Bab I Antropologi Kesehatan
Bab I Antropologi Kesehatan
BAB I
ANTROPOLOGI KESEHATAN
A. Latar Belakang
Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu :
antropolgi dan budaya atau kebudayaan. Istilah Antropologi berasal dari
kata anthropos yang berarti manusia; dan logos yang berarti ilmu atau
teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Kebudayaan
berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri. Segi – segi tersebut
masing – masing menjadi objek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh
ilmu tertentu. Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut
merupakan obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi
yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang juga
mempelajari masalah manusia, ialah objek khusus yang diselidikinya.
Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan
juga perlu mengetahui anak – anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi
budaya dengna anak – anak cabang ilmunya itu juga harus berhubungan
dengan ilmu – ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum, geografi,
ekologi dan sebagainya.
Kegunaan antropolgi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan
dan persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku
bangsa atau bangsa di dunia ini. Dalam kehidupan sehari – hari kita dapat
dengan mudah melihat hal – hal yang berbeda sedangkan hal – hal yang
sama atau bersamaan sulit atau bahkan tidak dapat diketahui. seperti itulah
adanya budaya dalam mengatasi masalah kesehatan dalam kehidupan kita
sehari- hari. semua terjadi akibat adanya pengaruh budaya.
Kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dari berbagai kalangan status
kesehatan (sakit–sehat), ekonomi (kaya-miskin), sosial (elit-wong alit),
geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja,
dewasa, manula).
Pembangunan kesehatan adalah salah satu cara pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, keinginan, dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap masyarakat supaya terwujudnya kesehatan yang
optimal. Tetapi munculnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa
ditolak walaupun bisa dicegah atau dihindari.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya
pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai
anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan
orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia. Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas
disebutkan bahwa antropologi kesehatan studi objeknya yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi kesehatan mengkaji
masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda
yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya. Foster dan Anderson (1978),
menyatakan bahwa antropologi kesehatan kontemporer dapat ditemukan
pada empat sumber daya yang berbeda yaitu Antropologi Fisik,
Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan Publik
Internasional.
Menurut McElroy dan Townsend (1985) Antropologi Kesehatan
adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan
mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang
pemahaman dan merawat penyakit. McElroy dan Townsend yang
mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya adaptasi dan
perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli
antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
yang berkaitan dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak
geografis dan jangka waktu luas dari masa prasejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis
yang relevan dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik,
Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal,
Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.
Menurut Hasan dan Prasad (1959) Antropologi Kesehatan adalah
cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek
biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak
pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran
medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial
kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia.
B. Ruang Lingkup Antropologi Kesehatan
Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia,
tetapi sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit
adalah bagian dari kehidupan yang ada di bawah kondisi yang berubah-
ubah. Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan
perilaku. Perilaku manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan
antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan. Menurut Landy antropologi
kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi manusia dengan penyakit
serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan obat-obat
yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan
datang.
C. Batasan Dan Ruang Lingkup
Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan
Anderson belum melahirkan disiplin baru dan hanya merupakan lapangan
perhatian dari antropologi terapan. Munculnya istilah Medicine
Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam artikel tentang
pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di
Amerika lahirlah antropologi kesehatan. Ahli-ahli antropologi tertarik
untuk mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-budaya yang
mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit pada masa sekarang
dan sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh keinginan
untuk memahami perilaku sehat manusia dalam manifestasi yang luas dan
berkaitan segi praktis.
D. Sumbangan Antropologi Terhadap Ilmu Kesehatan
Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat
disumbangkan oleh antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu,
a. Perspektif Antropologi
Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan
Pendekatan Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu
sistem. Pendekatan ini dimana suatu pranata tidak dapat dipelajari
sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata lain dalam
keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar penilaian budaya
itu relative, suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya dinilai
baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak
pantas bagi masyarakat lainnya.
b. Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)
Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanan program
bertolak dari konsep budaya. Bertolak dari itu, perencanaan program
pembaharuan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku kesehatan
tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang tampak, tetapi
seharusnya pada aspek psiko-budaya.
E. Akar Antropologi Kesehatan
Tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan:
1. Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan majik
2. Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya
3. Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan
internasional dan perubahan komunitas yang terencana
4. Antropologi ekologi
5. Teori evolusioner
F. Kegunaan Antropologi Kesehatan
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya
pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai
anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang
lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya
itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan
cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam
perwujudn kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya
akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat.
