Anda di halaman 1dari 11

1

BAB 1
Dasar Teori Tes Kepribadian

Tes kepribadian berfungsi untuk mengukur trait kepribadian, motivasi


dinamis, symptom gangguan stress, kekuatan pribadi, dan karakteristik sikap
(Gregory,2011). Kepribadian merupakan pemaknaan dari ekspresi yang
dihasilkan dari perilaku atau ekspresi orang lain. Teori kepribadian mendasari
perkembangan pembuatan alat ukur untuk tes kepribadian seperti tes Rorschach,
yang berdasar pada teori psikoanalitik.

1.1 Teori Psikoanalitik


Freud membagi pikiran menjadi 3 struktur yaitu id, ego, dan superego. Id
terletak pada ketidaksadaran. Menurut Freud, kerja jiwa dilandasi oleh
ketidaksadaran. Tujuan yang ingin dicapai id yaitu untuk memperoleh
kepuasan tanpa memperhatikan baik buruknya suatu hal. Ego berfungsi untuk
melakukan perwujudan dari keinginan yang dihasilkan oleh id. Ego
melakukan pemuasan dengan memperhatikan realistik dan keamanan secara
sadar. Sehingga ego memenuhi prinsip realitas. Superego berfungsi untuk
membatasi tindakan ego dengan norma-norma yang ada. Apabila ego tidak
mematuhi superego maka akan muncul rasa bersalah.
Mekanisme pertahanan juga ikut dalam asesmen kepribadian. Jenis-jenis
mekanisme pertahanan yang diukur yaitu psikotik, immature, neurotic, dan
mature. Mekanisme pertahanan merupakan tolak ukur yang baik dalam
asesmen kepribadian. Akan tetapi, pengukuran melaui mekanisme pertahanan
ini memiliki kekuarangan yaitu perlunya pelatihan khusus untuk tester dalam
memahami macam-macam mekanisme pertahanan yang terjadi. Banyaknya
waktu yang digunakan untuk asesmen ini juga dianggap sebagai kekurangan.

1.2 Teori Tipe Kepribadian


Teori kepribadian awalnya dikelompokkan menjadi beberapa tipe yang
berbeda. Tokoh pertama yang mengelompokkan berdasarkan tipe-tipe yaitu
Hippocrates. Hipppocrates membuat satu teori dengan empat kepribadian.
2

Akan tetapi, teori tersebut dianggap sangat sederhana. Kemudian terdapat


teori baru yang dikemukakan oleh Sheldon dan Stevens. Mereka mengajukan
tipe kepribadian berdasarkan bentuk tubuh dan tempramen (Gregory, 2011).
Akan tetapi, pada zaman modern penggunaan teori tipe kepribadian sudah
berkurang.

1.3 Teori Fenomenologis


Teori fenomenologis menekankan pada satu subjek tertentu sebagai
pelaku. Tokoh yang berpengaruh pada teori ini yaitu Carl Rogers. Ia
mencetuskan teori diri untuk mempelajari kepribadian. Dari teori diri, ia
mencetuskan teknik Q yang digunakan untuk melihat perubahan konsep dirir
dalam diri seseorang.

1.4 Teori Perilaku dan Pembelajaran Sosial


Para ahli dalam teori ini berpendapat bahwa kepribadian diperoleh dari
perilaku sesorang saat belajar dan saat berinteraksi dengan orang lain.
Sehingga pembelajaran sosial dilakukan dengan belajar yang tidak selalu
berhubungan dengan stimulus dan respons. Akan tetapi, belajar utuk mentaati
peraturan sosial yang ada di lingkungan juga merupakan proses belajar. Pada
kenyataanya proses pembelajaran sosial terjadi karena adanya keyakinan.
Sehingga apapun yang dilakukan adalah hal yang dikehendaki.

1.5 Konsepsi Trait Keprbadian


Trait merupakan aspek yang digunakan untuk membedakan satu individu
dengan individu lainnya. Trait sering digunakan dalam pendekatan teori
kepribadian seperti faktor analisis Cattel, teori trait dimensional Eysenck, dan
model kepribadian Big Five. Pada faktor analisis Cattel trait yang digunakan
yaitu yang paling dasar. Pada teori trait dimensional Eysenck menggunakan
empat tipe kepribadian yang diperbaharui menggunakan analisis faktor.
Sedangkan dalam model kepribadian Big Five, kepribadian dikelompokkan
menjadi 5 bagian besar yaitu Neurotisisme, Ekstraversi, Keterbukaan pada
Pengalaman, Mudah Setuju, dan Ketelitian.
3

