TUGAS MAKALAH
MANAJEMEN KEUANGAN II
Disusun:
Dosen Pembimbing :
Prodi Manajemen
Surabaya 2021
A. Pengertian Leasing
Beberapa pengertian sewa guna usaha atau lebih dikenal dengan istilah Leasing
yang dikemukakan oleh beberapa sumber adalah sebagai berikut:
1. Financial Accounting Standard Board (FASB 13)
A lease as an agreement conveying the right to use property, plant, or equipment
(land and/or depreciable assets) usually for a stated period of time. (Leasing adalah
suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang digunakan untuk suatu
jangka waktu tertentu).
2. The International Accounting Standard (IAS 17)
A lease as an agreement where by the lessor conveys to the lessee in return of rent
the right to use an asset for an agreed period of time. (Leasing adalah suatu perjanjian
di mana pemilik aset atau perusahaan sewa guna usaha (Lessor) menyediakan barang
atau aset dengan hak penggunaan kepada penyewa guna usaha (Lessee) dengan
imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu tertentu).
3. The Equipment Leasing Association (ELA-UK)
A lease is a contract between a lessor and a lessee for the hire of a specific assets
selected from a manufacturer or vendor of such assets by the lessee. The lessor
retains ownership of the asset. The lessee has possession and use of the asset on
payment of spesified rentals over a period. (Leasing adalah suatu kontrak antara
lessor dengan lessee untuk penyewaan suatu jenis barang atau aset tertentu secara
langsung, dari pabrik atau agen penjual oleh lessee. Hak kepemilikan barang tersebut
tetap berada pada lessor. Lessee memiliki hak pakai atas barang tersebut dengan
membayar sewa dengan jumlah dan jangka waktu yang telah ditetapkan).
4. Keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri
Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/TV/74, Nomor 32/M/SK/2174, Nomor
30/Kpb/I/74 Tanggal 7 Januari 1974
Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka
waktu tertentu, berdasarkan pembayaran- pembayaran berkala disertai dengan hak
pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang
bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang
telah disepakati bersama.
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21
November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing)
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik
secara leasing dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing tanpa hak opsi atau
sewa guna usaha biasa (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
6. Salim H. S
Leasing ialah kontrak sewa antara pihak lessor dan pihak lessee. Pihak lessor
merupakan pihak yang menyewakan barang produksi pada pihak lessee.
Sedang pihak lessee adalah pihak yang menerima barang produksi dan membayar
uang sewa sesuai kesepakatan bersama. Ia memiliki hak opsi untuk membeli ataupun
memperpanjang sewa.
7. R. Subekti
Leasing adalah salah satu perjanjian sewa yang umumnya dilakukan di kalangan
perusaha. Pihak lessor (perusahaan leasing) akan menyewakan alat perusahaan
seperti mesin kepada pihak lessee (penyewa dalam jangka waktu tertentu).
8. Komar Andasasmita
Leasing adalah menyangkut perjanjian-perjanjian yang dalam mengadakan kontrak
bertitik pangkal dari hubungan tertentu diantara lamanya suatu kontrak dengan
lamanya pemakaian (ekonomis) dari barang yang merupakan objek kontrak dan
disepakati bahwa pihak yang satu (lessor) tanpa melepaskan hak miliknya menurut
hukum berkewajiban menyerahkan hak nikmat dari barang itu kepada pihak lainnya
(lessee) sedangkan lessee berkewajiban membayar ganti rugi yang memadai untuk
menikmati barang tersebut tanpa bertujuan untuk memilikinya (juridichie eigendom).
9. Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 Pasal 1
Leasing merupakan suatu kegiatan pembiayaan dengan menyediakan barang modal,
baik itu sewa guna usaha dengan hak opsi ataupun tanpa hak opsi, untuk digunakan
oleh pihak penyewa (lessee) dalam jangka waktu tertentu dan mendapat pembayaran
secara angsuran.
Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan dalam makalah ini
bahwa leasing merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa - menyewa. Objek sewa
guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa.
