (Sudana, 2011:23). Dari
saham. Oleh karena itu, hipotesis yang uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
dimunculkan adalah sebagai berikut. PER memiliki pengaruh positif terhadap
harga saham. Oleh karena itu, hipotesisi yang
H2: Earning per share (EPS) yang tinggi muncul adalah sebagai berikut.
semakin meningkatkan harga saham
perusahaan. H3: Price earning ratio (PER) yang tinggi
semakin meningkatkan harga saham
perusahaan.

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
51
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

Kurs 2008:165). Kenaikan harga dari satu atau dua


Nilai tukar (kurs) merupakan barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila
perbandingan nilai antar mata uang. Dalam kenaikan tersebut mengakibatkan kenaikan
teori paritas daya beli, nilai tukar suatu sebagian besar harga barang-barang lain
negara akan cenderung menyeimbangkan (Boediono, 2011:161). Perubahan inflasi
biaya pembelian barang di dalam negeri memberi dampak terhadap seluruh
dengan biaya pembelian barang tersebut di perusahaan. Akan tetapi, dampak yang
luar negeri (Dornbusch et al., 2001:310). dirasakan oleh masing-masing perusahaan
Ketika nilai tukar aktual tinggi maka barang- berbeda. Perbedaan ini jelas terlihat dalam
barang luar negeri relatif murah, dan barang- penjualan perusahaan, ketika inflasi terjadi
barang domestik relatif mahal. Sebaliknya maka perusahaan dengan komoditas lokal
jika nilai tukar aktual rendah maka barang- akan mengalami penurunan volume
barang luar negeri relatif mahal, dan barang- penjualan karena daya beli masyarakat
barang domestik relatif murah. Samsul menjadi turun. Kondisi ini berakibat pada
(2006:202) menjelaskan bahwa kenaikan penurunan keuntungan yang diperoleh
kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan perusahaan sehingga menurunkan harga
berdampak negatif terhadap emiten yang saham. oleh karena itu, penelitian ini
memiliki utang dalam dolar sementara menggunakan tingkat penjualan perusahaan
produk emiten tersebut dijual secara lokal. untuk mengukur sensitivitas masing-masing
Sementara, emiten yang berorientasi ekspor perusahaan terhadap perubahan inflasi.
akan menerima dampak positif dari kenaikan Hipotesis yang dimunculkan adalah sebagai
kurs US$ tersebut. Selanjutnya, harga saham berikut.
akan terkena dampak negatif atau positif
tergantung pada kelompok yang dominan H5: Semakin besar sensitivitas inflasi
tampak. terhadap penjualan semakin
Perubahan dalam kurs akan memberi menurunkan harga saham.
dampak terhadap kinerja perusahaan.
Dampak yang paling besar akan terlihat Suku Bunga
dalam post penjualan perusahaan. Ketika Suku bunga adalah jumlah bunga yang
kurs mengalami depresiasi, maka akan dibayarkan per unit waktu yang disebut
memberi dampak pada penurunan penjualan sebagai persentase dari jumlah yang
barang yang dilakukan perusahaan sehingga dipinjamkan. Artinya adalah orang harus
berakibat pada besar-kecilnya keuntungan membayar kesempatan untuk meminjam
yang akan diterima perusahaan. Dengan uang, diukur dalam dolar per tahun per dolar
dasar logika berfikir demikian, maka yang dipinjam (Samuelson & Nordhaus.
penelitian ini menggunakan sensitivitas 2004:190). Suku bunga menyatakan tingkat
perusahaan terhadap perubahan kurs. pembayaran atas pinjaman atau investasi
Hipotesis yang dimunculkan adalah sebagai lain, di atas perjanjian pembayaran kembali,
berikut. yang dinyatakan dalam persentase tahunan
(Dornbusch et al., 2008:43). Suku bunga ini
H4: Semakin besar sensitivitas kurs merupakan instrumen konvensional untuk
terhadap penjualan semakin mengendalikan atau menekan pertumbuhan
menurunkan harga saham. inflasi. Suku bunga yang tinggi akan
mendorong orang untuk menahan dananya di
Inflasi bank dari pada menginvestasikan pada sektor
Inflasi adalah kenaikan harga barang- produksi atau industri yang resikonya jauh
barang yang bersifat umum dan terus lebih besar jika dibandingkan dengan
menerus (Rahardja dan Manurung, menanamkan uang di bank terutama dalam

