Anda di halaman 1dari 23

Modul Konseling Terkait Kehamilan dan Persalinan

Modul Konseling Kontrasepsi


VI.H
Blok 6.6

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIS
2020/2021
Modul Konseling Terkait Kehamilan dan Persalinan, Modul
Konseling Kontrasepsi

I. Diagnosis Terkait Dan Tingkatan Pencapaian Kompetensi


Kompetens
Diagnosis i
Toksoplasmosis 2
Infeksi virus Herpes tipe 2 2
Infeksi pada kehamilan: TORCH, hepatitis B, malaria 3B
Kehamilan normal 4A
Anemia defisiensi besi pada kehamilan 4A
Diabetes gestasional 2
IMS: Sindrom duh (discharge) genital (gonore dan nongonore) 4A
Sifilis 3A
Vaginosis bakterialis 4A
Kondiloma akuminatum 3A
Gangguan pembekuan darah (trombositopenia, hemofilia, Von 2
Willebrand's disease)

II. Keterampilan Klinis Terkait Dan Tingkatan Pencapaian Kompetensi


Kompetens
Keterampilan
i
Konseling kontrasepsi 4A
Konseling insersi dan ekstraksi IUD 4A
Konseling kontrasepsi injeksi 4A
Konseling penanganan komplikasi KB (IUD, pil, suntik, implant) 4A
Konseling prakonsepsi 4A
Konseling kontrasepsi/ KB pascasalin 4A

III. Pengantar Teori


A. Nama Blok Terkait
Blok yang terkait dengan modul skill lab ini adalah blok 4.3 Development & Reproductive
Disorder dan blok 6.3 Disease in Reproductive Systems

B. Konseling Kehamilan
Konseling kehamilan merupakan salah satu pelayanan komprehensif dari pelayanan
antenatal terpadu. Konseling kehamilan dapat dilakukan pada setiap kunjungan antenatal.
Materi yang dapat diberikan pada saat kunjungan antenatal meliputi:
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin ke tenaga
kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama
kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan
misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan
sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga
ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan biaya persalinan,
kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hal ini penting apabila
terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas
kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenal tanda-tanda bahaya baik selama kehamilan,
persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar
cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting
agar ibu hamil segera mencari pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup dengan
pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh kembang janin dan
derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan minum tablet tambah darah secara
rutin untuk mencegah anemia pada kehamilannya.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular dan penyakit tidak
menular karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di daerah Epidemi meluas dan
terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemic rendah.
Setiap ibu hamil ditawarkan untuk dilakukan tes HIV dan segera diberikan informasi
mengenai resiko penularan HIV dari ibu ke janinnya. Apabila ibu hamil tersebut HIV
positif maka dilakukan konseling Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi
ibu hamil yang negatif diberikan penjelasan untuk menjaga tetap HIV negatif diberikan
penjelasan untuk menjaga HIV negative selama hamil, menyusui dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi
lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk kesehatan bayi.
Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah persalinan untuk
menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri,
anak, dan keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih memberikan
perlindungan untuk mencegah ibu dan bayi mengalami tetanus neonatorum. Setiap ibu
hamil minimal mempunyai status imunisasi T2 agar terlindungi terhadap infeksi tetanus.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan
untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak (brain
booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

C. Konseling KB
Konseling merupakan proses pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien petugas
untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat
keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Adapun prinsip
konseling KB meliputi:
 Percaya diri/ confidentiality;
 Tidak memaksa/voluntary choice;
 Informed consent;
 Hak klien /clien’t rights dan
 Kewenangan/empowerment.

Proses konseling yang baik mempunyai 4 unsur kegiatan:

1) Pembinaan hubungan baik


2) Penggalian dan pemberian informasi
3) Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan dan
4) Menindaklanjuti pertemuan

Agar konseling berjalan efisien dan efektif dibutuhkan komunikasi yang efektif antara
petugas pemberi layanan dan klien. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh petugas
pemberi pelayanan adalah:

 Menjadi pendengar yang aktif dan baik


 Menggunakan Bahasa verbal yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien
 Menggunakan Bahasa non verbal untuk menunjukkan empati
 Mengutamakan dialog (dengan menggunakan pertanyaan terbuka)
 Membantu klien untuk mengeksplorasi perasaan mereka.

