Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN II

PENYELASIAN AUDIT

DOSEN PENGAMPU :

Dr. I Ketut Budiartha, S.E, M.Si, Ak., CPA

KELOMPOK 12

1. Ni Made Ria Paramitha Wirangsih 1907531175 (26)

2. Kadek Prilia Tirana 1907531185 (27)

3. I Gusti Ayu Putu Inten Nanda Pramita 1907531226 (28)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
A. Melaksanakan Pengujian Tambahan untuk Penyajian dan Pengungkapan
Prosedur untuk memenuhi tiga kategori tujuan audit, yaitu tujuan yang berhubungan
dengan transaksi, tujuan audit saldo, dan tujuan penyajian dan pengungkapan. Ketiga
tahap menjelaskan bagaimana auditor merancang dan melaksanakan pengujian audit
untuk memperoleh bukti yang kuat untuk mendukung setiap kategori dari tujuan audit.
Sebagai bagian dari tahap IV proses audit, auditor mengevaluasi bukti yang mereka
peroleh selama tiga tahap pertama dalam audit untukmenentukan apakah mereka harus
melaksanakan prosedur tambahan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan. Auditor
melakukan pendekatan untuk memperoleh bukti untuk tujuan audit yang berhubungan
dengan penyajiandan pengungkapan, konsisten dengan bagaimana mereka melakukan
pendekatan untuk memperoleh bukti untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
dan saldo. Salah satu kekhawatiran utama auditor berkenaan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan adalah menetukan apakah manajemen telah mengungkapkan semua
informasi yang diperlukan.

B. Review Atas Utang Bersyarat dan Komitmen


Kewajian kontinjen adalah potensi kewajiban dimasa mendatang kepada pihak luar
untuk jumlah yang tidak diketahui dari aktivitas yang telah terjadi. Diperlukan tiga
kondisi agar suatu kewajiban kontinjen ada: 1)Terdapat potensi pembayaran kepihak luar
atau kerusakan aktiva yang diakibatkan kondisi yang ada, 2) Terdapat ketidakpastian
mengenai jumlah pembayaran atau kerusakan dimasa mendatang., dan 3) Hasil akan
dipecahkan oleh satu atau beberapa kejadian di masa mendatang.

Tujuan auditor dalm memverifikasi kewajiban kontinjen adalah : Mengevaluasi


perlakuan akuntansi dari kewajiban kontinjen yangdiketahui menentukan apakah
manajemen telah mengklasifikasidengan benar kotinjensi tersebut. (tujuan klasifikasi
penyajian dan pengungkapan) dan mengidentifikasi sampai batasan praktis, setiap
kontinjensi yang belum diidentifikasi oleh manajemen. (tujuan kelengkapan penyajiandan
pengungkapan).

Prosedur Audit Untuk Menemukan Kontijensi


Langkah pertama dalam mengaudit kontinjen adalah menetukan ada atau tidaknya
kontijensi (tujuan keterjadian penyajian dan pengungkapan). Beberapa prosedur untuk
mecari kewajiban kontinjen akan tetapi tidaksemuanya dapat diterapkan dalam semua
audit:
1. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen (secara lisan atau tertuis).
2. Mereview laporan agen pendapatan internal tahun ini dan tahun sebelumnya
untuk penyelesaian pajak pendapatan.
3. Mereview risalah pertemuan direksi dan pemegang saham untuk indikasi tuntutan
hukum atau kontijensi lainnya.
4. Menganalisis biaya hukum untuk periode dibawah audit dan mereview faktur dan
laporan dari penasihat hukum untuk indikasi kewajiban kontijensi, terutama
tuntutan hukum dan penundaan penilaian pajak.
5. Memperoleh surat dari pengacara untuk memberikan jasa hukum untuk kliennya
dalam status penundaan tuntutan atau kewajiban kontijen lainnya.
6. Mereview dokumentasi audit untuk setiap informasi yang mungkin menunjukan
potensi kontinjensi.
7. Memeriksa letter of credit yang berlaku pada tanggal neraca dan memperoleh
konfirmasi saldo yang digunakan dan tidak digunakan.
Evaluasi Kewajiban Kontijen Yang Diketahui

Jika auditor menyimpulkan adanya kewajiban kontijen, auditor harus mengevaluasi


arti penting dari kewajiban potensial itu dan hakikatnya dari pengungkapan yang
diperlukan dalam laporan keuangan untuk memperoleh bukti mengenai tujuan
keterjadian dan hak serta kewajiban penyajian dan pengungkapan.