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
52
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

bentuk deposito. Para investor memandang


suku bunga sebagai acuan untuk menghitung 2. Earning per Share (EPS)
kemungkinan imbal hasil yang akan EPS merupakan rasio yang mengukur
diperolehnya. Prastowo (2008:9) menyatakan kemampuan perusahaan mencetak laba
bahwa keterkaitan suku bunga itu sendiri berdasarkan per lembar saham yang
terhadap sektor riel (pasar barang dan jasa) dimiliki para pemegang saham.
secara teoritis adalah ketika suku bunga naik Perhitungan EPS menggunakan rumus
atau turun, permintaan investasi bergerak berikut ini.
sebaliknya.
Kenaikan suku bunga akan menyebabkan EPS=
peningkatan biaya investasi sehingga
pengeluaran untuk investasi itu sendiri akan 3. Price Earning Ratio (PER)
menurun secara marjinal, selanjutnya PER merupakan rasio yang mengukur
espektasi hasil dari investasi akan ikut seberapa besar jumlah yang bersedia
menurun. Samsul (2006:201) menjelaskan dibayarkan oleh investor untuk setiap
bahwa kenaikan tingkat bunga pinjaman rupiah perolehan laba perusahaan dalam
memiliki dampak negatif terhadap setiap waktu tertentu. Perhitungan PER
emiten, karena akan meningkatkan beban menggunakan rumus berikut ini.
bunga kredit dan menurunkan laba bersih.
Penurunan laba bersih akan mengakibatkan PER =
laba per lembar saham juga menurun dan
akhirnya akan berakibat turunnya harga
saham di pasar. Dengan kata lain, suku bunga 4. Sensitivitas Kurs
memiliki pengaruh negatif terhadap harga Kurs di wakili oleh sensitivitas kurs
saham perusahaan. Dalam penelitian ini, yang merupakan tingkat pengaruh
suku bunga diwakili oleh sensitivitas suku perubahan kurs terhadap perusahaan
bunga yang diukur menggunakan besar dalam periode tertentu. Sensitivitas kurs
kecilnya pendapatan bunga untuk perusahaan dilihat dari besarnya koefisien beta (β)
perbankan dan volume penjualan untuk kurs masing-masing perusahaan.
perusahaan non perbankan. Berdasarkan Yi = a + βiKurs + e
uraian tersebut, maka hipotesis yang
dimunculkan adalah sebagai berikut. Yi adalah penjualan bersih perusahaan,
sedangkan βi adalah sensitivitas kurs.
H6: Semakin besar sensitivitas suku
bunga terhadap penjualan semakin
menurunkan harga saham. 5. Sensitivitas Inflasi
Inflasi di wakili oleh sensitivitas inflasi
yang merupakan tingkat pengaruh
DEFINISI OPERASIONAL DAN perubahan inflasi terhadap perusahaan
VARIABEL PENELITIAN dalam periode tertentu. Sensitivitas inflasi
1. Return on Equity (ROE) dilihat dari besarnya koefisien beta (β)
ROE merupakan rasio yang mengukur inflasi masing-masing perusahaan.
kemampuan perusahaan dalam mengelola
modal yang berasal dari para pemilik Yi = a + βiInflasi + e
modal untuk mendapatkan laba Yi adalah penjualan bersih perusahaan,
perusahaan. Perhitungan ROE sedangkan βi adalah sensitivitas inflasi.
mengunakan rumus berikut ini.
ROE =

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
53
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

