Asuhan Kebidanan Pada NN."R" Dengan Dismenore Primer Di MTSN Bukit Tinggi Tahun 2021
Asuhan Kebidanan Pada NN."R" Dengan Dismenore Primer Di MTSN Bukit Tinggi Tahun 2021
Disusun oleh :
DIII KEBIDANAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan Reproduksi remaja menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental,
dan social yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Menarche (haid pertama) merupakan salah satu tanda perkembangan seks pada
remaja putri. Selama periode menstruasi terkadang dijumpai adanya gangguan-gangguan
pada masa haid, salah satunya adalah disminore (Wiknjosastro, 2008 : 104).
Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian
wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang
mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidak nyamanan
berupa dismenore (Paramita, 2010 :1) .
Dismenore adalah nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri tersebut
meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha serta nyeri menstruasi
yang memaksa wanita untuk beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan
berkurangnya aktivitas sehari- hari (Proverawati, 2009 : 82).
Presentase dismenore seluruh dunia rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap
dunia mengalaminya, diantaranya 15,8-89,5%, dengan tingkat prevalensi yang lebih
tinggi dilaporkan pada populasi remaja, (Nerdina, 2011 : 1).
Penelitian di Amerika Serikat oleh Klein dan Litt (2005) menyebutkan bahwa
dismenore dialami oleh 30%-50% wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya
kehilangan kesempatan kerja, mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan
keluarga ( jurnal Paramita, 2010 :1). Dalam studi epidemiologi pada populasi remaja
(berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat dilaporkan prevalensi dismenore 59,7 %. Dari
mereka yang mengeluh nyeri, 12 % mengalami nyeri berat, 37 % nyeri sedang dan
49%nyeri ringan (Nerdina, 2011: 1). Selain itu, studi ini juga melaporkan bahwa
dismenore menyebabkan 14 % remaja putri sering tidak masuk sekolah (Anurogo, 2011 :
38).
Begitu pula angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi,dengan angka
kejadian dismenore tipe primer sekitar 54.89% dan sisanya adalah dismenore tipe
Sekunder (Proverawati, 2009 : 86), namun yang berobat ke pelayanan kesehatan
sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% ( jurnal Rusdiana, 2010 : 1).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak tahun 2009. Kejadian
dismenore di Kabupaten Demak sebesar 26797 jiwa (29,8%). Sedangkan pada Kecamatan
Mranggen kejadian dismenore sebanyak 374 orang (1,4%) (jurnal Nafiroh, 2010: 1).
Kondisi di indonesia, lebih banyak perempuan yang mengalami dismenore tidak
melaporkan atau berkunjung ke dokter karena merasa malu dan kecendrungan untuk
meremehkan penyakit (Dr.Dito Anurogo, 2011 : 39). Banyak wanita yang mengalami
dismenore di Indonesia menanganinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri
yang beredar di pasaran (Jurnal paramita, 2010 : 1).
Menurut Hacker N dan Moore G (2001), remaja yang mengalami dismenore pada
saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur kerja dan prestasinya kurang begitu
baik disekolah dibandingkan remaja yang tidak terkena dismenore. Dismenore yang
dialami saat terjadi menstruasi bisa sangat menyiksa. Kadang-kadang perempuan
membungkukkan tubuh atau merangkak lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri
bahkan ada yang sampai berguling-guling di tempat tidur. Hal ini sangat mengganggu
aktivitas perempuan sehari-hari dan dapat berdampak pada turunnya produktivitas kerja
(jurnal Trisianah, 2011: 2). Kerugian ekonomi di AS dari kasus disminorea diperkirakan
mencapai 600 juta jam kerja dan 2 miliar dollar. Jumlah ini akan terus bertambah setiap
tahun dengan banyak permasalahan psikologis dan kejiwaan yang tidak terselesaikan
secara tuntas (Anurogo, 2011 : 37-38).