B. Sejarah Leasing
Leasing sudah dikenal sejak tahun 5000 SM oleh bangsa Sumeria. Di mana pada
zaman tersebut transaksi leasing meliputi: pertanian, hak penggunaan tanah dan air, serta
hewan ternak seperti Lembu. Baru pada sekitar tahun 400 SM, bangsa Nippur (sebelah
tenggara Babylonia) mengembangkan lembaga perbankan dan leasing, di mana pada
tahun tersebut usaha leasing-nya meliputi tanah, alat-alat pertanian dan pemberian
pinjaman. Kemudian pada tahun 1850 leasing diperkenankan secara modern oleh T. M.
Tom Clark dari Amerika. Pada saat itu ia mengaplikasikan sistem leasing untuk
perusahaanya yang bergerak dalam bidang kereta api. Tahun 1952 di San Francisco
leasing mulai di adopsi oleh perusahaan penghasil barang.
Di Indonesia kegiatan usaha leasing baru diperkenalkan pada tahun 1974 dengan
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri
Perdagangan Nomor Kep. 122/MK/IV12/1974, dan Nomor 301 Kpb/I174 tertanggal 7
Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. Selanjutnya, Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 6491MK1IV/5/1974 tertanggal 6 Mei 1974 yang
mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing di
Indonesia. Untuk mendukung perkembangannya, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat
Keputusan Nomor 650/MK/IV/511974 tertanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan
ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea materai terhadap usaha leasing. Dengan
dikeluarkannya kebijakan deregulasi 20 Desember 1988 atau disebut Pakdes 20 1988
kegiatan usaha leasing termasuk dalam perusahaan pembiayaan. Di samping itu, Keppres
Nomor 61 Tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988
tanggal 20 Desember 1988 merupakan bagian dari Pakdes 88 di mana lembaga
pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat. Ketentuan minimum modal disetor untuk pendirian suatu perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing diatur dalam Pakdes 20 Tahun 1988
dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20
Desember 1988, di mana jumlah modal disetor atau simpanan wajib dan pokok
ditetapkan sebagai berikut:
1. Perusahaan swasta nasional sebesar Rp. 3 miliar.
2. Perusahaan patungan Indonesia-Asing sebesar Rp. 10 miliar.
3. Koperasi sebesar Rp. 3 miliar
Perkembangan leasing di Indonesia yang terjadi sejak tahun 1991 sampai
sekarang. Pada periode ini, izin-izin pendirian perusahaan leasing yang sebelumnya agak
di perketat, kemudian di buka kembali. Perusahaan multi finance juga didirikan pada
periode tahun ini. salah satu perubahan yang terjadi pada fase ini adalah di ubahnya
sistem perpajakan. Dari semula dengan operating method berubah menjadi finance
method. Perubahan perhitungan pajak ini di mulai berlaku sejak 19 januari
1991.berdasarkan ketentuan dalam surat keputusan menteri keuangan nomor
1169/KMK.01/1991.
2. Captive Lessor
Perusahaan sewa guna yang merupakan anak perusahaan supplier. Pembentukan
perusahaan sewa guna ini didasari pemikiran bahwa dengan dengan adanya captive
lessor maka penjualan diharapkan akan meningkat.
3. Lease Broker/Packager
Perusahaan yang hanya melakukan fungsi broker atau packager yaitu
mempertemukan antara perusahaan yang membutuhkan barang modal dengan pihak
lessor. Perusahaan lease broker biasanya tidak memiliki barang atau peralatan untuk
menangani transaksi sewa guna atas namanya.
D. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Leasing
Dalam leasing ada beberapa pihak-pihak yang terlibat, yaitu pemilik / penyedia
aktiva dan pemakai aktiva, di antaranya :
1. Lessor, yaitu perusahaan sewa guna atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan
kepada pihak lessee dalam bentuk penyediaan barang modal. Lessor dalam financial
lease bertujuan untuk mendapatkan kembaali biaya yang telah dikeluarkan untuk
membiayai penyediaan barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan
dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan
barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee, yaitu perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk
barang modal dari pihak Lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan
pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau
secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut.
Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang dilease dengan
harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya disamping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
resiko bagi lessee terhadap kerusakan.
3. Supplier, yaitu perusahaan yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual
kepada Lessee dengan pembayaran secara tunai atau berkala oleh Lessor. Dalam
mekanisme financial lease, suplier langsung menyerahkan barang kepada lessee
tanpa melalui pihak lesor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya
dalam operating lease, suplier menjual barangnya langsung kepada lesor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau
berkala.
