Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.

“R”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA BERAT
DI BANGSAL PERINATOLOGI MELATI
RSUD WONOSARI

Disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak II

Disusun oleh

Vinda Astri Permatasari P07120112080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2014
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. “R”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASFIKSIA BERAT

DI BANGSAL PERINATOLOGI MELATI

RSUD WONOSARI

Tingkat 3 Reguler B

Telah mendapatkan persetujuan pada tanggal Oktober 2014

Disusun Oleh :

Vinda Astri Permatasari NIM. P07120112080

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

(Eko Suryani, SPd,S.Kep.Ns,M.Sc.) (Puji Astuti SST)

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN ASFIKSIA

Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan
atau persalinan (Sofian, 2012).

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011).

Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir


mengalami gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan
karbondioksida (Sarwono, 2010).

Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin


(fetal distress) intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan
antara kebutuhan O2 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan
metabolisme janin menuju metabolisme anaerob, yang menyebabkan hasil akhir
metabolismenya bukan lagi CO2 (Manuaba, 2008).

B. KLASIFIKASI ASFIKSIA
Berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi 4, yaitu (Nurarif & Kusuma, 2013):

1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3


2. Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (asfiksia ringan) dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Tabel 1. Penilaian APGAR


Klinis Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Warna kulit tubuh Warna kulit, tubuh,
Warna kulit Seluruh badan normal merah muda, tangan dan kaki normal
(Appearance) biru atau pucat tetapi tangan dan kaki merah muda, tidak ada
kebiruan sianosis
Denyut
jantung Tidak ada <100 kali permenit >100 kali permenit
(Pulse)
Respon Tidak ada repon Meringis atau bersin
Meringis atau menangis
refleks terhadap atau batuk saat
lemah ketika distimulasi
(Grimace) stimulasi stimulasi saluran nafas
Tonus otot Lemah atau tidak
Sedikit gerakan Bergerak aktif
(Activity) ada
Merah seluruh tubuh.
Pernafasan Lemah atau tidak Menangis kuat,
Tidak ada
(Respiration) teratur pernafasan baik dan
teratur
(Sumber : Prawirohardjo, 2002)

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Vitalitas Bayi Baru Lahir menurut APGAR Score
Klasifikasi Nilai Derajat Vitalitas
APGAR
A 7-10 Tangisan kuat disertai gerakan
Asfiksia Ringan / tanpa asfiksia aktif
B 4-6 Pernafasan tidak teratur, megap-
Asfiksia Sedang megap, atau tidak ada pernafasan
C 0-3 Denyut jantung < 100x/menit atau
Asfiksia Berat kurang
D 0 Tidak ada pernafasan
Fres Stillbirth (Bayi Lahir mati) Tidak ada denyut jantung
(Sumber : Carpenito, 2007)

C. ETIOLOGI

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan


sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut
menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah (Nurarif &
Kusuma, 2013):

1. Faktor ibu
a) Preeklampsia dan eklampsia
b) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c) Partus lama atau partus macet
d) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2. Faktor Tali Pusat
a) Lilitan tali pusat
b) Tali pusat pendek
c) Simpul tali pusat
d) Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c) Kelainan bawaan (kongenital)
d) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

D. MANIFESTASI KLINIS
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :

1. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada
keadaan umum normal denyut janin berkisar antara 120-160 x/menit
dan selama his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal
setelah tidak ada his.
2. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan O2
merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
asfiksia.
3. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun
sampai <7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan diagnostik (Manuaba, 2008):
a) Foto polos dada: untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
jantung dan kelainan paru, ada tidaknya aspirasi mekonium.
b) USG (kepala): Untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular.
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a) Analisa gas darah: PaO2 di dalam darah berkurang.
b) Elektrolit darah: HCO3 di dalam darah bertambah
c) Gula darah: Untuk mengindikasikan adanya pengurangan cadangan
glikogen akibat stress intrauteri yang mengakibatkan bayi mengalami
hipoglikemi.
d) Baby gram: Berat badan bayi lahir rendah < 2500 gram

F. PATOFISIOLOGI
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif
dan akan terjadi adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila
proses adaptasi terganggu, maka bayi bisa dikatakan mengalami asfiksia yang
akan berefek pada gangguan sistem organ vital seperti jantung, paru-paru, ginjal
dan otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah,
timbul rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak
dapat dipengaruhi lagi. Maka timbul rangsangan dari nervus sispatikus sehingga
DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan
mengadakan pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).

Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut


jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara
berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi
akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung menurun terus
menerus, tekanan darah bayi juga mulai menurun, dan bayi akan terlihat lemas.
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekuner. Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darang dan kadar O2
dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan.
Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan tidak di mulai
segera (Manuaba, 2008).
Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh

Maternal Uterus

ASFIKSIA (se

Janin kekurangan O2 Paru-par


& kadar CO2 meningkat

Ketidakefektifan ber

G. PATHWAY ASFIKSIA
Napas cepat
Suplai O2 dalam darah ↓ Suplai O

Apneu
Hipoksia organ (jantung, otak paru)

Kerusa

DJJ & TD ↓ sianosis

Kemat
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Janin tidak bereaksi terhadap rangsangan

Proses kelu

Akral dingin

Risiko Sindrom kematian bayi me

Ketidakefektifan pola napas


H. PENCEGAHAN ASFIKSIA
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan
menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia.
Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi
saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya
peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu
intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita
adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah,
kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan
kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait (Mansjoer,
2007).
Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah
penting, juga kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
Perlu diperhatikan:
a. Hindari forceps tinggi, versi dan ekstraksi pada panggul sempit, serta
pemberian pituitarin dalam dosis tinggi.
b. Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan
oksigen dan darah segar.
c. Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan
menunggu lama pada kala II (Mansjoer, 2007).

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/menit. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
a) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediasternum pada ruang intercosta
III/IV.
b) Murmur biasanya terjadi di selama beberapa jam pertama
kehidupan.
c) Tali pusat putih dan bergelatin mengandung 2 arteri 1 vena.
2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.

3. Makanan/cairan
a) Berat badan: 2500-4000 gram.
b) Panjang badan: 44-45 cm.
c) Turgor kulit elastis (bervarias sesuai gestasi).
4. Neurosensori
a) Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukan abnormalitas genetik, hipoglikemia atau efek nerkotik
yang memanjang).
5. Pernafasan
a) Skor APGAR: skor optimal antara 7-10.
b) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya
silindrik thorak: kertilago xifoid menonjol umum terjadi.
6. Keamanan
Suhu rentang dari 36,50C -37,5oC. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
7. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dapat terlihat, warna
merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukan
memar minor (misal: kelahiran dengan forseps), atau perubahan
warna herliquin, petekie pada kepala/wajah (dapat menunjukan
peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal),
bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis dan
mata atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mingkin ada
(penempatan elektroda internal). (Mansjoer, 2007).
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/
hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
4. Risiko cedera berhubungan dengan anomali kongenital tidak
terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen infeksius.
5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan
kurangnya suplai O2 dalam darah.
6. Proses keluarga terhenti berhubungan dengan pergantian dalam
status kesehatan anggota keluarga

K. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONALISASI


Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Tentukan 1. pengumpulan data
nafas tidak tindakan kebutuhan oral/ untuk perawatan
efektif keperawatan suction tracheal. optimal
2. Auskultasi suara 2. membantu
berhubungan selama proses
nafas sebelum mengevaluasi
dengan keperawatan
dan sesudah keefektifan upaya
produksi mukus diharapkan jalan
suction batuk klien
banyak. nafas lancar.
3. Bersihkan daerah 3. meminimaliasi
Tujuan : Kriteria hasil :
bagian tracheal penyebaran
1. Tidak
Setelah
setelah suction mikroorganisme
menunjukkan
dilakukan
selesai
demam.
tindakan
2. Tidak dilakukan. 4. untuk mengetahui
keperawatan 4. Monitor status
menunjukkan efektifitas dari
selama proses oksigen pasien,
cemas. suction.
keperawatan 3. Rata-rata repirasi status
diharapkan dalam batas hemodinamik
jalan nafas normal. segera sebelum,
4. Pengeluaran
lancar. selama dan
sputum melalui
sesudah suction.
jalan nafas.
5. Tidak ada suara
nafas tambahan.
Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1. untuk
efektif tindakan kepatenan jalan membersihkan
berhubungan keperawatan nafas dengan jalan nafas
dengan selama proses melakukan
hipoventilasi. keperawatan pengisapan
diharapkan pola lendir.
2. Pantau status
nafas menjadi 2. guna
pernafasan dan
efektif. Kriteria meningkatkan
oksigenasi
hasil : kadar oksigen
1. Pasien sesuai dengan
yang bersirkulasi
menunjukkan kebutuhan.
dan memperbaiki
pola nafas yang
3. Auskultasi jalan status kesehatan
efektif 3. membantu
nafas untuk
2. Ekspansi dada
mengevaluasi
mengetahui
simetris
keefektifan upaya
3. Tidak ada bunyi adanya
batuk klien
nafas tambahan penurunan
4. Kecepatan dan
ventilasi.
irama respirasi 4. Kolaborasi 4. perubahan AGD
dalam batas dengan dokter dapat
normal. untuk mencetuskan
pemeriksaan disritmia jantung.
AGD dan
pemakaian alat
5. terapi oksigen
bantu nafas
5. Berikan dapat membantu
oksigenasi mencegah gelisah
sesuai bila klien menjadi
kebutuhan. dispneu, dan ini
juga membantu
mencegahedema
paru.
Kerusakan Tujuan : Setelah 1.Kaji bunyi paru, 1.membantu
pertukaran gas dilakukan tindakan frekuensi nafas, mengevaluasi
berhubungan keperawatan kedalaman nafas keefektifan upaya
dengan selama proses dan produksi batuk klien
ketidakseimban keperawatan sputum.
2.membantu
2.Auskultasi bunyi
gan perfusi diharapkan
mengevaluasi
nafas, catat area
ventilasi. pertukaran gas
keefektifan upaya
penurunan aliran
teratasi.
batuk klien
udara dan / bunyi
Kriteria hasil :
1. Tidak sesak tambahan. 3.perubahan AGD
3.Pantau hasil Analisa
nafas dapat
2. Fungsi paru Gas Darah
mencetuskan
dalam batas
disritmia jantung.
normal
Risiko cedera Tujuan : Setelah 1.Cuci tangan setiap 1. untuk mencegah
berhubungan dilakukan tindakan sebelum dan infeksi
dengan anomali keperawatan sesudah merawat nosokomial
kongenital tidak selama proses bayi.
2. untuk mencegah
2.Pakai sarung tangan
terdeteksi atau keperawatan
infeksi
steril.
tidak teratasi diharapkan risiko
nosokomial
pemajanan cidera dapat 3.Lakukan pengkajian 3. untuk mencegah
pada agen- dicegah. Kriteria fisik secara rutin keadaan yang
agen infeksius. hasil : terhadap bayi baru kebih buruk.
1. Bebas dari
lahir, perhatikan
cidera/
pembuluh darah
komplikasi.
tali pusat dan
2. Mendeskripsikan
adanya anomali. 4. untuk
aktivitas yang
4.Ajarkan keluarga
meningkatkan
tepat dari level
tentang tanda dan
pengetahuan
perkembangan
gejala infeksi dan
keluarga dalam
anak.
melaporkannya
3. Mendeskripsikan deteksi awal
pada pemberi
teknik suatu penyakit.
pelayanan
pertolongan
5. Meningkatkan
kesehatan.
pertama
5.Berikan agen daya tahan tubuh
imunisasi sesuai
indikasi
(imunoglobulin
hepatitis B dari
vaksin hepatitis
Risiko Tujuan : Setelah 1.Hindarkan pasien 1. untuk menjaga
ketidakseimban dilakukan tindakan dari kedinginan suhu tubuh agar
gan suhu tubuh keperawatan dan tempatkan stabil.
berhubungan selama proses pada lingkungan
dengan keperawatan yang hangat. 2. untuk mendeteksi
2.Monitor gejala yang
kurangnya diharapkan suhu lebih awal
berhubungan
suplai O2 dalam tubuh normal. perubahan yang
dengan hipotermi,
darah. Kriteria Hasil : terjadi guna
1. Temperatur misal fatigue,
mencegah
badan dalam apatis, perubahan
komplikasi
batas normal warna kulit dll. 3. peningkatan suhu
2. Tidak terjadi 3.Monitor TTV.
dapat
distress
menunjukkan
pernafasan
adanya tanda-
3. Tidak gelisah
4. Perubahan tanda infeksi
4. penurunan
warna kulit
5. Bilirubin dalam 4.Monitor adanya frekuensi nadi
batas normal. bradikardi dan menunjukkan
status pernafasan. terjadinya asidosis
resporatori karena
kelebihan retensi
CO2.
Proses Tujuan : Setelah 1.Tentukan tipe proses 1. untuk mengetahui
keluarga dilakukan tindakan keluarga. tindakan yang
terhenti keperawatan tepat untuk
berhubungan selama proses 2.Identifikasi efek diberikan
2. untuk
dengan keperawatan pertukaran peran
mempersiapkan
pergantian diharapkan koping dalam proses
psikologi keluarga
dalam status keluarga adekuat. keluarga.
3.Bantu anggota
kesehatan Kriteria Hasil : 3. untuk
1. Percaya dapat keluarga untuk
anggota memanfaatkan
mengatasi menggunakan
keluarga. dukungan yang
masalah mekanisme
ada dari keluarga.
2. Kestabilan
prioritas support yang ada.
3. Mempunyai 4.Bantu anggota 4. untuk mengatasi
rencana darurat keluarga untuk situasi yang tidak
4. Mengatur ulang
merencanakan terduga.
cara perawatan.
strategi normal
dalam segala
situasi.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Hari, tanggal : Senin, 20 Oktober 2014
Pukul : 18.30 WIB
Tempat : Bangsal Melati RSUD Wonosari
Metode : Wawancara, studi dokumen, pemeriksaan fisik dan
observasi
Sumber : Pasien, keluarga dan dokumen.
Oleh : Vinda Astri Permatasari

1. Identitas
a. Klien
Nama : By. Ny. R
Umur : 0 hari
TTL : Gunungkidul, 20 Oktober 2014
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 20 Oktober 2014
No RM : 455127
Diagnosa medis : Asfiksia Berat
b. Keluarga
Nama Ayah : Bp. R
Umur Ayah : 41 tahun
Nama Ibu : Ny. R
Umur Ibu : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan Ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Dadapayu, Semanu, Gunungkidul