BAB 2
Tujuan dan Ranah Penggunaan Tes Kepribadian

Sejak lahirnya ilmu Psikologi pada akhir abad ke 18, kepribadian selalu
menjadi bahasan yang sangat penting, karena Psikologi berfungsi untuk
memahami manusia seutuhnya yang hanya dapat dilakukan memlalui pemahaman
tentang kepribadian. Meskipun banyak para psikolog yang lebih menyukai istilah
“kepribadian” dalam arti luas untuk menyebut individu seutuhnya akan tetapi
unutk penggunaan istilah dalah tes psikologis menggunakan “tes kepribadian” dan
paling sering mengacu pada pengukuran karakteristik seperti keadaan emosi,
motivasi, minat, sikap dan hubungan antar pribadi. Kepribadian sendiri adalah
ranah kajian psikologi yakni memahami tingkah laku, fikiran, perasaan dan
kegiatan manusia. Kepribadian juga bagian dari jiwa yang membangun
keberadaan manusia menjadi satu kesatuan atau tidak terpecah-belah. Memahami
kepribadian berarti memahami diri, aku dan self atau memahami manusia
seutuhnya. kepribadian digunakan untuk memaknai perilaku dan perasaan-
perasaan yang di ekspresikan orang lain. Serta konsep tentang kepribadian
seseorang digunakan untuk membedakan perilaku seseorang dan untuk
memahami konsistensi perilaku setiap individu itu sendiri. Masing-masing pakar
kepribadian juga memuat definisi sendiri dan fokus pada analisis sendiri-sendiri
dari teori yang mereka kembangkan. Psikolog juga berupaya untuk mengukur
kepribadian itu sendiri. Dengan ratusan tes kepribadian yang di gunakan untuk
tujuan tersebut.
Pada perang dunia I tes kepribadian digunakan sebagai pengidentifikasi
orang-orang yang terganggu pada dinas kemiliteran sedangkan untuk era modern
seperti ini tes kepribadian tidak hanya digunakan dalam kemiliteran saja akan
tetapi digunakan lebih luas lagi terlebih dalam bidang pekerjaan seperti seleksi
pekerjaan untuk memilih karyawan, praktisi HRD, recruitment officer, dan masih
banyak lagi mengingat orang yang lebih mengerti tentang tes-tes Psikologi adalah
seorang Psikolog atau lulusan Psikologi maka peluang untuk bekerja di bidang-
bidang seperti ini lebih mudah. Serta hampir semua pekerjaan membutuhkan tes-
tes Psikologi terlebih tes kepribadian.
4

BAB 3
Jenis–Jenis Tes Kepribadian

Tes kepribadian dilakukan untuk mengungkapkan kepribadian tiap-tiap


individu melalui konsistensi cara mereka menanggapi suatu persoalan yang sama
(Gregory,2011). Aspek-aspek yang dijadikan tolok ukur dalam tes kepribadian
dapat berupa keadaan emosi, relasi seseorang terhadap sesama, motivasi, minat
maupun sikap suatu individu. Terdapat ratusan tes kepribadian namun sebagian
besar tes tersebut menggunakan dua teknik pendekatan yaitu inventori dan
proyektif (Anastasi,2007).

3.1 Tes Kepribadian yang Menggunakan Teknik Inventori


Tes inventory adalah tes-tes yang terutama menggunakan papper
and pencil test. Merupakan self report questionnaire, untuk menentukan
karakteristik-karakteristik, kepribadian, minat (Interest) , sikap-sikap
(attitude), nilai-nilai (value). Macam-macam tes inventory :
1. MMPI (Minnesota Personality Inventory)
MMPI  telah direvisi dan disusun ulang menjadi dua versi yang
berbeda, MMPI-2 (Butcher, Dahlstrom, Graham, Tellegen, dan Kaemmer,
1989) Butir-butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan afirmatif yang
ditanggapi peserta tes “Benar” atau “Salah”. dan MMPI-Adolescent
(MMPI-A – Buchler et al., 1992) bentuk baru yang dikembangkan secara
spesifik untuk digunakan pada remaja.  MMPI-A memuat hampir semua
segi, mencakup 13 skala dasar namun dilakukan pengurangan panjang
keseluruhan inventori menjadi hanya 478 butir soal, dimasukkan butir-
butir soal yang relevan dengan remaja, seperti masalah sekolah dan
keluarga, dan di atas segala-galanya persyaratan norma kecocokan usia.
Dalam perkembangannya maju sejalan dengan MMPI-2 dan MMPI-A,
sebagaimana dengan kebanyakan rangkaian tes lainnya, komputerisasi
prosedur untuk administrasi, penentuan skor dan interpretasi inventori
serta pengembangan penerjemahan instrumen ke dalam berbagai bahasa.
(Roper, Ben-Porath dan Butcher, 1991, 1995).
5

