Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN II

PENGAUDITAN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN

DOSEN PENGAMPU :

Dr. I Ketut Budiartha, S.E, M.Si, Ak., CPA

KELOMPOK 12

1. Ni Made Ria Paramitha Wirangsih 1907531175 (26)

2. Kadek Prilia Tirana 1907531185 (27)

3. I Gusti Ayu Putu Inten Nanda Pramita 1907531226 (28)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
1. AKUN-AKUN KAS DAN INSTRUMEN KEUANGAN

Kas merupakan satu-satunya akun yang tidak dimasukkan dalam setiap siklus kecuali
persediaan dan pergudangan. Kas merupakan hal yang penting bagi auditor terutama
karena besarnya potensi kecurangan, atau karena kemungkinan terjadinya kesalahan
yang tidak disengaja. Terdapat beberapa jenis akun kas yang umumnya digunakan oleh
sebagian perusahaan besar. Auditor akan mengetahui lebih banyak jenis saldo kass
setelah memahami bisnis klien. Berikut jenis akun kas yang utama:
 Akun Kas Umum: Merupakan bagian kas yang penting bagi sebagian besar
organisasi karena sebagain besar penerimaan dan pengeluaran kas mengalir
melalui akun ini.
 Akun Impres: Perusahaan membuat akun penggajian impres yang terpisah
untuk meningkatkan pengendalian internal pengeluaran penggajian. Terdapat
jenis akun impres lain yang sedikit berbeda dari akun impres pada umumnya
yaitu terdiri atas satu rekening bank untuk penerimaan dan pengeluaran.
Perusahaan bisa saja memiliki akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh
penerimaan disetorkan ke dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun
umum secara periodik. Akun pengeluaran ditetapkan berbasis impres, tetapi
dengan cara yang berbeda dengan akun pengajian impres.
 Akun Bank Cabang: Berguna untuk membangun hubungan dengan perbankan
di komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang.
 Dana Kas Kecil Impres: Ini bukan merupakan rekening bank, tetapi hampir
sama dengan kas pada bank. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas
berjumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika menggunakan uang tunai
dibandingkan dengan cek atau untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan
cek gaji atau pribadi, selain itu juga digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah
kecil.
 Setara Kas: Perusahaan seringkali menginvestasikan kelebihan kas yang
diakumulasikan selama bagian tertentu dari siklus operasi, yang akan diperlukan
dalam waktu dekat dan bisa disebut Ekuivalen kas yang bersifat jangka pendek
dan sangat likuid. Ekuivalen kas bisa sangat material, dicantumkan dalam
laporan keuangan sebagai bagian dari akun kas jika merupakan investasi jangka
pendek yang siap dikonversikan menjadi sejumlah kas tertentu, dan tidak
terdapat dirisiko signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga.
Sekuritas yang dapat diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka
waktu yang lebih panjang bukan merupakan Ekuivalen kas.

2. KAS DI BANK DAN SIKLUS-SIKLUS TRANSAKSI

Jumlah kas yang mengalir masuk ke dalam dan keluar dari akun kas sering kali lebih
besar dari pada jumlah kas yang mengalir untuk aku lainnya. Kas lebih rentan
digelapkan dari pada akun aset lainnya, karena sebagian besar aktiva lainnya itu harus
dikonversikan menjadi kas agar dapat digunakan. Auditor harus membedakan antara
memverifikasi rekonsiliasi saldo pada laporan bank dan saldo di buku besar umu, serta
memverifikasi kas yang tercatat merefleksikan dengan benar semua transaksi yang
terjadi selama tahun tersebut. Salah saji berikut menghasilkan kesalahan dalam
pembayaran atau penerimaan kas, tetapi tidak satupun dapat ditemukan dalam audit
atas rekonsiliasi bank:
a. Kegagalan menagih pelanggan

b. Penggelapan kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen


sebelumnya dicatat, dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
c. Kesalahan pembayaran faktur vendor

d. Pembayaran tidak semestinya atas biaya pribadi pejabat

e. Pembayaran atas bahan baku yang tidak diterima

f. Pembayaran atas karyawan lebih besar dari jam kerja actual


g. Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan
tingkat bunga sebenarnya

Seluruh jenis salah saji yang berbeda tersebut biasanya umunya sebagai bagian dari
pengujian atas rekonsiliasi bank:

h. Kegagalan memasukkan cek yang belum di kliring oleh bank pada daftar cek
yang beredar, walaupun telah dicatat pada jurnal pengeluaran kas
i. Kas yang diterima dari klien setelah tanggal neraca, tetapi dicatat dalam
penerimaan kas pada tahun berjalan
j. Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada
bank dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai
setoran dalam perjalanan.
k. Pembayaran atas wesel bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi
tidak dimasukkan dalam catatan klien.