2. Riwayat Kesehatan
a. Pasien
1) Alasan masuk RS
Keluarga pasien mengatakan ibu pasien mengeluhkan ketuban
pecah dini, kemudian ibu pasien dilarikan ke bidan. Ibu pasien
kemudian dirujuk ke RSUD Wonosari untuk dilakukan tindakan
lebih lanjut.
2) Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis disertai
kebiruan.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis.
Tangisan dan gerak pasien lemah. Keluarga pasien juga
mengeluhkan ujung tangan dan bibir pasien yang berwarna
kebiruan.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal
Kehamilan G3P2A1. Ibu pasien memeriksakan kandungannya
ke BPS, BPM dan puskesmas secara rutin, sudah 10 kali. Hari
perkiraan haid terakhir pada tanggal 28 Januari 2014. Hari
perkiraan lahir pada tanggal 29 Oktober 2014. Ibu pasien
sempat mengalami pecah ketuban dini.
b) Intranatal
Pasien dilakukan tindakan spontan manual aid dengan
indikasi presentasi bokong. Umur kehamilan 38+5.
c) Postnatal
Pasien lahir pukul 17.15 WIB di RSUD Wonosari dengan berat
badan saat lahir 3080 gram berjenis kelamin perempuan,
dengan panjang badan 49 cm. APGAR score 3/5. Dengan
lingkar dada 33 cm. Lingkar lengan atas (kiri) 10 cm. Ubun-
ubun besar (UUB) 32 cm. Pasien dilakukan rawat pisah
dengan ibunya
b. Keluarga
1) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
keluarga menurun maupun menular dari keluarga.
2) Genogram

3. Keadaan kesehatan saat ini


a. Status nutrisi dan cairan Pasien
Pasien mendapat intake oral susu formula, dikarenakan ibu pasien
masih dirawat di bangsal lain. Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak mendapatkan ASI, karena pasien dilakukan rawat pisah.
b. Aktivitas istirahat
Pasien tampak banyak tidur, tidak menangis.
c. Perawatan kebersihan diri
Pasien terlihat kotor terkena darah postnatal, dan tinta cap di telapak
kaki.
d. Eliminasi
Keluarga pasien mengatakan pasien belum BAK maupun BAB.
Pasien mengenakan popok kain.

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Tanda vital :
N : 120 x/menit
RR : 64 x/menit
S : 36,6o C
c. Status Gizi
BBL : 3080 gram
PB : 49 cm
LD : 33 cm
LILA (kiri) :10 cm
d. Reflek
Bayi memiliki reflek moro yang baik, reflek menggenggam ada,
menurun dan refleks menghisap lemah. Meringis atau menangis
lemah ketika distimulasi.
e. Kepala / Leher
Fontanel lunak, tidak cekung dan tidak menonjol, sutura tepat, wajah
simetris, terlihat kotor terkena darah postpartum.
f. Mata
Terdapat dischart pada mata, sclera tidak ikterik.
g. Mulut
Mulut terlihat kotor. Terlihat sianosis. Tidak tampak kelainan labio
palato schizis.
h. Telinga
Bentuk telinga simetris, kartilago tampak normal, tidak ada cairan
abnormal, terlihat kotor terkena darah postpartum.
i. Hidung
Lubang hidung simetris, tidak terdapat pernapasan cuping hidung.
Terpasang O2 headbox 7 lpm.
j. Respirasi
Bentuk toraks simetris. Diameter anteroposterior : lateral 1:1. Terlihat
retraksi dada. Respirasi 64 kali per menit teratur.

k. Kardiovaskuler
HR 120 kali per menit, kuat, teratur, posisi kiri atas.
l. Gastrointestinal
Tidak terdapat distensi abdomen.
m. Ekstremitas
1) Atas : lengkap tidak ada kelainan, akral dingin dan
sianosis, terlihat kotor terkena darah postpartum. Bayi terlihat
fleksi hipertonik. Gerakan lemah. SpO2 100%.
2) Bawah : lengkap tidak ada kelainan, akral dingin dan
pucat, terlihat kotor terkena darah postpartum. Terlihat luka lecet
di telapak kaki sebelah kiri. Telapak kaki terlihat kotor terkena
tinta cap. Bayi terlihat fleksi hipertonik. Gerakan lemah.
n. Umbilikus
Tali pusat bayi belum lepas berwarna putih belum kering, tidak terlihat
tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
o. Integumen
Berwarna kemerahan, tetapi jari-jari tangan kebiruan atau sianosis,
tidak ikterik. Turgor kulit > 3 detik. Kulit terlihat kotor terkena darah
postpartum.
5. Terapi (21 Oktober 2014)
a. Termoregulasi
b. O2 head box 6-7 lpm
c. Infus D10% 8 tpm mikro di tangan kanan
d. Injeksi vicillin 2x155 gram
e. Sonde 8x2 cc
6. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan hematologi pada tanggal 21 Oktober 2014
a. Hemoglobin 12,1 gr% (nilai normal : 12-16 gr%)
b. Angka Leukosit 39400 μ/L ( nilai normal : 4300-11400 μ/L)
c. Hematokrit 37% (nilai normal : 37%)
d. Golongan darah A
e. Glukosa sewaktu 80 mg/dL (nilai normal : 76-110 mg/dL)