1. Jenis konseling KB: [ CITATION Ida16 \l 2057 ]


a. Konseling Umum (meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi
untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi
keluarga yang dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau PLKB).
b. Konseling Spesifik (berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan,
alternatif, keuntunganketerbatasan, akses, dan fasilitas layanan yang dilakukan
oleh dokter / bidan / konselor).
c. Konseling Pra dan Pasca Tindakan (meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur
yang akan dilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi
tertulis asuhan mandiri yang dilakukan oleh operator / konselor / dokter /
bidan).

2. Tempat dan Waktu Konseling


Konseling dapat dilakukan disemua tempat yang memenuhi syarat yaitu ruangan
tertutup yang dapat menjamin kerahasiaan dan keleluasaan dalam menyampaikan
pemikiran dan perasaan serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien.

3. Langkah-Langkah Konseling[ CITATION Ida16 \l 2057 ]

Sebelum menerapkan langkah-langkah konseling KB, konselor hendaknya


memperhatikan beberapa sikap yang baik selama konseling, sikap ini dikenal sebagai
SOLER yaitu:

S Face your clients squarely (menghadap ke klien) dan


Smile/ nod at client (senyum/ mengangguk ke klien)
O Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka menunjukkan
sikap terbuka dan tidak menilai)
L Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata/ tatap mata
sesuai cara yang diterima budaya setempat)
R Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)

Pada konseling KB terdapat enam langkah konseling yang sudah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU. Penerapan langkah konseling KB SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan
secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibanding
dengan langkah yang lainnya. Langkah konseling KB SATU TUJU yang dimaksud adalah
sebagai berikut:

SA SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinka klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada klien
apa yang dapat dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman KB dan kesehatan reproduksi serta yang lainnya. Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Dengan memahami kebutuhan, pengetahuan
dan keinginan klien, kita dapat membantunya
U Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan jelaskan mengenai kontasepsi yang
mungkin diingini oleh klien dan jenis kontasepsi yang ada
T BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa yang
U paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya. Dorong klien untuk menunjukan
keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara terbuka dan petugas
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klienterhadap setiap jenis kontrasepsi.
Tanyakan apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihannya
tersebut.
J Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah
klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat
kontasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat tersebut digunakan dan cara
penggunaannya. Lalu pastikan klien untuk bertanya atau menjawab secara terbuka.
U Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat perjanjian kepada klien
untuk kembali lagi melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi
jika
dibutuhkan.

Sedangkan teknik konseling menurut Gallen dan Leitenmaier (1987), lebih dikenal dengan
GATHER yaitu
G reet client sambut klien secara terbuka dan ramah, tanamkan keyakinan penuh,
katakan juga bahwa tempat tersebut sangat pribadi. Sehingga hal yang didiskusikan
akan menjadi rahasia.
A sk client about themselves tanyakan klien tentang permasalahannya,
pengalamannya dengan alat KB dan kesehatan reproduksinya. Tanyakan pula apakah
telah ada metoda
yang dipikirkan. Kita menyikapi dan mencoba menempatkan kita pada posisi klien.
Dengan begitu akan memudahkan kita memahami apa sebenarnya permasalahan
klien. Dengan perkataan lain, klien sebagai subjek sekaligus objek.
T ell client about choices tanyakan tentang pilihannya, fokuskan perhatian kepada
metoda yang dipilih klien. Tetapi ajukan pula metoda lain.
H elp client make an Informed Choices Bantu membuat pilihan yang tepat, dorong ia
mengemukakan pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan! Apakah metoda KB
tersebut memenuhi criteria medik. Juga apakah partner seksualnya mendukung
keputusannya. Jika mungkin bicarakan dengan keduanya. Tanyakan metoda apa yang
klien putuskan untuk digunakan.
E xplain fully how to use the choosen method jelaskan cara menggunakan metoda
pilihannya, dorong ia berbicara secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan
lengkap. Berilah kondom kepada klien yang beresiko IMS. Selain menggunakan
kondom, apakah juga menggunakan metoda KB lainnya.
R efer or return visits should be welcomed kunjungan kembali, bicarakan dan sepakati
kapan klien kembali untuk follow-up. Dan selalu mempersilakan klien kembali kapan
saja.