2. CPI (California Psychologycal Inventory)


CPI dikembangkan secara khusus pada populasi orang dewasa.
Dalam revisi terakhir CPI terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab
“Benar” atau “Salah” dan menghasilkan skor pada 20 skala (Gough dan
Bradly, 1996). CPI pada awal diterbitkan tahun 1956.
3. PIC (Personality Inventory for Children)
PIC dirancang untuk anak dan remaja usia 3 sampai 16 tahun. PIC
awalnya terdiri dari 600 butir soal, yang dikelompokkan ke dalam tiga
skala validitas (skala kebohongan, skala frekuensi dan skala sikap
defensif), sebuah skala penyaringan umum dan 12 skala klinis. PIC
direvisi menjadi PIC-R dan jumlah butir soalnya dikurangi dari 600 butir
soal menjadi 420. PIC-R bukanlah laporan inventori diri melainkan
inventori perilaku teramati. (hasil pelaporan orang tua). 

4. MCMI (Million Clinical Multiaxial Inventory)


Dikembangkan menjadi 2. Salah satunya adalah Million
Adolescent Clinical Inventory (MACI-Million, Million dan Davis, 1993)
digunakan untuk anak usia 13 dan 19 tahun dalam lingkup klinis.
Sedangkan Million Indenx of Personality Styles (MIPS-Million, 1994)
untuk orang dewasa.
5. 16 PF (Sixteen Personality Factor Questionnaire)
Disusun oleh Cattell dan rekan-rekan kerjanya yang sekarang
sudah memasuki edisi kelima (1993). Pertama kali diterbitkan tahun 1949.
16 PF dirancang untuk umur 16 tahun ke atas dan menghasilkan 16 skor
dalam ciri-ciri, seperti keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stabilitas
emosional, dan kesadaran peraturan.
6. EPPS (Edward Personal Preference Schedule)
Dikemukakan oleh Murray dan rekan-rekannya di Harvard
Psychological Clinic (Murray, et.al., 1938) Yang akhirnya dibuatlah
Edward Personal Preference Schedule (EPPS-Edward, 1959). Dimulai dari
15 kebutuhan yang berasal dari daftar Murray. Inventori ini terdiri atas 210
pasang pernyataan dimana butir soal dari 12 skala lainnya. Aspek need
6

yang diungkap, diantaranya kemampuan untuk berprestasi, kemampuan


menyesuaikan diri, kemampuan menunaikan tugas, kebutuhan untuk
menunjukan diri, kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan untuk berempati,
kebutuhan perhatian terhadap sesama, kebutuhan akan hubungan sosial,
keinginan untuk memimpin, keinginan untuk kompromi, kebutuhan
memberikan perhatian, kebutuhan akan stimulasi dari luar, kemampuan
mengahadapi berbagai rintangan, kebutuhan memberikan perhatian dari
lawan jenis, kebutuhan untuk bertentangan dengan orang lain. Cukup
banyak sekali aspek yang diungkap EPPS, namun pada dasarnya tes ini
akan dikelompokan menjadi tiga aspek, yaitu sikap kerja, aspek sosial, dan
aspek emosi.
7. PRF (Personality Research Form)
PRF mencontoh pendekatan Douglas N Jackson terhadap
pengembangan tes kepribadian. Tersedia dalam lima pilihan berbeda,
termasuk dua rangkaian form paralel (A,B dan AA, BB) dari 300 dan 400
butir soal.
8. Jackson Personality Inventory sebagainnya.
Jackson Personality Inventory Revised (JPI-R) dikembangkan
setelah PRF melalui prosedur penyusunan skala yang sama dengan PRF
namun lebih sempurna (Jackson, 1976, 1994) Jackson menggunakan
standar ketat yang sama pada penyusunan Basic Personality Inventory
(BPI-Jackson, 1989). BPI sudah tampak menjanjikan untuk digunakan
secara klinis pada bidang kenakalan remaja (Holden & Jackson, 1992).