3. PENGAUDITAN ATAS AKUN KAS UMUM


Dalam mengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus
mengakumulasikan bukti yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas,seperti
yang tercantum dalam neraca, telah dinyatakan dan diungkapkan secara layak sesuai
dengan lima dari delapan tujuan audit terkait saldo yang digunakan untuk seluruh
pengujian perincian saldo. hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan nilai
realisasi kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama
dengan saldo akun neraca lainya.
Tahap I: Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi kas
Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari Ekuivalen kas dan jenis investasi lainya.
Auditor harus memahami risiko yang dari kebijakan dan strategi investasi klien, serta
pengendalian manajemen yang mengurangi risiko tersebut.
Tahap I: Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren
Saldo kas bersifat tidak material pada sebagian besar audit, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo itu hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul
potensi salah saji material dalam kas. Karena kas lebih rentan terhadap pencurian
dibandingkan asset lainya, terdapat risiko inheren yang tinggi untuk tujuan eksistensi,
kelengkapan dan keakuratan. Tujuan tersebut biasanya akan berfokus pada audit saldo
kas.
Tahap I: Menilai Risiko Pengendalian
Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu:
1. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan kas.
2. Rekonsiliasi bank independen
Rekonsiliasi bank merupakan pengendalian yang penting atas saldo akhir kas.
Rekonsiliasi itu akan memastikan bahwa catatan akuntansi mereflesikan saldo kas yang sama
seperti jumlah aktual kas di bank setelah mempertimbangkan item rekosiliasi.
Tahap II: Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substansif Atas Transaksi
Saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan, sehingga
terdapat banyak sekali jumlah transaksi akun memengaruhi kas, dan transaksi kas akan
diaudit sepanjang pengujian siklus transaksi tersebut.
Tahap III: Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis
Dalam banyak audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara ekstensif. Karena
itu penggunaan prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas menjadi kurang penting
dibandingkan untuk sebagian besar audit lainya. Auditor biasanya juga membandingkan
saldo akhir kas dengan saldo bulan sebelumnya. Prosedur analitis tersebut mungkin akan
mengungkapkan salah saji dalam kas.
Tahap III: Merancang Pengujian Perincian Saldo Kas
Tujuan yang paling penting dalam audit kas pada pengujian atas rincian saldo adalah
eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan, sehingga tujuan tersebut mendapat perhatian paling
besar. Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan keempat tujuan
penyajian dan pengungkapan. Prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan risiko
dalam kas yang sudah diidentifikasi auditor pada audit di bagian lainya.
 Permintaan atas Konfirmasi Bank
Meskipun tidak disyaratkan oleh standar audit, auditor biasanya meminta konfirmasi
dari setiap bank atau institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali
jika terdapat sejumlah besar akun yang tidak aktif. Setelah auditor menerima
konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang dikonfirmasi oleh bank
harus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Jika konfirmasi
bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.
 Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas
Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi bagian
yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti yang
tidak dapat diakses ke klien. Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar
bank mengirimkan laporan langsung kepada auditor dalam waktu 7 sampai 10 hari
setelah tanggal neraca. Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank
jika laporan pisah batas tidak diterima langsung dari pihak bank. Tujuannya adalah
untuk menguji apakah karyawan klien tidak memasukkan, menambahkan, atau
menggantikan dokumen sesuai dengan laporan. Pengujian ini jelas dilakukan untuk
salah saji yang disengaja.
 Pengujian Rekonsiliasi Bank
Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak klien sudah
menyiapkan rekonsiliasi dengan cermat dan melakukan verifikasi apakah saldo bank
yang dicatat klien sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam
perjalanan, cek beredar, dan jenis rekonsiliasi lainnya. Dalam verifikasi rekonsiliasi,
auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas pisah batas untuk
melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi.

