Tugas Analisis Penyebaran Covid-19 Di Papua

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

NASKAH PUBLIKASI

Analisi penyebaran Virus Corona di Papua


 Prediksi penyebaran virus Corona di Indonesia
Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB)
melakukan simulasi dan pemodelan sederhana prediksi penyebaran
Corona Virus Desease (COVID-19) di Indonesia. Menurut hasil kajian
dapat disimpulkan bahwa Indonesia akan mengalami puncak jumlah
kasus harian COVID-19 pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada
pertengahan April 2020 dengan kasus harian baru terbesar berada di
angka sekitar 600.
Tim peneliti yang melakukan simulasi tersebut dilakukan oleh Dr.
Nuning Nuraini S.Si., M.Si.,  dosen Program Studi Matematika ITB
beserta Kamal Khairudin S. dan Dr. Mochamad Apri S.Si, M.Si.
Pemodelan tersebut ditulis dengan judul “Data dan Simulasi COVID-19
dipandang dari Pendekatan Model Matematika”. “Tentu perlu dicatat,
ini adalah hasil pemodelan dengan satu model yang saya rasa ‘cukup
sederhana’ dan sama sekali tidak mengikutkan faktor-faktor yang
kompleksitasnya tinggi, “ ujar Nuning ketika diwawancara oleh reporter
Kantor Berita ITB, Selasa (18/3).
“Jadi, bisa dikatakan, jika kita punya penanganan yang mungkin sama,
sesuai dengan publikasi yang ada dengan Korea Selatan, tanpa
memasukkan faktor kompleksitas lainnya seperti temperatur
lingkungan, kelembaban, dll, seharusnya kita bisa mendapat
kesimpulan yang sama persis dengan apa yang ditulis pada publikasi
kami,“ terang peneliti yang juga banyak berperan dalam penanganan
kasus demam berdarah di Indonesia ini.

 Melonjaknya puncak pendemi Covid-19


Kendati begitu, menurut Prof Amin, yang terpenting dalam menghadapi
wabah SARS-CoV-2 ini bukanlah menentukan kapan puncak dan akhir
pandemi terjadi, namun apa yang harus dilakukan pemerintah dan
masyarakat untuk menekan kurva (menghambat penyebaran) kasus virus
corona ketika wabah memasuki puncak pandemi.
“Jika kurva tidak terlalu tinggi, maka pasti jumlah kasusnya tidak terlalu
banyak, dan angka kematian juga tidak terlalu tinggi. Saya kira ini akan
terjadi selama kurang lebih sama, satu atau dua minggu,” katanya.
Prof Amin memaparkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
menekan kasus COVID-19, salah satunya dengan menerapkan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sekarang telah berlaku di beberapa
wilayah.
Dalam PSBB diatur beberapa protokol pencegahan, seperti physical
distancing, work from home (WFH), pembatasan moda transportasi umum,
pelarangan acara kebudayaan, dan lain-lain. Hal-hal inilah yang sebetulnya
harus segera dijalankan oleh masyarakat. Begitupun pemerintah yang harus
segera melakukan intervensi tinggi dalam menerapkan PSBB.
Sebab bagaimanapun, virus corona ditularkan antarmanusia melalui kontak
dekat. Dengan menerapkan protokol pencegahan, diharapkan penyebaran
SARS-CoV-2 akan semakin menurun.
PSBB yang bakal diterapkan di Jakarta, misalnya. Harus diingat bahwa ada
jutaan orang yang hidup di Jakarta. Dari jutaan orang itu, sebagian besar
datang dari luar Jakarta, seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor.
Mereka memenuhi kota Jakarta pada siang hari, dan kembali ke daerah
penyangga pada malam hari.
Akibatnya, populasi manusia di Jakarta pada siang hari akan meningkat
secara tajam selama PSBB berlangsung. Maka, hal itu akan menyebabkan
kepadatan populasi di Jakarta di siang hari, dan bisa memiliki konsekuensi
yang cukup fatal, salah satunya terjadi pergeseran episentrum penyebaran
virus corona selama PSBB berlangsung.
Artinya, orang yang pulang dari Jakarta ke daerah penyangga berpotensi
menyebarkan virus di daerah tempat tinggalnya jika mereka tak sengaja
terpapar COVID-19, baik itu saat di perjalanan menggunakan transportasi
umum maupun ketika berada di ruangan tertentu.
“Yang harus kita lakukan adalah memantau mereka yang tetap tinggal di
daerahnya selama 14 hari saat PSBB. Ini harus kita jaga jangan sampai
mereka jadi episentrum yang baru. Jadi, ibaratnya seperti mengosongkan
satu bejana, tapi dengan cara menggeser ke sampingnya saja,” ujar Prof
Amin.
“Nanti, ketika PSBB sudah selesai, yang dari daerah penyangga akan kembali
ke Jakarta, kalau mereka tidak dijaga dengan memastikan bahwa mereka
bebas dari virus, maka epidemi akan kembali lagi seperti semula seperti
sebelum PSBB terapkan.”
Semua ini bisa dilakukan dengan mengadakan tes massal. Semua masyarakat
yang tinggal di Jakarta, baik yang sudah ada gejala ataupun belum ada gejala,
diwajibkan melakukan tes COVID-19 guna memastikan tidak ada transmisi
lokal.
“Jadi, kalau perlu mereka ini kita pantau, kita cek, dilakukan screening untuk
memastikan tidak ada yang membawa virus. Itu harus ditangani dalam waktu
yang sama, 14 hari ini,” katanya.
 Data terkena Dampak virus

