Anda di halaman 1dari 17

PERCOBAAN I

UNIAXIAL TEST

A. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum kali ini untuk mengetahui nilai kuat tekan
sampel batuan.

B. Landasan Teori
Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan,
Modulus Young, Nisbah Poisson, dan kurava tegangan-tegangan. Contoh
batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan
antara tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2
sampai 2,5 dengan luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan parallel
tegak lurus terhadap sumbu aksis contoh batuan.
Pada pengujian kuat tekan uniaksial ini terhadap suatu batuan, terdapat
beberapa tipe pecahan diantaranya:

Sumber : Yuliadi, 2015


Gambar 1.1 Tipe – Tipe Pecahan

1 || Mekanika Batuan
Dari hasil pengujian kuat tekan dapat digambarkan kurva antara tegangan
dengan regangan untuk tiap percontoh batu, kemudian dapat ditentukan
beberapa sifat mekanika batuan berhubungan dengan kuat tekan yaitu:

 Kuat tekan (tegangan puncak saat batu percontoh pecah)


 Batas elastic (batas batuan mencapai elastisitas tertinggi sebelum
batuan tersebut pecah dengan pembebanan tertentu)
 Modulus Young
 Poisson’s ratio
(Hilman Muhammad Ramadhan, 2016).

Dijelaskan oleh Arthur (2000), bahwa strength (kekuatan) pada batuan


merupakan faktor yang sangat penting untuk penentuan laju pemboran.
Strength pada batuan adalah kemampuan batuan untuk mengikat komponen-
komponennya bersama-sama. Salah satu parameter penting dalam menentukan
properties kekuatan massa batuan yaitu kekuatan batuan intact rock
(Fibriatmodjo, 2011). Parameter ini salah satunya diperoleh melalui uji UCS
(Uniaxial Compressive Strength) dan PLI (Poin Load Index) (Putra
Ardiansyah, 2014).
1. Rumus perthitungan
Kuat tekan benda uji dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

A = πr2
P
σcα =
A
σc α
σc= 0,88+ 0,24 D
( H ¿ )
¿

Keterangan :
σcα : Nilai kuat tekan benda uji sebelum koreksi H/D (kN/Cm2)
σc : Nilai kuat tekan benda uji setelah dikoreksi yang mempunyai
perbandingan H/D = 2 (kN/Cm2)
P : Beban sumbu (kN)

2 || Mekanika Batuan
D : Diameter benda uji (Cm)
H : Tinggi badan uji (Cm)
A : Luas permukaan bidang atas dan bidang bawah benda uji (Cm2)
r2 : Jari- jari lingkaran
π : 22/7 atau 3,14.
(Sahrul, 2021)

(Hilman Muhammad Ramadhan, 2016).


Gambar 1. 3 kurva tegangan dan regangan

Uji kuat tekan uniaksial (uniaxial compressive strength test) telah banyak
digunakan untuk menentukan parameter kekuatan batuan utuh. Namun
demikian alat uji kuat tekan uniaksial ini memiliki keterbatasan, salah satunya
dalam preparasi conto. Salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk
menentukan parameter kekuatan batuan adalah uji beban titik (point load test).
Dimana preparasi conto pada uji beban titik lebih sederhana dibandingkan
dengan uji kuat tekan uniaksial, serta kemudahan alat untuk dibawa
kelapangan. Sehingga uji beban titik bisa digunakan untuk menentukan
parameter kekuatan batuan secara tidak langsung dilapangan (Broch &
Franklin, 1972; Bieniawski, 1975), dan hasilnya nanti bisa di korelasikan
dengan nilai dari hasil pengujian kuat tekan uniaksial di laboratorium. (ASTM,
2008) menyatakan bahwa nilai UCS/Is adalah 24 untuk semua tipe batuan
(Danu Mirza Rezky, 2020).).