II. ANALISIS DATA


DATA MASALAH PENYEBAB
DS : Ketidakefektifan Pengembangan
Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak
pola nafas dada tidak optimal
menangis disertai kebiruan
DO :
1. RR : 64 x/menit
2. APGAR score 3/5
3. Esktremitas terlihat pucat
4. Ujung tangan dan bibir pasien terlihat sianosis
5. Keadaan umum pasien lemah
6. Terpasang O2 headbox 7 lpm
7. SpO2 100%
8. Terlihat retraksi dada
DS : Ketidakefektifan Proses penyakit
1. Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak termoregulasi
menangis disertai kebiruan
2. Keluarga pasien mengeluhkan ujung tangan
dan bibir pasien yang berwarna kebiruan
DO :
1. Akral teraba dingin dan terlihat pucat
2. Ujung tangan dan bibir pasien terlihat sianosis
3. Bayi terlihat fleksi hipertonik
4. Kulit berwarna kemerahan
5. N : 120 x/menit
RR : 64 x/menit
S : 36,6o C
6. CRT >3 detik
DS : Infeksi Pertahanan
Keluarga pasien mengatakan ibu pasien imunologis yang
mengalami ketuban pecah dini kurang
DO :
1. Angka Leukosit 39400 μ/L
2. Pecah ketuban dini
3. Tali pusat bayi berwarna putih belum kering,
tidak terlihat tanda-tanda infeksi dan
pendarahan
4. Tali pusat belum lepas
5. Terlihat luka lecet di telapak kaki sebelah kiri
6. Kulit terlihat kotor terkena darah postpartum
DS : Risiko Ketidakmampuan
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
ketidakseimbangan mencerna nutrisi
mendapatkan ASI, karena pasien dilakukan rawat
nutrisi : kurang dari
pisah
kebutuhan tubuh
DO :
1. Refleks menghisap lemah
2. BBL : 3080 gram
3. Pasien dilakukan rawat pisah dengan ibunya
4. Hasil pemeriksaan hematologi :
Hemoglobin 12,1 gr%
Hematokrit 37%
Glukosa sewaktu 80 mg/dL

III. DIAGNOSIS KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS


A. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan dada
tidak optimal ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis disertai
kebiruan
DO :
1. RR : 64 x/menit
2. APGAR score 3/5
3. Esktremitas terlihat pucat
4. Ujung tangan dan bibir pasien terlihat sianosis
5. Keadaan umum pasien lemah
6. Terpasang O2 headbox 7 lpm
7. SpO2 100%
8. Terlihat retraksi dada
B. Infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
ditandai dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan ibu pasien mengalami ketuban pecah
dini
DO :
1. Angka Leukosit 39400 μ/L
2. Pecah ketuban dini
3. Tali pusat bayi berwarna putih belum kering, tidak terlihat tanda-
tanda infeksi dan pendarahan
4. Tali pusat belum lepas
5. Terlihat luka lecet di telapak kaki sebelah kiri
6. Kulit terlihat kotor terkena darah postpartum
C. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan :
DS :
1. Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis disertai
kebiruan
2. Keluarga pasien mengeluhkan ujung tangan dan bibir pasien yang
berwarna kebiruan
DO :
1. Akral teraba dingin dan terlihat pucat
2. Ujung tangan dan bibir pasien terlihat sianosis
3. Bayi terlihat fleksi hipertonik
4. Kulit berwarna kemerahan
5. N : 120 x/menit
RR : 64 x/menit
S : 36,6o C
6. CRT >3 detik
D. Risiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai
dengan :
DS :
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mendapatkan ASI,
karena pasien dilakukan rawat pisah
DO :
1. Refleks menghisap lemah
2. BBL : 3080 gram
3. Pasien dilakukan rawat pisah dengan ibunya
4. Hasil pemeriksaan hematologi :
Hemoglobin 12,1 gr%
Hematokrit 37%
Glukosa sewaktu 80 mg/dL
IV. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014
19.00 WIB 19.00 WIB 19.00 WIB
pola nafas
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda vital (RR dan N) 1. Mengetahui kondisi pasien dan sebagai dasar
berhubungan
tindakan keperawatan menentukan intervensi selanjutnya
2. Observasi saturasi oksigen
dengan 2. Mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
selama 3x24 jam, 3. Tempatkan klien pada posisi telentang dengan leher
3. Untuk mencegah adanya penyempitan jalan nafas
pengembangan
diharapkan pola nafas sedikit ekstensi dan hidung menghadap ke atas
dada tidak 4. Kolaborasi pemberian terapi oksigen head box 7 4. Meningkatkan keadekuatan oksigen di dalam
pasien kembali efektif
optimal lpm tubuh
dengan kriteria hasil :
5. Kolaborasi pemeriksaan AGD 5. Mengetahui kadar oksigen dalam tubuh,
1. Tidak terlihat Vinda
perubahan AGD dapat mencetuskan disritmia
sianosis dan pucat
jantung
2. RR rentang 40-60
Vinda
kali per menit
3. SpO2 rentang 95-
100%
Vinda

