Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Kebidanan Pada Nn.

”R” Dengan Dismenore Primer

Di MTSN Bukit tinggi Tahun 2021

Disusun oleh :

EGA WAHYUNDA 1250021003

DIII KEBIDANAN

FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA


TA.2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Reproduksi remaja menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental,
dan social yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Menarche (haid pertama) merupakan salah satu tanda perkembangan seks pada
remaja putri. Selama periode menstruasi terkadang dijumpai adanya gangguan-gangguan
pada masa haid, salah satunya adalah disminore (Wiknjosastro, 2008 : 104).
Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian
wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang
mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidak nyamanan
berupa dismenore (Paramita, 2010 :1) .
Dismenore adalah nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut
meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha serta nyeri menstruasi
yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan
berkurangnya aktivitas sehari- hari (Proverawati, 2009 : 82).
Presentase dismenore seluruh dunia rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap
dunia mengalaminya, diantaranya 15,8-89,5%, dengan tingkat prevalensi yang lebih
tinggi dilaporkan pada populasi remaja, (Nerdina, 2011 : 1).
Penelitian di Amerika Serikat oleh Klein dan Litt (2005) menyebutkan bahwa
dismenore dialami oleh 30%-50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya
kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan
keluarga ( jurnal Paramita, 2010 :1). Dalam studi epidemiologi pada populasi remaja
(berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat dilaporkan prevalensi dismenore 59,7 %. Dari
mereka yang mengeluh nyeri, 12 % mengalami nyeri berat, 37 % nyeri sedang dan
49%nyeri ringan (Nerdina, 2011: 1). Selain itu, studi ini juga melaporkan bahwa
dismenore menyebabkan 14 % remaja putri sering tidak masuk sekolah (Anurogo, 2011 :
38).
Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi,dengan angka
kejadian dismenore tipe primer sekitar 54.89% dan sisanya adalah dismenore tipe
Sekunder (Proverawati, 2009 : 86), namun yang berobat ke pelayanan kesehatan
sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% ( jurnal Rusdiana, 2010 : 1).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2009. Kejadian
dismenore di Kabupaten Demak sebesar 26797 jiwa (29,8%). Sedangkan pada Kecamatan
Mranggen kejadian dismenore sebanyak 374 orang (1,4%) (jurnal Nafiroh, 2010: 1).
Kondisi di indonesia, lebih banyak perempuan yang mengalami dismenore tidak
melaporkan atau berkunjung ke dokter karena merasa malu dan kecendrungan untuk
meremehkan penyakit (Dr.Dito Anurogo, 2011 : 39). Banyak wanita yang mengalami
dismenore di Indonesia menanganinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri
yang beredar di pasaran (Jurnal paramita, 2010 : 1).
Menurut Hacker N dan Moore G (2001), remaja yang mengalami dismenore pada
saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu
baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore. Dismenore yang
dialami saat terjadi menstruasi bisa sangat menyiksa. Kadang-kadang perempuan
membungkukkan tubuh atau merangkak lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri
bahkan ada yang sampai berguling-guling di tempat tidur. Hal ini sangat mengganggu
aktivitas perempuan sehari-hari dan dapat berdampak pada turunnya produktivitas kerja
(jurnal Trisianah, 2011: 2). Kerugian ekonomi di AS dari kasus disminorea diperkirakan
mencapai 600 juta jam kerja dan 2 miliar dollar. Jumlah ini akan terus bertambah setiap
tahun dengan banyak permasalahan psikologis dan kejiwaan yang tidak terselesaikan
secara tuntas (Anurogo, 2011 : 37-38).
Hal ini diperkuat oleh penelitian Sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore
pada remaja putri di Purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari sehingga
menyebabkan absen sekolah ≤ 3 hari / perbulan. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa
hampir 10 persen remaja yang dismenore mengalami absence rate 1-3 hari perbulan atau
ketidak mampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri hebat
(Rusdiana, 2010 :1).
Menurut Nawawi (2006), untuk mengatasi dismenore diperlukan pemahaman
yang benar tentang haid terutama untuk para remaja yang belum mengetahui dan
memahaminya (Jurnal Rusdiana, 2010 :1). Para remaja secara emosional tidak stabil,
apalagi mereka tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses haid, akan
mudah timbul dismenore (Wiknjosastro, 2008: 230). Upaya mengatasi nyeri haid
merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesembuhan dan
pemulihan dari luar sesuai dengan pemahaman dan presepsi terhadap stimulus yang
didapatkan. Pemahaman dan presepsi tersebut di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
sehingga terbentuk prilaku kuratif (Notoatmodjo, 2010 : 139).
Menurut Indriastuti, Kondisi kesehatan saat menstruasi dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan bahwa, seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan
cenderung mengabaikan kesehatan dan pada akhirnya ia akan memiliki tindakan yang
membahayakan bagi dirinya sendiri. Maka seseorang yang memiliki pengetahuan tentang
dismenorea akan memilih perilaku yang tepat untuk mengatasi gangguan menstruasi
berupa dismenorea tersebut (jurnal Paramita, 2010 : 27 ).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengambil laporan studi
kasus mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Nn “R” Dengan Dismenore Primer Di MTSN
Bukittinggi tahun 2013”.