3 || Mekanika Batuan
Sumber : Yuliadi, 2015
Gambar 1.2 Alat Pengujian Uniaxial Test

Fungsi dari tombol dan bagian pada mesin uji tekan beton ini, yaitu :
a. Saklar (On/Off) : untuk mengaktifkan dan menonaktifkan mesin
b. Valve : untuk membuka/menutup pengaliran oli
c. Variable Speed : untuk mempercepat proses pengaliran oli
d. Piston : sebagai penekan umum
e. Cylinder : sebagai tempat penampung oli
f. Planes atas/bawah : sebagai penekan sampel beton
g. Dudukan sampel : sebagai tempat penyimpanan sampel beton kubus
h. Manometer : sebagai pengukur tekanan sampel beton
i. Jarum merah : sebagai pembaca
j. Jarum hitam : sebagai penggerak utama

4 || Mekanika Batuan
5 || Mekanika Batuan
C. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan unixial ini yaitu:
1. Alat
Tabel 1.1 alat yang digunakan.
No Nama Alat Kegunaan
Concreate Compression Sebagai alat utama pengujian Uniaxial
a.
Strength Test
Untuk mengukur tinggi dan diameter dari
b. Jangka Sorong
sampel
Sebagai wadah untuk memasukkan oli
c. Corong
kedalam alat uji
d. Kuas Untuk membersihkan alat uji
Untuk meratakan bagian atas dan bagian
e. Amplas
bawah sampel
Untuk mencatat segala hal yang
f. ATK
diperlukan selama praktikum berlangsung
Sumber : Zulfiqri, Dkk. 2021.

a b c

d e
Sumber : Dokumentasi Ahmad Rendy, 2021
Gambar 1.3 Alat - Alat Yang Digunakan Dalam Pengujian

6 || Mekanika Batuan
2. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini antara lain:
a. Sampel kasar (A1, A2, A3)
b. Sampe halus (B1, B2, B3)
c. Oli

a&b c
&777
Sumber : Dokumentasi Ahmad Rendy, 2021

Gambar 1.4 Bahan – Bahan Yang Digunakan Dalam Pengujian

7 || Mekanika Batuan
D. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat percobaan uniaxial
compressive strength yaitu :
1. melakukan preparasi sampel untuk diuji
pada percobaan uniaxial test.

2. Sampel yang telah dipreparasi kemudian


di amplas pada bagian atas dan bawah
permukaan sampel.

3. Kemudian menugkur diameter dan tinggi


pada sampel yang akan diuji.

4. Pada concreate compression machine


Ditambahkan oli sebagai komponen
penggerak hidrolik.

5. Sampel yang telah siap kemudian


Dimasukkan kedalam concreate
compression machine.

6. Kemudian Dilakukan penguncian pada


tuas pengunci dengan cara diputar kearah
kanan atau searah jarum jam.

8 || Mekanika Batuan
7. Menyalakn mesin dengan menekan
tombol power yang berada diantara tuas
kecepatan dengan tuas pengunci.

8. Selanjutnya Dinaikkan tuas kecepatann


pada alat dengan cara tuas didorong
kedepan.

9. Diperhatikan dial yang ada pada alat,


kemudian dicatat angka tertinggi yang
ditunjukkan oleh dial sebagai nilai P.

11. Kemudian mesin dimatikan dengan


menekan tombol power.

12. Memutar tuas pengunci kearah kiri


dengan tujuan untuk melonggarkan tuas
pengunci.

10. Selanjutnya mengeluarkan sampel dari


alat uji.

Sumber : (La Ndewa, 2021)

9 || Mekanika Batuan
E. Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari pengujian uniaxial test, yaitu :
Tabel 1.2 Hasil Pengujian
No Sampel P (kN) D (cm) H (cm) R (cm)
1 A1 25 7.29 14.01 3.645
2 A2 35 5.69 11.45 2.845
3 A3 35 4.49 9.44 2.245
4 B1 30 7.12 14.5 3.56
5 B2 45 5.61 11.49 2.805
6 B3 30 4.4 9.41 2.2
Sumber : Selvia Meirawati dkk, 2021
Rumus yang digunakan :

A = лr2

P
σcα =
A
σc α
σc = D
{0,88+0,24 }
H
Keterangan :
σcα : Nilai kuat tekan benda uji sebelum koreksi H/D (kN/Cm2)
σc : Nilai kuat tekan benda uji setelah dikoreksi yang mempunyai
perbandingan H/D = 2 (kN/Cm2)
P : Beban sumbu (kN)
D : Diameter benda uji (Cm)
H : Tinggi badan uji (Cm)
A : Luas permukaan bidang atas dan bidang bawah benda uji (cm2)
Л : ketetapan (3,14 atau 22/7)
R : Jari – jari lingkaran