3.2 Tes Kepribadian yang Menggunakan Teknik Proyektif


Istilah proyeksi mulai digunakan oleh Frank (1939,1948) untuk
mengelompokkan kategori tes yang digunakan untuk mempelajari
kepribadian berdasarkan stimulus yang tak terstruktur. Melalui teknik
proyeksi, tester berusaha mengetahui hal-hal yang tidak dapat diungkapkan
testee secara sadar (Gregory,2011).
Berdasarkan respon-respon yang dibutuhkan, Lindzey dalam Gregory
(2011) membagi teknik proyektif menjadi beberapa jenis yaitu
7

a. Asosiasi bercak tinta atau kata


Rorschach adalah tes yang dikembangkan oleh Hermann Rorschach
(1921), menggunakan kartu-kartu dengan gambar bercak tinta untuk
mengetahui pemikiran seseorang terhadap suatu bercak sebagai sampel
perilaku seseorang saat ia menghadapi suatu permasalahan.
Word Association Test (WAT) yaitu tes yang ditemukan oleh F. Galton
dan digunakan oleh Carl Gustav Jung pada 1903 untuk melakukan
eksperimen dalam mengungkap kepribadian seseorang dengan melalui hal
yang pertama kali ia pikirkan saat mendengar sebuah kata (Hall &
Lindzey, 1993)
b. Penyusunan (konstruksi) cerita atau rangkaian peristiwa.
Thematic Apperception Test (TAT) diciptakan oleh Henry Muray
berdasarkan teori kepribadiannya. Tes ini dilakukan dengan memberikan
20 buah kartu kepada testee, lalu testee menyusun kartu-kartu tersebut dan
menceritakan peristiwa yang ia gambarkan melalui susunan kartu tersebut
(Gregory, 2011). Namun, beberapa orang menilai bahwa sebagian besar
gambar TAT menampilkan gambar orang-orang berwajah muram sehingga
cenderung menimbulkan cerita-cerita yang negatif. Sehingga dirancang
instrumen-instrumen baru yang lebih baik dari TAT yaitu The Picture
Projective Test (PPT) dan Children’s Apperception Test (CAT)
c. Penyelesaian kata-kata atau cerita
Sacks Sentence Completion Test (SSCT) dikembangkan oleh M. Sacks
dan Sidney Levi yang berasumsi bahwa kalimat-kalimat yang belum
lengkap dapat digunakan untuk memproyeksikan keadaan psikologisnya
sesuai dengan kaitannya dengan isi kalimat. Kalimat-kalimat yang
disajikan dalam tes ini meliputi empat area yaitu keluarga, seks, hubungan
antar sesama dan konsep diri (Binus,2008)
d. Penataan atau pemilihan gambar atau kata-kata
Szondi Test yang dibuat oleh Léopold Szondi mengelompokkan
kepribadian menjadi homoseksual, sadis, epilepsi, histeris, katatonik,
paranoid, depresif dan maniak. Tes ini dilakukan dengan memberikan
enam set yang tiap setnya terdiri atas delapan gambar, lalu testee akan
8

memilih dua gambar dari tiap set yang dianggapnya paling menarik. Dari
gambar pilihan inilah kepribadian testee dapat diungkap oleh tester
(Johnston,2012)
e. Pengekspresian gambar atau kata
Draw A Person Test (DAP) tes ini merupakan hasil adaptasi dari tes
intelegensi Goodenough (1926). Tes ini dilakukan dengan memberikan
kertas, pensil dan penghapus kepada testee untuk menggambar wujud dari
seorang manusia, lalu setelah gambar tersebut selesai digambar testee
harus menggambar seorang manusia lagi dengan jenis kelamin yang
berbeda. Interpretasi dari tes ini dilakukan dengan cara klinis-intuitif
berdasarkan beberapa hipotesis psikodinamik yang tentatif (Gregory,2011)
9