Hal ini diperkuat oleh penelitian Sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore
pada remaja putri di Purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari sehingga
menyebabkan absen sekolah ≤ 3 hari / perbulan. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa
hampir 10 persen remaja yang dismenore mengalami absence rate 1-3 hari perbulan atau
ketidak mampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri hebat
(Rusdiana, 2010 :1).
Menurut Nawawi (2006), untuk mengatasi dismenore diperlukan pemahaman
yang benar tentang haid terutama untuk para remaja yang belum mengetahui dan
memahaminya (Jurnal Rusdiana, 2010 :1). Para remaja secara emosional tidak stabil,
apalagi mereka tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses haid, akan
mudah timbul dismenore (Wiknjosastro, 2008: 230). Upaya mengatasi nyeri haid
merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesembuhan dan
pemulihan dari luar sesuai dengan pemahaman dan presepsi terhadap stimulus yang
didapatkan. Pemahaman dan presepsi tersebut di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
sehingga terbentuk prilaku kuratif (Notoatmodjo, 2010 : 139).
Menurut Indriastuti, Kondisi kesehatan saat menstruasi dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan bahwa, seseorang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan
cenderung mengabaikan kesehatan dan pada akhirnya ia akan memiliki tindakan yang
membahayakan bagi dirinya sendiri. Maka seseorang yang memiliki pengetahuan tentang
dismenorea akan memilih perilaku yang tepat untuk mengatasi gangguan menstruasi
berupa dismenorea tersebut (jurnal Paramita, 2010 : 27 ).
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk mengambil laporan studi
kasus mengenai “Asuhan Kebidanan Pada Nn “R” Dengan Dismenore Primer Di MTSN
Bukittinggi tahun 2013”.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan pada klien dengan dismenore
primer di MTSN Bukittinggi.
2. TUJUAN KHUSUS
A. Mampu melakukan pengkajian data pada siswi MTSN tentang pelaksanaan
dismenore primer.
B. Mampu membuat interpretasi data pada siswi MTSN tentang pelaksanaan
dismenore primer.
C. Mampu menentukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada siswi
MTSN tentang pelaksanaan dismenore primer.
D. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah yang membutuhkan tindakan
segera,kolaborasi,dan rujukan pada siswi MTSN tentang pelaksanaan dismenore
primer.
E. Mampu membuat rencana asuhan kebidanan pada siswi MTSN tentang
pelaksanaan dismenore primer.
F. Mampu melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada siswi MTSN tentang
pelaksanaan dismenore primer.
G. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada siswi
MTSN tentang pelaksanaan dismenore primer.
H. Mampu membuat pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
siswi MTSN tentang pelaksanaan dismenore primer.
C. MANFAAT
1. Bagi Tempat Penelitian
Untuk dapat dijadikan sebagai bahan masukkan terhadap para guru dalam
membimbing siswinya berkaitan dengan kesehatan reproduksi umumnya dan
khususnya mengenai mengatasi dismenore.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi di perpustakaan dan dapat
dijadikan sebagai data dasar dalam penelitian lebih lanjut.
3. Bagi Penulis
Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dan memperluas
wawasan mengenai dismenore primer.
D. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penelitian ini penulis batasi hanya tentang dismenore primer.
E. RUANG LINGKUP
Penelitian Laporan Studi kasus ini membahas tentang Asuhan Kebidananan Pada
Nn. “R” dengan Dismenore Primer. Penelitian ini rencana akan dilaksanakan pada
tanggal 23 - 25 bulan juli tahun 2013. Dalam penelitian ini yang menjadi klien adalah
remaja putri di MTSN Bukittinggi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. TEORI MEDIS
1. Pengertian Dismenore
Dismenore atau nyeri haid merupakan gejala, bukan penyakit.Gejalanya terasa
nyeri di perut bagian bawah. Pada kasus dismenore berat, nyeri terasa sampai
seputaran panggul dan sisi dalam paha. Nyeri terutama pada hari pertama dan kedua
menstruasi. Nyeri akan berkurang setelah keluar darah menstruasi yang cukup banyak
(Manuaba, 2009: 58). Dismenore adalah nyeri haid yang demikian hebatnya sehingga
memaksa penderita untuk beristirahat dan meninggalkan pekerjaan dan aktifitas
rutinnnya sehari hari selama beberapa jam atau beberapa hari (Anurogo, 2011 : 32).