JAYAPURA, KOMPAS.com - Gugus Tugas Percepatan


Penanganan Covid-19 Papua mengumumkan adanya penambahan 12
orang yang dipastikan terinfeksi virus corona

Dengan adanya penambahan ini, berarti jumlah temuan kasus Covid-19


di Papua sudah mencapai 107

"Dari 107 kasus, 81 pasien dirawat, 19 sembuh dan 7 meninggal," ujar


Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Papua, Silwanus Sumule, di
Jayapura, Minggu (19/4/2020).

Dari 12 kasus baru, tujuh kasus berada di Kabupaten Mimika, dua kasus


di Kabupaten Jayapura dan dua kasus di Kota Jayapura.

"Sekarang Mimika menjadi kabupaten dengan jumlah kasus terbanyak,


yaitu 31 kasus," kata Silwanus.

Lebih rinci, dari 31 kasus di Mimika, 24 pasien dirawat, empat pasien


sembuh, dan tiga meninggal dunia. Kemudian di Kota Jayapura telah
ditemukan 30 kasus, 20 dirawat, tujuh sembuh, dan tiga meninggal
dunia.
Sedangkan di Kabupaten Jayapura kini jumlahnya sudah ada 23 kasus,
18 pasien masih dirawat, empat sembuh, dan satu meninggal.

Dalam Kabupaten Keerom juga telah ditemukan empat kasus Covid-19,


semua dirawat di Jayapura. Begitu juga tiga pasien yang berasal dari
Kabupaten Sarmi.

Satu pasien positif Covid-19 juga ditemukan di Kabupaten Mamberamo


Tengah. Pasien itu kini dalam perawatan RSUD Wamena.

Gugus Tugas Covid-19 juga mencatat ada dua pasien yang


terinfeksi virus corona dalam perawatan di Jayawijaya.

Terakhir, di Kabupaten Nabire telah ditemukan tiga kasus positif dan


seluruhnya masih dalam perawatan di RSUD Nabire.

Kemudian ada 3.507 orang dalam pemantauan (ODP) dan 101 pasien
dalam pengawasan (PDP).

Berdasarkan data pemerintah, hingga Minggu (19/4/2020) 12.00 WIB,


terdata 327 kasus baru.

Dengan penambahan kasus ini, total kasus Covid-19 di Indonesia


menjadi 6.575 pasien.

Daftar pustaka

https://www.itb.ac.id/news/read/57444/home/peneliti-itb-buat-
pemodelan-prediksi-puncak-penyebaran-covid-19-di-indonesia

https://www.itb.ac.id/news/read/57444/home/peneliti-itb-buat-
pemodelan-prediksi-puncak-penyebaran-covid-19-di-indonesia

https://regional.kompas.com/read/2020/04/19/17221881/bertambah-
12-jumlah-kasus-covid-19-di-papua-capai-107?page=1i

Anda mungkin juga menyukai