4. Kreditur, Pihak kreditur dalam transaksi sewa guna biasanya adalah bank yang
memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor. Kreditur atau pihak
bank juga dapat memberikan kredit kepada pihak supplier untuk pembelian barang-
barang modal yang kemudian akan di jual sebagai objek sewa guna kepada Lessee
atau Lessor.
E. Manfaat Leasing
Leasing sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya, antara lain :
1. Menghemat Modal
Dengan modal yang terbatas kita bisa memaksimalkan modal tersebut untuk
keperluan lainnya dan memperoleh aktiva yang diperlukan perusahaan (lessee) untuk
menunjang kegiatannya. Hal ini akan membantu cash flow terutama pada perusahaan
(lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai berkembang.
2. Lebih Fleksibel
Perjanjian leasing dapat disesuaikan dengan kemampuan keuangan lessee
dibandingkan dengan perbankan.
3. Persyaratan tidak terlalu ketat
Persyaratan untuk mendapatkan leasing biasanya lebih sederhana bila dibandingkan
dengan perbankan. Dari segi jaminan, leasing tidak menuntut adanya jaminan
tambahan.
4. Di Luar Neraca (Off Balance Sheet)
Tidak ada ketentuan dan keharusan untuk mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca. Tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan
mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap
rasio keuangan perusahaan lessee karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat
dalam neraca lessee sebagai komponen utang.
5. Arus Dana
Fleksibilitas pembayaran leasing dapat disesuaikan dengan perencanaan arus dana
karena dapat membantu keputusan pendapatan lessee.
6. Proteksi Inflasi
Proteksi inflasi terjadi khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,
maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang
berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang
yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi disebabkan oleh
pesatnya perkembangan teknologi.
8. Resiko keusangan
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka waktu
relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap resiko keusangan
(obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan resiko tahap dini yang
mungkin terjadi.
9. Pembiayaan Proyek skala besar
Proyek berskala besar yang memiliki resiko tinggi di antara pemberi dana, dapat
diatasi melalui perusahaan leasing selama tersedia jaminan penuh yang dapat
diterima serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai lessor apabila
terjadi kelalaian.
KETERANGAN GAMBAR :
1. Lesse menghubungi pemasok untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu penagihan, dan jaminan purna jual atas barang yang
akan disewa.
2. Lessee melakukan negoisasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan barang
modal. Dalam hal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang tidak mengikat dari
lessor. Dalam quotation terdapat syarat-syarat pokok pembiayaan leasing, antara lain:
keterangan barang, harga barang, cash security deposit, residual value, asuransi,
biaya administrasi, jaminan uang sewa ( lease rental ), dan persyaratan- persyaratan
lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau comitment letter kepada lessee yang berisi
syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayaai barang modal yang
dibutuhkan, lessee menandatangani dan mengembalikannya kepaada lessor.
4. Penandatangan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee, dimana
kontrak tersebut mencakup hal-hal: pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka
waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee, penutupan asuransi, tanggung jawab dan objek
leasing, perpajakan jadwal pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada pemasok disertai instruksi pengiriman barang kepada
lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.
6. Pengiriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan serta
menandatangani surat tanda terim dan perintah bayar selanjutnya diserahkan.
7. Penyerahan dokumen oleh pemasok kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada pemasok.
9. Pembayaran sewa ( lease payment ) secara berkala oleh lessee kepada lessor selama
masa leasing yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah yang dibiayai beserta
bunganya.