Ketidakefektifan 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014


19.00 WIB 19.00 WIB 19.00 WIB
termoregulasi
1. Monitor suhu aksila dan tanda-tanda hipo maupun 1. Mengetahui kondisi pasien dan untuk dasar
Setelah dilakukan
berhubungan
hiper termi intervensi selanjutnya
tindakan keperawatan
dengan proses 2. Ganti pakaian, alat tenun tempat tidur bila basah 2. Menurunkan kehilangan suhu melalui evaporasi
penyakit selama 3x24 jam, 3. Tempatkan bayi di dalam inkubator, selimuti pasien 3. Mempertahankan suhu kulit dalam rentang termal
diharapkan pasien bila suhu menurun yang dapat diterima
4. Ajarkan keluarga pasien untuk mempertahankan 4. Menambah pengetahuan keluarga serta
dapat
lingkungan hangat bagi pasien apabila suhu pasien melibatkan keluarga dalam mencegah
mempertahankan
menurun (menggunakan lampu penghangat ketidakseimbangan suhu tubuh
suhu tubuh yang
Vinda
maupun selimut)
stabil dengan kriteria
Vinda
hasil :
1. Tanda-tanda vital
dalam batas
normal : N : 120-160
x/menit, RR : 40-60
x/menit ,S : 36,5-
37,5 oC
2. Tidak terlihat
sianosis
3. CRT ≤3 detik
4. Akral hangat
5. Keluarga pasien
mengerti cara
mempertahankan
suhu bayi
Vinda
Infeksi 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014
berhubungan 19.00 WIB 19.00 WIB 19.00 WIB
1. Observasi adanya tanda- tanda infeksi 1. Mengetahui secara dini terjadinya infeksi
dengan Setelah dilakukan
2. Pisahkan bayi yang terkena infeksi dengan bayi 2. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
pertahanan tindakan keperawatan
yang tidak mengalami infeksi
3. Meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
imunologis yang selama 3x24 jam, 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
kurang diharapkan pasien klien
4. Bersihkan atau sterilkan alat yang digunakan klien 4. Meminimalkan pemajanan pada organisme infektif
tidak mengalami
5. Mandikan klien setiap pagi dan ganti popok bila 5. Penggunaan alkohol lokal dan berbagai
infeksi dengan kriteria
sudah kotor antimikroba, membantu mencegah kolonisasi
hasil : 6. Lakukan perawatan tali pusat sesuai dengan 6. Mandi menjadikan kulit bersih, mengurangi jumlah
1. Tanda-tanda vital prosedur mikroorganisme yang ada di kulit yang dapat
N : 120-160 x/menit, menyebabkan infeksi lebih berat
7. Batasi pengunjung
7. Mengurangi kontaminasi silang
RR : 40-60 8. Anjurkan keluarga pasien untuk mencuci tangan
8. Mencegah kontaminasi silang
x/menit ,S : 36,5- sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
o 9. Ajarkan keluarga pasien mengenai tanda dan gejala 9. Kolaborasi dengan keluarga mengenai
37,5 C
2. Tidak ada tanda dan infeksi pemantauan adanya tanda dan gejala infeksi pada
gejala infeksi pasien
10. Kelola pemberian injeksi vicillin 2x155gram
3. Keluarga pasien 10. Antibiotik membunuh bakteri penyebab infeksi
11. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (leukosit)
11. Leukosit meningkat menunjukan terjadinya
mengerti mengenai Vinda
infeksi
tanda dan gejala
Vinda
infeksi
Vinda
Risiko 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014
19.00 WIB 19.00 WIB 19.00 WIB
ketidakseimbang
1. Observasi residu sebelum pemberian susu 1. Mengetahui tingkat absorbsi usus
an nutrisi : kurang Setelah dilakukan 2. Beri klien nutrisi sedikit tapi sering, sonde 8x2cc 2. Mencegah terjadinya dilatasi lambung yang dapat
dari kebutuhan tindakan keperawatan menyebabkan mual dan muntah
3. Timbang berat badan setiap hari
3. Mengetahui perkembangan status nutrisi klien
tubuh selama 3x24 jam, 4. Beritahu keluarga pentingnya asupan nutrisi ASI
4. Meningkatkan pengetahuan serta melibatkan
berhubungan diharapkan nutrisi bagi bayi
keluarga untuk memotivasi ibu pasien agar
dengan pasien seimbang
5. Kolaborasi pemasangan OGT memberikan ASI kepada pasien
ketidakmampuan dengan kriteria hasil : 6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin), 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
6. Hemoglobin dan GDS menunjukan status nutrisi
mencerna nutrisi 1. Tidak terjadi gula darah sewaktu
Vinda klien
penurunan BB
Vinda
melainkan
peningkatan BB
2. Tidak muntah
3. Tidak ada residu
lambung (sedikit)
4. Hemoglobin 12-16
gr%, hematokrit
37% dan GDS 76-
110 mg/dL
5. Keluarga mengerti
pentingnya ASI
Vinda
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Ketidakefektifan 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014
pola nafas 18.45 WIB 19.15 WIB
berhubungan Pasien baru dari VK S : Keluarga pasien mengeluhkan pasien tidak menangis saat lahir dan kebiruan
dengan 1.Mengobservasi adanya tanda distress O : Bibir dan jari tangan bayi terlihat sianosis, kulit kemerahan dan pucat, bayi meringis
pengembangan pernafasan saat distimulasi rangsang, RR : 64 x/menit, APGAR score 3/5, terpasang O2 headbox 7
2. Mengobservasi saturasi oksigen
dada tidak lpm, SpO2 100%, pasien posisi telentang
3. Menempatkan klien pada posisi
optimal A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
telentang dengan leher sedikit ekstensi
P: Pertahankan O2 headbox lpm
dan hidung menghadap ke atas
4. Memberikan terapi oksigen head box 7 Vinda
lpm
Vinda
Risiko 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014
ketidakseimbang 19.10 WIB 19.20 WIB
an nutrisi : kurang Memasang OGT S : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mendapatkan ASI, karena pasien
dari kebutuhan Vinda dilakukan rawat pisah
tubuh O : Refleks menghisap lemah, pasien dilakukan rawat pisah dengan ibunya, hasil
berhubungan pemeriksaan hematologi : Hemoglobin 12,1 gr%, Hematokrit 37%, Glukosa sewaktu 80
dengan mg/dL, terpasang OGT terlihat residu, BBL : 3080 gram
ketidakmampuan A : Masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
mencerna nutrisi sebagian
P : Observasi residu sebelum pemberian susu, timbang berat badan setiap hari
Vinda
Ketidakefektifan 20 Oktober 2014 20 Oktober 2014
termoregulasi 19.20 WIB 19.30 WIB
berhubungan 1. Memonitor suhu aksila dan tanda-tanda S : Keluarga pasien mengatakan pasien lahir tidak menangis disertai kebiruan, keluarga
dengan proses hipo maupun hiper termi pasien mengeluhkan ujung tangan dan bibir pasien yang berwarna kebiruan
2. Menempatkan bayi di dalam inkubator
penyakit O : Bayi di dalam inkubator, S : 36,6o C, akral teraba dingin dan terlihat pucat, ujung
Vinda
tangan dan bibir pasien terlihat sianosis, bayi terlihat fleksi hipertonik, warna kulit tubuh
merah muda, N : 120 x/menit, RR : 64 x/menit, S : 36,6o C, CRT >3 detik
A : Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian
P : Monitor suhu aksila dan tanda-tanda hipo maupun hiper termi, ganti pakaian atau alat
tenun tempat tidur bila basah
Vinda
Infeksi 21 Oktober 2014 21 Oktober 2014
berhubungan 07.45 WIB 08.00 WIB
dengan 1. Mengobservasi adanya tanda- tanda S : Keluarga pasien mengatakan ibu pasien mengalami ketuban pecah dini, keluarga
pertahanan infeksi pasien mengatakan akan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien,
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
imunologis yang keluarga pasien mengatakan pasien belum BAB dan BAK
kontak dengan klien
kurang O : Angka Leukosit 39400 μ/L, pecah ketuban dini, tali pusat bayi berwarna putih belum
3. Memandikan klien, mengganti baju dan
kering, tidak terlihat tanda-tanda infeksi dan pendarahan, tali pusat belum lepas, terlihat
popok
4. Melakukan perawatan tali pusat sesuai luka lecet di telapak kaki sebelah kiri, bayi telah dimandikan dengan air hangat dan baju
dengan prosedur diganti, kulit terlihat bersih, vicillin 155 gram masuk per IV, suhu tubuh sebelum mandi
5. Menganjurkan keluarga pasien untuk
37,5 o C sesudah 37,4o C
mencuci tangan sebelum dan sesudah
A : Masalah infeksi teratasi sebagian
kontak dengan pasien
P : Batasi pengunjung, kelola pemberian injeksi vicillin 2x155gram
6. Memberikan injeksi vicillin 2x155gram
Vinda
Vinda