Dismenore atau nyeri haid adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
beristirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas
sehari- hari (Proverawati, 2009: 82).
2) Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan ginekologi
(Proverawati, 2009 : 86). Misalnya endometriosis, radang pelvis, fibroid,
adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis.Terjadi pada wanita yang sebelumnya
tidak mengalami dismenore. Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid
pertama, tapi paling sering muncul di usia 20-30 tahun, setelah tahun- tahun normal
dengan siklus tanpa nyeri, namun disertai penyakit pada pelvis. (Anurogo, 2011 : 48).
3. Gejala Dismenore
1) Dismenore Primer
Menurut Anurogo (2011), gambaran klinik dismenore primer ditemukan
dengan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Rasa tidak enak badan
b. Lelah
c. Mual dan muntah
d. Diare
e. Nyeri punggung bawah
f. Sakit kepala
g. Kadang- kadang disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas, gelisah,
hingga jatuh pingsan
Menurut Ali Badziad (2003), dismenore primer memiliki ciri khas sebagai
berikut:
1) Nyeri sering ditemukan pada usia muda
2) Nyeri sering timbul segera setelah haid mulai teratur
3) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan kadang disertai mual, muntah, diare,
kelelahan dan nyeri kepala
4) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua
haid
5) Jarang ditemukan kelainan genetalia pada pemeriksaan ginekologis
6) Cepat member respon terhadap pengobatan medikamentosa
Nyeri haid dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai hari. Kadang-
kadang gejala dapat lebih lama tapi jarang melebihi 72 jam ( Anurogo, 2011: 58) .
2) Dismenore Sekunder
Menurut Laurel D. Edmundson (2006), dismenorea sekunder memiliki ciri
khas sebagai berikut :
a. Terjadi pada usia sekitar 20- 30 tahun, setelah siklus haid yang relatif tidak nyeri
di masa lalu
b. Infertilitas
c. Darah haid yang banyak atau darah haid yang tidak teratur
d. Rasa nyeri saat berhubungan seks
e. Keluar cairan yang tidak normal dari vagina
f. Nyeri perut bawah atau pelvis selama waktu selain haid
g. Nyeri yang tidak berkurang dengan terapi NSAID
4. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi
namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi
menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
a. Dismenore ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksankan
aktifitas sehari-hari.
b. Dismenore sedang
Dismenore ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri dan kondisi
penderita masih dapat beraktivitas
c. Dismenore berat
Dismenore berat membuat klien memerlukan tindakan dokter serta istirahat
beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa
tertekan, mual dan sakit perut (Agustianingsih, 2010: 1).
4) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore
primer karena kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin erat
hubungannya dengan keadaan tersebut. Dari hasil penelitian Novak dan Reinolds,
hormon estrogen merangsang kontraktibilitas sedangkan hormon progesteron
menghambatnya. Penjelasan lain dikemukakan oleh Clitheroe dan Piteles, bahwa
ketika endometrium dalam fase sekresi akan memproduksi hormon prostaglandin
yang menyebabkan kontraksi otot polos. Jika hormon prostaglandin yang
diproduksi banyak dan dilepaskan di peredaran darah, maka selain
mengakibatkan dismenore juga menyebabkan keluhan lain seperti vomitus, nausea
dan diare (Wiknjosastro, 2008 : 230).
5) Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelahmemperhatikan adanya asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migraine, asma bronkhiale. Smith menduga bahwa
sebab alergi ialah toksi haid. Penelitian mmenunjukkan bahwa peningkatan
prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer
(Wiknjosastro, 2008 :230).