BAB II
HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN KESEHATAN
C. Paleopatologi
Paleopatologi adalah studi mengenai penyakit-penyakit purba. Para ahli
peleopatologi melakukan studi pada tulang-tulang manusia purba, kotoran,
lukisan pada dinding, patung, mumi, dan lain lain untuk menemukan penyakit-
penyakit infeksi pada manusia purba. Studi untuk mengetahui penyakit
manusia purba dari fosil-fosil ini, pada umumnya hanya terbatas hanya
mengetahui pada penyakit-penyakit yang menunjukkan buktinya seperti pada
tulang-tulang yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh kerusakan atau abses
pada tulang sebagai akibat dari siphilis, TBC, frambosia, osteomilitus,
poliomilitis, kusta, dan penyakit-penyakit yang sejenisnya adalah penyakit
infeksi yang dapat dikenali. Banyak penyakit-penyakit modern yang tidak
terdapat pada penduduk purba, bukan berarti manusia purba lebih sehat dari
manusia modern tetapi bahwa sakitnya manusia purba disebabkan oleh jenis-
jenis patogen dan faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang
dialami oleh manusia modern. Misalnya penyakit campak, rubella, cacar,
gondong, kolera dan cacar air mungkin tidak terdapat di zaman purba. Dapat
disimpulkan bahwa paleopatologi atau studi mengenai penyakit purba, sangat
banyak berhubungan dengan lingkungan untuk menemukan penyakit-penyakit
purba.
D. Epidemiologi
Epidemiologi berkenaan dengan distribusi, tempat dan prevalensi atau
terjadinya penyakit, sebagaimana yang dipengaruhi oleh lingkungan alam atau
lingkungan ciptaan manusia serta oleh tingkah laku manusia. Variabel-
variabel yang dipakai untuk melihat distribusi tempat dan prevalensi serta
tingkah laku suatu penyakit adalah perbedaan umur, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, hubungan suku bangsa, kelas sosial, tingkahlaku
individu, serta lingkungan alami. Faktor-faktor ini dan faktor lainnya
berperanan penting dalam distribusi dan prevalensi berbagai penyakit. Contoh
pemuda Amerika lebih banyak mengalami kecelekaan daripada wanita muda
dan orang tua, perokok lebih banyak kena kanker paru-paru daripada bukan
perokok, gondok lebih banyak menyerang penduduk pedalaman yang tinggal
di daerah pegunungan daripada penduduk pantai yang bahan makannya kaya
yodium.
Tugas seorang epidemiologi adalah bekerja untuk membuat korelasi-
korelasi dalam hal insiden penyakit dalam usaha menetapkan petunjuk tentang
pola-pola penyebab penyakit yang kompleks, atau tentang kemungkinan-
kemungkinan dalam pengawasan penyakit (Clausen; 1963:142). Epidemiologi
berusaha mencapai suatu tujuan yaitu meningkatkan derajat kesehatan,
mengurangi timbulnya semua ancaman kesehatan.
Ahli antropologi lebih menaruh minat pada ciri epidemiologi dari
penyakit-penyakit penduduk non Eropa dan Amerika, termasuk penyakit-
penyakit psikologis yang disebabkan oleh struktur budaya yang dalam
Antropologi Kesehatan disebut dengan istilah “Sindroma Kebudayaan
Khusus” seperti “mengamuk” atau histeris. Selain itu, ahli antropologi juga
menaruh minat pada studi-studi mengenai “Epidemiologi Pembangunan” yaitu
mencari konsekuensi-konsekuensi kesehatan yang sering bersifat mengganggu
terhadap proyek-proyek pembangunan.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN TRANSTRUKTURAL
A. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan
culture, Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau
penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang
, melintas , menembus , melalui.
Culture berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur
berarti:
kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.
Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi
suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan
cultural berarti : Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat Dan kebudayaan
berarti :
Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti
kepercayaan , kesenian dan adat istiadat.
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk menjadi pedoman tingkah lakunya Jadi transkultural
dapat diartikan sebagai :
Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu
mempengaruhi budaya yang lain
Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses
interaksi social
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya
yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ). Menurut Leininger
(1991).