Ketidakefektifan 21 Oktober 2014 21 Oktober 2014


pola nafas 11.00 WIB 11.15 WIB
berhubungan 1. Memonitor tanda vital (RR dan N) S:-
2. Mempertahankan terapi oksigen head
dengan O : RR : 56 x/menit, N : 160 x/menit, pasien terpasang oksigen head box 7 lpm, kulit
box 7 lpm
pengembangan kemerahan dan ekstremitas terlihat pucat, bayi menangis merintih
Vinda
dada tidak A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
optimal P : Monitor tanda-tanda vital
Vinda
Ketidakefektifan 21 Oktober 2014 21 Oktober 2014
termoregulasi 11.30 WIB 12.00 WIB
berhubungan 1. Memonitor suhu aksila dan tanda-tanda S : Keluarga pasien mengatakan pasien panas, rewel dan kejang, pasien menangis
dengan proses hipo maupun hiper termi merintih
2. Mencopot pakaian, mematikan
penyakit O : Pasien terlihat menangis merintih, S : 39,6o C menjadi 37,7 o C, bayi terlihat fleksi
inkubator, dan membuka selimut
hipertonik, kulit berwarna kemerahan, pasien hanya memakai pokok, inkubator keadaan
3. Mengkompres pasien dengan air hangat
Vinda mati, pasien telah dikompres dengan air hangat
A : Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian
P : Monitor suhu aksila
Vinda