Prosedur Audit Untuk Menemukan Komitmen

Pencarian komitmen yang tidak diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian dari
audit setiap bidang audit.

Mengajukan Pertanyaan Kepada Pengacara Klien

Meruapakan prosedur utama yang menjadi tempat utama auditor bergantung untuk
mengevaluasi tuntutan hukum yang diketahui atau klaim lain terhadap klien dan
mengidentifikasi tuntutan tambahan. Auditor bergantung pada keahlian dan pengetahuan
pengacara klien.

C. Review Terhadap Peristiwa Kemudian


Auditor harus mereview transaksi dan peristiwa yang muncul setelah tanggal neraca
untuk menetukan apakah terdapat transaksi atau peristiwa yang muncul yang mungkin
mempengaruhi penyajian dan pengungkapan wajar dari laporan periode saat ini. Ada dua
tipe peristiwa kemudian yang membutuhkan pertimbangan manajemen dan evaluasi
auditor, yaitu peristiwa kemudian yang berdampak langsung pada laporan keuangan
sehingga memerlukan penyesuaian dan peristiwa kemudian yang tidak berdampak
langsung pada laporan keuangan namun memerlukan pengungkapan.
Prosedur-prosedur audit atas pristiwa dan fakta sesudah tanggal neraca diuraikan
dalam tiga situasi sebagai berikut :
a) Peristiwa terjadi antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit.
b) Fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal laporan auditor, namun sebelum
tanggal laporan keuangan diterbitkan.
c) Fakta yang perlu diketahui oleh auditor sesudah laporan keuangan diterbitkan.

D. Pengumpulan Bahan Bukti Akhir

Auditor mempunyai sedikit tanggung jawab akumulasi akhir yang dapat diterapkan
untuk seluruh siklus lain disamping penelitian atas kewajiban kontijensi dan menelaah
peristiwa kemudian. Pengumpulan bukti akhir dapat dilakukan melalui 5 jenis berikut,
diantaranya:

1. Melakukan Prosedur Analitis Akhir

Prosedur analitis yang dilakukan selama penyelesaian audit berguna sebagai


telaah akhiratas salah saji material atau masalah keuangan yang tidak disebutkan
selama pengujiandan membantu auditor dalam memberikan pandangan objektif atas
laporan keuangan.

2. Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha


PSA 30 (SA 341) mensyaratkan auditor untuk mengevaluasi bila ada keraguan
yang substansial mengenai kemampuan klien dalam melanjutkan usaha, setidaknya
dalam waktusatu tahun atau lebih setelah tanggal neraca.Auditor membuat penilaian
pada awalnya sebagai bagian dari perencanaan, tetapi bisa saja mengubah hasil
penilaian bila ada informasi baru. Misalnya, penilaian awal atas kelangsungan usaha
akan direvisi bila ada temuan auditor selama masa audit bahwa perusahaan tidak
dapat membayar utang, kehilangan konsumen utama, atau memutuskan untuk
menjual aset penting untuk membayar utang. Auditor menggunakan prosedur analitis,
mendiskusikan dengan manajemen mengenai kemungkinan adanya kesulitan
keuangan, dan mengumpulkan informasi mengenai bisnis klien selama masa audit
agar dapat memberikan penilaian terhadap kemungkinan kesulitan keuangan pada
tahun depan.

3. Memperoleh Surat Representasi Manajemen

PSA 17 (SA 333) mensyaratkan auditor untuk memperoleh surat representasi


yang mendokumentasikan representasi penting bagi manajemen yang dibuat selama
audit.Penolakan klien untuk membuat dan menandatangani surat tersebut berakibat
padamunculnya opini dengan pengecualian atau tidak ada opini.

4. Auditor harus jelas memisahkan audit dan tanggung jawab pelaporan atas laporan
keuangan utama dan untuk informasi tambahan.