4. PROSEDUR - PROSEDUR BERORIENTASI KECURANGAN

Auditor harus memperluas prosedur dalam audit akhir tahun untuk menentukan
kemungkinan adanya kecurangan yang material apabila pengendalian internal tidak
memadai. Dalam merancang prosedur audit untuk mengungkap kecurangan auditor harus
mempertimbangkan secara teliti sifat kelemahan pengendalian internal, jenis kecurangan
yang mungkin terjadi, materialitas kecurangan yang potensial dan prosedur audit yang
efektif untuk mengungkapnya. Prosedur yang dapat mengungkapkan kecurangan dalam
penerimaan ks masuk antara lain: konfirmasi piutang dagang, pengujian yang dilakukan
untuk mendeteksi lapping, mereview ayat jurnal buku besar umum akun kas untuk pos
yang tidak biasa, membandingkan pesanan, penjualan dan penerimaan kas, memeriksa
persetujuan dansdokumen pendukung untuk piutang tidak tertagih dan retur. Sedangkan
untuk mengungkapkan kecurangan yang berhubungan secara langsung dengan saldo
kasakhir tahun terdapat 3 prosedur yang mungkin dilakukan yaitu:
1) Memperluasan Pengujian atas Rekonsiliasi Bank
Jika auditor yakin rekonsiliasi bank disalah saji dengan sengaja, maka perlu dilakukan
perluasan pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang dilakukan
auditor:
a. Memulai rekonsiliasi bank dan membandingkan semua item dengan cek yang
dibatalkan dan dokumen lainnya.
b. Membandingkan semua cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank
tertanggal dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas.
c. Menelusuri seluruh item yang belum dikliring dan jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah
dimasukkan.
d. Memeriksa bahwa seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari jurnal
untuk rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.
2) Pengujian Kas
Auditor menggunakan pengujian kas jika pengendalian internal terhadap kas
lemah untuk menentukan: semua penerimaan kas yang tercatat telah
disetorkan,seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi, seluruh
pengeluaran kas dibayarkan oleh bank, seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank
sudah dicatat. Pengujian kas meliputi empat tugas rekonsiliasi, yaitu:
a. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada a'al periode
bukti kas.
b. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang
tercatat dalam jurnal penerimaan kas pada periodetertentu.
c. Merekonsiliasi kliring cek yang dibatalkan dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
untuk periode tertentu.
d. Merekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode
pembuktian kas.
Ketika mengumpulkan pembuktian kas, auditor mengkombinasikan pengujian
susbtantif atas transaksi dan pengujian perincian saldo. Pengujian kas merupakan metode
yang sangat baik dalam membandingkan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas
dengan akun bank dan rekonsiliasi bank.
3) Pengujian Transfer Antar Bank
Pengujian transfer bank penting untuk menguji kiting dan kesalahan tidak sengaja
dalam mencatat transfer antarbank. Terdapat beberapa yang sebaiknya diaudit dalam
skedul transfer antara bank, yaitu:
a. Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi
b. Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank yang
mengirimkan
c. Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus
dilakukan di tahun fiskal yang sama
d. Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan ataudikeluarkandengan
benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar
e. Penerimaan dalam skedul tranfer antarbank harus dimasukkan ataudikeluarkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan.
Walaupun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya terkait kecurangan,
tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa memerhatikan
pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat mengakibatkan salah
perhitungan antara kas dan utang dagang.

5. PENGAUDITAN AKUN – AKUN INSTRUMEN KEUANGAN


Auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup dan akurat untuk mengevaluasi akun
– akun isntrumen keuangan apakah akun – akun tersebut telah disajikan dengan wajar
dan diungkapkan dengan tepat sesuai dengan delapan tujuan audit saldo yang digunakan
untuk pengujian rinci saldo. Berikut merupakan metodologi untuk pengauditan akhir
tahun atas instrument – instrument keuangan.

1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Terhadap Instrumen Keuangan (Tahap I)


Risiko bisnis sangat berpengaruh berpengaruh terhadap instrument keuangan
berbeda – beda tergantung pada signifikansi dan keagresifan perusahaan dalam
aktivitas investasi. Perusahaan – perusahaan jasa keuangan memiliki risiko tinggi
karena tingginya volume aktivitas dan jenis instrument yang diperdagangkan maka
dari itu auditor harus mendapatkan pemahaman mengenai risiko dari kebijakan dan
strategi investasi klien, dan bagaimana manajemen mengatasi hal tersebut.
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap II)
Faktor – factor yang mempengaruhi risiko inheren keuangan meliputi tujuan
manajemen berkaitan dengan aktivitas investasi, kompleksitas sekuritas atau
derivative, pengalaman perusahaan di masa lalu dengan investasi tertentu. Factor lain
yang menambah risiko inheren untuk instrument keuangan adalah kompleksitas
standar akuntasi yang relevan.
3. Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Auditor mendapatkan pemahaman mengenai perancangan dan efektivitas
pengoperasian pengendalian internal yang berkaitan dengan inisiasi, otoritas,
pengolahan, pengukuran nilai wajar, dan pengungkapan aktivitas investasi. Dia atas
segalanya yang terpenting adalah bahwa manajemen memiliki strategi investasi dan
pemahaman tentang tingkat risiko, prosedur yang diterapkan untuk menggolongkan
instrument keuangan sebagai trading tersedia untuk dijual, prosedur – prosedur yang
diterapkan untuk menginisiasi, mencatat transaksi, dan pengendalian internal yang
kuat dalam mengestimasi nilai pasar.
4. Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi (Tahap II)
Pengujian transaksi yang dilakukan berkaitan dengan instrument keuangan
meliputi pembelian pembelian dan penjualan sekuritas dan derivative atau transaksi
hedging, laba rugi yang berkaitan, dan pendapatan Bungan dan dividen.
5. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap II)
Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir tahun
instrumen keuangan karema saldo – saldo tersebut bisa berfluktuasi dari tahun ke
tahun dan tidak selalu berkaitan dengan akun yang lain. Namun demikian prosedur
analitis bisa digunakan untuk untuk menguji kewajaran pendapatan bunga dan
dividen.
6. Merancang Pengujian Rinci Saldo Instrumen Keuangan (Tahap III)
Titik tolak pengujian saldo akhir akun – akun instrument keuangan adalah
mendapatkan suatu daftar aktivitas investasi selama tahun yang diperiksa. Daftar
aktivitas investasi meliputi saldo awal, pembelian dan penjualan instrument keuangan
termasuk laba rugi, dan saldo akhir yang dicatat pada nilai wajar pasar atau nilai lain
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Haryono Jusup, Al. 2012. Auditing Pengauditan Berbasis ISA, edisi ke-2. Yogyakarta: STIE
YKPN

Anda mungkin juga menyukai