Anda di halaman 1dari 9

SKENARIO 5 : AKIBAT HOBI CITO

Cito seorang laki-laki 21 tahun memiliki hobi olahraga badminton, dan sekarang Cito sedang
bedrest di rumah sakit karena dokter puskesmas merujuk dengan diagnosis trauma tumpul pada mata
kanan. Dokter mengatakan bahwa Cito akan dirawat dan diberikan medikamentosa secara oral dan
topikal agar terjadi penyerapan darah yang ada di Camera Oculi Anterior (COA) sehingga diharapkan
visusnya akan bisa membaik. Dokter juga menemukan adanya benda asing yang menempel di
konjungtiva mata Cito yang masih bisa diangkat dengan kapas dan terdapat laserasi di kelopak mata.
Cito bersyukur karena dari keterangan dokter, kornea matanya tidak ada erosi atau edema akibat
trauma itu. Namun, dokter menyampaikan bahwa ada kemungkinan terjadi kekeruhan atau
pergeseran lensa nantinya pada mata Cito.
Cito bertanya kepada dokter apakah nanti matanya bisa menonjol seperti adik temannya yang
berumur 17 tahun. Pada awalnya satu mata adik temannya tersebut merah, tapi akhirnya menonjol
dan dilakukan operasi. Saat ini ia juga sedang dalam pengobatan di RS karena sering mengeluhkan
pusing, pernah muntah dan mata sebelahnya mulai terasa kabur, dia juga menceritakan ada pasien di
RS yang awalnya mengeluh mata kabur saja tapi akhirnya di anjurkan dokter untuk dilakukan
pemeriksaan CT-scan kepala.
Dapatkah Anda menjelaskan apa yang terjadi pada mata Cito dan mata adik teman Cito?

STEP 1
1. Bedrest
2. Trauma tumpul
3. Medikamentosa topikal
4. Camera oculi anterior
5. Visus
6. Laserasi r
7. Erosi
8. Edema
9. Pergeseran lensa
10. CT scan kepala
Step 2
STEP 2
1. Bagaimana definisi dari trauma tumpul pada mata?
2. Bagaimana bisa terjadi trauma tumpul pada mata?
3. Bagaimana angka kejadian dari trauma tumpul pada mata?
4. Kenapa cito di diagnosis trauma tumpul pada mata?
5. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan terhadap cito sebelum dan setelah dirujuk?
6. Kenapa cito harus dirujuk ke rumah sakit? Apa indikasi rujukannya?
7. Kenapa cito harus bedrest?
8. Tatalaksana apa yang diberikan untuk trauma tumpul pada mata?
9. Obat apa yang membantu penyerapan darah pada COA?
10. Apa gejala klinis dari trauma tumpul pada mata?
11. Apa yang terjadi jika benda asing menempel di konjungtiva?
12. Kenapa bisa terjadi laserasi pada kelopak mata?
13. Kenapa bisa terjadi erosi dan edema pada mata akibat trauma tumpul?
14. Bagaimana prognosis pada trauma tumpul pada mata?
15. Apa saja komplikasi dari trauma tumpul pada mata?
16. Kenapa bisa ada kemungkinan terjadi kekeruhan atau pergeseran lensa pada mata cito?
17. Kenapa bisa terjadi mata menonjol?
18. Apakah ada hubungan terjadinya mata menonjol dan trauma pada mata?
19. Bagaimana perjalanan penyakit dari mata merah sehingga menjadi menonjol?
20. Apa indikasi dilakukan operasi pada mata menonjol?
21. Bagaimana bisa terjadi pusing, muntah, dan mata mulai terasa kabur?
22. Apa indikasi dilakukan pemeriksaan CT scan kepala?
23. Bagaimanakah hubungan antara mata kabur dengan keluhan pada kepala seperti pusing?
24. Bagaimana perbedaan hifema dan tumor/benda asing pada mata?
1. bagaimana definisi dari trauma tumpul pada mata?
Pada mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut: - Trauma tumpul - Trauma tembus
bola mata - Trauma kimia - Trauma radiasi Trauma pada mata dapat mengenai jaringan dibawah ini
secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan
mata : kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.
h trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi
kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya

2. Apa saja yang dapat menyebabkan trauma tumpul pada mata?

Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda. Dewasa
muda terutama pria merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami trauma mata. Trauma
mata yang berat dapat menyebabkan cedera pada palpebrae, bola mata, dan jaringan lunak orbita.
Trauma yang paling sering terjadi adalah trauma mekanis, yaitu trauma yang dibedakan atas trauma
mata tumpul dan trauma tembus mata