B. Konsep Transkultural
Menurut Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul
Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa
konsep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan
konfigurasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi
pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan, praktik klinis
keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan
penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan
dalam perawatan adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh
karenanya , tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang
komperhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk
interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang
berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama
dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus – menerus dan lama
merupakan proses internalisasi dari suatu nilai – nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi perilaku yang
kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan ( cultural nursing approach).
C. Peran dan Fungsi Transkultural
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu .
Oleh sebab itu , penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya
orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya kebiasaan hidup sehari – hari ,
seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan , pergaulan social ,
praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan
kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur
juga terbagi dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu
kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang
lebih besar atau member makna yang berbeda . Kebiasaan hidup juga
saling berkaitan dengan kebiasaan cultural.Nilai – nilai budaya Timur,
menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari dokter
pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan
kesehatan pre-natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan
bahwa budaya Timur masih kental dengan hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin ditekankan pentingknya
pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan . Perawatan Transkultural
merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada studi
perbandingan nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan
bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai budaya ( nilai
budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat
saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan
transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk
pemujaan dan pengobatan rakyat (tradisional) . Caring practices adalah
kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan
kesehatan transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman
atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan
mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ) , baik
di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan –
persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola
praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan
berbagai kultur.
D. Proses keperawatan Transkultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model).
1) Pengkajian
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada“Sunrise
Model” yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi
2) Diagnosa keperawatan
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur,
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem
nilai yang diyakini.
3) Perencanaan keperawatan
Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
tentang proses melahirkan dan perawatan bayi
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
Cultural care accomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik.
Cultural care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya.
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu.
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga.
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
f. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai
dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya klien.
BAB IV
PERKEMBANGAN ILMU KEPERAWATAN DAN
TRANSTRUKTURAL
A. Pengertian Keperawatan Dan Tujuan Keperawatan
kehidupan manusia.
E. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
psikologi, sosial, spiritual dan kultural secara komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia. Asuhan keperawatan diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurang
kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari – hari
secara mandiri. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang
bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan. Dalam hal
ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap
manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial –
spiritual dan kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan
pendekatan humanistik dalam arti menghargai dan menghormati martabat
manusia memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi keadilan
bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti
tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama,
aliran politik dan status ekonomi sosial. Keempat, keperawatan adalah
bagian integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa keperawatan
menganggap klien sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan klien dalam memberikan asuhan keperawatan.
F. Konsep Kesehatan
Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu
menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan lingkungan internal dan
eksternal untuk memepertahankan keadaan kesehatannya. Adapun faktor
lingkungan internal yang mempengaruhi adalah psikologis, dimensi
intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor – faktor lingkungan
eksternal adalah faktor – faktor yang berada diluar individu yang mungkin
mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan
sosial dan ekonomi. Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur
tingkat atau status kesehatan adalah rentang sehat sakit. Rentang sehat
sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang untuk mengukur keadaan
seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang bersifat
dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang
mempengaruhi kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu
berubah secara konstan, dimana rentang sehat sakit berada diantara dua
kutub yaitu sehat optimal dan kematian. Apabila status kesehatan kita
bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit (illness area), tetapi
apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita berada
dalam area sehat (wellness area).
G. Konsep Lingkungan
Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah
( kawasan dsb) yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan menusia dan
mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi dan kesehatan.
Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi, sosial,budaya dan
spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu Lingkungan dalam terdiri dari:
Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan
ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan
fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia
berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat
tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab,
bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri.
Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan
keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan
penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi
pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat
ventilasi.
Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang
negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap
emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik
dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu
pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien
dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya
sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan
diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh
memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan
tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi
lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan
para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
Lingkungan sosial (social environment)
Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang
spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan
penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian
setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan
dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang
ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan komuniti
dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna
individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga
keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
khusus.
Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara,
suara, pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara
terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola
pertahanan tubuh terhadap penyakit untuk meningkatkan pola interaksi
yang sehat dengan klien. Lingkungan dengan timbulnya penyakit yaitu
apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka akan berpotensi sekali
A. Dilemak Etik
Definisi Dilema Etik Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan
dua atau lebih landasan moral suatu tindakan terapi tidak dapat dilakukan
keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap alternatif memiliki landasan
moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menetukan yang benar
atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa
yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema
etik biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi
menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema
etik tidak ada yang benar tidak ada yang salah. Untuk membuat keputusan
yang etis, seorang perawat tergantung pada pemikiran yang rasional bukan
emosional (Wulan, 2011). Enam pendekatan dapat dilakukan orang yang
sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilemma
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema.