Contoh pemberian konseling KB


GATHER
G - Greet :
Memberi salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi
A – Ask :
Menanyakan keluhan / kebutuhan klien dan menilai apakah keluhan / keinginan yang
disampaikan memang sesuai dengan kondisi yg dihadapi
T – Tell :
Memberikan informasi dan pilihan mengenai metode KB yang tersedia dan yang cocok untuk
klien (kelebihan dan keterbatasan). Tanyakan mengenai 4 hal berikut:
 Apakah masih ingin memiliki anak?
 Apakah sedang menyusui anak berusai <6 bulan?
 Apakah suami mau bekerjasama dalam menggunakan kontrasepsi yang
diinginkan? (Pantang berkala, kondom)
 Apakah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dengan metode KB
sebelumnya?
H - Help :
Bantu klien untuk memutuskan metode KB terbaik sesuai dengan kebutuhan (Informed
Choice). Apabila terdapat kontraindikasi terhadap metode yang diinginkan, bantu klien
untuk memilih metode KB alternatif
E-Explain :
Menjelaskan mengenai cara penggunaan metode KB yang tepat lalu meminta klien untuk
menjelaskan kembali. Ingatkan juga klien tentang efek samping yang mungkin terjadi dan
kapan diperlukan kunjungan kembali
R- Return :
Jelaskan bahwa klien perlu untuk kembali apabila :
 Ingin memakai metode yang berbeda
 Mengalami efek samping dalam menggunakan KB
 Ada tanda bahaya
 Butuh kontrasepsi darurat
 Kontrol dalam penggunaan AKDR

4. Hak Dan Persetujuan Dalam Konseling KB [ CITATION Ida16 \l 2057 ]


a. Informed Choice
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode kontrasepsi
yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling sesuai
dengan dirinya atau keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan
pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan
yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.
b. Informed Consent
Informed consent merupakan :
1) Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode
kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.
2) Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.
3) Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap
keselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).
Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan
reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan. Ada
penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut. Informed
consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut:
i. Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara
sadar telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.
ii. Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan
persetujuan (atau sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus tertentu.
iii. Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam
memberikan persetujuan tetapi secara hukum, hal tersebut hanya
merupakan persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko
(yang telah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik
yang akan dilakukan.

5. Perencanaan keluarga dan penapisan klien [CITATION Kem14 \l 2057 ]


Dalam menentukan metode kontrasesi yang akan digunakan, perlu dilakukan
perencanaan keluarga dan penapisan klien. Dalam perencanaan keluarga ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
• Seorang perempuan bisa melahirkan setelah ia mendapat haid pertama
• Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati haid
• Kehamilan yang terbaik dan risiko paling rendah risikonya adalah antara 20 – 35
tahun
• Persalinan pertama dan kedua paling rendah risikonya Jarak antara dua kelahiran
sebaiknya 2 – 4 tahun
Dalam pelaksanaan perencanaan keluarga tersebut ada tiga fase dalam pemilihan
metode kontrasepsi rasional dengan urutan sebagai berikut, yaitu:

Penapisan klien bertujuan untuk menentukan apakah ada:[ CITATION BKK10 \l 2057 ]
 kehamilan atau tidak,
 keadaan yang membutuhkan perhatian khusus, dan
 masalah penyakit lain yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih
lanjut (misal Diabetes dan Tekanan darah tinggi).
Untuk Sebagian besar klien keadaan ini bisa diselesaikan dengan cara anamnesis
terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau kemungkinan hamil dapat
disingkirkan. Sebagian besar cara kontrasepsi, kecuali AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim) dan kontrasepsi mantap tidak dibutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul.
Pemeriksaan laboratorium untuk klien keluarga berencana atau klien baru umumnya
tidak diperlukan karena:
 Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (umur 16-35 tahun) dan
umumnya sehat
 Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan perhatian
(misalnya kanker genitalia dan payudara, fibroma uterus) jarang didapat pada
umur sebelum 35 atau 40 tahun.
 Pil kombinasi dosis rendah yang sekarang tersedia (berisi esterogen dan
progestin) lebih baik daripada produk sebelumnya karena efek samping lebih
sedikit dan jarang menimbulkan masalah medis.
 Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan dengan
esterogen dan dosis progestin yang dikeluarkan per hari bahkan lebih rendah
dari pil kombinasi.
Tanyakan kepada klien hal-hal dibawah ini, bila semua jawaban klien adalah TIDAK,
klien yang bersangkutan bisa memakai metode yang diinginkannya.

Daftar Tilik Penapisan Klien (Metode Non operatif)


6. Persyaratan medis dalam penggunaan kontrasepsi [ CITATION Kem14 \l
2057 ]
Dalam memberikan konseling, hal ini sangat penting karena isu tentang mutu pelayanan
dan akses yang mempengaruhi pemberian kontrasepsi. Informasi tersebut antara lain
tentang:
a. Efektifitas berbagai metode kontrasepsi
b. Beberapa kondisi medis yang akan meningkatkan risiko jika terjadi kehamilan
c. Kembalinya kesuburan sesuai metode kontrasepsi
d. Kondisi medis yang mempengaruhi pilihan metode kontrasepsi
Selain itu, untuk metode yang memerlukan prosedur bedah, insersi atau pencabutan
alat oleh tenaga terlatih perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup agar prosedur
tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan standar, termasuk prosedur pencegahan
infeksi.
a. Efektivitas
Dalam pemilihan kontrasepsi klien perlu diberikan informasi tentang:
• efektivitas relatif dan berbagai metode kontraspeis yang tersedia
• efek negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan risiko kesehatan
potensial pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu.

Mechanisms of action and effectiveness of contraceptive methods  [ CITATION WHO18 \l 2057


]
Method How it works Effectiveness: Effectiveness:
pregnancies per 100 pregnancies per
women per year 100 women per
   
with consistent and year as commonly
correct use used
Combined oral
Prevents the release of eggs
contraceptives 0.3 7
from the ovaries (ovulation)
(COCs) or “the pill”
Thickens cervical mucous to
Progestogen-only
block sperm and egg from
pills (POPs) or "the 0.3 7
meeting and prevents
minipill"
ovulation
Thickens cervical mucous to
blocks sperm and egg from
Implants 0.1 0.1
meeting and prevents
ovulation
Thickens cervical mucous to
Progestogen only block sperm and egg from
0.2 4
injectables meeting and prevents
ovulation
Monthly injectables
or combined Prevents the release of eggs
0.05 3
injectable from the ovaries (ovulation)
contraceptives (CIC)
Combined
contraceptive patch
Prevents the release of eggs
and combined 0.3 (for patch) 7 (for patch)
from the ovaries (ovulation)
contraceptive vaginal
ring (CVR)
7 (for
    0.3 (for vaginal ring) contraceptive
vaginal ring)
Copper component
Intrauterine device
damages sperm and
(IUD): copper 0.6 0.8
prevents it from meeting
containing
the egg
Thickens cervical mucous to
Intrauterine device
block sperm and egg from 0.5 0.7
(IUD) levonorgestrel
meeting
Male condoms Forms a barrier to prevent 2 13
sperm and egg from
meeting
Forms a barrier to prevent
Female condoms sperm and egg from 5 21
meeting
Male sterilization Keeps sperm out of
0.1 0.15
(Vasectomy) ejaculated semen
Female sterilization Eggs are blocked from
0.5 0.5
(tubal ligation) meeting sperm
Lactational
Prevents the release of eggs
amenorrhea method 0.9 (in six months) 2 (in six months)
from the ovaries (ovulation)
(LAM)
Prevents pregnancy by
Standard Days avoiding unprotected
5 12
Method or SDM vaginal sex during most
fertile days.
Prevents pregnancy by
Basal Body Reliable
avoiding unprotected
Temperature (BBT) effectiveness rates  
vaginal sex during fertile
Method are not available
days
Prevents pregnancy by
avoiding unprotected
TwoDay Method 4 14
vaginal sex during most
fertile days,
       