10 || Mekanika Batuan
Perhitungan :
 Sampel kasar
 Sampel A1
A = лr2
= 3,14 cm x 3,6452 cm
= 41,718 cm2
P
σcα =
A
25 kN
=
41,718 cm2
= 0.599 kN/Cm2
σc α
σc = D
{0,88+0,24 }
H
0,599 kN /cm 2
=
0,88+( 0,24 X 0,520)
0,599 kN /cm 2
=
0,88+ 0,125
0,599 kN /cm 2
=
1.005
= 0,596 kN/Cm2
 Sampel A2
A = лr2
= 3,14 cm x 2,8452 cm
= 25,41 cm2
P
σcα =
A
35 kN
=
25,41cm 2
= 1,377 kN/Cm2
σc α
σc = D
{0,88+0,24 }
H
0,599 kN /cm 2
=
0,88+( 0,24 X 0,497)
1,377 kN /cm 2
=
0,88+0,119
1,377 kN /cm 2
=
0,999
= 1,378 kN/Cm2
 Sampel A3
A = лr2
= 3,14 cm x 2,2452 cm
= 15,82 cm2

11 || Mekanika Batuan
P
σcα =
A
35 kN
=
15,82cm 2
= 2,212 kN/Cm2
σc α
σc = D
{0,88+0,24 }
H
0,599 kN /cm 2
=
0,88+( 0,24 X 0,476)
2,212kN /Cm 2
=
0,88+0,114
2,121kN /cm2
=
0,994
= 2,225 kN/Cm2
 Sampel halus
 Sampel B1
A = лr2
= 3,14 cm x 3,562 cm
= 39,795 cm2
P
σcα =
A
30 kN
=
39,795 cm2
= 0.754 kN/Cm2
σc α
σc = D
{0,88+0,24 }
H
0,599 kN /cm 2
=
0,88+( 0,24 X 0,491)
0,754 kN /cm2
=
0,88+0,118
0,754 kN /cm2
=
0,998
= 0,755 kN/Cm2
 Sampel B2
A = лr2
= 3,14 cm x 2.8052cm
= 24.70 cm2
P
σcα =
A
45 kN
=
24.70 cm2
= 1.821 kN/Cm2

12 || Mekanika Batuan
σc α
σc = D
{0,88+0,24 }
H
0,599 kN /cm 2
=
0,88+( 0,24 X 0,488)
1,821kN /cm2
=
0,88+ 0,117
1,821kN /cm2
=
0,997
= 1,827 kN/Cm2

 Sampel B3
A = лr2
= 3,14 cm x 2,22 cm
= 15,19 cm2
P
σcα =
A
30 kN
=
15,19 cm2
= 1.976 kN/Cm2
σc α
σc = D
{0,88+0,24 }
H
0,599 kN /cm 2
=
0,88+( 0,24 X 0,468)
1,974 kN /cm 2
=
0,88+0,112
1,974 kN /cm 2
=
0,992
= 1,989 kN/Cm2

Tabel 1.3 Hasil perhitungan


P D H R A σcα σc
No Sampel
(kN) (cm) (cm) (cm) (Cm2) (kN/Cm2) (kN/Cm2)
1 A1 25 7.29 14.01 3.645 41.718 0.599 0.596
2 A2 35 5.69 11.45 2.845 25.415 1.377 1.378
3 A3 35 4.49 9.44 2.245 15.826 2.212 2.225
4 B1 30 7.12 14.5 3.56 39.795 0.754 0.755
5 B2 45 5.61 11.49 2.805 24.706 1.821 1.827
6 B3 30 4.4 9.41 2.2 15.198 1.974 1.989
Sumber : Selvia Meirawati dkk, 2021

13 || Mekanika Batuan
14 || Mekanika Batuan
2. Pembahasan
a. Sampel Kasar (A1, A2, A3)