Kemajuan teknologi dan bertambahnya kawasan industri meningkatkan kecelakaan akibat pekerjaan,
kecelakaan akibat kepadatan lalu lintas, serta perkelahian yang semuanya dapat merugikan mata
juga. Pada anak-anak mainan seperti ketapel, senapan angin, tusukan dari gagang mainan yang lain
juga sering menyebabkan trauma pada mata

Penyebab terjadinya trauma okular pada populasi anak berbeda dengan pada orang dewasa. Trauma
okular yang terjadi pada anak yang lebih kecil biasanya disebabkan saat bermain dengan anak yang
lain. Sedangkan pada anak yang lebih tua dan remaja banyak disebabkan oleh kegiatan olah raga.25
Penyebab lain trauma okular termasuk peluru senjata mainan, tongkat, dan benturan dengan benda
tetap.2

3. Bagaimana bisa terjadi trauma tumpul pada mata?

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras tumpul atau benda yang tidak keras
yang tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat
-hematoma palpebra :
Hematoma palpebra merupakan kelainan yang disebabkan pecahnya pembuluh darah sehingga
terjadi pembengkakan atau penimbunan darah dibawah kulit kelopak.14 Hematoma kelopak
merupakan kelainan yang disebabkan trauma tumpul pada kelopak, salah satu contohnya adalah
pukulan tinju yang mengenai kelopak mata. Keadaan ini memberikan bentuk yang menakutkan pada
pasien, dapat menjadi tidak berbahaya maupun sangat berbahaya disebabkan keras atau tidaknya
trauma yang terjadi.
D. Hematoma subkonjungtiva Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya
pembuluh darah ini bisa akibat dari batuk rejan, trauma tumpul basis kranii (hematoma kaca mata)
atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah. Pembulu darah akan rentan dan mudah
pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis, dan anemia. Bila perdarahan ini
terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak terdapat robekan dibawah jaringan
konjungtiva atau sklera

4. Bagaimana angka kejadian dari trauma tumpul pada mata?


Usia yang paling sering mengalami trauma mata 19 – 39 tahun dan laki – laki lebih sering
dibandingkan perempuan. 2 Prevalensi trauma mata dan kebutaan akibat trauma secara nasional
belum diketahui secara pasti, akan tetapi pada Survey Indera Penglihatan dan Pendengaran pada
tahun 1993 – 1996, trauma mata dimasukkan dalam kelompok penyebab kebutaan lain – lain dan
didapatkan prevalensinya sekitar 0,15 % dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%. 5
Trauma mata pada anak juga sering terjadi, dan pada umumnya menyebabkan gangguan pada
penglihatan pada anak. Secara global, lebih dari setengah juta kebutaan terjadi setiap tahunnya yang
disebabkan trauma mata. 6

5. Kenapa cito di diagnosis trauma tumpul pada mata?

6. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan terhadap cito?


Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektif maupun obyektif.
A. Pemeriksaan Subyektif Pada setiap kasus trauma, kita harus memeriksa tajam penglihatan karena
hal ini berkaitan dengan pembuatan visum et repertum. Pada penderita yang ketajaman
penglihatannya menurun, dilakukan pemeriksaan refraksi untuk mengetahui bahwa penurunan
penglihatan mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan refraksi yang sudah ada
sebelum trauma.
B. Pemeriksaan Obyektif Pada saat penderita masuk ruang pemeriksaan, sudah dapat diketahui
adanya kelainan di sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata, pembengkakan di dahi, di
pipi, hidung dan lain-lainnya. Pemeriksaan mata perlu dilakukan secara sistematik dan cermat. Yang
diperiksa pada kasus trauma mata ialah :
• Keadaan kelopak mata
• Kornea
• Bilik mata depan
• Pupil
• Lensa dan fundus
• Gerakkan bola mata
• Tekanan bola mata.
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentolop loupe, slit lamp dan oftalmoskop.

