Pendekatan eklektik dapat digunakan untuk membantu konseli yang kurang bisa menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar dengan berbagai tuntutan, sehingga menimbulkan
ketidaknyamanan.
Tahap awal dalam proses konseling adalah eksplorasi masalah, agar klien bersedia
suasana. Konselor harus bisa menciptakan suasana konseling yang kondusif agar
Merupakan tahap bagi konselor untuk mengelompokkan setiap aspek dari masalah
konseli, tergolong aspek kognitif, afektif ataukah tingkah laku. Kemudian membuat
oleh konselor dan konseli, dapat disusun secara tertulis. Kemudian konseli diberi
kebebasan dalam memilih alternatif yang akan dilakukan, tanpa ada keterlibatan
konselor.
Tahap perencanaan
rencana tentang apa yang akan dijalankan. Ini dilakukan oleh konselor dan konseli,
karena meliputi tindakan apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, dan
kapan rencana akan mulai dijalankan. Tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan
Tahap tindakan/komitmen
Tahap ini akan mengaplikasikan apa yang sudah direncanakan, merupakan aplikasi
dari proses konseling. Konseli akan memulai tindakannya sesuai yang telah
Sementara konselor akan memberikan dukungan dan motivasi kepada konseli agar
memiliki komitmen dalam bertindak. Selain komitmen, kerja keras dan kesungguhan
hati konseli dalam pemecahan masalah juga akan diketahui oleh konselor.
Akhir dari tahapan konseling ini adalah penilaian konselor terhadap tindakan konseli
objektif, yakni dengan melihat dari sudut pandang klien. Mengulangi pertanyaan kepada
mengamati dan mengevaluasi kemajuan dari tindakan konseli apakah menjadi lebih
melayani konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah
yang dihadapinya.
Namun, konseling eklektik ini juga memiliki kelemahan yaitu: konseli dapat merasa
bingung bila konselor mengubah-ubah strategi yang sesuai dengan kebutuhan konseli
pada suatu waktu dalam proses konseling, dan yang kedua yaitu konselor bisa
mengalami kesulitan dalam proses konseling, karena konselor dituntut untuk mahir