Prevents pregnancy by
Sympto-thermal avoiding unprotected
<1 2
Method vaginal sex during most
fertile
Emergency Prevents or delays the
contraception pills release of eggs from the
< 1 for  ulipristal
(ulipristal acetate 30 ovaries. Pills taken to  
acetate ECPs
mg or levonorgestrel prevent pregnancy up to 5
1.5 mg) days after unprotected sex
 1 for progestin-only
     
ECPs
2 for combined
    estrogen and  
progestin ECPs
The couple prevents
pregnancy by avoiding
unprotected vaginal sex Reliable
Calendar method or
during the 1st and last effectiveness rates 15
rhythm method
estimated fertile days, by are not available
abstaining or using a
condom.
Withdrawal (coitus Tries to keep sperm out of 4 20
the woman's body,
interruptus)
preventing fertilization

Very effective (0–0.9 pregnancies per 100 women);


Effective (1-9 pregnancies per 100 women);
Moderately effective (10-19 pregnancies per 100 women);
Less effective (20 or more pregnancies per 100 women)

b. Beberapa kondisi medis yang akan meningkatkan risiko jika terjadi kehamilan
Terdapat keadaan-keadaan kesehatan pada wanita yang dapat meningkat risikonya
jika hamil seperti hipertensi (>160/100mmHg); diabetes dengan
neuropati/neropati/retinopati; penyakit jantung iskemik; stroke; penyakit jantung
katup dengan hipertensi; karsinoma payudara; karsinoma endomterium/ovarium;
sirosis hepatis; hepatoma; penyakit sel bulat sabit; penyakit trofoblas ganas; TBC;
skistosomiasis dengan fibrosis hati sehingga pada keadaan ini perlu dipilihkan
metode kontraspsi yang lebih efektif.
c. Kembalinya kesuburan
Perlu dinformasikan bahwa semua metode kontrasepsi kecuali metode kontrasepsi
mantap tidak mengakitbatkan terhentinya kesuburan wanita, kesuburan akan
kembali lagi segera setelah pemakaian metode kontrasepsi dihentikan kecuali
suntikan DMPA dan NET-EN masing-masing 10 bulan dan 6 bulan terhitung sejak
kontrasepsi terakhir

7. KB Pasca Salin[CITATION Kem141 \l 2057 ]


Dalam pelayanan KB pasca persalinan, sebelum mendapatkan pelayanan kontrasepsi,
klien dan pasangannya harus mendapat informasi dari petugas kesehatan secara lengkap
dan benar agar dapat menentukan pilihannya dengan tepat. Pelayanan KB pasca
persalinan akan berjalan baik bila didahului dengan konseling yang baik, dimana klien
berada dalam kondisi yang sehat, sadar dan tidak dibawah tekanan ataupun tidak dalam
keadaan kesakitan.
Poin Kunci dalam pelayanan KB
 Tetap mempromosikan ASI ekslusif
 Memberikan informasi tentang waktu dan jarak kelahiran yang baik
 Memastikan tujuan klien ber-KB apakah untuk membatasi jumlah anak atau
mengatur jarak kehamilan
Dalam konseling KB pasca persalinan, informasi penting yang harus diberikan pada
umumnya meliputi:
a. Efektivitas dari metode kontrasepsi
b. Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
c. Kembalinya kesuburan setelah melahirkan
d. Efek samping jangka pendek dan jangka Panjang
e. Gejala dan tanda yang membahayakan
f. Kebutuhan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual ( seperti:
Chlamydia, HBV, HIV/AIDS)
g. Waktu dimulainya kontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan pada:
 Status menyusui
 Metode kontrasepsi yang dipilih
 Tujuan reproduksi, untuk membatasi atau hanya memberi jarak

Algoritma Pilihan KB Pasca Persalinan

IV. Contoh Soal/Instruksi


Kasus 1
Seorang ibu datang dengan keluhan terlambat haid selama 2 minggu. Setelah dilakukan
pemeriksaan hCG urin, didapatkan hasil positif. Berat badan ibu 40 kg, tinggi badan 144 cm,
LILA 23,5 cm. Lakukan konseling pada ibu tersebut!