2. Kenapa cito harus dirujuk ke rumah sakit? Apa indikasi rujukannya?

3. Kenapa cito harus bedrest?


4. Tatalaksana apa yang diberikan untuk trauma tumpul pada mata?
5. Obat apa yang membantu penyerapan darah pada COA?
6. Apa gejala klinis dari trauma tumpul pada mata?
(indiikasi)

7. Apa yang terjadi jika benda asing menempel di konjungtiva?

Bulu mata, debu, serpihan kayu, dan partikal lewat udara dapat melakukan kontak dengan
konjungtiva atau kornea dan menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya
pasien mengeluh adanya sensasi benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur.
Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda asing dapat merangsang
timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan
udem pada konjungtiva. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis
jaringan.

Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering
mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera
bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola 12 mata maka bisa terjadi
reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat
mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian
mengeluarkannya

kondisi ini tidak berbahaya, tapi bisa menimbulkan masalah jika benda asing tersebut tidak bisa keluar
atau menyebabkan luka yang cukup dalam pada mata. ejala utama yang dirasakan ketika terdapat
benda asing di konjungtiva adalah rasa mengganjal atau sakit di mata, terutama ketika berkedip.
Selain itu, kondisi ini juga bisa membuat mata merah dan berair

8. Kenapa bisa terjadi laserasi pada kelopak mata?


9. Kenapa bisa terjadi erosi dan edema pada mata akibat trauma tumpul?
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan
keras pada epitel kornea. Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh
media yang keruh.14 Pada kornea akan terlihat adanya defek epitel kornea yang bila diberi fuorosein
akan berwarna hijau. Pada erosi kornea perlu diperhatikan adanya infeksi yang akan timbul

Trauma mata yang keras atau cepat dapat menyebabkan edema kornea. Edema kornea dapat
meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber
cahaya yang dilihat
10. Kenapa bisa ada kemugkinan terjadi kekruhan atau pergeseran lensa pada mata cito?
14. Kenapa bisa terjadi mata menonjol?
15. Bagaimana hubungan umur dan terjadinya mata menonjol dan trauma pada mata?
16. Bagaimana perjalanan penyakit dari mata merah sehingga menjadi menonjol?
17. Apa indikasi dilakukan operasi pada mata menonjoll?
18. Bagaimana bisa terjadi pusing, muntah, dan mata mulai terasa kabur?
19. Apa indikasi dilakukan pemeriksaan ct scan kepala?
20. Bagaimana jika trauma mengenai kornea dan terjadi erosi atau edema? Bagaimanakah
prognosisnya?
21. apa saja komplikasi dari trauma tumpul pada mata?
Trauma mata mempunyai manifestasi klinis yang beragam dan bisa terjadi pada semua kalangan usia.
Sebagian besar kasus trauma mata tidak bisa selesai di daerah saja dan harus dirujuk ke pusat
pelayanan yang lebih lengkap seperti ke tingkat pelayanan tersier. Komplikasi yang ditimbulkan
trauma mata bisa dari yang paling ringan seperti akibat dari ruptur kornea, ruptur sklera, prolaps
cairan bola mata sampai yang menimbulkan kebutaan dan kecacatan seumur hidup

22. Bagaimanakah hubungan antara mata kabur dengan keluhan pada kepala seperti pusing?
23. bagaimana perbedaan …….

1. Definisi & klasifikasi


2. Epidemi
3. Etio fakrot
4. Patof
5. Manif
6. Pemfis
7. Diagnosis-banding
8. Tatalaksana
9. Indi
10. Kompro

Trauma mekanis (tumpul & tajam)


Def
Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan cedera pada mata. Trauma
mata adalah penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa

Klaf
Berdasarkan diagram yang dikategorikan oleh Birmingham Eye Trauma Terminology (BETT), berikut
adalah penjelasannya yaitu :
Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata (sklera atau kornea) dan luka ini tidak merusak
bagian dari intraokuler.
i. Kontusio adalah tidak ada luka (no full-thickness). Trauma disebabkan oleh energi langsung dari
objek (mis., pecahnya koroid) atau perubahan bentuk bola dunia (misalnya, resesi sudut) ii. Laserasi
lamellar adalah trauma tertutup pada bola mata yang ditandai oleh luka yang mengenai sebagian
ketebalan dinding bola mata. Trauma ini biasa disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul.
Trauma terbuka pada bola mata adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai keseluruhan
dinding dari bola mata (sklera dan kornea).
Ruptur adalah adanya luka yang mengenai dari seluruh ketebalan dinding bola mata, yang disebabkan
oleh trauma tumpul dan mekanisme ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan
intraokuli. Luka terjadi akbat mekanisme dari dalam ke luar mata.
Laserasi adalah luka yang mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang disebabkan oleh
benda tajam. Keadaan ini akan menimbulkan adanya trauma penetrasi ataupun trauma perforasi.
Luka terjadi akbat mekanisme dari luar ke dalam mata.
Trauma penetrasi adalah luka yang masuk (entrance wound). Jika terdapat lebih dari satu luka, setiap
luka memiliki penyebab yang berbeda.
Trauma perforasi adalah luka yang masuk dan keluar (entrance and exit wound). Kedua luka memiliki
penyebab yang sama.
Intraocular foreign body (IOFB) adalah adanya benda asing pada intraokular yang keadaan ini sangat
berhubungan dengan adanya trauma penetrasi.
Trauma Mekanik
Trauma mekanik dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma tajam. Trauma tumpul merupakan
trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda 19 tidak keras dengan ujung
tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi
kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya (Augsburger & Asbury, 2014). Trauma
tumpul pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti
pukulan, terbentur bola. Trauma tumpul dengan kekuatan yang besar akan menghasilkan tekanan
anteroposterior, sehingga keadaan ini dapat juga menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli,
ruptur, dan robekan pada struktur intamata lainnya. Keadaan ini juga dapat meluas sehingga dapat
menyebabkan kerusakan segmen posterior.

Patof
Trauma tumpul pada bola mata dapat menyebabkan kerusakan dengan nilai yang maksimum karena
gelombang tekanan yang menyusuri cairan mata akan mencapai kamera mata anterior sehingga
cairan mata ini akan terdorong ke dapan bersama lensa, iris, dan kopus vitreus ke polus posterior.
Gelombang tekanan ini juga dapat mencapai retina dan koroid sehingga dapat menimbulkan
kerusakan. Setelah gelombang tekanan bagian luar tertutupi, maka gelombang ini akan di pantulkan
ke arah posterior sehingga dapat merusak foveal. Setelah gelombang tekanan mencapai dinding
posterior pada bola mata, gelombang tekanan ini dipantulkan kearah belakang secara anterior. Pada
keadaan ini dapat merusak retina juga koroid. Kelainan-kelainan yang dapat ditimbulkan oleh trauma
tumpul dapat berupa hipema, sbuluksasio lentis, luksasio lentis, katarak traumatika, pendarahan pada
korpus vitreus, ruptur kornea, ruptur koroid dan lain sebagainya.

Trauma tajam adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata, dimana
mata ditembus oleh benda tajam atau benda 20 berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang
menembus kornea atau sklera, trauma tajam mata dapat diklasifikasikan atas luka tajam tanpa
preforasi dan luka tajam dengan perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing inta okuler dan
perforasi benda asing intra okuler.

Epidemi
Trauma mata adalah salah satu dari penyebab tersering gangguan penglihatan, kebutaan monokular,
morbiditas mata, yang dapat dicegah (Katz J, 1993; Scein OD, 1988;Nirmalan PK, dkk, 2004). Sebanyak
40.000-60.000 mata yang trauma menjadi buta. (Wong TY, dkk, 2000). Trauma mata dapat
mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Prevalensi trauma
mata di Amerika Serikat sebesar 2,4 juta pertahun dan sedikitnya setengah juta di antaranya
menyebabkan kebutaan (Negel AD, 1998). Di India, dilaporkan angka kejadian trauma mata lebih
sedikit yakni 2.4%. (Vats S., dkk, 2008). Di dunia, kira-kira terdapat 1,6 juta orang yang mengalami
kebutaan, 2,3 juta mengalami penurunan fungsi penglihatan bilateral, dan 19 juta mengalami
penurnan fungsi unilateral akibat trauma mata (Scein OD, 1988).
Berdasarkan jenis kelamin, beberapa penelitian yang menggunakan data rumah sakit maupun data
populasi, menunjukkan bahwa laki-laki mempunyai prevalensi lebih tinggi. Wong mendapatkan angka
insiden trauma pada laki-laki sebesar 20 per 100.000 dibandingkan 5 per 100.000 pada wanita. (Wong
TY, dkk, 2000). Trauma mata terbanyak terjadi pada usia muda, di mana Vats mendapatkan rerata
umur kejadian trauma dalah 24,2 tahun (±13,5). %. (Vats S., dkk, 2008). Data prevalensi kejadian
trauma mata di Indonesia masih sangat terbatas. Pada penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung selama tahun 2011, didapatkan angka kejadian trauma mata pada 188 anak usia 0-
14 tahun paling banyak terjadi dengan jenis kelamin laki-laki (69.1%) dan perempuan (30.9 %). Selain
itu, ditemukan 22 mata dengan luka terbuka dan 170 mata dengan luka tertutup (Laila Wahyuni,
2015).