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternatif.
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat
meminimalisasi atau menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi:
1. semua orang melakukannya,
2. jika legal maka disana terdapat keetisan dan
3. kemungkinan ketahuan dan konsekwensinya. Pada dilema etik ini sukar
untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress
pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai
perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul
pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson &
Thompson (1981 ) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif
yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding.
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai
dengan falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
B. Contoh Dilema Etik
Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2
orang anak yang ber umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan
suami Ny.D bekerja sebagai Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat
di ruang kandungan RS. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan
Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III, dan dokter merencanakan
klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim,
karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan. Semua pemeriksaan
telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam
dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan
dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu
perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah
jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang
akan menjelaskannya. Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya
kepada perawat ruangan yang merawatnya, yaitu: “apakah saya masih bisa
punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin punya anak.
“apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah
operasi saya bisa diundur dulu suster” Dari beberapa pertanyaan tersebut
perawat ruangan hanya menjawab secara singkat, “ibu kan sudah
diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi” “penyakit ibu hanya bisa
dengan operasi, tidak ada jalan lain” “yang jelas ibu tidak akan bisa punya
anak lagi…” “Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan
lansung dengan dokternya…ya.” Sehari sebelum operasi klien berunding
dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan alasan, klien
dan suami masih ingin punya anak lagi. KASUS KEEMPAT: SPERMA
TIDAK BERKUALITAS, BAYI INSEMINASI LAHIR NORMAL *
Kesuksesan Dokter Tim Reproduksi dan Bayi Tabung RSWS Menangani
Infertilitas Pertama kalinya, rekayasa teknologi reproduksi pada
penanganan infertilitas (ketidaksuburan) dengan menggunakan teknik
inseminasi intra uterina, sukses dilakukan tim dokter reproduksi manusia
dan bayi tabung RS Dr Wahidin Sudirohusodo (RSWS).
BAB IX
NUTRISI DAN TRANSTRUKTURAL
A. Penegrtian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan
dan penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat
makanan oleh tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang
nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta mengeluarkan zat sisanya
(hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan,
zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
a. STATUS NUTRISI
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan
merupakan factor penting dalam menentukan status nutrisi.
Keseimbangan Energi
Energi adalah kekuatan untuk kerja. Manusia membutuhkan energi untuk
terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya.
Keseimbangan Energi = Pemasukan Energi + Pengeluaran atau
Pemasukan Energi = Total Pengeluaran Energi ( Panas + kerja + energi
simpanan)
b. Pemasukan Energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi
makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Dari
makanan yang dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi
protein, lemak, dan karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan
satuan kalori. Satu kalori juga disebut satu kalori besar (K) atau Kkal
adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 kg air
sebesar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K atau sama dengan 1.000 kalori.
Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen
yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan
jaringan otot.