Kasus 2
Seorang ibu G2P0A0 30 tahun hamil 37 minggu datang untuk kunjungan antenatal ke-3.
Anak pertama laki-laki, usia tiga tahun, lahir spontan di bidan, saat lahir langsung
menangis, ASI tidak eksklusif.
Pemeriksaan fisik:
TD: 100/80 mmHg Nadi: 88 x/menit RR: 20 x/menit
BB: 56 kg TB: 157 cm
Leopold: Didapatkan janin 1, hidup intrauterine, gerak janin aktif, kepala sudah masuk
pintu atas panggul.
DJJ: 130x/menit, regular
Lakukan konseling pada ibu tersebut!

Kasus 3
Seorang wanita P3A0 40 tahun datang ke tempat praktek Anda karena ingin melakukan KB.
Lakukan konseling pada pasien tersebut.

V. Durasi Pelaksanaan

Kegiatan Durasi
Briefing tutor 15 menit
Roleplay 70 menit
- Jumlah kasus sesuai dengan jumlah mahasiswa
- Setiap kasus 14 menit (12 menit roleplay, diikuti feedback dari
observer mahasiswa 2 menit)
Feedback dosen 15 menit
Total 100 menit
VI. Rubrik
A. Rubrik Konseling Kehamilan

N LANGKAH PENILAIAN
O 0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Menyambut klien dan mengucapkan salam
2. Mempersilahkan duduk dan memperkenalkan diri,
menanyakan panggilan kesukaan.
3. Komunikasi dengan ibu/ klien selama melakukan tindakan,
ramah, sabar dan teliti, tanggap terhadap masalah/ keluhan
klien
4. Menjaga privasi dan kenyamanan klien
5. Memberikan perhatian penuh kepada klien dengan SOLER :
a. Face your client squarely and smile (menghadap ke klient
dan senyum)
b. Open and non judgemental facial expression (Ekspresi
muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)
c. Lean towards client (Tubuh condong ke klien)
d. Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak
mata atau tatap muka sesuai dengan cara dan budaya
setempat.
e. Relaxed and friendly (Rileks dan bersahabat)
ISI KONSELING
1. Menggali masalah/keluhan klien
2. Mengklarifikasi masalah/yang dikeluhkan klien (dengan reflek
back)
3. Menjelaskan tujuan konseling yang akan dilaksanakan
a. Maksud dan tujuan konseling
b. Waktu yang dibutuhkan
c. Menjaga rahasia
d. Persetujuan kesediaan klien
4. Menjelaskan kepada klien tentang penyebab
masalah/keluhan yang dialami.
5. Memberikan kesempatan pada ibu untuk menanyakan
kembali atau meyampaikan pendapat lain
6. Bersama dengan klien menemukan solusi sesuai dengan
keluhan yang dialami
7. Melakukan evaluasi tentang materi dan proses konseling
(menanyakan satu persatu)
8. Memberikan umpan balik/feedback (dukungan dan pujian)
9. Merangkum/menyimpulkan bersama-sama dengan klien
10. Menyepakati pertemuan berikutnya, termasuk menjelaskan
bahwa klien diminta datang berkunjung apabila sewaktu-
waktu ada keluhan
TEKNIK
1. Menggunakan media / alat peraga
2. Melaksanakan konseling dengan sistematis, efektif & efisien
3. Melaksanakan konseling dengan baik
B. Rubrik Konseling Kontrasepsi

N LANGKAH PENILAIAN
O 0 1 2
WAWANCARA PENDAHULUAN
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda

2. Tanyakan tujuan dari kunjungannya


3. Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana.
4. Jelaskan apa yang bisa diperoleh dari kunjungannya
5. Tanyakan tujuan pemakaian alat kontrasepsi (apakah klien
ingin mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah
anaknya).
6. Tanyakan sikap/ keyakinan klien yang dapat mendukung atau
menolak salah satu atau lebih dari metode kontrasepsi yang
ada.
METODE KONSELING
1. Berikan jaminan akan kerahasiaan yang diperlukan klien

2. Kumpulkan data-data pribadi klien (nama, alamat, dan


sebagainya).
3. Berikan informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
dan resiko serta keuntungan dari masing-masing kontrasepsi:
Tunjukkan di mana metode KB dipasang atau bagaimana cara
penggunaannya
Jelaskan bagaimana proses kerja dan efektivitasnya
Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan
lain yang mungkin akan dialami
Jelaskan kemungkinan efek samping yang umumnya sering
dialami oleh klien
8. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan, dan kekhawatiran
klien dengan sikap yang simpatik
9. Telitilah dengan seksama untuk meyakinkan bahwa klien
tidak memiliki kondisi kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah (lengkapi rekam medik).
10. Bantulah klien memilih metode yang tepat.
N LANGKAH PENILAIAN
O 0 1 2
KONSELING AWAL
1. Sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri anda dan
tanyakan tujuan kedatangannya

2. Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana

3. Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan


resiko serta keuntungan dari masing- masing kontrasepsi
termasuk perbedaan antara kontap dan metode reversibel :
- Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut digunakan
- Jelaskan bagaimana cara kerja
- Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan
lain yang mungkin akan dialami
4. Jelaskan apa yang bisa diperoleh
KONSELING METODE KHUSUS
1. Berikan jaminan akan kerahasian yang diperlukan klien
2. Kumpulkan data data pribadi klien ( nama, alamat, dsb )

3. Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah klien ingin


mengatur jarak kelahiran atau ingin membatasi jumlah
anaknya )
4. Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang
mungkin menentang penggunaan salah satu metode KB

5. Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien


dengan sikap yang simpatik
6. Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat

7. Bila klien memilih AKDR, jelaskan bahwa diperlukan


pemeriksaan panggul
8. Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping semua
alat kontrasepsi sampai benar-benar dimengerti oleh klien

KONSELING PRA PEMASANGAN & SELEKSI KLIEN


1. Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk
memastikan tidak ada masalah kondisi kesehatan, misal klien
memilih AKDR maka:

Tanyakan Riwayat kesehatan Reproduksi :

Tanggal haid terakhir, lama haid, pola perdarahan haid


Paritas dan riwayat persalinan yang terakhir
Riwayat kehamilan ektopik
Nyeri yang hebat setiap haid
Anemia yang berat ( Hb < 9 gr % atau Ht < 30 )
Riwayat infeksi sistem genital ( ISG ), penyakit hubungan
seksual ( PHS ) atau infeksi panggul
Berganti – ganti pasangan ( Risiko ISG tinggi )
Kanker serviks
2. Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan
panggul dan jelaskan apa yang akan dilakukan dan
persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan (khusus
untuk klien yang memilih AKDR, bila klien memilih
kontrasepsi lain maka tidak perlu pemeriksaan panggul
kecuali curiga hamil)
TINDAKAN PRA PEMASANGAN
Jelaskan proses pemasangan setiap alat kontrasepsi dan apa
yang akan klien rasakan pada saat proses pemasangan dan
setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.

KONSELING PASCA PEMASANGAN (contoh bila klien memlih AKDR)


1. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami
efek samping
2. Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami
efek samping

3. Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk


control
4. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10
tahun

5. Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat


bila memerlukan konsultasi, pemeriksaan medik atau bila
menginginkan AKDR tersebut dicabut.
6. Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah
diberikan

7. Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

C. Rubrik Konseling Kehamilan


Penilaian
LANGKAH / TUGAS
1 2 3
1. Sambut ibu dan keluarga dengan mengucapkan salam dengan ramah dan
sopan dan mempersilahkan ibu dan suami (bila mendampingi) duduk
dikursi yang disediakan dan berhadapan dengan dokter.
2. Duduk berhadapan dengan ibu dengan sikap badan membungkuk dan
mempertahankan kontak mata dengan serius