Manif

Tatalaksana
Penatalaksanaan yang dilakukan juga berbeda sesuai dengan manifestasi klinis, penyebab dan potensi
perbaikan setelah dilakukan tindakan. Sebagian besar kasus trauma mata tidak bisa selesai di daerah
saja dan harus dirujuk ke pusat pelayanan yang lebih lengkap seperti ke tingkat pelayanan tersier.

Palpebra
i. Hematoma palpebra, pengobatan dilakukan dengan pemberian kompres dingin untuk
menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan
absorbsi darah dapat dilakukan kompres hangat kelopak mata.(FKUI Edisi V, 2014)
ii. ii. Abrasi dan laserasi palpebra, pengobatan dilakukan apabila terjadi abrasi karena partikel benda
asing harus segera dikeluarkan dengan irigasi. Luka kemudian diirigasi dengan saline serta ditutup
dengan salep antibiotik dan kasa steril. Bila terjadi laserasi palpebra maka dilakukan tindakan bedah.

Konjungtiva
i. Edema konjungtiva, pengobatan dilakukan dengan pemberian dekongestan untuk mencegah
pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Bila terjadi kemotik konjungtiva dapat
dilakukan insisi untuk mengeluarkan cairan konjungtiva. (FKUI Edisi V, 2014) 22
ii. ii. Hematoma subkonjungtiva, pengobatan dini ialah dengan kompres hangat. Perdarahan
subkonjungtva akan hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati.

Kornea
i. Edema kornea, pengobatan dilakukan dengan pemberian larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau
garam hipertonik 2-8 %, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekanan bola mata
maka diberikan asetazolamida. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam
penglihatan dengan lensa kontak. (FKUI Edisi V, 2014)
ii. Erosi kornea, pengobatan dilakukan dengan pemberian anestesi topikal dapat diberikan untuk
memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit. Untuk mencegah infeksi bakteri
diberikan antibiotik sprektrum luas seperti kloramfenikol dan sulfasetamid tetes mata. Bila
mengabitkan spasme siliar, maka diberikan siklopegik aksipendek seperti tropikmida.
Uvea
i. Hifema, pengobatan dilakukan dengan parasentesis atau mengeluarkan darah dari bilik mata depan
dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder,
hifema penuh dan berwarna hitam atau bila 5 hari tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.

Perawatan Konservatif
Pasien di rawat (bed rest total) 5-7 hari
Pasien ditidurkan dalam keadaan telentang dengan posisi kepala elevasi kepala 30- 45 0 (posisi semi
fowler)

Bebat mata
Diberikan obat-obatan : Sikloplegik, kortikosteroid topikal , oral,dan koagulansia
Pasien di pulangkan bila telah bebas hifema 3 hari

Kortikosteroid topikal juga digunakan untuk mencegah terjadinya perdarahan ulang. Kortikosteroid
dapat menjaga stabilisasi blood-ocular barrier, dan menurunkan influks plasminogen ke ruang
anterior mata. Adanya aktivitas antiinflamasi pada kortikosteroid dapat mencegah terjadinya
pembentukan sinekia posterior. Namun, penggunaan steroid topikal hanya diberikan selama
beberapa hari saja bukan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat menyebabkan risiko
glaukoma akibat steroid. 

Benda asing intraokular


Benda asing pada bagian superfisial cukup dengan irigasi, diambil dengan pemberian anstesi topikal
sebelumnya. Sementara benda asing intraokular ialah dengan mengeluarkannya dan dilakukan
dengan perencanaan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih berat terhadap bola
mata.