c. Pengeluaran Energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men-
support jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh
berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin triphosfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolisme Rate
(BMR) dan aktifitas fisik. Kebutuhan energi tiap hari ditentukan dengan
rumus = (BMR + 24) + (0.1 X Konsumsi kkal setiap hari + energi untuk
aktivitas ). Energi untuk aktivitas misalnya : Istirahat = 30 kal/jam , duduk
= 40 kal/jam, Berdiri = 60 kal/jam, Menjahit = 70 kal/jam, Mencuci piring
= 130 s/d 176 kal/jam, Melukis 400 kal/jam. Jika nilai pemasukan energi
lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan
negative (-) sehingga cadangan makanan dikeluarkan, hal ini akan
berakibat pada penurunan berat badan. Sebaliknya, jiak pemasukan lebih
banyak dari pengeluaran energi maka akan terjadi keseimbangan positif
(+), kelebihan energi akan disimpan dalam tubuh sehingga terjadi
peningkatan berat badan
Basal Metabolisme Rate
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat
istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung,
pernapasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh. Kebutuhan
kalori basal dipengaruhi oleh :
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. Tinggi dan Berat Badan
d. Kalainan endokrin
e. Suhu Lingkungan
f. Keadaan Sakit
g. Karakteristik Status Nutrisi
a. Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass
Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
b. Body Mass Index (BMI)
c. Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan tinggi
badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai
panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
d. Rumus BMI diperhitungkan :
e. BB (kg) atau BB (pon) X 704,5
f. TB (m) TB (inci)2
Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan barat badan optimal dalam fungsi tubuh yang
sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter dikurangi
dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain :
a. Vital kehidupan, pernafasan, sirkulasi darah, suhu tubuh dan lain-lain
b. Kegiatan mekanik oleh otot
c. Aktivitas otot dan syaraf
d. Energi kimia untuk membangun jaringan, enzim, dan hormone
e. Sekresi cairan pencernaan
f. Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan
Pengeluaran hasil sisa metabolisme dan Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan energi :
a. Peningkatan Basal Metabolisme Rate
b. Aktivitas tubuh
c. Faktor usia
d. Suhu Lingkungan
e. Penyakit atau status kesehatan
B. MASALAH-MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI
Secara umum, gangguan nutrisi terdiri dari :
1. Kekurangan Nutrisi
2. Kelebihan Nutrisi
3. Obesitas
4. Malnutrisi
5. Diabetes Melitus
6. Hipertensi
7. Jantung Koroner
8. Anoreksia
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI
1. Pengetahuan
2. Prasangka
3. Kebiasaan
4. Kesukaan
BAB X
HUBUNGAN TRADISI KEPECAYAAN DENGAN KESEHATAN
A. Pengertian Manusia (Paradigma kesehatan)
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dannorma-
norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
tindakan.
Transkultural Nursing
Transkultural Nursing merupakan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa
budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lainnya
Agama
Agama merupakan penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Dalam pengertian agama terdapat 3 ( tiga ) unsur, yaitu : manusia,
penghambaan danTuhan.
Tradisi Keagamaan dan Kepercayaan yang berhubungan dengan
peningkatanKesehatan mengeplorasi pengaruh Gaya hidup, Social, Budaya,
dan Spiritualterhadap status kesehatan dan memberikan suatu dasar
pengetahuan untuk mengembangkan Pengkajian keperawatan dan
ketrampilan-ketrampilan IntervensiAsuhan keperawatan.( http.rsjLewang.com
google 6 september 2011)
B. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Keperawatan
Psikologi Agama merupakn salah satu bukti adanya perhatian Khusus para
ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia.
Manusia larikepada agama karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi
bencana. Dengandemikiaqn segala bentuk prilaku keagamaan merupakan
ciptaan manusia yang timbuldari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya
dan dapat memberikan rasa aman.Untuk mengatasi masalah ini manusia
menghadirkan tuhan dalam dirinya sebagai pelindung mereka tatkala mereka
merasa terancam dan memerlukan perlindunganterhadap segala macam bentuk
ancaman terhadap dirinya.
Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan yang paling
dasar hingga yang paling puncak, yaitu :
Fisiologis
Rasa aman dan nyaman
Cinta dan kasih saying
Harga diri, dan
Aktulitas diri
Makna hidup merupakan segala hal yang mampu memberikan nilai khusus
bagi seseorang yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan
akhirnya akanmenimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya.(Perry AG
dan Potter PA, 2009)
C. Terapi Keagamaan
Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta tentram dalam hatinya
adalahorang yang sakit rohani atau mentalnya. Setiap manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan
mereka secaralancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohaniatau juga kebutuhan social. Jika kebutuhan tersebut tidak
terpenuhi, maka manusiaakan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada
bahwa mereka harus berusahalebih keras lagi untuk memenuhi kekurangan
dari kebutuhan mereka. Sehingga segalamacam cara mereka lakukan guna
terpenuhinya kebutuhan tersebut.Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang
dijumpai bahwa seseorang tidak mampuumenahan keinginan bagi seseorang
yang ingin memenuhi kebutuhan dirinya atauketika seseorang terhimpit oleh
persoalan ekonomi, maka dalam diri mereka akanterjadi adanya konflik dalam
batin mereka yang memerlukan pengobatan atau penyelesaian dengan cepat.