3. Menciptakan suasana pribadi yang akrab dengan ibu dan suami dengan
percakapan yang santai,hangat,bersemangat dan bergairah

4. Menggali perasaan/pengalaman ibu yang berkaitan dengan masalah yang


dihadapi dengan sabar
5. Mendengar dan memberi respons verbal/nonverbal terhadap semua
pernyataan ibu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi serta
memahami dan merasakan perasaan ibu
6. Memberi kesempatan kepada ibu mengulang pernyataan yang tidak jelas
dengan sabar
7. Menganalisis, menyimpulkan dan menyepakati permasalahan dengan ibu
dan suami
8. Menjaga kerahasian ibu yang berkaitan dengan permasalahnnya
9. Menggali potensi ibu yang bisa dijadikan alternatif pemecahan masalah
dengan serius
10. Menanggapi respons ibu serta menerima kondisi ibu apa adanya
11. Mendiskusikan dan menyepakati tindakan pemecahan masalah yang dipilih
dengan sabar
12. Menjelaskan dan membimbing pelaksanaan strategi pemecahan masalah
yang disepakati dengan sabar
13. Menyimpulkan hasil konseling

14. Membuat kesepakatan kunjungan ulang


15. Mengakhiri pembicaraan dengan mengucapkan salam dengan ramah dan
sopan
VII. Penjelasan Teknis Latihan Berdasarkan Rubrik
1. Setiap mahasiswa melakukan roleplay secara bergantian, menjadi dokter, pasien dan
observer. Dengan pola sebagai berikut:

Kasus 1

Mahasiswa 1 Dokter

Mahasiswa 2 Pasien

Mahasiswa 3 Observer, wajib memberikan feedback

Mahasiswa 4 Observer, boleh memberikan feedback

Mahasiswa 5 Observer, boleh memberikan feedback

Kasus 2

Mahasiswa 1 Observer, boleh memberikan feedback

Mahasiswa 2 Dokter

Mahasiswa 3 Pasien

Mahasiswa 4 Observer, wajib memberikan feedback

Mahasiswa 5 Observer, boleh memberikan feedback

Kasus 3

Mahasiswa 1 Observer, boleh memberikan feedback

Mahasiswa 2 Observer, boleh memberikan feedback

Mahasiswa 3 Dokter

Mahasiswa 4 Pasien

Mahasiswa 5 Observer, wajib memberikan feedback

Kasus 3

Mahasiswa 1 Observer, wajib memberikan feedback

Mahasiswa 2 Observer, boleh memberikan feedback

Mahasiswa 3 Observer, boleh memberikan feedback

Mahasiswa 4 Dokter
Mahasiswa 5 Pasien

Dst.

2. Topik akan dipilihkan oleh dosen yang mengampuh.


3. Setelah setiap sesi konseling, dilakukan feedback.

VIII. Sarana Prasarana Pendukung


Pada era pandemi ini pelaksanaan skill lab membutuhkan:
- Laptop, smartphone
- Koneksi internet
- Media pertemuan daring (gmeet, zoom, dll)

Pelaksanaan ujian OSCE membutuhkan:


- Kertas
- Pena
- Pasien standar
- Koneksi internet
- Laptop
APD sesuai protokol

IX. Sumber Belajar Tertulis

References
BKKBN, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2 ed. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Ida Prijatni, S. R., 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan Di Fasilitas


Kesehatan. 2 ed. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes, 2014. Permenkes RI No.97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Seksual, s.l.: Kemenkes RI.

WHO, 2018. Family Planning: A Global Handbook for Providers.. 3rd ed. s.l.:World Health
Organization and Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health..
X. Sumber Belajar Audiovisual
https://www.youtube.com/watch?v=K67ef-w382U

DAFTAR PENYUSUN
dr. Nia Krisniawati Sp.MK

dr. Falah Faniyah

dr. Dwi Arini Ernawati, M.P.H

dr. Diah Krisnansari, M.Si

Anda mungkin juga menyukai