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada klien dengan dismenore
primer di MTSN Bukittinggi.

2. TUJUAN KHUSUS
A. Mampu melakukan pengkajian data pada siswi MTSN tentang pelaksanaan
dismenore primer.
B. Mampu membuat interpretasi data pada siswi MTSN tentang pelaksanaan
dismenore primer.
C. Mampu menentukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada siswi
MTSN tentang pelaksanaan dismenore primer.
D. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah yang membutuhkan tindakan
segera,kolaborasi,dan rujukan pada siswi MTSN tentang pelaksanaan dismenore
primer.
E. Mampu membuat rencana asuhan kebidanan pada siswi MTSN tentang
pelaksanaan dismenore primer.
F. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada siswi MTSN tentang
pelaksanaan dismenore primer.
G. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada siswi
MTSN tentang pelaksanaan dismenore primer.
H. Mampu membuat pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
siswi MTSN tentang pelaksanaan dismenore primer.

C. MANFAAT
1. Bagi Tempat Penelitian
Untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukkan terhadap para guru dalam
membimbing siswinya berkaitan dengan kesehatan reproduksi umumnya dan
khususnya mengenai mengatasi dismenore.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi di perpustakaan dan dapat
dijadikan sebagai data dasar dalam penelitian lebih lanjut.
3. Bagi Penulis
Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dan memperluas
wawasan mengenai dismenore primer.

D. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini penulis batasi hanya tentang dismenore primer.

E. RUANG LINGKUP
Penelitian Laporan Studi kasus ini membahas tentang Asuhan Kebidananan Pada
Nn. “R” dengan Dismenore Primer. Penelitian ini rencana akan dilaksanakan pada
tanggal 23 - 25 bulan juli tahun 2013. Dalam penelitian ini yang menjadi klien adalah
remaja putri di MTSN Bukittinggi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. TEORI MEDIS
1. Pengertian Dismenore
Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala, bukan penyakit.Gejalanya terasa
nyeri di perut bagian bawah. Pada kasus dismenore berat, nyeri terasa sampai
seputaran panggul dan sisi dalam paha. Nyeri terutama pada hari pertama dan kedua
menstruasi. Nyeri akan berkurang setelah keluar darah menstruasi yang cukup banyak
(Manuaba, 2009: 58). Dismenore adalah nyeri haid yang demikian hebatnya sehingga
memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan dan aktifitas
rutinnnya sehari hari selama beberapa jam atau beberapa hari (Anurogo, 2011 : 32).
Dismenore atau nyeri haid adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas
sehari- hari (Proverawati, 2009: 82).

2. Jenis- Jenis Dismenore


1) Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi
dan terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan
(Proverawati, 2009 : 85). Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi bersamaan atau
beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena
siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis
anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sesaat
sebelum haid atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk
beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari
(Rusdiana, 2010 :1). Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada perut
bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa
nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan iritabilitas
(Wiknjosastro, 2008 :229).

2) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan ginekologi
(Proverawati, 2009 : 86). Misalnya endometriosis, radang pelvis, fibroid,
adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis.Terjadi pada wanita yang sebelumnya
tidak mengalami dismenore. Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tapi paling sering muncul di usia 20-30 tahun, setelah tahun- tahun normal
dengan siklus tanpa nyeri, namun disertai penyakit pada pelvis. (Anurogo, 2011 : 48).

