Anda di halaman 1dari 7

INTERPRETASI COLOK DUBUR DAN ASPIRASI CAIRAN LAMBUNG

· COLOK DUBUR FESSES HITAM

Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau
kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. Warna feses merah gelap atau hitam berasal dari
konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga
berasal dari saluran cerna atas. Melena yaitu keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal
(ter) dengan bau khas, yang menunjukkan perdarahan SCBA serta dicernanya darah pada usus
halus. Dimana penyebab kelainan diatas dapat berasal dari kelainan esofagus, kelainan lambung,
dan kelainan duodenum.

· CAIRAN LAMBUNG

Definisi yang banyak digunakan untuk menyatakan intoleransi asupan adalah adanya

a. volume residu lambung ≥ 2 ml formula tak tercerna (undigested formula),


b. volume residu gaster ≥ 2 ml berwarna hijau-empedu (billious residual) ataupun
c. volume residu gaster ≥ 3 ml berwarna hijau. Karakteristik dari jenis dan volume
aspirasi lambung dapat memberikan petunjuk klinis sebagai gejala yang penting
mengenai adanya penyebab masalah pada neonatus (Gomella, 2004).

1. Residu lambung warna hijau-empedu (bilious in colour)

Biasanya mengindikasikan suatu obstruksi dari lesi usus yang berlokasi pada distal
ampulla Vateri. Tipe residu ini menunjukkan masalah yang serius, terutama bila terjadi
dalam 72 jam pertama setelah kelahiran.

a) Obstruksi usus

Suatu studi mengemukakan bahwa 30% dari neonatus dengan residu lambung berwarna
hijau-empedu yang didapatkan pada usia 72 jam pertama setelah kelahiran mengalami obstruksi,
yang mana 20% dari neonatus tersebut membutuhkan terapi pembedahan.

b) Necrotizing Enterocolitis (NEC)

Terjadi paling sering pada neonatus kurang bulan, hanya 10% terjadi pada neonatus
cukup bulan.

c) Meconium plug
d) Penyakit Hirschprung
e) Malrotasi usus
f) Volvulus
g) Ileus
h) Gangguan pasase usus

2. Residu lambung bukan warna hijau-empedu (non bilious in color)

Formula minum yang tercerna maupun yang tidak tercerna dapat terlihat pada pemeriksaan
aspirasi lambung jika pemberian minum dilaksanakan terlalu agresif. Hal ini sering dijimpai
terutama pada neonatus kurang bulan dengan berat badan lahir rendah yang diberi formula dalam
jumlah sedikit saat pertama kali pemberian minum, kemudian diberikan formula berikutnya
dengan jumlah yang lebih besar dalam waktu yang terlalu cepat.

a.) Aspirasi lambung berupa formula tak tercerna (undigested formula) dapat sering
dijumpai pada neonatus, jika interval atau rentang waktu antara pemberian minum terlalu
pendek.

b.) Aspirasi lambung berupa formula tercerna (digested formula) dapat merupakan suatu
gejala keterlambatan waktu pengosongan lambung atau volume pemberian formula yang terlalu
banyak, dapat pula oleh karena osmolaritas formula yang meningkat dengan penambahan
vitamin didalamnya.

c.) Necrotizing Enterocolitis (NEC)


d.) Stenosis pylorus
e.) Striktur post-NEC
f.) Infeksi
g.) Gangguan metabolism pada neonates
h.) Konstipasi, Sering terjadi terutama jika abdomen tampak penuh, namun secara klinis
dengan palpasi teraba supel, serta tak adanya tinja dalam kurun waktu 48 hingga 72 jam
setelah kelahiran.
i.) Sindrom adrenogenital
j.) Hipoplasi adrenal
k.) Intoleransi formula

Beberapa neonatus mengalami intoleransi karbohidrat yang pada umumnya memiliki


proporsi utama dalam berbagai formula. Jika neonatus mendapatkan formula yang mengandung
laktosa seharusnya dilakukan pemeriksaan pH tinja untuk mengetahui adanya intoleransi laktosa.
Jika pH tinja asam < 5,0, maka dinyatakan sebagai intoleransi laktosa, didukung dengan adanya
riwayat intoleransi susu pada keluarga, namun gejala klinis diare lebih sering didapatkan
daripada aspirasi lambung.

3. Residu lambung warna cokelat-darah (bloody in colour) Sering didapatkan pada


berbagai penyakit seperti :
a.) Trauma oleh karena intubasi selang nasogastrik
b.) Manifestasi darah ibu
c.) Gangguan perdarahan, antara lain defisiensi vitamin K, DIC (Disseminated
Intravascular Coagulation), dan penyakit koagulasi congenital yang lain.
d.) Ulkus lambung
e.) Asfiksia fetal berat
f.) Necrotizing Enterocolitis (NEC)
g.) Medikasi
Beberapa obat diketahui dapat mengakibatkan perdarahan lambung, antara lain
tolazoline, indometacin dan kortikosteroid.Penilaian volume aspirasi lambung lebih dari 20%
total formula yang diberikan sebelumnya menurut jenis dan karakteristik residu lambung dapat
disebabkan oleh berbagai hal. Diperlukan pemeriksaan yang teliti baik secara klinis maupun
dengan pemeriksaan penunjang (Walter, 2002; Fletcher, 1994).