Perhitungan pembayaran sewa guna dengan cara pembayaran di muka dapat dilihat pada
akun di bawah ini :
Nilai barang modal Rp. 400.000.000
Nilai sisa Rp. 40.000.000
Simpanan jaminan (10% dari nilai barang) Rp. 40.000.000
Tingkat bunga pertahun 24% (perbulan 2%)
Jangka waktu 12 bulan
Masa kontrak 1 januari 2021 sampai 30 desember 2021
Dengan menggunakan formal diatas, dapat dihitung besarnya sewa perbulan sebagai
berikut :
( ( 400.000 .000−40.000.00 )( 1+0,02 )12−1) 0,02
S=
( 1+ 0,02 )12−1
( (360.000 .000 ) ( 1,02 )11 ) 0,02
S=
( 1,02 )12−1
S=33.373.978
Pada periode 1 langsung dilakukan pembayaran sewa guna sebesar Rp. 33.373.978
I. Analisis NPV dari Keputusan Lease vs Membeli
Dalam manajemen keuangan sama halnya dengan ilmu manajemen pada
umumnya, yaitu pada salah satu kegiatannya adalah pengambilan keputusan yang
bertujuan untuk mendapatkan pilihan yang terbaik. Dan seperti yang telah diketahui
bahwa pada manajemen keuangan dalam hal sewa guna usaha, umumnya akan
ditemukan permasalahan mengenai nama yang lebih baik antara memberi barang secara
langsung atau leasing.
Dari sudut pandang lessee, keputusan untuk membeli dengan dengan dana dari
hutang atau leasing suatu aktiva diambil setelah melakukan analisa sebagai berikut :
Jika sebuah bangunan yang ingin dibeli oleh PT.X untuk pelebaran proyeknya bergarga
Rp. 40.000.000. Bangunan tersebut didepresiasikan 4 tahun untuk pembayaran pajaknya
tanpa nilai sisa dengan metode garis lurus. Perusahaan sedang mempertimbangkan
pembelinya apakah dengan membeli aktiva atau dengan leasing. Jika nilai sisa sebelum
pajak pada tahun ke 4 sebesar Rp. 5.000.000, bangunan tersebut diperkiraan
menghasilkan arus kas sesudah pajak Rp. 7.000.000 pertahun. Biaya memeliharanya
bangunan tersebut Rp. 2.000.000 pertahun (ditentukan oleh lessor) dan biaya bunga yang
dibayarkan perusahaan jika meminjamdari Bank sebesar 9%. Tentukan apa yang harus
dipilih oleh perusahaan bila pajak penghasilan adalah 50% dan biaya modal perusahaan
7%?
Jawab
Langkah 1
7.000 .000 7.000 .000 7.000 .000 7.000 .000
NPV = + + + −40.000.000
( 1+ 0,07 ) ( 1+0,07 )2 ( 1+0,07 )3 ( 1+0,07 ) 4
NPV = 6.542.056,075 + 6.114.071,098 + 5.714.085,138 + 5.340.266,484 – 40.000.000
NPV = 23.710.478,795 – 40.000.000
NPV = - 16.289.521,205
Langkah 2
Ot (1-T) = 2.000.000 (1-0,5) = 1.000.000
Rt (1-T) = 3.500.000 (1-0,5) = 1.750.000
Dt . T = 10.000.000 x 0,5 = 5.000.000
Vn (1-T) = 5.000.000 (1-0,5) = 2.500.000
Rb (1-T) = 0,09 (1-0,5) = 0,045
Tahun ke Ot (1-T) - Rt (1-T) - Dt (1-T) Jumlah
1 1.000.000 - 1.750.000 - 5.000.000 - 5.750.000
2 1.000.000 - 1.750.000 - 5.000.000 - 5.750.000
3 1.000.000 - 1.750.000 - 5.000.000 - 5.750.000
4 1.000.000 - 1.750.000 - 5.000.000 - 5.750.000
−5.570 .000 −5.570 .000 −5.570.000 −5.570.000 −5.570 .000
NAL= + + + + + 40.000 .000
( 1+ 0,045 ) ( 1+0,045 )2 (1+ 0,045 )3 ( 1+0,045 )4 ( 1+ 0,045 )5
NAL=−5.502.392,34 – 5.265.447,22 – 5.033 .705,47 – 4.821.727,73 – 2.096 .403,36+ 40.000.000
NAL = - 22.724.676,12 + 40.000.000
NAL = 17.725.323,88
Karena NPV 0 = NPV + NAL = - 16.289.521,205 + 17.725.323,88 = 985.802,62
Kesimpulanya karena NPV 0 dengan NPV + NAL > 0, maka proyek mesin dapat
diterima dan mesin diperoleh dengan cara leasing.