3. Gejala Dismenore
1) Dismenore Primer
Menurut Anurogo (2011), gambaran klinik dismenore primer ditemukan
dengan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Rasa tidak enak badan
b. Lelah
c. Mual dan muntah
d. Diare
e. Nyeri punggung bawah
f. Sakit kepala
g. Kadang- kadang disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas, gelisah,
hingga jatuh pingsan
Menurut Ali Badziad (2003), dismenore primer memiliki ciri khas sebagai
berikut:
1) Nyeri sering ditemukan pada usia muda
2) Nyeri sering timbul segera setelah haid mulai teratur
3) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan kadang disertai mual, muntah, diare,
kelelahan dan nyeri kepala
4) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua
haid
5) Jarang ditemukan kelainan genetalia pada pemeriksaan ginekologis
6) Cepat member respon terhadap pengobatan medikamentosa
Nyeri haid dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai hari. Kadang-
kadang gejala dapat lebih lama tapi jarang melebihi 72 jam ( Anurogo, 2011: 58) .

2) Dismenore Sekunder
Menurut Laurel D. Edmundson (2006), dismenorea sekunder memiliki ciri
khas sebagai berikut :
a. Terjadi pada usia sekitar 20- 30 tahun, setelah siklus haid yang relatif tidak nyeri
di masa lalu
b. Infertilitas
c. Darah haid yang banyak atau darah haid yang tidak teratur
d. Rasa nyeri saat berhubungan seks
e. Keluar cairan yang tidak normal dari vagina
f. Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid
g. Nyeri yang tidak berkurang dengan terapi NSAID

4. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi
namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi
menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
a. Dismenore ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksankan
aktifitas sehari-hari.
b. Dismenore sedang
Dismenore ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri dan kondisi
penderita masih dapat beraktivitas
c. Dismenore berat
Dismenore berat membuat klien memerlukan tindakan dokter serta istirahat
beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa
tertekan, mual dan sakit perut (Agustianingsih, 2010: 1).

5. Faktor Penyebab Dismenore


1) Faktor kejiwaan
Menurut Hurlock (2007), dismenore primer banyak dialami oleh remaja
yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan
pertumbuhanpada dirinyatersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya
menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore
(Paramita, 2010 :15).
Menurut Mujadid (2006), pada umumnya gangguan nyeri juga
merupakanpenderitaan batin yang diutarakan dalam suatu jenis penderitaan fisik,
gangguan ini sering disebut gangguan sensorik non-organik. Gangguan sensorik
non-organik berlokasi di organ genetalia.Berdasarkan penjelasan di atas maka
dismenore primer atau nyeri haid juga dapat di masukkan sebagai gangguan
sensorik non organic (Paramita, 2010 :15).
2) Faktor konstitusi
Faktor konstitusi erat hubungannya dengan faktor kejiwaan sebagai
penyebab timbulnya keluhan dismenore primer, karena faktor ini menurunkan
ketahanan seseorang terhadap rasa nyeri. Faktor ini seperti:
a. Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga
menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang. Sebagian besar
penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi
ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh
maupun sel otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk
daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.
b. Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan menyebabkan tubuh
kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang
termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migraine
(Wiknjosastro, 2008 : 230).

3) Faktor obstruksi kanalis servikalis


Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore
primer adalah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis. Akan tetapi hal
ini sekarang tidak dianggap sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita
menderita dismenore hanya karena mengalami stenosis kanalis servikalis tanpa
hiperantefleksi posisi uterus. Sebaliknya terdapat wanita tanpa keluhan dismenore
walaupun ada stenosis kanalis servikalis dan uterus terletak hiperantefleksi
(Wiknjosastro, 2008 : 230).

4) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore
primer karena kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin erat
hubungannya dengan keadaan tersebut. Dari hasil penelitian Novak dan Reinolds,
hormon estrogen merangsang kontraktibilitas sedangkan hormon progesteron
menghambatnya. Penjelasan lain dikemukakan oleh Clitheroe dan Piteles, bahwa
ketika endometrium dalam fase sekresi akan memproduksi hormon prostaglandin
yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika hormon prostaglandin yang
diproduksi banyak dan dilepaskan di peredaran darah, maka selain
mengakibatkan dismenore juga menyebabkan keluhan lain seperti vomitus, nausea
dan diare (Wiknjosastro, 2008 : 230).

5) Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelahmemperhatikan adanya asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migraine, asma bronkhiale. Smith menduga bahwa
sebab alergi ialah toksi haid. Penelitian mmenunjukkan bahwa peningkatan
prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer
(Wiknjosastro, 2008 :230).

6. Upaya Mengatasi Dismenore


Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa dismenore yang timbul
pada remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang
dismenore. Terlebih jika mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak dini.
Mereka yang memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai
permasalahan yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi
menstruasi dan segala hal yang akan dialami oleh remaja putri. Akhirnya kecemasan
melanda mereka dan mengakibatkan penurunan terhadap ambang nyeri yang pada
akhirnya membuat nyeri haid menjadi lebih berat. Menurut Kartono K (2006),
penanganan yang kurang tepat membuat remaja putri selalu mengalaminya setiap
siklus menstruasinya (Paramita, 2010 :15).
Upaya mengatasi disminore merupakan upaya yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh kesembuhan dan pemulihan kesehatannya sehingga terbentuk
prilaku penyembuhan ( health seeking behavior) dalam mengatasinya (Notoatmodjo,
2010 : 138). Prilaku sehat tersebut di pengaruhi oleh faktor yang diantaranya yaitu,
pengetahuan dan sikap. Pengetahuan mengenai nyeri haid ini biasanya tidak
didapatkan oleh remaja dibangku sekolah, melainkan dari teman-teman mereka yang
belum jelas kebenarannya. Sehingga remaja cenderung mendapatkan informasi yang
tidak benar, sedangkan sikap remaja dalam mengatasi nyeri haid, melibatkan pikiran,
perasan, dan perhatian, sehingga remaja tersebut siap atau bersedia untuk bertindak
(Notoatmodjo, 2010 : 90).
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenore sehingga
menurunkan angka kejadian dismenore dan mencegah keadaan dismenore tidak
bertambah berat, diantaranya:
a. Penerangan dan Nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang
tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai carahidup, pekerjaan kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan
salah informasi mengenai haid atau adanya mitos yang perlu dibicarakan.Nasihat-
nasihat mengenai makan sehat, istirahat, yang cukup dan olahraga mungkin
berguna, kadang-kadang di perlukan psikoterapi.
b. Pemberian obat analgesik
Rasa nyeri yang berat memerlukan istirahai ditempat tidur dan kompres
hangat pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang
sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-
obat paten yang beredar dipasaran adalah novalgin, ponstan, acetaminophen, dan
sebagainya.
c. Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal untuk menekan ovulasi. Tindakan inihanya
bersifat sementara untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaanya
tanpa gangguan haid. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis
pil kombinasi kontrasepsi.
d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Terapi ini memegang peranan yang makin penting terhadap dismenore
primer. Termasuk indometasin, ibuprofen, dan naproksen, dan kurang lebih 70 %
penderita dapat disembuhkan. Hendaknya pengobatan di berikan sebelum haid, 1-
3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid
e. Dilatasi kanalis servikalis
Dapat memberikan keringanan karna memudahkan pengeluaran darah haid
dan prostaglandin didalamnya (Wiknjosastro, 2008: 231).