6. Sensitivitas Suku Bunga multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas


Suku bunga di wakili oleh sensitivitas pada tahap awal analisis data. Langkah
suku bunga yang merupakan tingkat selanjutnya dilakukan analisis regresi linier
pengaruh perubahan suku bunga terhadap berganda (multiple regresstion). Model
perusahaan dalam periode tertentu. regresi linier berganda dalam penelitian ini
Sensitivitas suku bunga dilihat dari adalah sebagai berikut:
besarnya koefisien beta (β) suku bunga
masing-masing perusahaan. Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +
β5X5 + β6X6 + e
Yi = a + βiSuku Bunga + e
Keterangan:
Yi adalah penjualan bersih perusahaan,
Y = harga saham
sedangkan βi adalah sensitivitas suku
β0 = konstanta
bunga.
β1-6 = koefisien regresi
METODE PENELITIAN
X1= ROE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian X2= EPS
kuantitatif dengan pendekatan positivis. X3= PER
Desain penelitian ini termasuk dalam desain X4= Sensitivitas Kurs
kausal, sedangkan karakteristik penelitian ini X5= Sensitivitas Inflasi
adalah explanatory research yang menyoroti X6= Sensitivitas Suku Bunga
hubungan antara variabel–variabel penelitian e= error
dan menguji hipotesis yang dirumuskan.
Populasi dalam penelitian ini adalah 45
HASIL PENELITIAN
perusahaan (emiten) yang tergabung dalam
Indeks LQ45 dan dipilih melalui kriteria 1. Uji Kelayakan Data
populasi. Kriteria populasi antara lain: (1) a. Uji Normalitas
Perusahaan yang secara berturut-turut
Normalitas dilakukan dengan pengujian
tergabung dalam indeks LQ45 selama
periode Januari 2010 sampai dengan Kolmogorov-Smirnov untuk melihat
Desember 2013, (2) Perusahaan yang kenormalan dalam distribusi data. Sarjono
menerbitkan laporan keuangan triwulan dan dan Julianita (2011:53) menjelaskan sig.
laporan tahunan secara berturut-turut selama Kolmogroov-Smirnov hanya untuk data
periode Januari 2010 sampai dengan lebih dari 50 (n>50). sebesar 0,051.
Desember 2013. Berdasarkan kriteria Kriteria yang digunakan adalah jika sig.
populasi tersebut, diperoleh populasi
Kolmogroov-Smirnov Sig.>0.05 maka
sebanyak 45 perusahaan (emiten). Artinya
seluruh populasi dijadikan sampel dalam distribusi data normal, sebaliknya jika
penelitian, oleh karena itu teknik pemilihan Sig.<0.05 maka distribusi data tidak
sampel menggunakan sampel jenuh (sensus). normal. Hasil uji menunjukkan sig.
Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari
METODE ANALISIS DATA 0,05 (sig>5%) dan dapat disimpulkan
Analisis tersebut dilakukan untuk menguji bahwa distribusi data adalah normal.
pengaruh variabel ROE, EPS, PER,
sensitivitas kurs, sensitivitas inflasi, dan b. Uji Heteroskedastisitas
sensitivitas suku bunga terhadap harga Heteroskedastisitas adalah keadaan di
saham. Penelitian ini menggunakan uji mana dalam model regresi terjadi
kelayakan data yaitu uji normalitas, uji ketidaksamaan varian dari residual pada

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
54
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

satu pengamatan ke pengamatan yang lain beberapa atau semua variabel independen
(Priyanto, 2013:158). Dalam keiteria dari model regresi. Kriteria pengambilan
pengambilan keputusan jika titik-titik keputusan adalah jika nilai VIF kurang
membentuk pola maka terjadi dari 10 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas, sebaliknya jika titik- multikolinieritas, sebaliknya jika nilai VIF
titik menyebar disekitar angka 0 pada lebih besar dari 10 maka terjadi
sumbu Y maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2009:95). Hasil
heteroskedastisitas. maka tidak terjadi uji multikolinieritas menunjukkan nilai
masalah heteroskedastisitas. Hasil uji variance inflation factor (VIF) untuk
heteroskedastisitas pada gambar 1 variabel ROE sebesar 1,106, variabel EPS
diketahui titik-titik dalam grafik tidak sebesar 1,231, variabel PER sebesar
membentuk pola, dapat disimpulkan 1,127, variabel sensitivitas kurs sebesar
bahwa dalam model persamaan terbebas 1,117, variabel sensitivitas inflasi sebesar
dari masalah heteroskedastisitas. 5,116, dan variabel sensitivitas suku
bunga sebesar 5,622. Nilai VIF tersebut
c. Uji Multikolinieritas secara keseluruhan kurang dari 10,
uji multikolinieritas digunakan untuk sehingga memenuhi kriteria dan dikatakan
menguji ada tidaknya hubungan linier tidak terjadi multikolinieritas.
yang sempurna atau pasti di antara

Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas

2. Uji Hipotesis
sensitivitas inflasi, dan sensitivitas suku
Hasil uji regresi linier berganda untuk
bunga disajikan dalam tabel berikut.
variabel ROE, EPS, PER, sensitivitas kurs,

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
55
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

Tabel 1.
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -1082.221 1019.047 -1.062 .290
ROE 7916.025 3684.925 .157 2.148 .034
EPS 12.150 1.636 .571 7.426 .000
1 PER 2412.978 782.094 .227 3.085 .002
SENSITIVITAS KURS 124816.550 57970.796 .158 2.153 .033
SENSITIVITAS INFLASI 15.752 5.317 1.117 2.962 .004
SENSITIVITAS SUKU BUNGA -1.737 .581 -1.135 -2.989 .003

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
56
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

Implikasi praktis perusahaan. Price earning ratio (PER)