Ketika konflik yang dihadapinya tidak segeradiselesaikan, maka batin akan
merasa berat untuk menanggungnya sehingga akan bertambah parah
permasalahan yang ditanggungnya.
D. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing
Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut :
Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan.
Budaya akan memengaruhi bagaimana orang menyebutkan
danmengkomunikasikan masalahnya.
Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa
Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa
Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya.
E. Masalah Religi
Masalah religi klien dapat mempengaruhi spiritualitas klien. Praktik kebiasaan
keagamaan, jika terganggu atau berubah, dapat mempengaruhi struktur atau
dukungan agama terhadap rasa sejahtera seseorang.
F. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan
Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien
tentang kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri da penderitaan serta kehidupan
dan kematian. Banyak budaya tidak memedakan antara agama dan spiritual,
tetapi sebagian lain membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat
harus memahami perspektif emic kliennya.(Perry AG dan Potter PA,2006).
BAB XI
STUDI KASUS KEPERAWATAN
proses belajar-mengajar.
B. Karakteristik
Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini
anak diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam
memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan
mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari
tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi
kebebasan untuk menggunakan benda-benda sekitarnya dan
mengkhayalkannya jika benda tersebut diperlukan dalam memerankan
tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak
memerankan bagaimana Bapak Tani mencangkul sawahnya,
bagaimana kupu-kupu yang menghisap madu bunga, bagaimana
gerakan pohon yang ditiup angin, dan sebagainya. Baroro (2011)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role
playing peserta didik dituntut dapat menjadi pribadi yang imajinatif,
mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri dalam berfikir,
ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.
Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007)
juga menyatakan bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada
kenyataankenyataan yang terjadi di lingkungan masyarakat. metode ini
berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial yang
dimainkan anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011)
menyatakan bahwa dalam role playing murid dikondisikan pada situasi
tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam
kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, role
playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas
dan memainkan peran orang lain. Murid diperlakukan sebagai subyek
pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa
(bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-
temannya pada situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan
yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso,
2011).
C. Tujuan
Menurut Zuhaerini (dalam Santoso, 2011), model ini digunakan
apabila pelajaran dimaksudkan untuk: 1) menerangkan suatu peristiwa
yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan
pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada
diceritakan, karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak; 2)
melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-
masalah sosial-psikologis; dan 3) melatih anak-anak agar mereka dapat
bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang
lain beserta masalahnya. Sementara itu, Davies (dalam Sadali)
mengemukakan bahwa penggunaan role playing dapat membantu
siswa dalam mencapai tujuan-tujuan afektif.
D. Manfaat
Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat
diambil dari role playing adalah: 1) role playing dapat memberikan
semacam hidden practise yaitu murid tanpa sadar menggunakan
ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka
pelajari; 2) role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak,
cocok untuk kelas besar; 3) role playing dapat memberikan kepada
murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah
permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa.
E. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing
Djumingin (2011: 174) menyatakan bahwa sintak dari model
pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran;
menunjuk beberapa siswa untuk memelajari skenario tersebut;
pembentukan kelompok siswa; penyampaian kompetensi; menunjuk
siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajari; kelompok
siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon; presentasi hasil
kelompok; bimbingan penyimpulan; dan refleksi. Secara lebih
lengkap.
BAB XIII
PSIKODARMA KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN TRANSKULTURAL
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture,
Trans berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus
, melalui.
Cultur berarti budaya . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur
berarti:
kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.
Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu
kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural
berarti:Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti :
akal budi , hasil dan adat istiadat. Dan kebudayaan berarti :
Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat Keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah
lakunya Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai : Lintas budaya yang
mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain
Pertemuan kedua nilai – nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi
sosial
B. PENGERTIAN TRANSKULTURAL NURSING
Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan
dengan perbedaan maupun kesamaan nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang
berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan
asuhan keperawatan kepada klien / pasien (Leininger, 1991 ).
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada
proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).
C. Pengaruh Transkultural Nursing Terhadap Keperawatan
Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah
laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi
praktik kesehatan dalam berbagai budaya ( kultur ), baik di masa lampau
maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan – persamaan . Lininger
berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural
dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.
D. MACAM-MACAM TRANSKULTURAL DI INDONESIA
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem
pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan
cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan bahwa
praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Daftar Pustaka