· FAKTOR RESIKO

A. Tidak Dapat di modifikasi

1. Usia

Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko meningkat
pada usia >60 tahun. Penelitian pada tahun 2001-2005 dengan studi retrospektif di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo terhadap 837 pasien yang memenuhi kriteria
perdarahan SCBA menunjukkan rata-rata usia pasien laki-laki adalah 52,7 ± 15,82
tahun dan rata-rata usia pasien wanita adalah 54,46 ± 17,6.26 Usia ≥ 70 tahun
dianggap sebagai faktor risiko karena terjadi peningkatan frekuensi pemakaian
OAINS dan interaksi penyakit komorbid yang menyebabkan terjadinya berbagai
macam komplikasi.

2. Jenis kelamin

Kasus perdarahan SCBA lebih sering dialami oleh laki-laki. Penelitian di


Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 51,4% yang mengalami perdarahan
SCBA berjenis kelamin laki-laki. Dari penelitian yang sudah dilakukan mayoritas
menggunakan pendekatan epidemiologi dan belum ada penelitian yang secara
spesifik menjelaskan hubungan perdarahan SCBA dengan jenis kelamin.

B. Dapat di modifikasi

1. Merokok
Dari hasil penelitian menunjukkan merokok meningkatkan risiko
terjadinya ulkus duodenum, ulkus gaster maupun keduanya. Merokok
menghambat proses penyembuhan ulkus, memicu kekambuhan, dan
meningkatkan risiko komplikasi.

2. Alkohol

Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan


mukosa lambung terhadap ion hidrogen dan menyebabkan lesi akut mukosa
gaster yang ditandai dengan perdarahan pada mukosa.

3. Diabetes mellitus (DM)

Beberapa penelitian menyatakan bahwa DM merupakan penyakit


komorbid yang sering ditemui dan menjadi faktor risiko untuk terjadinya
perdarahan.Namun, belum ada penelitian yang menjelaskan mekanisme pasti
yang terjadi pada perdarahan SCBA yang disebabkan oleh diabetes mellitus.

4. Chronic Kidney Disease

Patogenesis perdarahan saluran cerna pada chronic kidney disease masih


belum jelas, diduga faktor yang berperan antara lain efek uremia terhadap
mukosa saluran cerna, disfungsi trombosit akibat uremia, hipergastrinemia,
penggunaan antiplatelet dan antikoagulan, serta heparinisasi pada saat
dialysis.

5. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah terkena jejas.


Selain itu hipertensi memperparah artherosklerosis karena plak mudah
melekat sehingga pada penderita hipertensi dianjurkan untuk mengkonsumsi
obat-obat antiplatelet.

6. Chronic Heart Failure


Penelitian yang ada mengatakan bahwa chronic heart failure dapat
meningkatkan faktor risiko perdarahan SCBA sebanyak 2 kali lipat.

7. Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)

Peningkatan risiko komplikasi ulkus (rawat inap, operasi, kematian)


terjadi pada orang tua yang mengkonsumsi OAINS. Studi cross sectional terhadap
individu yang mengkonsumsi OAINS pada dosis maksimal dalam jangka waktu
lama 35% hasil endoskopi adalah normal, 50% menunjukkan adanya erosi atau
petechiae, dan 5%-30% menunjukkan adanya ulkus. Jenis-jenis OAINS yang
sering dikonsumsi adalah ibuprofen, naproxen, indomethacin, piroxicam, asam
mefenamat, diklofenak.

8. Penggunaan obat-obat antiplatelet

Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg per hari) dapat menyebabkan


faktor perdarahan naik menjadi dua kali lipat, bahkan dosis subterapi 10 mg per
hari masih dapat menghambat siklooksigenase. Aspirin dapat menyebabkan ulkus
lambung, ulkus duodenum, komplikasi perdarahan dan perforasi pada perut dan
lambung. Obat antiplatelet seperti clopidogrel berisiko tinggi apabila dikonsumsi
oleh pasien dengan komplikasi saluran cerna.

9. Riwayat Gastritis

Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap terjadinya ulkus. Pada


kelompok ini diprediksi risiko terjadi bukan karena sekresi asam tetapi oleh
adanya gangguan dalam mekanisme pertahanan mukosa dan proses penyembuhan

10. Infeksi bakteri

Helicobacter pylori Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif


berbentuk spiral yang hidup dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan tingkat
infeksi H.pylori
REFERENSI

ANALISIS PADA PASIEN HEMATEMESIS MELENA E.C VARISES ESOFAGUS,


SIROSIS HEPATIS, DM UNCONTROLLED TERHADAP PEMBERIAN TERAPI BILAS
LAMBUNG (GASTRIC LAVAGE).2015.KARYA ILMIAH AKHIR NERS DI RUANG HIGH
CARE UNIT RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

HEMATEMESIS MELENA ET CAUSA GASTRITIS EROSIF DENGAN RIWAYAT


PENGGUNAAN OBAT NSAID PADA PASIEN LAKI-LAKI LANJUT USIA. 2013Medula, Volum
1, Nomor 1, September

PRATIWI HAPSARI H.POLTEKKES KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN HEMATEMESIS MELENA EC SIROSIS HEPATIS.2017. KARYA
TULIS ILMIAH. DI IRNA NON BEDAH RUANG PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG

IKA PRASANTI D.FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN


PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS.2013.LAPORAN HASIL KARYA TULIS
ILMIAH

GALUH KEMENYANGAN SARIM.SEPSIS HUBUNGAN RESIDU LAMBUNG


DENGAN GANGGUAN FUNGSI JANTUNG PADA NEONATUS BERESIKO SEPSIS.
2012.TESIS

Anda mungkin juga menyukai