BAB 4
Evaluasi

Infentory self-report berbasis teori dirancang berdasarkan teori-teori


kepribadian yang eksplisit. Contoh yang ideal adalah Jackson’s Personality
Research Form (PRF), yang di dasarkan pada sistem kebutuhan murray.
Jenkins Activity Survey (JAS) adalah kuesioner pilihan berganda dengan
jumlah soal sebanyak 52, yang dirancang untuk mengidentifikasikan pola perilaku
tipe A yang rentan serangan jantung.
Eysenck Personality Questionnaire (EPQ) mengajukan tiga dimensi utama
kepribadian yang diperoleh secara faktor analisis: Psychoticism, Extraversion, dan
Neouroticism.
Comrey Personality S cales merupakan instrumen self-report singkat yang
cocok di terapkan bagi mahasiswa. Depalan skala CPS masing-masing memuat 20
soal dan bersih dari overlap antar soal.
MMPI-2 terdiri dari 567 petanyaan benar salah. Tdes tersebut diberi skor
dalam empat skala validitas yang secara berurutan mengakses pertanyaan yang
tidak dijawab, sikap bertahan yang naif, respons yang menyimpang, dan sikap
bertahan yang tersamar.
Millon Clinical Multiaxial Inventory yang sekarang telah diterbitkan edisi
ketiganya merupakan tes singkat yang dirancang untuk membantu diagnosis
psikiatri. Dikelompokkan menjadi empat kategori yang relevan dengan DSM-IV.
Personality Inventory for Children, yang dirancang untuk memberikan
deskipsi klinis mengenai perilaku anak dan karakteristik keluarga, terdiri dari 275
pertanyaan benar salah yang di jawab oleh orang tua atau wali.
Asesmen perilaku berfokus pada perilaku itu sendiri alih-alih pada trait-
trait yang di asumsikan melandasi perilaku, penyebab hipotesis, atau dimensi-
dimensi kepribadian yang sifatnya hipotesis. Asesmen perilaku umumnya
merupakan bagian tak terpiusah dari terapi perilaku, yang dirancang untuk
mengubah durasi, frekuensi, atau intensitas perilaku sasaran yang ciri-cirinya telah
di definisikan dengan cermat.
10

Salah satu pendekatan asesmen yang bermanfaat dalam metode


berdasarkan dari terapi perilaku adalah behavioral avoidance test (BAT), dimana
terapis mendokumentasikan seberapa lama klien mampu mentoleransi stimulus
yang menimbulkan kecemasan.
Dalam terapi perilaku kognitif terapis berupaya mengubah struktur
keyakinan klien. Sebagai contoh, meichebaum mengajari klien untuk
menggunakan koping berupa pertanyaan yang diucapkan ke diri sendiri untuk
menghadapi situasi yang sarat stressor.
Lewinsohn dan rekan-rekannya telah mempublikasikan Pleasants Events
Schaedule untuk keperluan terhadap frekuensi dan jenjang kemenarikan 320
perilaku-perilaku biasa, yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Asesmen via observasi langsung dan sistematik sering kali ditetapkan bagi
anak-anak dalam ranah sekolah; tujuannya untuk mendokumentasikan frekuensi
dan durasi masalah perilaku yang spesifik.
Dalam asesmen perilaku analog, para klien di observasi di lingkungan
yang telah di persiapkan sebelumnya; para klien juga di instruksikan
melaksanakan tugas-tugas yang dirancang untuk memunculkan oerilaku yang
menjadi minat peneliti. Sebagai contoh, sepasang suami istri mungkin diminta
mendiskusikan suatu topik yang rentan konflik sementara peneliti mengobservasi
dinamika interaksi keduanya dan memberi nilai dimensi-dimensi yang relevan
menggunakan instrumen seperti Rapid Couples Interaction Scoring System
(RCISS).
11

Daftar Pustaka

Adiputra, Sofwan. 2011. Macam-Macam Tes Inventori Kepribadian.


https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:E_dtAgZj7KYJ:https://bkpemula.wordpress.com/2011/12/19/maca
m-macam-tes-inventori-kepribadian/+&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Anastasi, Anne & Urbina, Susana. 2007. Tes Psikologi Edisi Ketujuh. Jakarta: PT
Indeks.
Gregory, Robert J. 2011. Tes Psikologi, Sejarah, Prinsip dan Aplikasi Edisi
Keenam Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
İSTİFÇİ, İlknur. 2010. Playing With Words: A Study On Word Association
Responses Kelimelerle Oynama: Kelimeler Arasi Çağrişim Kurma Üzerine
Bir Çalişma. Uluslararası Sosyal Araştırmalar Dergisi The Journal of
InternationalSocialResearch(3).http://www.sosyalarastirmalar.com/cilt3/sayi
10pdf/istifci_ilknur.pdf
Johnston, Arthur C. 2012. Szondi Test and Its Interpretation.
https://ocasjf.files.wordpress.com/2017/06/the-szondi-test-2012.pdf
S. Hall, Calvin & Lindzey, Gardner. Psikologi Kepribadian 1 Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis). Supratikya (Ed.). Yogyakarta: Kansius.
Universitas Bina Nusantara. 2008. Inventory 2 Pertemuan 7. Jakarta: Bina
Nusantara

Anda mungkin juga menyukai