Pemeriksaan

Kompro
Akibat yang ditimbulkan oleh trauma mata juga bervariasi, mulai dari sembuh total sampai pada
kebutaan dengan kerugian baik itu fisik, psikologis, dan biaya pengobatan serta perawatan yang tidak
sedikit (Castellarin dan Pieramici, 2007). Kebutaan yang diakibatkan oleh trauma mata dapat berupa
dampak langsung dari trauma mata tersebut. Komplikasi trauma mata seperti kebutaan dipengaruhi
oleh kesesuaian teknik maupun ketepatan waktu dari pengobatan yang digunakan. Pengetahuan
tentang pola dan penyebab trauma mata di lingkungan sekitar akan membantu untuk mengetahui
penyebab umum serta mendapatkan fakta-fakta yang diperlukan untuk bahan pendidikan kesehatan
dalam rangka perencanaan tindakan preventif serta kebutuhan untuk mencari pengobatan yang tepat
sedini mungkin setelah terjadi trauma. Komplikasi yang ditimbulkan trauma mata bisa dari yang paling
ringan seperti akibat dari ruptur kornea, ruptur sklera, prolaps cairan bola mata sampai yang
menimbulkan kebutaan dan kecacatan seumur hidup.

Konjunctiva alienotum
epidemi
Corpus alineumadalah salah satu penyebab paling sering cedera atau trauma padamata. Kadang-
kadang, corpus alienummungkin tidak tampak pada saat pemeriksaan,kecuali corpus alienumtersebut
telah meninggalkan abrasi kornea residual dengan rasasakit yang dihasilkan. Superfisial corpus
alineumkornea jauh lebih umum daripadacorpus alineumkornea yang profunda. Kemungkinan sebuah
corpus alienumintraokularharus selalu dipertimbangkan ketika pasien memiliki riwayat
traumapadamatasebelumnya.Seperticedera traumatis lainnya, kejadian pada laki-laki jauh lebih
tinggidari pada wanita. Insiden puncak ditemukan dalam dekade kedua dan umumnyaterjadipada
orang yang lebih muda atau usia kurang dari 40 tahun.

Retinoblastoma
Kompro

Komplikasi

Komplikasi retinoblastoma adalah metastasis, trilateral retinoblastoma, dan kanker


sekunder di bagian tubuh lainnya. Pasien retinoblastoma herediter memiliki
peningkatan risiko untuk mengalami kanker sekunder dan tumor neuroektodermal di
otak (trilateral retinoblastoma).[2]

Kanker sekunder yang dapat terjadi pada pasien retinoblastoma adalah


osteosarkoma, sarkoma jaringan lunak, melanoma malignan, leukemia, berbagai
jenis karsinoma, dan berbagai jenis tumor otak.[5]

Radioterapi retinoblastoma dapat menimbulkan komplikasi katarak, perdarahan


retina, dan hipoplasia jaringan lunak dan tulang. Oleh karena itu, penggunaan
radioterapi sekarang ini dibatasi hanya untuk retinoblastoma rekuren atau tidak
responsif dengan terapi lain.[5]

Terapi retinoblastoma yang bersifat mempertahankan bola mata memiliki risiko


rekurensi dan metastasis. Rekurensi tumor mencapai 35-45% setelah kemoterapi
sistemik tanpa terapi fokal, sedangkan bila dikombinasi dengan terapi fokal angka
rekurensi menurun menjadi 17-18%.[22]

Prognosis

Angka harapan hidup pasien retinoblastoma di negara maju mencapai >90-95%. Di


negara berkembang, diagnosis yang terlambat mempersulit penatalaksanaan,
sehingga angka harapan hidup secara global <30%.[20]

Angka kesembuhan retinoblastoma mencapai >90% jika belum ada keterlibatan


nervus optikus dan enukleasi dilakukan secara dini sebelum tumor menginvasi
nervus optikus post laminar.[5]

Hasil histopatologi tumor dari hasil pembedahan enukleasi dapat menentukan risiko
terjadinya rekurensi.

 Risiko rendah jika sel tumor terbatas di retina atau invasi minor pada koroid
(ukuran <3 mm, unifokal) dan invasi nervus optikus hanya prelaminar.
 Risiko sedang jika ada invasi mayor koroid (>3 mm, multifokal), intrasklera,
segmen anterior, dan nervus optikus post laminar.
 Risiko tinggi rekurensi jika invasi sel tumor ditemukan di transklera dan pada
batas sayatan nervus optikus.[10]
Retinoblastoma dengan tumor intraokular saja memiliki angka kesintasan 5 tahun
>90%, sedangkan bila telah terjadi perluasan ekstraokular angka kesintasan 5 tahun
dapat menurun menjadi <10%. Di negara maju seperti Inggris, Jepang, dan Amerika
Serikat angka kesintasan 5 tahun pasien retinoblastoma berkisar antara 88-93%.

Anda mungkin juga menyukai