Bagi para emiten, hasil penelitian dapat memiliki pengaruh signifikan positif
memberikan tambahan informasi terkait terhadap harga saham perusahaan.
pentingnya variabel ROE, EPS, PER, Sensitivitas kurs memiliki pengaruh
sensitivitas kurs, sensitivitas inflasi, dan signifikan positif terhadap harga saham
sensitivitas suku bunga dalam mempengaruhi perusahaan. Sensitivitas inflasi memiliki
keputusan berinvestasi oleh para investor. pengaruh signifikan positif terhadap harga
khususnya untuk informasi EPS dan PER, saham perusahaan. Sensitivitas suku bunga
emiten harus dapat menjaga nilai rasio berpengaruh signifikan negatif terhadap
tersebut dalam kondisi baik karena harga saham perusahaan.
merupakan rasio yang paling besar dalam
mempengaruhi kinerja harga saham SARAN
perusahaan. Saran yang dapat diberikan antara lain:
Bagi para investor, hasil penelitian dapat Bagi emiten, sebagai upaya untuk menjaga
menambah informasi terkait faktor-faktor kepercayaan investor dan menarik para
yang mempengaruhi harga saham investor baru dalam memperbesar modal
perusahaan. Para investor harus lebih perusahaan, sebaiknya untuk lebih
pertimbangannya dalam menilai EPS dan memperhatikan rasio EPS dan PER serta
PER sebagai ukuran kinerja perusahaan menjaga kedua rasio tersebut dalam kondisi
karena kedua rasio ini memiliki dampak yang yang baik. Bagi investor, dalam melakukan
paling besar dalam mempengaruhi harga kegiatan investasi jangka panjang sebaiknya
saham perusahaan. Selain itu, faktor makro investor lebih memperhatikan aspek internal
ekonomi yang perlu diperhatikan dalam perusahaan khususnya terkait rasio EPS dan
keputusan investasi adalah kurs, inflasi dan PER. Sedangkan untuk aspek eksternal
suku bunga. investor disarankan untuk memperhatikan
makroekonomi perusahaan yang terkait
KETERBATASAN PENELITIAN dengan kurs, inflasi, dan suku bunga. Bagi
Penelitian ini memiliki keterbatasan peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih
dalam periode waktu penelitian yang pendek mengeksplor kembali faktor-faktor lain yang
yaitu 4 tahun terhitung periode Januari 2010 ikut mempengaruhi harga saham perusahaan.
sampai dengan Desember 2013 sehingga
jumlah observasi sebesar 180 observasi (45
DAFTAR PUSTAKA
perusahaan x 4 tahun). Penggunaan periode
tersebut untuk menghindari diberlakukannya Abigael, I.V & Ika, A. 2008. Pengaruh
aturan perubahan format penyampaian Return On Asset, Price Earning Ratio,
laporan keuangan perusahaan karena Earning per Share, Debt to Equity Ratio,
dikawatirkan sulit untuk menemukan data Price to Book Value terhadap Harga Saham
dengan format laporan keuangan yang pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Pusat
berbeda. Dokumentasi dan Informasi Ilmiah UNS,
Vol 7, No 4, pp. 75-90.
KESIMPULAN
Dari pemaparan hasil sebelumnya dapat Achmad, N & Liana. 2012. Pengaruh Suku
disimpulkan bahwa return on equity (ROE) Bunga SBI dan Kurs Dollar Terhadap
memiliki pengaruh signifikan positif Harga Saham di BEI. Jurnal Ilmiah
terhadap harga saham perusahaan. Earning Ranggagading. Volume 12, No 2, pp 128-
per share (EPS) memiliki pengaruh 135.
signifikan positif terhadap harga saham

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
59
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