SAMPEL KASAR
2.500

2.000
kuat tekan

1.500
σc
1.000

0.500

0.000
A1 A2 A3

kode sampel

Gambar 1.6 Grafik Hasil Sampel Kasar

Berdasarkan pengujian Uniaxial test yang telah dilakukan di dapatkan


beberapa hasil di antaranya yaitu sampel kasar , dimana sampel A 1 memiliki
diameter 7,29 cm, tinggi 14,01cm dan beban sumbu 25 kN/cm2. Kemudian
nilai kuat tekan sebelum koreksi (σcα) pada sampel A1 yaitu 0,599 kN/cm2
dan nilai sampel A1 sesudah koresi yaitu 0,596 kN/cm2. Pada saat
mengalami failure (runtuh) tipe pecahan yang di hasilkan yaitu axial
spiltting (belahan arah axial).
Pada sampel A2 memiliki diameter 5,69 cm, tinggi 11,45 cm dan beban
sumbu 35 kN/cm2. Kemudian nilai kuat tekan sebelum koreksi (σcα) pada
sampel A2 yaitu 1,377 kN/cm2 dan nilai sampel A2 sesudah koresi (σc) yaitu
1,378 kN/cm2. Pada saat mengalami failure (runtuh) tipe pecahan yang di
hasilkan yaitu axial spiltting (belahan arah axial).
Pada sampel A3 memiliki diameter 4,49 cm, tinggi 9,44 cm dan beban
sumbu 35 kN/cm2. Kemudian nilai kuat tekan sebelum koreksi (σc α) pada
sampel A1 yaitu 2,212 kN/cm2 dan nilai sampel A1 sesudah koresi (σc) yaitu
2,225 kN/cm2. Pada saat mengalami failure (runtuh) tipe pecahan yang di
hasilkan yaitu axial spiltting (belahan arah axial).

15 || Mekanika Batuan
b. Sampel Kasar (B1, B2, B3)

SAMPEL HALUS
2.500

2.000
Kuat Tekan

1.500
σc
1.000

0.500

0.000
B1 B2 B3
Kode Sampel

Gambar 1.7 Grafik Hasil Sampel Halus


Berdasarkan pengujian Uniaxial test yang telah dilakukan di dapatkan
beberapa hasil di antaranya yaitu sampel kasar , dimana sampel B 1 memiliki
diameter 7,12 cm, tinggi 14,5 cm dan beban sumbu 30 kN/cm 2. Kemudian
nilai kuat tekan sebelum koreksi (σcα) pada sampel B1 yaitu 0,754 kN/cm2
dan nilai sampel B1 sesudah koresi yaitu 0,755 kN/cm 2. Pada saat
mengalami failure (runtuh) tipe pecahan yang di hasilkan yaitu axial
spiltting (belahan arah axial).
Pada sampel B2 memiliki diameter 5,61 cm, tinggi 11,49 cm dan beban
sumbu 45 kN/cm2. Kemudian nilai kuat tekan sebelum koreksi (σcα) pada
sampel B2yaitu 1,821 kN/cm2 dan nilai sampel B2 sesudah koresi (σc) yaitu
1,827 kN/cm2. Pada saat mengalami failure (runtuh) tipe pecahan yang di
hasilkan yaitu axial spiltting (belahan arah axial).
Pada sampel B3 memiliki diameter 4,4Ncm, tinggi 9,41cm dan beban
sumbu 30 kN/cm2. Kemudian nilai kuat tekan sebelum koreksi (σcα) pada
sampel B3 yaitu 1,974 kN/cm2 dan nilai sampel B3 sesudah koresi (σc) yaitu
1,989 kN/cm2. Pada saat mengalami failure (runtuh) tipe pecahan yang di
hasilkan yaitu axial spiltting (belahan arah axial).

16 || Mekanika Batuan
F. Kesimpulan Dan Saran

3. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a. pada sampel kasar, nilai kuat tekat yang paling besar adalah di kode
A3 dengan nilai 2,212 kN/cm2, kemudian nilai kuat tekan yang
paling kecil berada di kode A1 dengan nilai 0,599.
b. pada sampel halus, nilai kuat tekan yang paling besar berada pada
kode sampel B3 dengan nilai 1,974 kN/cm2. Kemudian nilai kuat
tekan terendah berada pada kode sampel B1 dengan nilai 0,754.
1. Saran
a. Saran untuk laboratorium, yaitu agar kiranya ac atau pendingin yang
ada dilaboratorium ditambah lagi.
b. Saran untuk teman kelompok, saran saya yaitu agar kiranya tetap
disiplin dan bisa manajemenkan waktunya.
c. Saran untuk asisten, saran saya yaitu tetap jadi asisten yang saya
kenal

17 || Mekanika Batuan

Anda mungkin juga menyukai