Beberapa cara mengatasi nyeri haid yang dapat dipilih (Anurogo, 2011: 78 )
sebagaiberikut :
1) Kompres panas untuk mengurangi ketegangan otot
2) Pijatan lembut pada daerah yang pegal, sakit atau nyeri
3) Mendengarkan musik, membaca buku atau menonton film juga dapat
membantumengurangi rasa sakit
4) Minum teh hangat dengan aroma terapi seperti melati dan sebagainya.
5) Relaksasi : yoga adalah salah satu teknik relaksasi yang dianjurkan untuk
menghilangkan nyeri haid. Kondisi rileks adalah kondisi dimana otot tidak
tegang, jantung berdenyut lebih lambat, tekanan darah menurun, nafas lebih
mudah, hati akan mengurangi pelepasan gula, natrium dan kalium kembali
seimbang, dan keringat berhenti bercucuran. Dalam kondisi rileks, tubuh juga
menghentikan produksi adrenalin dan hormon seks karna di produksi dalam
bangunan kimiawi yang sama.
6) Hipnoterapi adalah cara ampuh untuk menyembuhkan nyeri haid. Berikut cara
dari hipnoterapi:
Sebelum datang haid, rilekskan tubuh dalam posisi terlentang di tempat tidur
dengan kedua tangan berada disamping tubuh. Bebaskan pikiran dari hal- hal yang
membebani.Dengan mata terpejam, yakinkan dan ikhlaskan diri untuk terbebas
dari rasa sakit nyeri haid.Setelah pikiran benar-benar rileks dan nyaman
instruksikan pada diri sebuah perintah “ haid yang normal dan wajar serta tetap
mudah beraktifitas Ucapkan berulang, pikiran tersebut akanmembentuk pikiran
bawah sadar bahwa datangnya haid tidak perlu dengan rasanyeri atau kesakitan.
7) Akupuntur
8) Refleksologi bekerja berdasarkan anggapan bahwa titik-titik di telapak kaki,
tangan serta kepala berhubungan dengan bagian-bagian tubuh lain diseluruh
tubuh.
9) Istirahat : Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). Posisi tidur yang baik menurut
Profesor Chris Idzikowski, direktur dari Sleep Assessment and Advisory Service
menuturkan ada beberapa posisi tidur yang memberikan kenyamnan yaitu:
a) Posisi tidur yang baik adalah posisi tubuh yang rileks. Posisi tidur yang
nyaman adalah yang meniru posisi janin di dalam rahim, yaitu dengan sedikit
memeluk lutut yang ditekuk mendekati perut.
b) Gunakan bantal yang dapat menopang kepala dan leher dengan baik. Jangan
gunakan bantal yang terlalu tinggi, terlalu padat dan terlalu tipis.
c) Ruagan yang tenang, cahaya yang tidak terang atau redup, suhu yang tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin akan memberikan kenyamanan saat
istirahat (www.turuyuk.wordpress.com).
10) Selama haid jangan melakukan olahraga berat atau bekerja berlebihan sehingga
menyebabkan kelelahan
11) Hindari mengkonsumsi alcohol, rokok, kopi, maupun cokelat karena akan memicu
bertambahnya kadar estrogen
12) Jangan makan segala sesuatu yang dingin secara berlebihan misalnya es krim.
Tidak berupaya dalam mengatasi dismenore dan meminum obat terlarang
tidakboleh dilakukan.

B. TEORI 7 LANGKAH MANAJEMEN VARNEY


1. Manajemen Kebidanan
a.Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam
member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun
pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang
bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung
jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-
temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :

1) Menurut buku 50 tahun IBI, 2007


Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

2) Menurut Depkes RI, 2005

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan


masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.

3) Menurut Helen Varney (1997)

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.

Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih


kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan.
Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah
menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi,
dan melakukan rujukanyang tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu mendeteksi
dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan
kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan
peran dan fungsi dari focus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak
balita bergeser kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis
yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan
ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan suatu
tantangan bagi bidan.
Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan
sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik
bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan
sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada klien
memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan
kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara definitive, asuhan
kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu
atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan
untuk mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia
sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan pendekatan yang disebut
manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan
yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut serta akhirnya
mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan
dalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan
pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah :

1) Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif


dan objektif dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.
2) Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul
(potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
3) Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
4) Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
5) Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan
tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai
bahan tindak lanjut.

Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan tanggung
jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi serta penelitian.
b. Prinsip Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai
menolong kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah
berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan
melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang hamil dan
melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan
pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan
ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin kritis
terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan sudah
selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan
berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah.
Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen
kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.
Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih
kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang
lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial
ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah tertentu dan
mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk
kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7
langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah
yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat
menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga
bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera
dapat dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses
manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada dasar  pemikiran yang sama
dengan proses manajemen menurut Varney.
c. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3) Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Melihat kembali penjelasan di atas maka proses manajemen kebidanan merupakan
langkah sistematis yang merupakan pola piker. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada
klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka
seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik
untuk klien.

Anda mungkin juga menyukai