Beberapa cara mengatasi nyeri haid yang dapat dipilih (Anurogo, 2011: 78 )
sebagaiberikut :
1) Kompres panas untuk mengurangi ketegangan otot
2) Pijatan lembut pada daerah yang pegal, sakit atau nyeri
3) Mendengarkan musik, membaca buku atau menonton film juga dapat
membantumengurangi rasa sakit
4) Minum teh hangat dengan aroma terapi seperti melati dan sebagainya.
5) Relaksasi : yoga adalah salah satu teknik relaksasi yang dianjurkan untuk
menghilangkan nyeri haid. Kondisi rileks adalah kondisi dimana otot tidak
tegang, jantung berdenyut lebih lambat, tekanan darah menurun, nafas lebih
mudah, hati akan mengurangi pelepasan gula, natrium dan kalium kembali
seimbang, dan keringat berhenti bercucuran. Dalam kondisi rileks, tubuh juga
menghentikan produksi adrenalin dan hormon seks karna di produksi dalam
bangunan kimiawi yang sama.
6) Hipnoterapi adalah cara ampuh untuk menyembuhkan nyeri haid. Berikut cara
dari hipnoterapi:
Sebelum datang haid, rilekskan tubuh dalam posisi terlentang di tempat tidur
dengan kedua tangan berada disamping tubuh. Bebaskan pikiran dari hal- hal yang
membebani.Dengan mata terpejam, yakinkan dan ikhlaskan diri untuk terbebas
dari rasa sakit nyeri haid.Setelah pikiran benar-benar rileks dan nyaman
instruksikan pada diri sebuah perintah “ haid yang normal dan wajar serta tetap
mudah beraktifitas Ucapkan berulang, pikiran tersebut akanmembentuk pikiran
bawah sadar bahwa datangnya haid tidak perlu dengan rasanyeri atau kesakitan.
7) Akupuntur
8) Refleksologi bekerja berdasarkan anggapan bahwa titik-titik di telapak kaki,
tangan serta kepala berhubungan dengan bagian-bagian tubuh lain diseluruh
tubuh.
9) Istirahat : Istirahat merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). Posisi tidur yang baik menurut
Profesor Chris Idzikowski, direktur dari Sleep Assessment and Advisory Service
menuturkan ada beberapa posisi tidur yang memberikan kenyamnan yaitu:
a) Posisi tidur yang baik adalah posisi tubuh yang rileks. Posisi tidur yang
nyaman adalah yang meniru posisi janin di dalam rahim, yaitu dengan sedikit
memeluk lutut yang ditekuk mendekati perut.
b) Gunakan bantal yang dapat menopang kepala dan leher dengan baik. Jangan
gunakan bantal yang terlalu tinggi, terlalu padat dan terlalu tipis.
c) Ruagan yang tenang, cahaya yang tidak terang atau redup, suhu yang tidak
terlalu panas dan tidak terlalu dingin akan memberikan kenyamanan saat
istirahat (www.turuyuk.wordpress.com).
10) Selama haid jangan melakukan olahraga berat atau bekerja berlebihan sehingga
menyebabkan kelelahan
11) Hindari mengkonsumsi alcohol, rokok, kopi, maupun cokelat karena akan memicu
bertambahnya kadar estrogen
12) Jangan makan segala sesuatu yang dingin secara berlebihan misalnya es krim.
Tidak berupaya dalam mengatasi dismenore dan meminum obat terlarang
tidakboleh dilakukan.
Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan tanggung
jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi serta penelitian.
b. Prinsip Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai
menolong kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah
berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan
melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang hamil dan
melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan
pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan
ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin kritis
terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan sudah
selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan
berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah.
Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen
kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.
Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih
kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang
lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial
ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah tertentu dan
mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk
kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7
langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah
yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat
menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga
bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera
dapat dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses
manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada dasar pemikiran yang sama
dengan proses manajemen menurut Varney.
c. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan
1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3) Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Melihat kembali penjelasan di atas maka proses manajemen kebidanan merupakan
langkah sistematis yang merupakan pola piker. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada
klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka
seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik
untuk klien.