Biasanya, auditor tidak melakukan audit terperinci yang memadai untuk


menyesuaikan opini atas informasi tambahan, tetapi dalam kondisi tertentu auditor
dapat saja mengandalkan bahwa informasi tersebut disajikan dengan wajar. Standar
pelaporan profesi mensyaratkan auditor untuk membuat pernyataan yang jelas
mengenai tingkat tanggung jawab yang diambil atas informasi tambahan ini. Saat
auditor menerbitkan opini atas informasi tambahan yang menyertai laporan keuangan,
materialitasnya sama dengan yang digunakan dalam membuat opini terhadap laporan
keuangan dasar. Akibatnya, prosedur tambahan yang diperlukan tidak seluas saat
auditor menerbitkan opini atas informasi yang diambilnya sendiri, seperti atas laporan
akun atau bagian tertentu.
5. Membaca Informasi Lain Dalam laporan Tahunan

PSA 44 (SA 550) mensyaratkan auditor untuk membaca informasi lain yang
dimasukkan dalam laporan tahunan mengenai laporan keuangan. Misalnya,
asumsikan bahwa surat direktur dalam laporan tahunan menyebutkan kenaikan laba
per lembar saham dari Rp.2.600 menjadi Rp.2.930. Auditor diminta untuk
membandingkan informasi tersebut dengan laporan keuangan atas kesesuaiannya.

SA 550 hanya menyebutkan informasi yang bukan bagian dari laporan keuangan,
tetapi dipublikasikan bersama dengan laporan ini.Jika auditor menyimpulkan bahwa
ada ketidakkonsistenan yang material, maka ia harus meminta klien untuk mengubah
informasi tersebut. Jika klien menolak, dan hal ini tidak biasa, maka auditor akan
memasukkan paragraf penjelasan dalam laporan audit atau mengundurkan diri.

E. Mengevaluasi Hasil

Setelah melaksanakan seluruh prosedur audit dalam setiap area audit, termasuk
telaah untuk kontinjensi dan kejadian setelah tanggal neraca serta akumulasi bukti akhir,
auditor harus mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu kesimpulan keseluruhan
mengenai laporan keuangan. Pada akhirnya, auditor harus memutuskan apakah bukti
audit sudah memadai dan tepat untuk diakumulasikan untuk menjamin kesimpoulan
bahwa laporan keuanga disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, dan
diaplikasikan secara konsisten dengan tahun sebelumnya. Evaluasi akhir atas kecukupan
bahan bukti adalah berupa penelaahan oleh auditor atas seluruh audit untuk menentukan
apakah seluruh aspek penting telah cukup diuji setelah mempertimbangkan situasi
penugasan. Langkah utama dalam proses ini adalah penelaahan program audit untuk
meyakinkan bahwa seluruh bagian telah secara akurat diselesaikan dan
didokumentasikan dan bahwa seluruh tujuan audit dipenuhi. Kelima aspek dalam
evaluasi hasil, yaitu:

1) Bukti yang tepat dan memadai.


Untuk membuat evaluasi akhir apakah bukti sudah diakumulasikan dengan tepat
dan memadai, auditor menelaah dokumentasi atas audit keseluruhan untuk
menentukan apakah seluruh hal material dari transaksi, akun dan pengungkapan
sudah diuji secara memadai, dengan mempertimbangkan seluruh kondisi audit.
Bagian penting dalam telaah adalah memastikan bahwa seluruh bagian dari program
audit dilengkapi dengan akurat dan didokumentasikandan seluruh tujuan audit
terpenuhi.

Untuk membantu dalam memutuskan apakah audit sudah memadai, auditor sering
menggunakan daftar periksa (checklist) penyelesaian penugasan, sebagai pengingat
bila ada aspek audit yang terlewatkan. Jika auditor memutuskan bahwa bukti yang
memadai tidak terpenuhi dalam rangka memutuskan apakah laporan keuangan
disajikan secara wajar, maka mereka memiliki dua pilihan: (1) mengakumulasikan
bukti tambahan atau (2) menerbitkan opini dengan pengecualian atau tidak
memberikan opini.

2) Bukti pendukung opini auditor.

Bagian penting dari evaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara wajar
adalah mengikhtisarkan salah saji yang ditemukan dalam audit.Manakala auditor
menemukan salah saji yang material, neraca saldo harus disesuaikan untuk
mengkoreksi laporan keuangan.Auditor dapat mencatat jejak kekeliruan dan
menggabungkannya dalam berbagai cara yang berbeda, tetapi kebanyakan auditor
menggunakan Skedul Audit Salah-Saji yang Tidak Disesuaikan atau Ikhtisar Salah-
Saji yang mungkin. Jika auditor percaya bahwa terdapat kecukupan bahan bukti
tetapi tidak menjamin kesimpulan mengenai penyajian laporan keuangan yang wajar,
auditor sekali lagi mempunyai dua pilihan: laporan harus direvisi hingga auditor
puas atau memberikan pendapat wajar tanpa syarat atau menolak untuk memberikan
pendapat harus diterbtikan. Perhatikan bahwa pilihan disini berbeda dengan yang
dibahas dalam kasus ketidakcukupan bahan bukti yang diperoleh.