Adaramola & Olugbenga, A. 2013. The Dendawijaya, L. 2009. Manajemen


Impact of Macroeconomic Indicators on Perbankan. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Stock Prices in Nigeria. Developing Dornbusch, R., Stanley, F.,& Richard, S.
Country Studies. Vol 1, No.2, pp. 1-15. 2008. Makro Ekonomi. Mirazudin, R.I.
Alfisah, E. 2010. Pengaruh Nilai Tukar (Penerjemah). PT Media Global Edukasi.
Rupiah, Inflasi, Suku Bunga, Pertumbuhan Jakarta.
PDB Pada Saham Jakarta Islamic Index Efni, Y. 2013. Pengaruh Suku Bunga
(JII) Priode 2004-2008. Jurnal Ekonomi Deposito, Sbi, Kurs Dan Inflasi Terhadap
dan Bisnis. Vol. 46 No.4, pp. 7-14. Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan
Amanda, A., Darminto & Husaini, A. 2013. Property Di BEI. Jurnal Ekonomi. Vol 17,
Pengaruh Debt To Equity Ratio, Return On No 01, Pp. 1-12.
Equity, Earning Per Share, dan Price Ervinta, T.V & Zaroni. 2013. Analisis
Earning Ratio Terhadap Harga Saham Pengaruh Faktor Fundamental dan Eva
(Studi pada Perusahaan Food and Terhadap Harga Saham Indeks LQ45 Yang
Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2011). Jurnal Administrasi Bisnis. 2007-2011. Jurnal Bina Ekonomi. Vol 17,
Universitas Brawijaya. Vol 4, No 2, Pp. 1- No 1, pp. 67-87.
12. Fahmi, I. 2012. Pengantar Pasar Modal. CV
Atik, Y.A.I. 2012. Pengaruh Inflasi, Nilai Alfabeta. Bandung.
Tukar, Dan Tingkat Suku Bunga Sbi Ghozali, F. 2013. Pengaruh Return On Asset
Terhadap Harga Saham Perbankan Yang (ROA), Earning Per Share (EPS), dan Debt
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Saham (Studi Pada Perusahaan Properti
Universitas Gunadarma. Pp. 1-12. Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia
Boediono. 2011. Ekonomi Makro, Edisi Tahun 2007-2011). Jurnal Ilmiah
Keempat, Cetakan Ke-23. BPFE. Mahasiswa FEB (JIMFEB). Vol 1, No 2,
Yogyakarta. pp. 1-11.
Brigham, E.F & Houston, J.F. 2006. Dasar- Hancocks, R.L. 2010. An Analysis Of The
Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Ke-10. Influence Of Domestic Macroeconomic
(Terjemahan) oleh Ali Akbar Yulianto. Variables On The Performance Of South
Salemba Empat. Jakarta. African Stock Market Sectoral Indices,
Chan, Kok Thim, Yap Voon Choong, Nur Thesis. Master Of Commerce (Financial
Qasrina Binti Asri. 2012. Stock Markets) Rhodes University.
Performance of the Property Sector in Ilham, R.A. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat
Malaysia. Journal of Modern Accounting Suku Bunga, Volume Perdagangan, Saham,
and Auditing, 8(2): pp: 241-246. Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
Choirani, G.A., Darminto & Handayani, S.R. Harga Saham. Jurnal Investasi. Pp. 1-15.
2013. Pengaruh Variabel Fundamental Indah, M. 2013. Analysis Of Influence
Internal Terhadap Harga Saham (Studi pada Micro-Macro Fundamental And Technical
Saham LQ-45 yang Listing Di BEI Periode Factors On Stock Price Of Go Public
Tahun 2009-2011). Jurnal Administrasi Company Listed At The Jakarta Stock
Bisnis, Vol 3, No 2, pp. 1-11. Exchange. Sistem Informasi Jurnal Ilmiah
Ciaran, W. 2004. Key Management Ratios: USM. Vol 2, No 5, pp. 17-32.
Rasio-Rasio Manajemen Penting, Itabillah, E.A. 2013. Pengaruh CR, QR,
Penggerak dan Pengendali Bisnis. Haikal, NPM, ROA, EPS, ROE, DER dan PBV
S. (Penerjemah). Erlangga. Jakarta. Terhadap Harga Saham Perusahaan
Property Dan Real Estate Yang Terdaftar

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
60
Jurnal 2016 Vol.
NUSAMBA

Di BEI. Jurnal UMRAH, Universitas


Maritim Raja Ali Haji. Pp. 1-18.
Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi, Edisi Ketujuh. BPFE
UGM. Yogyakarta.
Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kusumawardani, A. 2011. Analisis Pengaruh
EPS, PER, ROE, FL, DER, CR, ROA Pada
Harga Saham Dan Dampaknya Terhadap
Kinerja Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar
Di Bei Periode 2005 -2009. Papers.
Universitas Gunadarma.
Machfiro, S & Sukoharsono, E.G. 2013. The
Effect Of Financial Variables On The
Company’s Value (Study on Food and
Beverage Companies that are listed on
Indonesia Stock Exchange Period 2008-
2011). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol
1, No 1, pp. 1-9.
Madura, J. 2000. Manajemen Keuangan
Internasional. Erlangga. Jakarta.
Madura, J. 2006. Keuangan Perusahaan
Internasional, Edisi Kedelapan. Bachtiar,
Y.S. (Penerjemah). Salemba Empat.
Jakarta.
Maryanne, D.M.D. 2009. Pengaruh Nilai
Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI, Volume

Efektor.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
61

Anda mungkin juga menyukai