Risiko 21 Oktober 2014 21 Oktober 2014


ketidakseimbang 12.00 WIB 12.20 WIB
an nutrisi : kurang 1. Mengobservasi residu sebelum S : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mendapatkan ASI, karena pasien
dari kebutuhan pemberian susu dilakukan rawat pisah
2. Memberikan klien nutrisi susu formula
tubuh O : Hasil pemeriksaan hematologi : Hemoglobin 12,1 gr%, Hematokrit 37%, Glukosa
melalui sonde 8x2cc
berhubungan sewaktu 80 mg/dL, terlihat residu 3 cc berwarna putih, nutrisi sufor masuk 2,5 cc per
Vinda
dengan OGT, pasien rawat pisah dengan ibu, BB : 3050 gram
ketidakmampuan A : Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
mencerna nutrisi sebagian
P : Timbang BB tiap hari
Vinda
Infeksi 22 Oktober 2014 22 Oktober 2014
berhubungan 07.45 WIB 08.00 WIB
dengan 1. Mengobservasi adanya tanda- tanda S : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah BAB 2 kali dan BAK
pertahanan infeksi O : Tali pusat bayi berwarna putih belum kering, tidak terlihat tanda-tanda infeksi dan
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
imunologis yang pendarahan, tali pusat belum lepas, terlihat luka lecet di telapak kaki sebelah kiri, bayi
kontak dengan klien
kurang telah dimandikan dengan air hangat dan baju diganti, kulit terlihat bersih, vicillin 155 gram
3. Memandikan klien, mengganti baju dan
masuk per IV, suhu tubuh sebelum mandi 36,5 o C sesudah 36,4o C
popok
4. Melakukan perawatan tali pusat sesuai A : Masalah infeksi teratasi sebagian
dengan prosedur P : Batasi pengunjung, kelola pemberian injeksi vicillin 2x155gram
5. Memberikan injeksi vicillin 2x155gram
Vinda
Vinda
Ketidakefektifan 21 Oktober 2014 21 Oktober 2014
pola nafas 11.00 WIB 11.15 WIB
berhubungan 1. Memonitor tanda vital (RR dan N) S:-
2. Mempertahankan terapi oksigen head
dengan O : RR : 58 x/menit, N : 120 x/menit, pasien terpasang oksigen head box 7 lpm, kulit
box 7 lpm
pengembangan kemerahan dan ekstremitas terlihat pucat, bayi menangis merintih
Vinda
dada tidak A : Masalah ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian
optimal P : Monitor tanda-tanda vital
Vinda
Ketidakefektifan 21 Oktober 2014 21 Oktober 2014
termoregulasi 11.10 WIB 11.20 WIB
berhubungan 1. Memonitor suhu aksila dan tanda-tanda S:-
dengan proses hipo maupun hiper termi O : Pasien terlihat menangis merintih, S : 36,4o C, bayi terlihat fleksi hipertonik, kulit
2. Menghidupkan inkubator dan
penyakit berwarna kemerahan, pasien hanya memakai pokok, inkubator keadaan hidup, pasien
memakaikan selimut
menggunakan selimut
Vinda
A : Masalah ketidakefektifan termoregulasi teratasi sebagian
P : Monitor suhu aksila
Vinda
Risiko 21 Oktober 2014 21 Oktober 2014
ketidakseimbang 12.00 WIB 12.20 WIB
an nutrisi : kurang 1. Mengobservasi residu sebelum S:-
dari kebutuhan pemberian susu O : Hasil pemeriksaan hematologi : Hemoglobin 12,1 gr%, Hematokrit 37%, Glukosa
2. Memberikan klien nutrisi susu formula
tubuh sewaktu 80 mg/dL, terlihat residu 1 cc berwarna putih, nutrisi sufor masuk 2,5 cc per
melalui sonde 8x2cc
berhubungan OGT, pasien rawat pisah dengan ibu
Vinda
dengan A : Masalah resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
ketidakmampuan sebagian
mencerna nutrisi P : Timbang BB tiap hari
Vinda
BAB III

KESIMPULAN

Pada kasus pada By. Ny. “R” dengan diagnosa medis asfiksia berat di
bangsal perinatologi melati RSUD Wonosari, berdasarkan pengkajian dapat
diangkat 4 masalah keperawatan yaitu:

A. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan dada tidak


optimal
B. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
C. Infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
D. Risiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi

Kesimpulan :

A. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengembangan dada tidak


optimal
Tujuan : teratasi sebagian, dikarenakan kondisi pasien yang masih labil dan
diperlukan monitor lebih lanjut
B. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : teratasi sebagian, dikarenakan kondisi pasien yang masih labil dan
diperlukan monitor lebih lanjut
C. Infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan : teratasi sebagian, dikarenakan kondisi pasien yang masih labil dan
diperlukan monitor lebih lanjut
D. Risiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi
Tujuan : belum teratasi, dikarenakan pasien mengalami penurunan berat
badan, dari 3080 gram menjadi 3050 gram, masih ada residu lambung dan
juga ibu pasien yang masih dilakukan rawat pisah untuk memulihkan kondisi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC


Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC

Mansjoer,A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid
1&2.Yogyakarta : Mediaction Publishing

Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu Kandungan. Ed 4.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif,


Obstetri Sosial Ed 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Maternal dan


Neonatal. Jakarta: JPNKR-POGI

Anda mungkin juga menyukai