3) Pengungkapan laporan keuangan.


Sebelum menyelesesaikan audit, auditor harus membuat evaluasi akhir apakah
pengungkapan laporan keuangan sudah memenuhi seluruh tujuan penyajian dan
pengungkapan. Sebagai bagian dari telaah akhir dalam pengungkapan laporan
keuangan, banyak KAP mensyaratkan adanya penyelesaian daftar pengungkapan
laporan keungan untuk setiap audit.

Auditor harus menunggu untuk menentukan laporan audit untuk di audit hingga
seluruh bukti diakumulasi dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan karena laporan audit
merupakan satu-satunya yang dilihat oleh sebagian besar pengguna dari keseluruhan
proses audit dan konsekuensi dari penerbitan laporan audit yang tidak benar sangat
besar. Sebagian besar auditor dalam mengaudit menerbitkan laporan standar tanpa
pengecualian dengan kata-kata baku. KAP biasanya memiliki bentuk baku laporan
audit dan hanya di ganti nama klien, judul laporan keuangan, dan tanggalnya. Apabila
KAP memutuskan bahwa laporan standar tanpa pengecualian tidak memadai, maka
pembahasan lebih lanjut dilakukan antara rekanan dalam KAP dan juga klien. KAP
memiliki manual laporan audit komprehensif yang membantu mereka dalam memilih
kata-kata yang tepat dalam laporan jika diperlukan oleh auditor

F. Komunikasi dengan Manajemen dan Pihak Yang Bertanggungjawab Atas Tata


Kelola

Seletah audit diselesaikan, sejumlah komunikasi potensial dari auditor perlu


disampaikan kepada manajemen dan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola. SA
260.9 menyatakan bahwa tujuan auditor melakukan komunikasi dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola adalah:

a. Untuk mengomunikasikan secara jelas kepada pihak yang beranggungjawab atas


tata kelola dan tanggungjawab auditor yang berkaitan dengan aduit atas laporan
keuangan, dan gambaran umum perencanaan lingkup saat audit
b. Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola
c. Untuk menyediakan kepada para pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
secara tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan dan relevan terhadap
tanggungjawab mereka untuk mengawasi proses pelaporan
d. Mendukung komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola.

Berikut merupakan beberapa ketentuan yang mewajibkan auditor untuk berkomunikasi


dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola yang diatur dalam standar audit.
1. SA 240 (Tanggungjawab Ausitor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit
Atas Laporan Keuangann) Para. 41 dan 42
2. SA 250 (Pertimbangan atas Peraturan Perundang – undangan dalam Audit Atas
Laporan Keuangan) Para. 22 dan 24
3. SA 265 (Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada Pihak
yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola dan Manajemen) Para. 9 dan A12
4. SA 450 (Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang diidentifikasi Selama
Audit) Para. 12 dan 13
5. SA 505 (Konfirmasi Eksternal) Para. 9
6. SA 510 (Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal) Para. 7
7. SA 550 (Pihak Berelasi) Para. 27
8. SA 570 (Kelangsungan Usaha) Para. 23
9. SA 705 (Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen) Para. 28
dan A25

G. Surat Ditujukan Kepada Manajemen

Setelah pengauditan selesai, auditor kadang – kadang merasa perlu mengirim surat
ditujukan kepada manajemen. Tujuan pengiriman surat tersebut adalah untuk memberi
informasi kepada personil klien tentang rekomendasi yang diberikan akuntan public
untuk perbaikan suatu bidang tertentu dalam bisnis klien. Kebanyakan rekomendasi
auditor difokuskan pada saran – saran untuk memperbaiki efisiensi operasi. Banyak
akuntan public membuat surat ditujukan kepada manajemen pada setiap audit yang
dilakukannya untuk menunjukan kepada manajemen bahwa kantor akuntan public
memberi manfaat tambahan kepada intetas yang diauditnya di luar jasa audit. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan hubungan baik dengan manajemen dan menawarkan
jasa – jasa lain yang dapat dilakukan oleh kantor akuntan public, seperti misalnya jasa
bida perpajakan atau bantuan manajemen lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono Jusup, Al. 2012. Auditing Pengauditan Berbasis ISA, edisi ke-2. Yogyakarta: STIE
YKPN

Anda mungkin juga menyukai